Anda di halaman 1dari 6

11

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan


Adapun data hasil percobaan praktikum korosi galvanik ini adalah sebagai
berikut :
Tabel 4.1 Data Hasil percobaan korosi galvanik
E0 Waktu
E Korosi Korosi E Laju Korosi Laju Korosi
Material Redok (Menit
(Volt) (Volt) (Volt) (Volt/Menit) Rata-rata
s )
3 0,882 0,0770
Cu/Zn +1,1 5 0,883 0,869 0,231 0,0462
7 0,843 0,0330 0,0521

3 0,2679 0,053
Cu/Pb +0,47 5 0,2697 0,269 0,16 0,032
7 0,2699 0,023
2
3 0,569 0,0310 0,036
Pb/Zn +0,63 5 0,548 0,093 0,0186
7 0,55 0,0133
0,556

0,021

4.2 Pembahasan
Korosi galvanik terjadi akibat kontak dua logam yang disatukan atau
digabungkan dalam satu media penghantar yang sama yaitu larutan elektrolit.
Adapun logam-logam yang dipakai berupa pelat Cu, Pb dan Zn yang masing-
masing dipasangkan menjadi Cu terhadap Zn, Cu terhadap Pb dan Pb terhadap Zn.
Dengan nilai potensial Cu yaitu +0,34 V, Pb -0,13 V, dan Zn -0,76 V. Pada
prosesnya menggunakan media penghantar berupa larutan elektrolit NaCl 3%
12

karena korosi galvanik umumnya terjadi pada daerah lepas pantai dan kadar
garam yang ada pada daerah tersebut rata-rata 3% sehingga digunakanlah simulasi
menggunakan NaCl dengan kadar 3%. Larutan elektrolit pada percobaan ini
dibuat dalam tiga gelas ukur yang masing-masingnya berisikan 100 ml larutan
NaCl. Adapun pada proses pencelupan harus diukur terlebih dahulu jarak antar
kedua pelat, hal ini dikarenakan jarak merupakan salah satu faktor terjadinya
korosi galvanik selain lingkungan dan luas penampang. Semakin dekat jaraknya
maka proses terjadinya oksidasi akan semakin cepat pula. Agar tidak terjadi
ketidakvalidan data hasil percobaan maka jarak pada percobaan untuk ketiga pelat
yang dipasangkan harus diseragamkan.
Proses yang terjadi pada korosi galvanik prinsipnya sama dengan proses
reaksi redoks pada sel elektrokimia. Di mana saat dua buah logam tersebut yang
memiliki nilai potensial yang berbeda digabungkan pada satu kondisi yang sama,
maka akan terjadi reaksi reduksi-oksidasi di mana logam yang memiliki nilai
potensial yang lebih negatif akan bertindak sebagai anoda dan yang lebih positif
akan berfungsi sebagai katoda. Elektron mengalir dari logam yang kurang mulia
(anoda) menuju ke logam yang lebih mulia (katoda). Logam Anoda berubah
menjadi ion-ion positif karena kehilangan elektron (Reaksi Oksidasi). Ion-ion
positif logam bereaksi dengan ion negatif yang berada di dalam elektrolit menjadi
garam metal. Permukaan anoda kehilangan ion-ion sehingga terbentuklah sumur-
sumur karat atau serangan karat permukaan (surface attack).
Adapun reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
a. Pada percobaan dengan pelat Cu/Zn
Katoda : Cu2+ + 2e Cu

Anoda : Zn Zn2+ + 2e

Cu2+ + Zn Cu + Zn2+
b. Pada percobaan dengan pelat Cu/Pb
Katoda : Cu2+ + 2e Cu

Anoda : Pb Pb2+ + 2e

Cu2+ + Pb Cu + Pb2+
c. Pada percobaan dengan pelat Pb/Zn
13

Katoda : Pb2+ + 2e Pb

Anoda : Zn Zn2+ + 2e

Pb2+ + Zn Zn2+ + Pb

Penentuan katoda dan anoda tidak terlepas dari nilai potensial yang
berkaitan dengan deret volta, sebagai berikut :

Li, K, Ba, Ca, Na, Mg, Al, Mn, Zn, Cr, Fe, Cd, Co, Ni, Sn, Pb, (H), Sb, Bi, Cu,
Hg, Ag, Pt, Au

