Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN RENCANA PERAWATAN

GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN


MODUL PROSTHODONSIA

Disusun Oleh :
B. Wahyu Nurmita Sari
20100340011

Pembimbing :
drg. Hastoro Pintadi, Sp. Prost

MODUL PROTESA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. DASAR TEORI
1. Pengertian
Gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) adalah gigi tiruan yang menggantikan
satu atau lebih, tetapi tidak semua gigi serta jaringan sekitarnya dan didukung oleh
gigi dan atau jaringan di bawahnya, serta dapat dikeluar masukkan ke dalam mulut
oleh pemakainya. Gigi tiruan sebagian lepasan sangat diperlukan mengingat akibat
yang ditimbulkan karena hilangnya satu gigi atau lebih dalam jangka waktu lama.
2. Akibat hilangnya gigi
a. Migrasi dan Rotasi Gigi
Hilangnya kesinambungan pada lengkung gigi dapat menyebabkan pergeseran,
miring atau berputarnya gigi. Karena gigi ini tidak lagi menempati posisi yang
normal untuk menerima beban yang terjadi pada saat pengunyahan, maka akan
mengakibatkan kerusakan struktur periodontal.
b. Erupsi Berlebih
Bila gigi sudah tidak punya antagonis lagi, maka akan terjadi erupsi berlebih.
Erupsi berlebih dapat terjadi tanpa atau disertai pertumbuhan tulang alveolar. Bila
hal ini disertai pertumbuhan tulang alveolar, maka struktur periodontal akan
mengalami kemunduran sehingga gigi mulai ekstrusi.
c. Penurunan Efisiensi Kunyah
Kehilangan gigi yang cukup banyak, apalagi yang belakang, akan merasakan
betapa efisiensi kunyahnya menurun. Pada kelompok orang yang dietnya cukup
lunak, hal ini mungkin tidak terlalu berpengaruh, maklum pada masa kini banyak
jenis makanan yang dapat dicerna hanya dengan sedikit proses pengunyahan saja.
d. Gangguan pada Sendi Temporo-mandibula
Kebiasaan mengunyah yang buruk, penutupan berlebih, hubungan rahang yang
eksentrik akibat kehilangan gigi, dapat menyebabkan gangguan pada struktur
sendi rahang.
e. Beban Berlebih pada Jaringan Pendukung
Bila penderita sudah kehilangan sebagian gigi aslinya, maka gigi yang masih ada
akan menerima tekanan mastikasi yang lebih besar sehingga terjadi pembebanan
berlebihan. Hal ini akan mengakibatkan kerusakan membran periodontal dan lama
kelamaan gigi tadi menjadi goyang dan akhirnya harus dicabut.

1
f. Kelainan Bicara
Kehilangan gigi depan atas dan bawah sering kali menyebabkan kelainan bicara,
karena gigi khususnya gigi depan termasuk organ fonetik.
g. Memburuknya Penampilan
Menjadi buruknya penampilan karena hilangnya gigi depan akan mengurangi daya
tarik wajah seseorang, apalagi dari segi pandang manusia modern.
h. Terganggunya Kebersihan Mulut
Migrasi dan rotasi gigi menyebabkan gigi kehilangan kontak dengan tetangganya,
demikian pula gigi yang kehilangan lawan gigitnya. Adanya ruang interproksimal
tidak wajar ini, mengakibatkan celah antar gigi mudah disisipi sisa makanan.
Dengan sendirinya kebersihan mulut jadi terganggu dan mudah terjadi plak. Pada
tahap berikut terjadi peningkatan karies gigi.
i. Atrisi
Pada kasus dimana membran periodontal gigi asli masih menerima beban
berlebihan, tidak akan mengalami kerusakan, malahan tetap sehat. Toleransi beban
ini biasa berwujud atrisi pada gigi-gigi tadi, sehingga dalam jangka waktu panjang
akan terjadi pengurangan dimensi vertikal wajah pada saat gigi oklusi sentrik.
j. Efek Terhadap Jaringan Lunak Mulut
Bila ada gigi yang hilang, ruang yang ditinggalkan akan ditempati jaringan lunak
pipi dan lidah. Jika berlangsung lama, hal ini akan menyebabkan kesukaran
adaptasi terhadap geligi tiruan yang dibuat, karena terdesaknya kembali jaringan
lunak tadi dari tempat yang ditempati protesis.
3. Fungsi dari Gigi Tiruan Sebagian Lepasan (GTSL) sebagai berikut :
a. Pemulihan fungsi estetik.
b. Pemulihan fungsi bicara.
c. Perbaikan dan peningkatan fungsi pengunyahan.
d. Pelestarian jaringan mulut yang masih tertinggal.
e. Pencegahan migrasi gigi.
f. Peningkatan distribusi beban kunyah.

