SISTEM PEMBUMIAN
Disusun Oleh:
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................
1.3 Tujuan..................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sistem Pembumian.............................................................................
2.2 Jenis - Jenis Elektroda Pembumian......................................................................
2.3 Metode Jala (mesh size method)...........................................................................
2.3 Metode Bola Bergulir (rolling sphere method )...................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Petir merupakan fenomena alam terjadinya loncatan atau pelepasan muatan listrik
akibat adanya beda potensial antara awan dan bumi. Letak Indonesia pada daerah
katulistiwa dengan iklim tropis dan kelembaban yang tinggi mengakibatkan terjadinya
hari guruh yang sangat tinggi dan mempunyai kerapatan sambaran petir yang besar jika
dibandingkan dengan negara lain.
Pembumian yang baik adalah pembumian yang sesuai dengan standar dalam PUIL
2000 yaitu memiliki resistansi pembumian total seluruh sistem yang tidak boleh lebih dari
5 . Untuk daerah yang resistansi jenis tanahnya sangat tinggi, resistansi pembumian
total seluruh sistem boleh mencapai 10 . Selain itu pemasangan elektroda
pembumiannya harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku baik jenis
elektroda yang akan digunakan ataupun bahan dari elektroda itu sendiri. Jika tidak
memperhatikan ketentuan-ketentuan di atas maka sistem pembumian tidak dapat
dikatakan baik. Untuk itulah diadakan pengujian kembali.
Berdasarkan PUIL 2000, pasal 2.6.1.1 bahwa pemeliharaan instalasi listrik meliputi
program pemeriksaan, perawatan, perbaikan dan pengujian ulang berdasarkan petunjuk
pemeliharaan yang telah ditetapkan. Ini memberikan pengertian bahwa agar instalasi
listrik tersebut dapat berfungsi dengan baik maka harus di uji kembali termasuk sistem
pembumiannya. Sehingga bila terjadi gangguan tidak mengakibatkan kerusakan yang
parah. Kemudian dilanjutkan pada pasal 9.12.3 yang menyatakan bahwa sistem instalasi
termasuk pembumiannya harus diuji secara berkala dan dibuatkan laporan tertulis secara
berkala.
Petir yang menyambar harus diamankan agar tidak membahayakan. Suatu instalasi
proteksi petir harus dapat melindungi semua bagian dari suatu bangunan, termasuk
manusia dan peralatan yang ada di dalamnya terhadap bahaya dan kerusakan akibat
sambaran petir.
1.3 Tujuan
a. Memahami apa itu sistem pembumian
b. Mengetahui jenis - jenis elektroda dalam pembumian
c. mengetahui sistem pembumian dengan metode jala dan bola bergulir
BAB II
PEMBAHASAN
Pembumian sistem adalah pembumian pada sistem tenaga listrik ke bumi dengan cara
tertentu. Pembumian sistem ini dilakukan pada transformator pada gardu induk (GI) dan
transformator pada gardu distribusi (GD) pada pada saluran distribusi. Umumnya
pembumian sistem dilakukan pada titik netral sistem tenaga. Adapun tujuan dari
pembumian sistem adalah:
1. Pada sistem yang besar yang tidak dibumikan arus gangguan relatif besar (> 5A)
sehingga busur listrik yang timbul tidak dapat padam sendiri yang akan menimbulkan
busur tanah (arching grounds). Gejala busur tanah merupakan gejala pemutusan
(clearing) dan pukul ulang (restriking) dari busur listrik secara berulang-ulang. Gejala
ini sangat berbahaya karena dapat menimbulkan tegangan lebih transien yang tinggi
yang dapat merusak peralatan. Pada sistem yang dibumikan gejala tersebut hampir
tidak ada;
2. Untuk membatasi tegangan-tegangan pada fase-fase yang tidak terganggu (sehat).
Elektroda bumi ialah penghantar yang ditanam dalam bumi dan membuat kontak
langsung dengan bumi. Penghantar bumi yang tidak berisolasi yang ditanam dalam bumi
dianggap sebagai bagian dari elektroda bumi (PUIL 2000). Adapun jenis dari elektroda
pembumian adalah :
a. Elektroda pita, ialah elektroda yang dibuat dari penghantar berbentuk pita atau
berpenampang bulat, atau penghantar pilin yang pada umumnya ditanam secara
dangkal. Elektroda ini dapat ditanam sebagai pita lurus, radial, melingkar, jala-jala
atau kombinasi dari bentuk tersebut, yang ditanam sejajar permukaan tanah dengan
dalam antara 0,5 1.0 m.
