Anda di halaman 1dari 6

TINJAUAN PUSTAKA

Peranan Pemeriksaan Hemoglobin A1c


pada Pengelolaan Diabetes Melitus
Sri Rahayu Paputungan, Harsinen Sanusi
Sub Bagian Endokrin Metabolik Diabetes Bagian Ilmu Penyakit Dalam,
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia

ABSTRAK
Diabetes melitus merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Sekitar 439 juta orang diperkirakan menderita penyakit ini pada
tahun 2030. Deteksi risiko diabetes adalah suatu prioritas. Pada tahun 2010 ADA memasukkan kadar HbA1c dalam kriteria diagnosis diabetes.
Hemoglobin A1 (HbA1) adalah derivat adult hemoglobin (HbA), dengan penambahan monosakarida (fruktosa atau glukosa). Pemeriksaan HbA1c
memiliki kelebihan dibandingkan dengan pemeriksaan glukosa puasa dan tes toleransi glukosa 2 jam, namun terdapat beberapa keadaan
yang dapat memengaruhi nilai HbA1c.

Kata kunci: Diabetes melitus, HbA1c, pengelolaan

ABSTRACT
Diabetes mellitus is still a medical problem in the world; approximately 439 million people will be diagnosed as diabetes mellitus patients in
2030. Early detection is essential. In 2010, ADA included HbA1C level as diagnostic criteria. This test has advantages over fasting and postprandial
glucose test, but some conditions may influence test result. Sri Rahayu Paputungan, Harsinen Sanusi. Role of Hemoglobin A1c Test in
Diabetes Mellitus Managament.

Key words: Diabetes mellitus, HbA1c, management

PENDAHULUAN untuk menilai kualitas pengendalian glikemik suatu komponen hemoglobin minor yang
Diabetes merupakan masalah kesehatan jangka panjang dan menilai efektivitas terapi, digambarkan oleh Schnek dan Schroeder
masyarakat di seluruh dunia. Sekitar 439 juta namun beberapa studi terbaru mendukung pada tahun 1961.6 Penggunaan HA1c untuk
orang diperkirakan akan menderita penyakit pemanfaatan HbA1c yang lebih luas, bukan pemantauan derajat kontrol metabolisme
ini pada tahun 2030.1 Deteksi dini risiko hanya untuk pemantauan, tetapi juga ber- glukosa pasien diabetes pertama kali diajukan
diabetes adalah prioritas, agar dapat dilakukan manfaat dalam diagnosis ataupun skrining pada tahun 1976,7 kemudian diadopsi ke
pencegahan pada orang-orang dengan risiko diabetes melitus tipe 2.5 dalam praktek klinik pada tahun 1990-an oleh
tinggi.2 Diabetes Control and Complication Trial (DCCT)
SEJARAH dan the United Kingdom Prospective Diabetes
Diabetes adalah salah satu penyakit yang Hemoglobin A1c pertama kali ditemukan Study (UKPDS) sebagai alat monitoring derajat
underdiagnosed. Sekitar 30% penderita pada tahun 1960-an melalui suatu proses kontrol diabetes melitus.8 Komite ahli dari
diabetes sering tidak menyadari penyakitnya elektroforesis hemoglobin. Pada tahun 1962, the American Diabetes Association (ADA)
dan pada saat diagnosis ditegakkan, sekitar Huisman dan Dozy melaporkan peningkatan dan the European Association for the Study of
25% sudah menderita komplikasi mikro- salah satu fraksi minor hemoglobin pada Diabetes (EASD) kemudian merekomendasikan
vaskular.3 Rata-rata keterlambatan sejak onset 4 pasien diabetes. Lima tahun kemudian, penggunaan HbA1c untuk diagnosis
hingga diagnosis ditegakkan diperkirakan Rahbar kembali menemukan fraksi tersebut diabetes melitus, dan pada tahun 2010
sekitar 7 tahun; oleh karena itu identifikasi pada 2 orang penderita diabetes yang men- ADA memasukkan HbA1c ke dalam kriteria
diabetes harus dilakukan lebih awal dengan jalani skrining karena hemoglobin yang diagnosis diabetes.9
cara yang lebih efisien.4 Pemeriksaan Hemo- abnormal. Pada tahun 1968 dilaporkan adanya
globin A1c(HbA1c) dipertimbangkan sebagai suatu komponen hemoglobin diabetes pada HBA1C DAN HUBUNGANNYA DENGAN
pemeriksaan untuk skrining dan diagnosis pasien diabetes tidak terkontrol. Tak lama KADAR GLUKOSA
diabetes.4 kemudian ditemukan bahwa komponen Komponen utama hemoglobin adalah
diabetes tersebut memiliki karakteristik hemoglobin A, yaitu 90% dari total komponen
Manfaat HbA1c selama ini lebih banyak dikenal kromatografik yang sama dengan HbA1c, yaitu hemoglobin. Komponen minor hemoglobin