4. Indikasi perawatan gigi tiruan sebagian lepasan adalah:


a. Hilangnya satu gigi atau lebih.
2
b. Keadaan yang baik dari gigi yang masih tinggal dan memenuhi syarat sebagai gigi
pegangan.
c. Keadaan prosessus alveolaris yang masih baik.
d. Kesehatan umum pasien dan kebersihan mulut pasien baik.

5. Keuntungan GTSL
a. Pasien dapat memakai dan melepas sendiri sehingga mudah dan cepat dalam
membersihkannya.
b. Mudah dipreparasi bila ada kerusakan.
c. Harga relative murah jika dibandingkan dengan GTC.

6. Efek buruk yang dapat terjadi karena pemakaian geligi tiruan sebagian lepasan :
a. Peningkatan Akumulasi Plak
Penimbunan plak yang dibiarkan akan menyebabkan inflamasi, yang pada tahap
lanjut menyebabkan periodontitis kronis. Dengan sendirinya perlekatan
periodontal akan cepat rusak, timbul poket dan akhirnya resorpsi tulang alveolar
berlebih.
b. Trauma Langsung
Mukosa mulut amat rentan terhadap trauma langsung yang diterimanya dari
komponen protesa. Beberapa contoh yang sering dijumpai, terbenamnya protesa
pada gusi, lengan cengkeram yang terlalu menekan email gigi, cengkeram
kontinu yang kurang mendapat dukungan gigi.
c. Penyaluran Gaya Kunyah
Pada geligi tiruan dukungan gigi, hampir seluruh gaya ini diteruskan ke tulang
alveolar melalui ligamen periodontal. Mengingat karakteristik serat-serat ini,
hendaknya selalu diusahakan agar semua gaya bersifat regang dan disebarkan
kepada seluas mungkin permukaan yang dapat menerimanya. Masalahnya
menjadi lebih sulit pada geligi tiruan dukungan jaringan atau kombinasi, sebab
gaya lebih bersifat kompresif dan permukaan yang dapat menahannya relatif
kurang luas.

d. Permukaan Oklusal
Pada geligi tiruan sebagian lepasan yang permukaan oklusalnya tidak di desain
dengan betul, gerak penutupan rahang mungkin terhalang oleh adanya kontak
oklusi prematur.

7. Klasifikasi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan (GTSL)

3
Kennedy mengklasifikasikan lengkung tak bergigi supaya dapat membantu
pembuatan desain geligi tiruan sebagian lepasan. Klasifikasi ini membagi semua
keadaan tak bergigi menjadi empat macam keadaan. Daerah tak bergigi lain dari pada
yang sudah ditetapkan dalam empat kelompok tadi, disebut modifikasi.
Rincian klasifikasi Kennedy :
a. Kelas I : Daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi yang masih ada
dan berada pada kedua sisi rahang (bilateral).
b. Kelas II : Daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi yang masih ada,
tetapi berada hanya pada salah satu sisi rahang saja (unilateral).
c. Kelas III : Daerah tak bergigi terletak di antara gigi-gigi yang masih ada di bagian
posterior maupun anteriornya dan unilateral.
d. Kelas IV : Daerah tak bergigi terletak pada bagian anterior dari gigi-gigi yang
masih ada dan melewati garis tengah rahang.

8. Komponen GTSL
Menurut Austin dan Lidge (1957), gigi tiruan mempunyai beberapa komponen.
Komponen gigi tiruan sebagian lepasan bahan akrilik antara lain :
a. Plat Dasar
Suatu bagian yang terbuat dari akrilik untuk mendukung gigi tiruan dan
memindahkan tekanan oklusal ke jaringan di bawahnya.
b. Penahan atau Retainer
Bagian yang terletak di gigi abutment dan terbuat dari kawat tahan karat. Fungsi
dari retainer yaitu mencegah pergerakan gigi tiruan ke arah oklusal dan mencegah
tekanan oklusal yang berlebihan pada jaringan di bawahnya.
Retainer ada dua macam, yaitu:
- Retainer langsung (direct retainer), yaitu bagian dari gigi tiruan yang menahan
terlepasnya gigi tiruan sebagian lepasan secara langsung, berupa lengan
retentive.
- Retainer tidak langsung (indirect retainer), yaitu bagian dari gigi tiruan yang
menahan gigi tiruan sebagian lepasan secara tidak langsung, berupa lengan
pengimbang, sandaran/rest (bagian dari klamer yang bersandar pada bidang
oklusal atau incisal gigi pegangan yang memberikan dukungan vertikal
terhadap gigi tiruan).
c. Gigi Tiruan atau Anasir Gigi
Bagian gigi tiruan sebagian lepasan yang mengganti gigi yang hilang.

9. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan menentukan desain gigi tiruan sebagian lepasan
adalah sebagai berikut :
a. Retensi
4
Daya perlawanan terhadap lepasnya protesa atau gigi tiruan ke arah vertikal.
Faktor pemberi retensi antara lain kualitas klamer, oclusal rest, kontur, landasan
denture, oklusi, adhesi, tekanan atmosfer, dan surface tension.
b. Stabilisasi
Daya perlawanan atas ketahanan terhadap perpindahan tempat gigi tiruan
sebagian lepasan dalam arah horizontal saat berfungsi. Stagnasi ditentukan oleh
tiga titik sandaran yang harus meliputi luas permukaan yang sebesar-besarnya
agar beban yang diterima protesa setiap unit bisa sekecil mungkin. Dalam hal ini
semua bagian cengkeram berfungsi kecuali bagian terminal/ujung lengan
retentive. Gigi yang mempunyai stabilisasi pasti mempunyai retensi, sedangkan
gigi yang mempunyai retensi belum tentu mempunyai stabilisasi.
c. Estetika
Dalam prostodonsia, yang berhubungan dengan permukaan gigi tiruan sebagian
lepasan adalah :
- Penempatan klamer harus sedemikian rupa sehingga tidak terlihat dalam
posisi bagaimanapun.
- Gigi tiruan harus tampak asli dan pantas untuk tiap-tiap pasien meliputi warna
dan inklinasi/posisi gigi.
- Gambaran kontur harus sesuai dengan keadaan pasien.
- Perlekatan gigi diatas ridge.

10. Syarat-syarat pemilihan gigi abutment yang digunakan sebagai pegangan klamer
adalah :
a) Gigi pilar harus cukup kuat.
- Akarnya panjang.
- Masuk kedalam prosesus alveolaris dalam dan tidak longgar.
- Makin banyak akar makin kuat.
- Gigi pilar tidak boleh goyang.
- Tidak ada kelainan jaringan periodontal pada gigi penyangga.
b) Bentuk mahkota sedapat mungkin sesuai dengan macam klamer yang digunakan.
c) Kedudukan gigi tersebut hendaknya tegak lurus dengan prosessus alveolaris, gigi
yang letaknya rotasi atau berputar tidak baik untuk pilar.
5
d) Gigi tersebut masih vital atau tidak mengalami perawatan.
e) Bila memerlukan dua klamer atau lebih maka hendaknya dipilihkan gigi yang
letaknya sejajar.

B. REKAM MEDIK
I. Data Pasien
Nama : Rizky Amrullah
Umur : 24 tahun
Agama : Islam
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Bantul - Yogyakarta
No.RM : 000642

II. Anamnesa
Keluhan utama:
Pasien merasa kesusahan dan tidak nyaman ketika mengunyah makanan sehingga
ingin di pasang gigi tiruan pada gigi belakang rahang bawah sebelah kanan.
Riwayat perjalanan penyakit:
Pasien ingin memasang gigi tiruan sejak beberapa gigi rahang bawah sebelah
kanan lepas.

