Oleh:
Pembimbing:
1. Judul
2. Kata Pengantar .................................................................................................1
3. Daftar Isi ..........................................................................................................2
4. BAB I : Pendahuluan
Latar Belakang...........................................................................................3
Tujuan........................................................................................................4
Manfaat......................................................................................................4
5. BAB II : Laporan Kasus
Identitas Penderita......................................................................................5
Anamnesa...................................................................................................5
Pemeriksaan Fisik......................................................................................7
Resume.......................................................................................................8
Diagnosis Holistik......................................................................................9
Penatalaksanaan Holistik...........................................................................9
Prognosis .................................................................................................10
Follow Up dan Flow Sheet.......................................................................10
6. BAB III : Pembahasan Aspek Kedokteran Keluarga
Identifikasi Keluarga................................................................................12
Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan....................19
Daftar Masalah.........................................................................................20
7. BAB IV : Tinjauan Pustaka
Hipertensi.................................................................................................22
8. BAB V : Pembahasan
Dasar Penegakan Diagnosa......................................................................29
Dasar Rencana Penatalaksanaan..............................................................29
9. BAB VI : Penutup
Kesimpulan Holistik................................................................................34
10. Daftar Pustaka.................................................................................................35
2
LAPORAN STUDI KASUS
LABORATORIUM ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 TUJUAN
3
Tujuan penyusunan laporan ini adalah untuk melatih keterampilan klinis dan komunikasi
dalam menangani kasus penyakit dalam terutama hipertensi primer dengan upaya pendekatan
kedokteran keluarga yang bersifat holistik, komprehensif, terpadu dan berkesinambungan.
1.3 MANFAAT
Manfaat penyusunan laporan ini adalah sebagai media pembelajaran dan evaluasi terhadap
aspek kedokteran keluarga dalam penanganan serta pencegahan kasus penyakit dalam
khususnya hipertensi primer.
4
LABORATORIUM ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
BAB II
LAPORAN KASUS
5
terutama saat beraktivitas. Tetapi Ny.Ry mengaku periksa tidak rutin dan datang terutama
saat ada keluhan saja karena menganggap bahwa penyakitnya hanya penyakit biasa.
2 Riwayat penyakit Dahulu
Riwayat HT diketahui sejak 2 tahun yang lalu saat periksa ke Puskesmas tetapi pasien
tidak rutin kontrol dengan alasan transportasi, biaya serta merasa bahwa keluhannya
sudah membaik.
Riwayat MRS, sakit jantung, DM atau sakit lain disangkal.
Riwayat alergi disangkal.
3 Riwayat penyakit keluarga :
Riwayat keluarga dengan HT : terdapat keluarga Ny.Ry yang juga menderita tekanan
darah tinggi diantaranya ibu dan saudara perempuan pasien.
Riwayat keluarga pasien yang sakit jantung dan DM disangkal (Suami memiliki
riwayat vertigo dengan tekanan darah masih dalam batas normal)
Riwayat alergi pada keluarga pasien disangkal.
4 Riwayat kebiasaan:
Riwayat merokok : disangkal
Riwayat minum kopi : kadang-kadang (kopi hitam, kopi susu)
Riwayat kebiasaan konsumsi asin : pasien
dan keluarga menyukai dan terbiasa makan
makanan yang asin
Riwayat minum alkohol : disangkal
Riwayat olahraga : jarang berolah raga
Riwayat pengisian waktu luang : bertanam
dihalaman rumah tetapi jarang
5 Riwayat Pengobatan:
Sejak 2 tahun yang lalu pasien periksa ke Puskesmas tetapi tidak rutin kontrol dengan
alasan transportasi, biaya serta merasa bahwa keluhannya sudah membaik. Pasien tidak
menggunakan jaminan kesehatan nasional karena merasa tidak mampu untuk membayar
cicilan bulanan dan masih memiliki banyak tanggungan. Sebelum periksa ke Puskesmas
pusing dan sakit kepala hanya diobati dengan obat sakit kepala yang dibeli sendiri di apotek.
6 Riwayat Sosial Ekonomi
Ny.Ry sebagai ibu rumah tangga dan terkadang membantu suami bertanam di halaman
rumah. Suami bekerja sebagai petani dan buruh tani dan sebagai kepala rumah tangga yang
menanggung perekonomian istri. Sedangkan anak pasien sudah berkeluarga dan memilki tiga
anak. Anak Ny.Ry sebagai ibu rumah tangga sedangkan menantunya sebagai buruh tani yang
menanggung perekonomian ketiga anaknya. Hal perekonomian ini menjadi salah satu beban
fikiran pasien yang juga terkadang harus membantu perekonomian anak dan cucunya. Pasien
6
dan keluarga tidak menggunakan jaminan kesehatan nasional karena merasa tidak mampu
untuk membayar cicilan bulanan dan masih memiliki banyak tanggungan. Sedangkan dalam
kegiatan sosial, Ny.Ry dan keluarga sering mengkuti perkumpulan dan kegiatan keagamaan
di kampungnya.
7 Riwayat gizi
Ny.Ry dan keluarga makan 2 kali sehari berupa nasi dan lauk pauk (seperti tahu, tempe
dan ikan, jarang mengkonsumsi ayam dan daging) terkadang dengan sayuran. Kesan gizi
pasien dan keluarga cukup. Ny.Ry dan keluarga menyukai dan terbiasa makan makanan yang
asin sejak dahulu sebelum sakit hingga sekarang.