Metode ini digunakan untuk keperluan perlindungan permukaan yang datar karena
bisa melindungi seluruh permukaan bangunan. Daerah yang diproteksi adalah
keseluruhan daerah yang ada di dalam jala-jala.
Metode jala juga dikenal dengan metode sangkar faraday. Pada metode ini finial
batang tegak, konduktor atap, saling dihubungkan sehingga membentuk poligon tertutup
(jala), dengan ukuran sesuai dengan tingkat proteksi (tabel 2.1). Daerah ruang proteksi
adalah keseluruhan daerah yang ada terletak dibawah jala.
Gambar. Metode Jala
Jika sistem terminasi udara terdiri dari jala konduktor, paling sedikit diperlukan dua
konduktor penyalur dengan nilai rata- rata jarak antar konduktor penyalur tidak lebih dari
nilai yang tercantum dalam tabel berikut:
Tabel 2.1. Jarak rata- rata antar konduktor penyalur menurut level proteksi
Metode bola bergulir baik digunakan pada bangunan yang bentuknya rumit. Dengan
metode ini seolah-olah ada suatu bola dengan radius R yang bergulir di atas tanah,
sekeliling struktur dan di atas struktur ke segala arah hingga bertemu dengan tanah atau
struktur yang berhubungan dengan permukaan bumi yang mampu bekerja sebagai
penghantar.
Titik sentuh bola bergulir pada struktur adalah titik yang dapat disambar petir dan
pada titik tersebut harus diproteksi oleh konduktor terminasi udara. Semua petir yang
berjarak R dari ujung penangkap petir akan mempunyai kesempatan yang sama untuk
menyambar bangunan. Besarnya R berhubungan dengan besar arus petir dan dinyatakan
sebagai:
0,75
R= I
Bila ada arus petir yang lebih kecil dari I tersebut mengenai bangunan, bangunan
masih bisa tahan. Bila arus petir lebih besar dari I tersebut, akan ditangkap oleh
penangkap petir.
Gambar. Metode Bola Bergulir
Untuk melindungi dan mengurangi dampak kerusakan akibat sambaran petir maka
dipasang sistem pengaman pada gedung bertingkat. Sistem pengaman itu salah satunya
berupa sistem penangkal petir beserta pentanahannya. Pemasangan sistem tersebut
didasari oleh perhitungan resiko kerusakan akibat sambaran petir terhadap gedung.
Perhitungan resiko ini digunakan sebagai standar untuk mengetahui kebutuhan
pemasangan sistem penangkal petir pada bangunan bertingkat tersebut.
Dengan metode bola bergulir sangat baik digunakan terutama jika bentuk
bangunannya rumit. Sedangkankan dengan metode jala untuk keperluan perlindungan
permukaan yang datar karena bisa melindungi seluruh permukaan bangunan. Daerah yang
diproteksi adalah keseluruhan daerah yang ada di dalam jala-jala.
DAFTAR PUSTAKA
Emmy Hosea , Edy Iskanto , Harnyatris M. Luden. Penerapan Metode Jala, Sudut Proteksi
dan Bola Bergulir Pada Sistem Proteksi Petir Eksternal yang Diaplikasikan pada
Gedung W Universitas Kristen Petra, Jurnal Teknik Elektro Vol. 4, No. 1, Maret
2004: 1 - 9.
Hasrul, Metode pengukuran dan pengujian sistem pembumian instalasi listrik, Jurnal Media
Elektrik, Volume 4 Nomor 2, Desember 2009.