Riwayat kesehatan oral:


Pasien beberapa minggu yang lalu pernah mencabutkan gigi geliginya yang sudah
tinggal akar dan scalling gigi di AMC.
Riwayat kesehatan keluarga:
Ayah : Sehat, tidak dicurigai menderita penyakit sistemik.
Ibu : Sehat, tidak dicurigai menderita penyakit sistemik.
Riwayat kehidupan pribadi atau sosial:
Pasien adalah seorang mahasiswa koas semester akhir, pasien ramah dan mudah
bergaul.
Riwayat kesehatan utama:

6
Pasien belum pernah dirawat di rumah sakit dan tidak pernah di operasi serta
sekarang dalam keadaan sehat.

III. Pemeriksaan Fisik


Kesan umum kesehatan penderita:
Pasien datang dalam keadaan sehat, baik jasmani dan rohani, kooperatif dan
komunikatif.
Vital sign:
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 78 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Berat badan : 55 kg
Tinggi badan : 170 cm
Pemeriksaan ekstra oral:
T.A.K (Tidak Ada Kelainan)
Pemeriksaan intra oral:
Oklusi : Normal
Torus palatinus : Tidak ada
Torus mandibula : Tidak ada
Palatum : Dalam
Supernumerary teeth : Tidak ada
Diastema : Tidak ada
Gigi anomaly : Tidak ada
Gigi tiruan : Tidak ada
Oral hygiene : Baik (1,5)
Bentuk lengkung :
o Rahang Atas : Parabola
o Rahang Bawah : Parabola

Penampakan oklusal

7
Rahang Atas

Rahang Bawah

ODONTOGRAM

8
41(81) : Normal 31(71) : Normal
42(82) : Normal 32(72) : Normal
43(83) : Normal 33(73) : Normal
44(84) : Normal 34(74) : Normal
45(85) : Missing teeth 35(75) : Normal
46 : Missing teeth 36 : Normal
47 : Normal 37 : Normal
48 : Un erupted 38 : Normal

Gambar foto Rontgen

9
IV. Ringkasan Pemeriksaan
Keadaan pasien dengan kehilangan gigi:
45 dan 46
V. Klasifikasi
Rahang Bawah : Kelas III Kennedy

BAB II

10
RENCANA PERAWATAN

A. PROSEDUR KERJA
I. Fase Perawatan Awal
Persiapan sebelum fase perawatan koreksi, meliputi :
1. Perawatan periodontal; misalnya : pemeriksaan gigi dan jaringan pendukungnya,
serta pembersihan karang gigi.
2. Perawatan konservasi; misalnya : restorasi gigi yang karies. Hal ini dilakukan
untuk mengurangi hambatan, mencari bidang bimbing, membuat sandaran oklusal
dan bila perlu menciptakan daerah-daerah untuk retensi mekanis.

II. Fase Koreksi I


KUNJUNGAN I
( Membuat studi model RA dan RB )
Sendok cetak : Perforated stock tray No.3
Bahan cetak : Alginat
Studi model ini dipergunakan untuk mempelajari :
1. Letak gigi abutment.
2. Letak klamer.
3. Jumlah gigi yang hilang.
4. Perluasan basis protesa.

Cara Pencetakan
Sebelum mencetak, sendok cetak dicobakan ke dalam rongga mulut pasien.
1. Pencetakan Rahang Bawah :
a. Pasien duduk dengan posisi sedemikian rupa sehingga kepala dan punggung
terletak pada satu garis lurus, dataran oklusal sejajar lantai. Mulut pasien setinggi
siku operator.
b. Operator berdiri di depan samping kanan pasien.
c. Sendok cetak rahang bawah yang berisi adonan alginat dimasukkan ke mulut
pasien dengan menempelkan bagian posterior lebih dahulu lalu sedikit demi
sedikit ke arah anterior sampai seluruh gigi terbenam alginat. Selanjutnya pasien
di instruksikan mengucapkan L lalu dilakukan muscle triming di bagian bukal

11
dan labial.
d. Setelah alginat setting, sendok cetak dilepas.
Setelah selesai pencetakan, hasil cetakan di isi stone gips kemudian di boxing.

KUNJUNGAN II
(Membuat desain gigi tiruan sebagian lepasan )
Tahap-Tahap Pembuatan Desain :
TAH AP I
Menentukan kelas dari masing-masing daerah tak bergigi (sadel)
Berdasarkan gigi yang hilang pada rahang bawah, maka kasus ini termasuk klas III
Kennedy. Gigi yang akan diganti adalah 45 dan 46.
Indikasi protesa adalah protesa lepasan, desain bilateral dengan perluasan sayap bukal.
T A H A P II
Menentukan macam dukungan dari setiap sadel
Dukungan yang dipilih dari kasus ini adalah kombinasi dengan gigi pendukung 47, 44
dan 36.
T A H A P III
Menentukan macam penahan
Penahan langsung : Cengkeram C pada gigi 47, 44 dan 36.
Penahan tidak langsung : Plat anterior setinggi cingulum.
T A H A P IV
Menentukan macam mayor
Konektor : Plat lingual dengan perluasan sayap bukal
KUNJUNGAN III
( Membuat model Kerja RA dan RB )
Tahap Klinis :
Membuat model kerja
Alat dan bahan sama seperti pada model studi.
2. Pencocokan warna gigi dengan shade guide.
3. Membuat gigitan sentrik
Fungsi : Untuk mendapatkan hubungan yang tepat antara gigi geligi RA dan RB
sesuai sentrik oklusi