Alamat korespondensi email: harsinen@gmail.com

650 CDK-220/ vol. 41 no. 9 th. 2014


TINJAUAN PUSTAKA

adalah hemoglobin A2 dan F, yang merupakan dikatalisis oleh enzim, tetapi melalui reaksi Tabel 1 Hubungan antara A1c dan rata-rata glukosa20
hasil rantai gen hemoglobin yang berbeda: kimia akibat paparan glukosa yang beredar
dan . Komponen minor lainnya adalah dalam darah terhadap sel darah merah.17 Laju Rata-rata glukosa plasma
A1c (%)
modifikasi post-translasional hemoglobin sintesis HbA1c merupakan fungsi konsentrasi
mg/dl mmol/l
A. Komponen tersebut ditemukan pertama glukosa yang terikat pada eritrosit, selama
kali oleh Allen, Schroeder dan Balog yang pemaparan.13 Konsentrasi HbA1c tergantung 6 126 7,0
memisahkannya melalui kromatografi pada pada konsentrasi glukosa darah dan 7 154 8,6
resin pertukaran kation dan disebut sebagai usia eritrosit.18 Beberapa penelitian telah 8 183 10,2
hemoglobin A1a, A1b dan A1c sesuai dengan menunjukkan adanya hubungan matematika 9 212 11,8
10 240 13,4
elusinya.10 Hemoglobin A1c merupakan yang erat antara konsentrasi HbA1c dan rata-
11 269 14,9
komponen minor paling besar dari sel darah rata kadar glukosa darah.13
12 298 16,5
manusia, normalnya 4% dari total hemoglobin
A.10 Ketertarikan pada HbA1c dimulai pada saat Kadar HbA1c normal adalah 3,5%-5%. Kadar
Rahbar menemukan peningkatan komponen rata-rata glukosa darah 30 hari sebelumnya (EASD) dan International Diabetes Federation
tersebut sebanyak dua sampai tiga kali lipat merupakan kontributor utama HbA1c.14 (IDF), yang melibatkan 600 partisipan di
pada pasien diabetes.10 Kontribusi bulanan rata-rata glukosa darah sebelas negara melalui monitoring glukosa
terhadap HbA1c adalah: 50% dari 30 hari 24 jam dan pengukuran HbA1c lebih sering,
HbA1c adalah istilah yang diterima secara terakhir, 25% dari 30-60 hari sebelumnya menunjukkan hubungan erat glukosa darah
internasional untuk GHb. Istilah glycosylated dan 25% dari 60-120 hari sebelumnya.14 dan HbA1c.17 Data ini kemudian digunakan
hemoglobin atau dalam istilah laboratorium Hubungan langsung antara HbA1c dan rata- untuk menentukan perkiraan kadar glukosa
modern disebut glycated hemoglobin (GHb) rata glukosa darah terjadi karena eritrosit rata-rata (eAG) dari pengukuran HbA1c dengan
tidak digunakan secara umum. Istilah terus menerus terglikasi selama 120 hari rumus7: eAG (mg/dl) = 28,7 x A1c 46,7. Kadar
tes A1C digunakan oleh ADA (American masa hidupnya dan laju pembentukan HbA1c 6% sama dengan konsentrasi glukosa
Diabetes Association) untuk mempermudah glikohemoglobin setara dengan konsentrasi rata-rata 126 mg/dl dan setiap peningkatan