7
Batas kanan bawah : SIC IV LPSD
Batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : bunyi jantung I-II intensitas normal, regular
Pulmo :
Inspeksi : pengembangan dada kanan sama dengan dada kiri
Palpasi : fremitus taktil kiri sama dengan kanan
Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : + + - - - -
suara dasar vesikuler + wheezing - ronkhi -
+ + - - - -
12 Satus Lokalis (Abdomen) :
Inspeksi : bentuk simetris, sejajar dinding dada
Auskultasi : bising usus normal
Palpasi : nyeri tekan (-), nyeri lepas (-)
Perkusi : timpani
13 Sistem Collumna Vertebralis :
Inspeksi : skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-)
14 Ekstremitas : palmar eritem (-), akral hangat (+), oedem (-), luka (-)
L : deformitas (-), luka (-)
F : nyeri tekan (-), krepitasi (-)
M: normal
2.4 RESUME
Pasien Ny.Ry datang ke Puskesmas Pagak dengan keluhan pusing dan sakit kepala yang
dirasa sejak 7 hari yang lalu. Terkadang juga mengeluh rasa berat di daerah tengkuk, sukar
tidur, mata berkunang-kunang terutama saat sakit kepala serta mudah lelah jika dipakai
beraktifitas. Pasien mengeluh pusing dan sakit kepala semakin terasa berat jika pasien
kelelahan atau banyak fikiran. Akhir-akhir ini pasien mengeluhkan mudah marah dan
terbawa emosi. Sejak 2 tahun yang lalu periksa ke Puskesmas karena sakit darah tinggi
dengan keluhan yang sama tetapi tidak rutin kontrol. Pasien dan keluarga menyukai dan
terbiasa makan makanan yang asin. Dari pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit
ringan, TD 160/90 mmHg, pusing (+), sakit kepala (+).
8
Hipertensi Primer Grade II
2. Diagnosis dari segi psikologis :
Permasalahan yang menjadi beban fikiran pasien adalah masalah ekonomi yang
termasuk dalam taraf menengah ke bawah. Hal ini menjadi salah satu beban fikiran
pasien yang terkadang harus membantu perekonomian anak dan cucunya.
3. Diagnosis dari segi sosial dan ekonomi :
Aspek sosial dan ekonomi keluarga Ny.Ry dalam kondisi menengah kebawah. Ny.Ry
sebagai ibu rumah tangga dan suami sebagai petani dan buruh tani dan sebagai kepala
rumah tangga yang menanggung perekonomian istri. Sedangkan anak pasien sudah
berkeluarga dan memilki tiga anak. Anak Ny.Ry sebagai ibu rumah tangga sedangkan
menantunya sebagai buruh tani yang menanggung perekonomian ketiga anaknya.
Pasien dan keluarga tidak menggunakan JKN karena merasa tidak mampu untuk
membayar cicilan bulanan dan masih memiliki banyak tanggungan.
9
- Menyarankan dan memberi pemahaman tentang pentingnya kontrol pola makan yang
baik (diet rendah garam) dengan gizi seimbang dan sesuai serta aktifitas olahraga
ringan yang rutin.
- Menyarankan kepada Ny.T untuk tidak terlalu memikirkan permasalahan telalu larut
dan pentingnya kondisi psikologis yang baik untuk tetap sehat.
2.6.3 PROGNOSIS
Prognosis kondisi Ny.Ry tergantung dari banyak aspek diantaranya tingkat kepatuhan
serta upaya pencegahan dan pengobatan penyakit, tapi secara umum prognosisnya adalah:
Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad functionam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad malam
No Tanggal S O-A P
1 03-08-15 - Pusing dan sakit kepala sejak Pemeriksaan: KU tampak Terapi:
7 hari yang lalu. sakit ringan, composmentis, - ACE inhibitor : Captopril
- Rasa berat di tengkuk, sukar TD 160/90 mmHg 12,5 mg 2x1
tidur, mata berkunang- pusing, sakit kepala - Diuretik : Hidrochlorotiazide
kunang, mudah lelah jika (HCT) 25 mg 1x1
beraktifitas. Diagnosis: - Analgesik : Paracetamol 3x1
- Akhir-akhir ini mengeluh Hipertensi Primer grade II (jika pusing)
mudah marah dan terbawa
emosi Target: TD turun perlahan
hingga mencapai target
normal, keluhan membaik
10
Hipertensi Primer grade II (jika pusing)
11
LAPORAN STUDI KASUS
LABORATORIUM ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
BAB III
PEMBAHASAN ASPEK KEDOKTERAN KELUARGA
Riwayat sakit
7 An.R Cucu ke-3 L 3 th - - Tidak
batuk dan pilek
Sumber: data primer, 04 Agustus 2015
Kesimpulan : Keluarga Tn.S adalah extended family yang terdiri atas 7 orang yang tinggal
dalam satu rumah. Terdapat dua orang yang sakit yaitu Tn.S usia 55 tahun dengan riwayat
vertigo dan Ny.Ry dengan Hipertensi primer. Tn.S dan Ny.Ry tidak mengenal pendidikan
12
serta anak dan menantunya hanya lulusan SD membuat keluarga ini memiliki tingkat
pendidikan yang kurang dan berpengaruh terhadap pemahamannya mengenai penyakit.
B. Penilaian Status Sosial dan Kesejahteraan Hidup
Denah rumah keluarga Ny.Ry :
Keterangan:
= Pintu
= Jendela
13
Cukup Memuaskan
Tidak memuaskan
14
rumah tangga yang menanggung perekonomian istri. Sedangkan anak pasien sudah
berkeluarga dan memilki tiga anak. Anak Ny.Ry sebagai ibu rumah tangga sedangkan
menantunya sebagai buruh tani yang menanggung perekonomian ketiga anaknya. Pasien
dan keluarga tidak menggunakan JKN karena merasa tidak mampu untuk membayar
cicilan bulanan dan masih memiliki banyak tanggungan.