Deret volta di atas dari kiri ke kanan makin mudah mengalami reduksi
atau sifat oksidator makin kuat, sedangkan dari kanan ke kiri mudah mengalami
oksidasi atau sifat reduktor makin kuat. Logam-logam yang berada di sebelah kiri
atom H mempunyai harga E negatif, sedangkan yang di sebelah kanan
mempunyai harga E positif.
Berdasarkan data yang diperoleh, terdapat beda potensial pada ketiga
pasangan pelat logam. Hal ini terjadi karena logam yang dipasangkan memiliki
jenis yang berbeda dan ketiganya memiliki rentang yang jauh pada deret volta
antara satu dengan lainnya. Adapun hasil data dan perhitungan yang telah
didapatkan dapat dilihat pada Tabel 4.1. Perubahan Ekorosi setiap 3, 5, dan 7 menit
cenderung stabil. Hasil pada percobaan didapat pelat Cu/Zn memiliki nilai E korosi
yang tinggi dari pada Cu/Pb dan Pb/Zn. Sehingga rata-rata E korosi terbesar adalah
pada pelat Cu/Zn yaitu 0,869 volt, setelahnya yaitu Pb/Zn 0,537 volt dan pelat
Cu/Pb yaitu 0,310 volt. Hal ini sesuai dengan teori tentang perbedaan potensial
yang dimiliki ketiga pasangan pelat tersebut, dengan Cu/Zn terbesar lalu Pb/Zn
dan yang terakhir adalah Cu/Pb. Adapun korelasi keduanya akan menghubungkan
pada nilai laju korosi yang terjadi. Dimana laju korosi ini akan berbanding lurus

dengan E yang merupakan selisih dari rata-rata Ekorosi yang didapat terhadap

E redoks.
Adapun grafik dari laju korosi pada tiap pelat ditunjukkan pada grafik di
bawah ini.
14

0.06 0.05
0.05
0.04 0.04
0.03
Laju Korosi (V/menit) 0.02
0.02
0.01
0

Pasangan Pelat

Gambar 4.1 Grafik Laju Korosi Tiap Pasangan Pelat

Pada hasil percobaan berikut diperoleh laju korosi pada pelat Cu/Zn sebesar
0,0521 volt/menit dengan Eredoks 1,1 volt. Lalu pelat Cu/Pb dengan nilai laju korosi
sebesar 0,036 volt/menit dan Eredoks 0,47 volt serta pada pelat Pb/Zn 0,021
volt/menit dengan Eredoks sebesar 0,63 volt. Secara sistematis dapat dihitung
sebagai berikut:
............................................4.1
E
RateCorrosion =
t

Data tersebut tidak sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa besarnya beda
potensial (Eredoks) maka akan mempercepat laju korosi. Karena pada Pb/Zn
memiliki nilai E redoks yang tinggi setelah Cu/Zn tetapi memiliki nilai laju korosi
yang terkecil. Hal itu disebabkan karena pada Zn yang berfungsi sebagai anoda
galvanis memiliki tingkat efisiensi yang tinggi sekitar 95% dan Energy
capibilitynya 353 Ah/lb. Karena kapasitas energi yang dibutuhkan kecil sehingga
laju korosinya terkecil dan juga disebabkan karena adanya beberapa kesalahan
diantaranya adalah kurang telitinya praktikan dalam membaca multitester, jarak
antara kedua pelat yang tidak stabil dan tidak sama dengan sampel yang lain, dan
juga karena luas penampang yang tercelup pada larutan elektrolit tidak stabil.
15

Lalu grafik tentang hubungan antara Eoredoks terhadap Selisihnya dengan


Ekorosi ada pada gambar di bawah ini.

0.25 0.23

0.2
0.16
0.15
E 0.09 Cu/Pb
0.1
Pb/Zn
0.05 Cu/Zn

0
0.4 0.6 0.8 1 1.2
Eredoks

Gambar 4.2 Grafik E Terhadap Eredoks

Dari Gambar 4.5 tersebut kita bisa melihat bahwa E korosi yang paling kecil dimiliki
oleh pasangan Cu/Zn karena selisihnya sangat jauh dari E redoks-nya. Sehingga
menyebabkan laju korosinya semakin tinggi.
Setelah dilakukannya praktikum korosi galvanik maka terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi laju korosi diantaranya sebagai berikut :
1. Jarak antara katoda dan anoda
Jarak mempengaruhi laju korosi yang menyababkan terjadinya korosi
galvanik, semakin dekat jarak antara katoda dan anoda maka akan semakin
cepat laju korosinya, karena reaksi yang terjadi akan semakin cepat. Dalam
percobaan ini jarak harus diperhatikan, agar mendapat hasil pengamatan
yang baik, jarak antar pelat dari semua sampel harus sama agar
meminimalkan kesalahan yang terjadi dalam data yang didapat
2. Lingkungan
Lingkungan dapat mempengaruhi laju korosi, lingkungan semakin korosif
maka laju korosinya akan semakin cepat, pada percobaan ini lingkungan
yang dipakai adalah larutan elektrolit NaCl 3%.
3. Luas penampang
16

Luas penampang mempengaruhi laju korosi galvanik, semakin besar luas


penampang yang berapa dilingkungan korosif laju korosinya akan semakin
lambat.
4. Beda potensial
Semakin besar beda potensial maka akan semakin cepat laju korosinya,
dalam percobaan ini beda potensial yang paling besar adalah pada pelat
Cu/Zn.
5. Konsentrasi larutan
Semakin meningkatnya konsentrasi larutan NaCl maka semakin tinggi pula
laju korosi yang terjadi. Dibuktikan dengan percobaan pada NaCl 3% dan
Nacl 6%.

Anda mungkin juga menyukai