komunikasi dengan pasien.11 glukosa darah.16 Pengukuran HbA1c penting kadar HbA1c 1% sama dengan peningkatan
untuk kontrol jangka panjang status glikemi kadar glukosa rata-rata 29 mg/dL (Tabel 1).19
Hemoglobin A1 (HbA1) adalah derivat adult pada pasien diabetes.15
hemoglobin (HbA), dengan penambahan Hemoglobin A1c merupakan baku emas
monosakarida (fruktosa atau glukosa). Hubungan antara A1c dan glukosa plasma untuk penilaian homeostasis glukosa,
Hemoglobin A1c adalah subtipe utama, adalah kompleks. Kadar HbA1c lebih tinggi adalah integrasi variasi glukosa puasa dan
merupakan fraksi terpenting dan terbanyak didapatkan pada individu yang memiliki postprandial selama periode 3 bulan.19
yaitu sekitar 4-5% dari total hemoglobin dan kadar glukosa darah tinggi sejak lama, seperti Secara matematika, teori tersebut dapat
paling banyak diteliti di antara tiga jenis HbA1 pada diabetes mellitus. Banyak penelitian diformulasikan menjadi19:
(HbA1a,b dan c).12 Hemoglobin A1c merupakan menunjukkan bahwa A1C adalah indeks rata-
ikatan antara hemoglobin dengan glukosa, rata kadar glukosa selama beberapa minggu [A1c]0-3 bulan = 03 bulan FPG (t) dt + 03 bulan PPG (t)
sedangkan fraksi-fraksi lain merupakan sampai bulan sebelumnya.7 dt
ikatan antara hemoglobin dan heksosa lain.13
Struktur molekuler HbA1c adalah N-(1-doxy)- Pada suatu penelitian kohort di Australia, FPG (t) dan PPG (t) adalah waktu pengambilan
fructosyl-hemoglobin atau N-(1-deoxyfructose- HbA1c median untuk tiap kelompok me- glukosa puasa dan postprandial.
1-yl) hemoglobin beta chain.14 ningkat seiring dengan perburukan kadar
glikemi.17 Penelitian International A1c-Derived Publikasi hasil Landmark study DCCT selama
Hemoglobin A1c adalah glukosa stabil yang Avarage Glucose (ADAG), yang disponsori oleh 9 tahun yang selesai pada tahun 1993
terikat pada gugus N-terminal pada rantai the American Diabetes Association (ADA), the menunjukkan adanya korelasi antara kadar
HbA0,15 membentuk suatu modifikasi post European Association for the Study of Diabetes HbA1c dengan risiko komplikasi diabetes.
translasi sehingga glukosa bersatu dengan
kelompok amino bebas pada residu valin
N-terminal rantai hemoglobin.16 Schiff
base yang dihasilkan bersifat tidak stabil,
kemudian melalui suatu penyusunan ulang
(Amadori rearrangement) yang ireversibel
membentuk suatu ketoamin yang stabil.16
Glikasi juga dapat terjadi pada residu lisin
tertentu dari hemoglobin rantai dan ;
Haemoglobin in red
glikohemoglobin total atau total hemoglobin blood cells Glucose Glycated haemoglobin
terglikasi yang dapat diukur, dikenal dengan
nama HbA1c.16 Glikasi hemoglobin tidak Gambar 1 Pembentukan HbA1c17