12
Cara : Dua lapis malam merah dibuat tapal kuda, ukuran disesuaikan dengan
lengkung gigi pasien. Malam dilunakkan dan pasien disuruh menggigit
malam tersebut.

III. FASE KOREKSI II


Tahap laboratoris :
1. Memasang model kerja pada artikulator.
2. Pembuatan klamer dan adam klamer.
3. Pembuatan model malam.
4. Pemasangan anasir gigi.
5. Flasking.
6. Boiling out.
7. Packing.
8. Processing.
9. Deflasking.
10. Fininshing dan Polishing.

IV. FASE KOREKSI III


Tahap Insersi :
Dilakukan insersi, yaitu pemasangan GTS lepasan dalam mulut pasien, yang perlu
diperhatikan antara lain : retensi, stabilisasi, oklusi, keluar masuknya protesa sejajar
as gigi atau dengan arah vertikal, dan kenyamanan pasien.
a. Retensi
Kemampuan bertahan terhadap pelepasan yang merupakan kemampuan GTS
lepasan untuk melawan gaya pemindah yang cenderung memindahkan ke arah
oklusal. Retensi ini merupakan satu cara untuk memberi kekencangan kepada GTS
lepasan di dalam mulut. Pengecekan dilakukaan dengan menggerakkan mukosa
dan bibir, jika protesa lepas, maka retensi harus diperbaiki. Diperiksa direct
retainer pada lengan klamer dan indirect retainer pada tepi plat protesa yang
menempel pada cingulum gigi asli.
b. Stabilisasi
Perlawanan atau ketahanan GTS lepasan terhadap gaya yang menyebabkan
perpindahan tempat atau gaya horizontal. Stabilisasi terlihat dalam keadaan

13
berfungsi, misal pada mastikasi. Pemeriksaan stabilisasi gigi tiruan dengan cara
menekan bagian depan dan belakang gigi tiruan secara bergantian. Gigi tiruan tidak
boleh menunjukkan pergerakan pada saat tes ini.
c. Oklusi
Pemeriksaan aspek oklusi pada saat posisi sentrik, lateral dan anteroposterior
dilakukan pengecekan terhadap balancing side, working side serta ada tidaknya
premature kontak. Caranya dengan memakai kertas artikulasi yang diletakkan di
antara gigi atas dan bawah, kemudian pasien diminta melakukan gerakan
mengunyah. Setelah itu kertas artikulasi diangkat dan dilakukan pemeriksaan
oklusal gigi. Pada keadaan normal terlihat warna yang tersebar secara merata pada
permukaan gigi. Bila terlihat warna yang tidak merata pada oklusal gigi maka
dilakukan pengurangan pada gigi yang bersangkutan dengan metode selective
grinding. Pengecekan oklusi ini dilakukan sampai tidak terjadi traumatik oklusi.

V. FASE PEMELIHARAAN
Setelah GTS lepasan dipakai, halhal yang perlu disampaikan :
1. GTS lepasan di instruksikan agar dipakai terusmenerus supaya beradaptasi.
2. Diberi petunjuk cara pemakaian dan pelepasan GTS lepasan.
3. Jika tidak dipakai, supaya direndam dalam air dingin yang bersih supaya tidak
berubah ukurannya.
4. Jangan dipakai untuk makan-makanan yang keras dan lengket.
5. Kebersihan GTS lepasan supaya dijaga.
6. Apabila timbul rasa sakit setelah pemasangan GTS, pasien harap segera kontrol.
7. Kontrol satu minggu setelah insersi.
Kontrol dilakukan untuk mengoreksi adanya kesalahan yang mungkin terjadi setelah
pemakaian GTS lepasan, dengan cara:
1. Pemeriksaan subyektif
- Apakah terdapat keluhan berkaitan dengan GTS lepasan?
- Apakah fungsi bicara terganggu?
2. Pemeriksaan obyektif
Komplikasi setelah pemakaian GTS lepasan dapat berupa :
a. Rasa sakit akibat tepi GTS lepasan yang tajam maupun karena bagian yang
tertekan.