15
3. Growth : keluarga Tn.S, tidak terlalu memberi batasan terhadap segala
aktifitas Tn.S baik pekerjaan atau kegiatan-kegiatan, dan saling
bekerjasama dalam menjalani usaha
4. Affection : Tn.S puas dengan kasih sayang dan perhatian yang diberikan
keluarganya
5. Resolve : Tn.S puas dengan waktu luang yang diberikan anggota
keluarganya
Total APGAR score Tn.S = 10
Tabel 3.4. APGAR score Ny.Ry (50 tahun)
APGAR Ny.Ry terhadap keluarga 2 1 0
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga bila menghadapi masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama
Untuk Ny.Ry APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Adaptation : Ny.Ry puas terhadap dukungan dan saran yang diberikan
keluarganya jika menghadapi masalah.
2. Partnership : komunikasi Ny.Ry dengan keluarganya berjalan baik.
3. Growth : keluarga Ny.Ry, tidak terlalu memberi batasan terhadap segala
aktifitas Ny.Ry baik pekerjaan atau kegiatan-kegiatan, dan saling
bekerjasama dalam menjalani usaha
4. Affection : Ny.Ry puas dengan kasih sayang dan perhatian yang diberi
keluarganya
5. Resolve : Ny.Ry puas dengan waktu luang yang diberikan anggota
keluarganya
Total APGAR score Ny.Ry = 10
Tabel 3.5. APGAR score Tn.T (37 tahun)
APGAR Tn.T terhadap keluarga 2 1 0
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga bila menghadapi masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama
Untuk Tn.T APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut:
16
1. Adaptation : Tn.T puas terhadap dukungan dan saran yang diberikan
keluarganya jika menghadapi masalah.
2. Partnership : komunikasi Tn.T dengan keluarganya berjalan baik.
3. Growth : keluarga Tn.T, tidak terlalu memberi batasan terhadap segala
aktifitas Tn.T baik pekerjaan atau kegiatan-kegiatan, dan saling
bekerjasama dalam menjalani usaha
4. Affection : Tn.T puas dengan kasih sayang dan perhatian yang diberikan
keluarganya
5. Resolve : Tn.T puas dengan waktu luang yang diberikan anggota
keluarganya
Total APGAR score Tn.T = 10
Tabel 3.6. APGAR score Ny.N (31 tahun)
APGAR Ny.N terhadap keluarga 2 1 0
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga bila menghadapi masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama
Untuk Ny.N APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Adaptation : Ny.N puas terhadap dukungan dan saran yang diberikan
keluarganya jika menghadapi masalah.
2. Partnership : komunikasi Ny.N dengan keluarganya berjalan baik.
3. Growth : keluarga Ny.N, tidak terlalu memberi batasan terhadap segala
aktifitas Ny.N baik pekerjaan atau kegiatan-kegiatan, dan saling
bekerjasama dalam menjalani usaha
4. Affection : Ny.N puas dengan kasih sayang dan perhatian yang diberikan
keluarganya
5. Resolve : Ny.N puas dengan waktu luang yang diberikan anggota
keluarganya
Total APGAR score Ny.N = 10
17
Social Dalam kegiatan sosial, Ny.Ry dan keluarga sering mengkuti perkumpulan
dan kegiatan keagamaan di kampungnya. -
Culture Menggunakan adat Jawa dan bahasa Jawa secara sopan dengan anggota
-
keluarga dan orang lain dalam kehidupan sehari-hari.
Religious Dalam kegiatan keagamaan Ny.Ry dan keluarga sering mengkuti kegiatan
-
keagamaan di kampungnya dan berjamaah di masjid.
Economic Tingkat ekonomi keluarga Ny.Ry tergolong rendah, hal ini berpengaruh
terhadap pengobatan serta perkembangan penyakit HT pasien yang terkait
beban fikiran. Pasien dan keluarga tidak menggunakan JKN karena merasa
+
tidak mampu untuk membayar cicilan bulanan dan masih memiliki banyak
tanggungan. Meskipun tarif pelayanan kesehatan murah tetapi hal ini tetap
kurang terjangkau.
Educational Tingkat pendidikan keluarga Ny.Ry tergolong rendah, hal ini berpengaruh
terhadap pemahamannya tentang penyakit yang dialami pasien dan +
keluarga serta berbagai informasi mengenai kesehatan.
Medical Pasien dan keluarga tidak menggunakan JKN serta tarif pelayanan
kesehatan murah tetapi hal ini tetap kurang terjangkau. Jarak Puskesmas
+
Pagak dengan rumah cukup jauh dan keadaan medan melewati
pegunungan juga menjadi faktor penghambat kelancaran berobat.
Kesimpulan : Terdapat beberapa fungsi patologis keluarga Ny.Ry yakni segi ekonomi,
tingkat pendidikan dan pengetahuan serta akses pelayanan kesehatan.
Ny.Ry Tn S
Keterangan:
= perempuan = riwayat HT
Ny.T
Sdr.K
Ny.T Sdr.K
18
Sdr.K
Keterangan:
Kesimpulan : Hubungan interaksi Ny.Ry dan seluruh anggota keluarganya berjalan baik.
b. Pelayanan kesehatan
Pasien dan keluarganya tidak menggunakan JKN, meskipun tarif pelayanan kesehatan
murah tetapi hal ini tetap kurang terjangkau. Jarak Puskesmas dengan rumah cukup
jauh dan keadaan medan melewati pegunungan juga menjadi penghambat kelancaran
berobat.
c. Usia, Keturunan dan Jenis Kelamin
Hipertensi sering meningkat angka kejadiannya seiring dengan meningkatnya usia.