CDK-220/ vol. 41 no. 9, th. 2014 651


TINJAUAN PUSTAKA

Hasil studi DCCT tersebut dengan tegas Standardisasi dengan kalibrasi umum sepakat menetapkan13:
menunjukkan keterkaitan penurunan kadar pertama kali diusulkan tahun 1984, namun 1. Hasil pemeriksaan HbA1c harus di-
HbA1c melalui terapi terhadap penurunan baru menjadi perhatian para ilmuwan dan standarkan secara internasional, termasuk
risiko komplikasi. Diperlukan standardisasi klinisi setelah hasil studi DCCT tahun 1993. sistem referensi dan pelaporan hasilnya.
internasional hasil pemeriksaan HbA1c, yang Penyelarasan hasil HbA1c terhadap DCCT 2. Sistem referensi IFCC untuk HbA1c me-
hasilnya dapat disetarakan atau sebanding penting secara klinis, agar HbA1c dapat di- rupakan satu-satunya yang diakui valid untuk
dengan nilai DCCT.13 gunakan untuk memprediksi risiko berbagai implementasi standardisasi pengukuran.
komplikasi.13 3. Pelaporan HbA1c secara internasional
PEMERIKSAAN DAN STANDARDISASI dilakukan dalam SI unit (mmol/mol) dan unit
HBA1C National Glycohemoglobin Standardization NGSP (%), menggunakan master equation
Saat ini ada sekitar 100 jenis metode Program dibentuk di Amerika bertujuan IFCC-NGSP.
pemeriksaan HbA1c, dari low-troughput untuk menjamin bahwa semua metode 4. Tabel konversi HbA1c termasuk unit SI dan
research laboratory component system dan pengukuran HbA1c dapat dibandingkan NGSP harus mudah diakses oleh komunitas
manual mini-column methods hingga high- dan memberikan hasil yang serupa dengan diabetes.
troughput automated system yang khusus.13 DCCT. American Association for Clinical 5. Materi jurnal dan materi cetak lain
Metode pemeriksaan HbA1c dapat dibagi Chemistry (AACC) mendirikan subkomite dianjurkan menggunakan kedua satuan unit
menjadi 3 kategori berdasarkan cara pe- standardisasi glikohemoglobin pada tersebut.
misahan komponen hemoglobin glikosilasi bulan April 1993 guna mengembangkan 6. Pelaporan istilah hemoglobin terglikasi
dan non glikosilasi21: rencana standardisasi glikohemoglobin dan adalah HbA1c, walaupun dalam pedoman
A. Metode pemeriksaan berdasarkan menyediakan kalibrator murni. National dan materi pendidikan lainnya dapat meng-
perbedaan muatan Glycohemoglobin Standardization Program gunakan singkatan A1c.
- Cation exchange chromatography (dis- dibentuk pada bulan Juli 1996 untuk
posable microcolumns, high performance mengimplementasikan rencana subkomite Hasil IFCC berbasis akurasi sedangkan hasil
liquid chromatography) standardisasi glikohemoglobin AACC.13 NGSP berkorelasi langsung dengan outcome
- Electrophoresis (agar gel, isoelectric klinis dan tujuan perawatan diabetes. Meski-
focusing) Tahun 1995, International Federation for Clinical pun korelasi NGSP/IFCC dinyatakan sangat
B. Metode pemeriksaan berdasarkan Chemistry (IFCC) membentuk Working Group baik, angka mutlaknya berbeda dan terdapat
reaktivitas kimia (WG) standardisasi HbA1c yang bertujuan perdebatan mengenai angka yang harus di-
- Hydroxymethylfurfural/thiobarbituric untuk mengembangkan metode referensi laporkan. Hasil IFCC secara konsisten 1,5-2%
acid colorimetry internasional dan standar/kalibrator HbA1c lebih rendah sepanjang rentang nilai (Gambar
C. Metode pemeriksaan berdasarkan purifikasi. International Federation for Clinical 2).22
perbedaan struktural Chemistry berhasil mengembangkan metode
- Affinity chromatography referensi pengukuran HbA1c yang baru. Keuntungan utama standardisasi HbA1c13:
Hemoglobin dipecah secara enzimatis untuk - Memberikan hasil 'sebenarnya', merupa-
Pada umumnya, hasil antar metode mendapatkan -N-terminal heksapeptida kan standar untuk suatu nilai absolut
yang menggunakan prinsip berbeda HbA1c dan HbA1o. Meskipun metode ini - Hasil tidak menyimpang dari hasil DCCT
menunjukkan korelasi sangat baik dan tidak terlalu kompleks dan membutuhkan banyak sepanjang waktu
ada data pasti jenis metode atau analisis waktu untuk digunakan rutin, akan tetapi - Korelasi terhadap nilai DCCT akan tetap
yang lebih unggul dibandingkan yang lain. memberikan referensi yang sesungguhnya konstan sepanjang waktu
Di lain pihak, hasil HbA1c dapat berbeda di untuk semua metode pemeriksaan lain serta - Memungkinkan laporan HbA1c yang ter-
antara metode yang ada, kecuali metode terstandardisasi.13 Pada tahun 1996, NGSP standardisasi di seluruh dunia
tersebut telah distandardisasi.13 Kurangnya (National Glycohemoglobin Standardization - Perbaikan/peningkatan terjemahan temu-
standardisasi internasional hasil pemeriksaan Program) mulai membuat standardisasi an penelitian
HbA1c mendorong beberapa negara hasil tes GHb (glikohemoglobin) dengan - Memungkinkan mengggunakan HbA1c
mengembangkan program harmonisasi menggunakan DCCT-equivalent value.13
sendiri, seperti13:
Amerika, National Glycohemoglobin Pertemuan konsensus pada tahun 2007
Standardization Program (NGSP), dengan menetapkan bahwa hasil HbA1c sebaiknya
metode HPLC DCCT sebagai metode referensi dilaporkan dalam unit IFCC (mmol/mol) dan
utama. unit NGSP (%) dengan menggunakan master
Swedia, Mono S ion exchange equation IFCC-NGSP.13
chromatography designated sebagai metode
pembanding. Pertemuan konsensus kedua di Montreal
Jepang menggunakan kalibrator umum pada tahun 2009 yang dihadiri oleh per-
(6 kalibrator) dengan nilai yang ditetapkan wakilan IDF, ADA, EASD, IFCC dan International Gambar 2 Korelasi antara HbA1c IFCC dan NGSP (keduanya
oleh Japan Diabetes Society. Society for Pediatric and Adolescent Diabetes dalam % HbA1c)