14
b. Terdapat suara akibat sentrik oklusi yang tinggi sehingga menimbulkan suara
pada bagian oklusal.
c. Retensi yang kurang menyebabkan GTS lepasan tidak stabil.
d. Muntah akibat plat yang terletak terlalu ke posterior.
e. Kesukaran berbicara akibat overjet terlalu besar sehingga retensi kurang.
f. Kesukaran dalam mengunyah akibat oklusi yang tidak seimbang.
g. Gigi tiruan goyang : perlu diperiksa oklusinya dengan kertas articulating
paper.
h. Saliva berlebihan : adanya stimulasi pada glandula salivarius karena gigi
tiruan, namun dapat hilang setelah beradaptasi.

DESAIN GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN

Keterangan :
1. Plat dasar akrilik.
2. Cengkeram C (0,8 mm).
3. Anasir gigi.
4. Sayap bukal.

15
B. DISKUSI
Pada kasus ini, pasien kehilangan gigi 45 dan 46. Pembuatan GTS lepasan ini
bertujuan untuk mengembalikan fungsi pengunyahan dan fungsi estetik. Berdasarkan
gigi yang hilang maka kasus ini termasuk kelas III Kennedy untuk rahang bawah dan
merupakan indikasi gigi tiruan lepasan. Dalam membuat gigi tiruan sebagian lepasan
perlu pertimbangan sebagai berikut:
a. Retensi
b. Stabilisasi
c. Oklusi
d. Estetis
e. Kenyamanan pemakaian
GTS lepasan yang akan dibuat adalah GTS lepasan akrilik rahang bawah dengan
dukungan gigi dimana gigi yang dipilih sebagai gigi abutment/pegangan adalah gigi 47,
44 dan 36. Pada elemen gigi 47,44 dan 36 menggunakan direct retainer berupa
cengkeram C.
Basis GTS lepasan berupa basis resin akrilik sebagai tempat perlekatan elemen gigi
tiruan dan bagian yang berkontak dengan mulut. Gigi pengganti atau anasir terbuat dari
resin akrilik dengan warna, bentuk dan ukuran yang sesuai dengan gigi asli yang masih
tinggal dan ruang yang tersedia. Pada penempatan anasir harus dihindari adanya
traumatik oklusi. Pada basis anasir 45 dan 46 dibuat perluasan sayap bukal.
Base plate terbuat dari bahan akrilik berwarna merah muda disesuaikan dengan
warna mukosa dengan ketebalan 3mm. Base plate tidak boleh mengiritasi mukosa,
mengganggu frenulum, dan fungsi kerja lidah .

BAB III
PROGNOSA
Diperkirakan hasil perawatan baik karena :
1. Jaringan pendukung baik.
2. Kesehatan umum baik.
3. Motivasi pasien baik.
4. Pasien kooperatif.

16
BAB IV
KESIMPULAN
Pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan untuk pasien yang kehilangan giginya adalah
tindakan rehabilitatif yang dapat mengembalikan fungsi mastikasi, fungsi bicara dan fungsi
estetis sehingga dapat mempertahankan kesehatan jaringan mulut dan mencegah akibat buruk
dari hilangnya gigi asli jika tidak dibuatkan gigi tiruan. Untuk mendapatkan gigi tiruan
sebagian lepasan yang baik diperlukan perencanaan pembuatan yang baik dan benar.
Keberhasilan gigi tiruan sebagian lepasan ditentukan oleh kerjasama yang baik antara
operator dan pasien.

Yogyakarta, Maret 2015

Mengetahui,
Operator Pembimbing

Bendoro Wahyu Nurmita S drg. Hastoro Pintadi, Sp. Prost

17
DAFTAR PUSTAKA
Battistuzzi, Kayer, A.F., Keltjens dan Plasmans. (1996). Gigi Tiruan Sebagian (terj.), Widya
Medika: Jakarta.
Haryanto, A.G. (1991). Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan. Jilid I. Hipokrates:
Jakarta.
Itjingningsih, H. (1980). Dental Teknologi. Cet.1 . FKG-Usakti: Jakarta.
Watt, D.M. dan Mac Gregor, A.R. (1993). Penentuan Desain Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
(terj.). Hipokrates: Jakarta.

18

Anda mungkin juga menyukai