Kondisi ini juga kemungkinan karena adanya faktor keturunan yang didapat yaitu ibu
19
dan saudara kandungnya serta jenis kelamin sebagai seorang perempuan yang lebih
rentan terjadi HT.
20
21
A. LAPORAN STUDI KASUS
B. LABORATORIUM ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
C.
D. BAB IV
E. TINJAUAN PUSTAKA
F.
4.1 HIPERTENSI
4.1.1 Pengertian Hipertensi
G. Sesuai dengan JNC VII 2003 (Seventh Joint National Committee) on
Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure, hipertensi
adalah tekanan darah sistolik yang lebih besar atau sama dengan 140 mmHg atau
peningkatan tekanan darah diastolik yang lebih besar atau sama dengan 90 mmHg
(Nugroho, 2010; Bakri, 2008). Diagnostik ini dapat dipastikan dengan mengukur rata-
rata tekanan darah pada 2 waktu yang terpisah (FKUI, 2001). Hipertensi merupakan
suatu keadaan dimana terjadi gangguan pada mekanisme pengaturan tekanan darah
(Mansjoer, 2000).
4.1.2 Etiologi
H. Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
1) Hipertensi esensial atau hipertensi primer
I. Hipertensi primer adalah kondisi hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya,
disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang
mempengaruhinya seperti genetik, usia, jenis kelamin, lingkungan, hiperaktifitas
sistem saraf simpatis, sistem renin angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan
Na dan Ca intraseluler (misalnya oleh karena diet tinggi garam) dan faktor-faktor
yang meningkatkan risiko seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia.
Hipertensi primer biasanya timbul pada umur 30 50 tahun (Price dan Lorraine,
2008).
2) Hipertensi sekunder atau hipertensi renal
J. Hipertensi sekunder terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab spesifik diketahui,
seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal,
hiperaldosteronisme primer, dan sindrom cushing, feokromositoma, koarktasio aorta,
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, dan lain lain (Price dan Lorraine,
2008).
4.1.3 Faktor Resiko
K. Sampai saat ini penyebab hipertensi secara pasti belum dapat diketahui dengan
jelas. Secara umum, faktor risiko terjadinya hipertensi yang teridentifikasi antara
lain :
L.
22
M. 1. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
N. a. Keturunan
O. Dari hasil penelitian diungkapkan bahwa jika seseorang mempunyai orang tua
atau salah satunya menderita hipertensi maka orang tersebut mempunyai risiko lebih
besar untuk terkena hipertensi daripada orang yang kedua orang tuanya normal (tidak
menderita hipertensi). Adanya riwayat keluarga terhadap hipertensi dan penyakit
jantung secara signifikan akan meningkatkan risiko terjadinya hipertensi pada
perempuan dibawah 65 tahun dan laki-laki dibawah 55 tahun (Kaplan, 1999).
P. b. Jenis kelamin
Q. Jenis kelamin berpengaruh penting dalam regulasi tekanan darah. Sejumlah
fakta menyatakan hormon sex mempengaruhi sistem renin angiotensin. Secara umum
tekanan darah laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. Pada perempuan risiko
hipertensi akan meningkat setelah masa menopause karena adanya pengaruh hormon
(Kaplan, 1999).
R. c. Umur
S. Penelitian membuktikan bahwa semakin tinggi umur seseorang maka semakin
tinggi tekanan darahnya. Hal ini disebabkan elastisitas dinding pembuluh darah
semakin menurun dengan bertambahnya umur. Sebagian besar hipertensi terjadi pada
umur lebih dari 65 tahun. Sebelum umur 55 tahun tekanan darah laki-laki lebih tinggi
daripada perempuan. Setelah umur 65 tekanan darah perempuan lebih tinggi daripada
laki-laki. Dengan demikian, risiko hipertensi bertambah dengan semakin
bertambahnya umur (Gray, 2005).
T. 2. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi
U. a. Merokok
V. Merokok dapat meningkatkan beban kerja jantung dan meningkatkan tekanan
darah. Nikotin yang terdapat dalam rokok sangat membahayakan kesehatan, karena
nikotin dapat meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh darah dan dapat
menyebabkan pengapuran pada dinding pembuluh darah. Nikotin bersifat toksik
terhadap jaringan saraf yang menyebabkan peningkatan tekanan darah baik sistolik
maupun diastolik, denyut jantung bertambah, kontraksi otot jantung seperti dipaksa,
pemakaian O2 bertambah, aliran darah pada koroner meningkat dan vasokontriksi
pada pembuluh darah perifer (Gray, 2005).
W. b. Obesitas
X. Kelebihan lemak tubuh erat kaitannya dengan hipertensi. Tingginya
peningkatan tekanan darah tergantung pada besarnya penambahan berat badan. Tetapi
tidak semua obesitas dapat terkena hipertensi, tergantung masing-masing individu.
Peningkatan tekanan darah diatas nilai optimal (>120/80mmHg) akan meningkatkan
23
risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler. Penurunan berat badan efektif untuk
menurunkan hipertensi. Penurunan berat badan sekitar 5 kg dapat menurunkan
tekanan darah secara signifikan (Sobel dan Bakris, 1998).
Y. c. Stres
Z. Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalaui saraf simpatis yang
dapat meningkatkan tekanan darah secara intermiten. Apabila stres berlangsung lama
dapat mengakibatkan peninggian tekanan darah yang menetap. Pada binatang
percobaan dibuktikan bahwa pajanan stres menyebabkan binatang tersebut menjadi
hipertensi lain (Price dan Lorraine, 2008).
AA. d. Aktifitas Fisik
AB. Aktifitas fisik membantu menurunkan tekanan darah melalui pengontrolan
berat badan. Aerobik yang cukup seperti 30 45 menit berjalan cepat setiap hari
membantu menurunkan tekanan darah secara langsung. Olahraga secara teratur dapat
menurunkan tekanan darah pada semua kelompok, baik hipertensi maupun
normotensi lain (Padmawinata, 2001).
AC. e. Asupan
- Asupan Natrium
AD. Natrium (Na+) adalah kation utama cairan extraseluler dengan konsentrasi
serum normal adalah 136-145 mEg/L. Na+ berfungsi menjaga keseimbangan cairan
dalam kompartemen tersebut dan keseimbangan asam basa tubuh serta berperan
dalam transfusi saraf dan kontraksi otot (Adhitya, 2012). Natrium klorida pada cairan
ekstraseluler dan kalium dengan zat-zat organik pada cairan intraseluler, adalah zat-
zat terlarut yang tidak dapat menembus membran semipermiabel dan sangat berperan
dalam menentukan konsentrasi air pada kedua sisi membran melalui mekanisme
osmosis (perpindahan air menembus membran semipermiabel ke arah yang
mempunyai konsentrasi partikel tak berdifusinya lebih tinggi) (Adhitya, 2012).
Hampir seluruh Na+ yang dikonsumsi (3-7 gram sehari) diabsorpsi terutama di usus
halus. Na+ diabsorpsi secara aktif setelah itu dibawa oleh aliran darah ke ginjal, disini
Na+ disaring dan dikembalikan ke aliran darah dalam jumlah yang cukup untuk
mempertahankan taraf Na+ dalam darah. Kelebihan Na+ yang jumlahnya mencapai 90-
99 % dari yang dikonsumsi, dikeluarkan melalui urin. Pengeluaran urin ini diatur oleh
hormon aldosteron yang dikeluarkan kelenjar adrenal bila kadar Na + darah menurun.
Aldosteron merangsang ginjal untuk mengasorpsi Na+ kembali. Jumlah Na+ dalam
urin tinggi bila konsumsi tinggi dan rendah bila konsumsi rendah (Adhitya, 2012).
AE. Garam dapat memperburuk hipertensi pada orang secara genetik sensitif
terhadap natrium, misalnya seperti: orang Afrika-Amerika, lansia, dan orang
24
hipertensi atau diabetes. Asosiasi jantung Amerika menganjurkan setiap orang untuk
membatasi asupan garam tidak lebih dari 6 gram per hari. Pada populasi dengan
asupan natrium lebih dari 6 gram per hari, tekanan darahnya meningkat lebih cepat
dengan meningkatnya umur, serta kejadian hipertensi lebih sering ditemukan
(Adhitya, 2012).
- Asupan Kalium
AF. Kalium merupakan ion utama dalam cairan intraseluler, cara kerja kalium
adalah kebalikan dari Na. konsumsi kalium yang banyak akan meningkatkan
konsentrasinya di dalam cairan intraseluler, sehingga cenderung menarik cairan dari
bagian ekstraseluler dan menurunkan tekanan darah (Chobanian et al., 2003). Sekresi
kalium pada nefron ginjal dikendalikan oleh aldosteron. Peningkatan sekresi
aldosteron menyebabkan reabsorbsi natrium dan air juga ekskresi kalium. Sebaliknya
penurunan sekresi aldosteron menyebabkan ekskresi natrium dan air juga
penyimpanan kalium. Rangsangan utama bagi sekresi aldosteron adalah penurunan
volume sirkulasi efektif atau penurunan kalium serum. Ekskresi kalium juga
dipengaruhi oleh keadaan asam basa dan kecepatan aliran di tubulus distal
(Chobanian et al., 2003).
- Asupan Magnesium
AG. Magnesium merupakan inhibitor yang kuat terhadap kontraksi vaskuler otot halus dan
diduga berperan sebagai vasodilator dalam regulasi tekanan darah. JNC melaporkan bahwa
terdapat hubungan timbal balik antara magnesium dan tekanan darah (Chobanian et al.,
2003). Sebagian besar penelitian klinis menyebutkan, suplementasi magnesium tidak efektif
untuk mengubah tekanan darah. Hal ini dimungkinkan karena adanya efek pengganggu dari
obat anti hipertensi. Meskipun demikian, suplementasi magnesium direkomendasikan untuk
mencegah kejadian hipertensi (Chobanian et al., 2003).
4.1.4 Patofisiologi
AH. Kaplan menggambarkan beberapa faktor yang berperan dalam pengendalian
tekanan darah yang mempengaruhi rumus dasar (Kuswardhani, 2006):
AI. Tekanan Darah = Curah Jantung x Tahanan Perifer.
AJ. Mekanisme patofisiologi yang berhubungan dengan hipertensi esensial antara lain:
AK. 1) Curah jantung dan tahanan perifer
AL. Keseimbangan curah jantung dan tahanan perifer sangat berpengaruh terhadap
kenormalan tekanan darah. Pada sebagian besar kasus hipertensi esensial curah
jantung biasanya normal tetapi tahanan perifernya meningkat. Tekanan darah
ditentukan oleh konsentrasi sel otot halus yang terdapat pada arteriol kecil.
Peningkatan konsentrasi sel otot halus akan berpengaruh pada peningkatan
25
konsentrasi kalsium intraseluler. Peningkatan konsentrasi otot halus ini semakin lama
akan mengakibatkan penebalan pembuluh darah arteriol yang mungkin dimediasi oleh
angiotensin yang menjadi awal meningkatnya tahanan perifer yang irreversible (Gray,
2005).
AM. 2) Sistem Renin-Angiotensin
AN. Ginjal mengontrol tekanan darah melalui pengaturan volume cairan
ekstraseluler dan sekresi renin. Sistem Renin-Angiotensin merupakan sistem endokrin
yang penting dalam pengontrolan tekanan darah. Renin disekresi oleh
juxtaglomerulus aparantus ginjal sebagai respon glomerulus underperfusion atau
penurunan asupan garam, ataupun respon dari sistem saraf simpatetik (Gray, 2005).
AO. Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II
dari angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). ACE memegang
peranan fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung
angiotensinogen yang diproduksi hati, yang oleh hormon renin (diproduksi oleh
ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I (dekapeptida yang tidak aktif). Oleh ACE
yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II (oktapeptida
yang sangat aktif). Angiotensin II berpotensi besar meningkatkan tekanan darah
karena bersifat sebagai vasoconstrictor melalui dua jalur, yaitu (Gray, 2005):
a. Meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di
hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan
volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar
tubuh (antidiuresis) sehingga urin menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk
mengencerkan, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik
cairan dari bagian instraseluler. Akibatnya volume darah meningkat sehingga
meningkatkan tekanan darah.
b. Menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron merupakan hormon
steroid yang berperan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler,
aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari
tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara
meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan
volume dan tekanan darah.
AP.3) Sistem Saraf Otonom
AQ. Sirkulasi sistem saraf simpatetik dapat menyebabkan vasokonstriksi
dan dilatasi arteriol. Sistem saraf otonom ini mempunyai peran yang penting dalam
pempertahankan tekanan darah. Hipertensi dapat terjadi karena interaksi antara sistem
26
saraf otonom dan sistem renin-angiotensin bersama-sama dengan faktor lain termasuk
natrium, volume sirkulasi, dan beberapa hormon (Gray, 2005).
AR. 4) Disfungsi Endotelium
AS. Pembuluh darah sel endotel mempunyai peran yang penting dalam
pengontrolan pembuluh darah jantung dengan memproduksi sejumlah vasoaktif lokal
yaitu molekul oksida nitrit dan peptida endotelium. Disfungsi endotelium banyak
terjadi pada kasus hipertensi primer. Secara klinis pengobatan dengan antihipertensi
menunjukkan perbaikan gangguan produksi dari oksida nitrit (Gray, 2005).
AT.5) Substansi vasoaktif
AU. Banyak sistem vasoaktif yang mempengaruhi transpor natrium dalam
mempertahankan tekanan darah dalam keadaan normal. Bradikinin merupakan
vasodilator yang potensial, begitu juga endothelin. Endothelin dapat meningkatkan
sensitifitas garam pada tekanan darah serta mengaktifkan sistem renin-angiotensin
lokal. Arterial natriuretic peptide merupakan hormon yang diproduksi di atrium
jantung dalam merespon peningkatan volum darah. Hal ini dapat meningkatkan
ekskresi garam dan air dari ginjal yang akhirnya dapat meningkatkan retensi cairan
dan hipertensi (Gray, 2005).
AV.6) Hiperkoagulasi
AW. Pasien dengan hipertensi memperlihatkan ketidaknormalan dari
dinding pembuluh darah (disfungsi endotelium atau kerusakan sel endotelium),
ketidaknormalan faktor homeostasis, platelet, dan fibrinolisis. Diduga hipertensi dapat
menyebabkan protombotik dan hiperkoagulasi yang semakin lama akan semakin
parah dan merusak organ target. Beberapa keadaan dapat dicegah dengan pemberian
obat anti-hipertensi (Gray, 2005).
AX. 7) Disfungsi diastolik
AY. Hipertropi ventrikel kiri menyebabkan ventrikel tidak dapat beristirahat ketika
terjadi tekanan diastolik. Hal ini untuk memenuhi peningkatan kebutuhan input
ventrikel, terutama pada saat olahraga terjadi peningkatan tekanan atrium kiri
melebihi normal, dan penurunan tekanan ventrikel (Gray, 2005).
4.1.5 Gambaran Klinis
AZ. Gejala pada hipertensi esensial dan tergantung dari tinggi rendahnya tekanan
darah, gejala yang timbul dapat berbeda-beda. Kadang-kadang hipertensi esensial
berjalan tanpa gejala, dan baru timbul gejala setelah terjadi komplikasi pada organ
target seperti pada ginjal, mata, otak dan jantung (Kaplan, 1999). Perjalanan penyakit
hipertensi sangat perlahan. Penderita hipertensi mungkin tidak menunjukkan gejala
selama bertahun-tahun. Masa laten ini menyelubungi perkembangan penyakit sampai
27
terjadi kerusakan organ yang bermakna. Bila terdapat gejala biasanya bersifat tidak
spesifik, misalnya sakit kepala atau pusing. Gejala lain yang sering ditemukan adalah
epistaksis, mudah marah, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk, sukar tidur, dan
mata berkunang-kunang. Apabila hipertensi tidak diketahui dan tidak dirawat dapat
mengakibatkan kematian karena payah jantung, infark miokardium, stroke atau gagal
ginjal. Deteksi dini dan parawatan hipertensi dapat menurunkan jumlah morbiditas
dan mortalitas (Kaplan, 1999).
4.1.6 Kerusakan Organ Target
BA. Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, naik secara langsung
maupun secara tidak langsung. Kerusakan organ target yang umum ditemui pada
hipertensi adalah (Kuswardhani, 2006):
BB. 1. Penyakit ginjal kronis
BC. 2. Jantung : hipertrofi ventrikel kiri, angina atau infark miokardium, gagal
jantung
BD. 3. Otak : stroke, Transient Ischemic Attack (TIA)
BE. 4. Penyakit arteri perifer
BF.5. Retinopati.
BG. Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab kerusakan organ-organ
tersebut dapat melalui akibat langsung dari kenaikan tekanan darah pada organ, atau
karena efek tidak langsung, antara lain adanya autoantibodi terhadap reseptor ATI
angiotensin II, stress oksidatif, down regulation dari ekspresi nitric oxide synthase,
dan lain-lain. Penelitian lain juga membuktikan bahwa diet tinggi garam dan
sensitivitas terhadap garam berperan besar dalam timbulnya kerusakan organ target,
misalnya kerusakan pembuluh darah akibat meningkatnya ekspresi transforming
growth factor- (TGF-) (Kuswardhani, 2006).
28
BH. LAPORAN STUDI KASUS
BI. LABORATORIUM ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
BJ.
BK. BAB V
BL. PEMBAHASAN
BM.
5.1 DASAR PENEGAKAN DIAGNOSA
5.1.1 Diagnosa Hipertensi
BN. Menurut JNC 7 klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi
beberapa kelompok seperti yang terlihat pada tabel dibawah (National Institute for Health and
Clinical Exellence, 2011):
BO. Tabel 5.1 Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7
BP. Klasifikasi BQ. Tekanan Darah Sistolik BR. Tekanan Darah Diastolik
Tekanan Darah (mmHg) (mmHg)
BS. Normal BT. < 120 BU. dan < 80
BV. Prahipertensi BW.120-139 BX. atau 80-89
BY. Hipertensi derajat
BZ. 140-159 CA. atau 90-99
1
CB. Hipertensi derajat
CC. > 160 CD. atau > 100
2
CE. Hipertensi CF. > 140 CG.dan < 90
CH.
29
- Otak dan mata : sakit kepala, vertigo, gangguan penglihatan, transient ischemic attack,
defisit sensoris atau motoris
- Ginjal : haus, poliuria, nokturia, hematuria
- Jantung : palpitasi, nyeri dada, sesak, bengkak kaki
- Arteri perifer : ekstremitas dingin
CN. 5. Pengobatan antihipertensi sebelumnya.
CO. Pemeriksaan penunjang pasien hipertensi terdiri dari:
CP.a. Tes darah rutin
CQ. b. Glukosa darah (sebaiknya puasa)
CR. c. Kolesterol total serum, kolesterol LDL-HDL, trigliserida serum (puasa)
CS.f. Asam urat, kreatinin, kalium serum
CT.i. Hemoglobin dan hematokrit
CU. j. Urinalisis
CV. k. Elektrokardiogram.
CW.Pada pasien hipertensi, beberapa pemeriksaan untuk menentukan adanya kerusakan
organ target dapat dilakukan secara rutin, sedang pemeriksaan lainnya hanya dilakukan bila
ada kecurigaan yang didukung oleh keluhan dan gejala pasien. Pemeriksaan untuk
mengevaluasi adanya kerusakan organ target meliputi (Kuswardhani, 2006):
CX. 1. Fungsi ginjal
a) Pemeriksaan fungsi ginjal dan penentuan adanya proteinuria/mikro-makroalbuminuria
serta rasio albumin kreatinin urin
b) Perkiraan LFG, yang untuk pasien dalam kondisi stabil dapat diperkirakan dengan
menggunakan modifikasi rumus dari Cockroft-Gault sesuai dengan anjuran National
Kidney Foundation (NKF) yaitu:
CY. Klirens Kreatinin* = (140-umur) x Berat Badan x (0,85 untuk perempuan)
CZ. 72 x Kreatinin Serum
DA. *Glomerulus Filtration Rate (GFR)/LFG dalam ml/menit/1,73m2.
DB.
DC.
DD.
5.2.2 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan farmakologi (Chobanian et al., 2003)
DE. Terapi hipertensi menurut JNC VII adalah sebagai berikut:
- Prehipertensi (120-139 sistolik, 80-89 diastolik) memerlukan modifikasi gaya hidup
untuk mencegah peningkatan progresif tekanan darah dan penyakit jantung.
- Pada hipertensi tanpa komplikasi, diuretik thiazide, baik sendiri atau dikombinasikan
dengan obat dari kelas lain, digunakan untuk pengobatan pada kebanyakan kasus.
- Dalam kondisi berisiko tinggi, ada indikasi kuat untuk penggunaan obat antihipertensi
kelas lain (misalnya: angiotensin-converting enzyme [ACE] inhibitor, angiotensin
receptor blocker [ARB], beta blockers, calcium channel blockers).
- Dua atau lebih obat antihipertensi diperlukan untuk mencapai tujuan BP (<140/90 mm
Hg atau <130/80 mm Hg) untuk pasien dengan diabetes dan penyakit ginjal kronis.
30
- Untuk pasien yang BP nya lebih dari 20 mm Hg di atas target BP sistolik atau lebih
dari 10 mm Hg di atas target BP diastolik, inisiasi terapi menggunakan 2 agen, salah
satu biasanya menggunakan thiazide diuretik.
DF.Terdapat berbagai macam obat antihipertensi:
1. Blocker, seperti atenolol dan metoprolol, menurunkan denyut jantung dan tekanan
darah dengan bekerja secara antagonis terhadap sinyal adrenergik. Manfaat jangka
panjang dari penggunaannya tidak diragukan lagi, terutama pada penyakit koroner.
Efek samping yang ditimbulkan antara lain letargi, impotensi, perifer dingin,
eksaserbasi diabetes, dan hiperlipidemia. Kontraindikasi pada penderita asma, hati-
hati bila digunakan pada penderita penyakit vaskular perifer.
2. Diuretik dan diuretik tiazid, seperti bendrofluazid: aman dan efektif.
3. Antagonis kanal Ca: vasodilator yang menurunkan tekanan darah. Nifedipine
(kemungkinan amlodipin) menyebabkan takikardia refleks kecuali bila diberikan juga
Blocker. Efek sampingnya muka merah, edema pergelangan kaki, perburukan gagal
jantung (kecuali amlodipin)
4. ACE inhibitor, seperti kaptopril, enalapril, lisinopril, dan ramipril, memberikan efek
antihipertensi dengan menghambat pembentukan angiotensin II. Data mortalitas tinggi
pada pasien gagal jantung, gangguan fungsi ventrikel kiri (LV), atau ada riwayat
penyakit jantung koroner (PJK) bisa menyebabkan hipotensi berat atau gagal ginjal
akut pada penderita hipotensi berat atau gagal ginjal akut pada penderita hipertensi
renovaskular, misalnya pada stenosis arteri renalis bilateral. Efek samping diantaranya
batuk kering dan angioderma.
5. Antagonis reseptor angiotensin II, seperti losartan dan valsatan, bekerja antagonis
terhadap aksis angiotensin II renin. Efikasinya sebanding dengan inhibitor ACE.
Indikasi pada gagal jantung atau gangguan fungsi ventrikel kiri jika batuk akibat
inhibitor ACE terasa mengganggu.
6. Antagonis , seperti doksazosin. Vasodilator yang menurunkan tekanan darah dengan
bekerja antagonis terhadap reseptor -adrenergik pada pembuluh darah perifer.
7. Obat lain misalnya obat yang bekerja sentral (seperti metildopa, atau moksonidin).
Pengobatan hipertensi bersifat long term therapy. Hal ini karena penyebab pasti
belum diketahui sehingga pasien harus rajin minum obat. Apabila tidak teratur, bisa
mengakibatkan percepatan komplikasi, salah satunya penyakit jantung koroner.
DG. Algoritme penanganan hipertensi menurut JNC VII dijelaskan pada skema
dibawah ini:
31
DH.
DI.
DJ.
DK.
DL.
DM.
DN.
DO.
DP.
DQ.
DR.
DS.
DT.
DU.
DV.
DW.
DX.
DY.
DZ.
EA.
EB.
EC.
ED.
EE. Kombinasi yang terbukti efektif dan dapat ditoleransi pasien:
- Diuretik + ACE inhibitor atau ARB.
- Diuretik + CCB.
- CCB + ACE inhibitor atau ARB.
- CCB + BB.
- AB + BB.
- Kadang diperlukan tiga atau empat kombinasi obat.
b. Penatalaksanaan non farmakologi ( diet)
EF. Penatalaksanaan nonfarmakologi sebagai pelengkap penatalaksanaan farmakologis,
selain pemberian obat antihipertensi perlu terapi dietetik dan merubah gaya hidup
(Kuswardhani, 2006).
EG. Tujuan dari penatalaksanaan diet (Kuswardhani, 2006):
32
a. Membantu menurunkan tekanan darah secara bertahap dan mempertahankan tekanan
darah menuju normal. Menurunkan tekanan darah secara multifaktoral
b. Menurunkan faktor risiko lain seperti BB berlebih, tingginya kadar asam lemak, kolesterol
dalam darah.
c. Mendukung pengobatan penyakit penyerta seperti penyakit ginjal, dan DM.
EH. Prinsip diet penatalaksanaan hipertensi (Kuswardhani, 2006):
a. Makanan beraneka ragam dan gizi seimbang
b. Jenis dan komposisi makanan disesuaikan dengan kondisi penderita
c. Jumlah garam dibatasi sesuai kesehatan dan jenis makanan di daftar diet. Konsumsi garam
dapur < - sendok teh/hari atau menggunakan garam lain diluar natrium.
33
d. LAPORAN STUDI KASUS
e. LABORATORIUM ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
f.
g. BAB VI
h. PENUTUP
i.
j. KESIMPULAN HOLISTIK
34
- DAFTAR PUSTAKA
-
- Adhitya, Aria S. Studi Kasus Pasien: Hipertensi Grade II pada Pasien Wanita
dengan Pendekatan Diagnosis Holistik di Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading.
Kepaniteraan Kedokteran Keluarga, Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran Universitas Yarsi:Jakarta. 2012.
- Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, et al. Seventh report of the Joint National
Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood
Pressure. Hypertension 42 (6): 2003: 120652.
- Gray, et al. Lecture Notes Kardiologi edisi 4. Jakarta: Erlangga Medical Series:
2005.
- Iqbal, Muzaffar. Review Journal: Clinical Perspective on the Management of
Hypertension. Indian Journal of Clinical Medicine. College of Pharmacy, King Saud
University, Riyadh, KSA. 2012: 117.
- Kaplan, N. M. & Stamler J. Pencegahan Penyakit Jantung Koroner. Jakarta:
EGC.1999.
- Kuswardhani, Tuty. Penatalaksanaan Hipertensi pada Usia Lanjut. 2006. Diunduh
dari :
http://www.google.co.id/#hl=id&biw=1366&bih=568&q=perkembangan+tekanan+d
arah+usia+25-60+tahun&aq=f&aqi=&aql=&oq=&fp=1d5091427d9c3ba
- National Institute for Health and Clinical Exellence. Hypertension: Clinical
management of primary hypertension in adults. This guideline partially updates and
replaces NICE clinical guideline 34: 2011.
- Padmawinata, Kosasih. Pengendalian Hipertensi. Bandung: ITB; 2001.
- Price, S. A., & Lorraine M. W. Patofisiologis Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit
edisi 4. Jakarta: EGC: 1994.
- Sobel, B. J & Bakris, G. L. Hipertensi : Pedoman Klinis Diagnosis & Terapi. Jakarta
: Hipokrates; 1998.
35