652 CDK-220/ vol. 41 no. 9 th. 2014


TINJAUAN PUSTAKA

untuk mendiagnosis diabetes melitus Tes toleransi glukosa oral masih merupakan 1-2 bulan sebelum pemeriksaan dan tidak
- Program edukasi akan meningkatkan pemeriksaan standar untuk diagnosis dipengaruhi oleh diet sebelum pengambilan
pengetahuan terkait manfaat dan interpretasi diabetes mellitus; namun beberapa faktor sampel darah.28 Hemoglobin A1c merupakan
HbA1c. seperti usia, asupan karbohidrat, aktivitas alat pemantauan yang penting dalam
fisik diketahui dapat mempengaruhi hasil tes penatalaksanaan pasien dengan diabetes
Keterbatasan terkait standardisasi HbA1c17: toleransi glukosa oral.24 Beberapa penelitian melitus.29
- Timeline kebutuhan edukasi untuk telah dilakukan untuk melihat kemungkinan
mencegah kerancuan cukup lama dan penggunaan HbA1c dalam diagnosis diabetes. Kontrol glikemik pada pasien diabetes tipe 2
implementasinya sangat mahal Pengggunaan A1C untuk tujuan diagnosis secara skematik dapat digambarkan sebagai
- Perlu adaptasi peralatan laboratorium berdasarkan pada data penelitian cross- triad glukosa, dengan komponen A1C, kadar
dan komputer sectional yang menunjukkan peningkatan glukosa puasa, dan kadar glukosa postprandial.
- Beberapa metode point of care tidak dapat prevalensi komplikasi mikrovaskular diabetes Saat ini, meskipun masih ada perdebatan
diprogram otomatis untuk mengeluarkan (retinopati) pada pasien non diabetes namun tampaknya penilaian kontrol glikemik
kedua hasil unit DCCT dan IFCC berhubungan langsung dengan konsentrasi terbaik ditentukan oleh ketiga komponen
- Nilai berbeda cenderung membingung- A1C. Pada penelitian Pimas dan National Health tersebut.19
kan; program edukasi sangat perlu untuk and Nutrition Examination Survey (NHANES)
menjamin kelancaran transisi. III, individu yang memiliki dua atau tiga desil Pada pasien diabetes yang tidak mendapat
nilai tertinggi pada glukosa puasa, konsentrasi terapi insulin, nilai glukosa plasma setelah
HEMOGLOBIN A1C DAN DIAGNOSIS glukosa 2 jam setelah tes tantangan glukosa makan siang dan beberapa lama setelah
DIABETES MELITUS oral dan kadar HbA1c, memiliki prevalensi makan siang menunjukkan hubungan yang
Secara historis, pengukuran kadar glukosa retinopati yang lebih besar. Penelitian DETECT lebih baik terhadap A1c daripada kadar
darah merupakan inti diagnosis diabetes. menunjukkan bahwa prevalensi retinopati glukosa sebelum makan pagi dan sebelum
Diabetes tipe 1 memiliki karakteristik klinis meningkat signifikan pada kasus HbA1c 6,5% makan siang.30 Pada tipe pasien yang sama,
cukup jelas, dengan peningkatan konsentrasi sehingga ADA committee report mengusulkan studi lain melaporkan bahwa kadar glukosa
glukosa yang tiba-tiba dan ekstrim, disertai HbA1c 6,5% digunakan untuk diagnosis plasma preprandial memiliki hubungan yang
gejala, sehingga batasan kadar glukosa diabetes melitus.9,22 lebih kuat dengan A1C daripada konsentrasi
darah yang spesifik tidak dibutuhkan untuk glukosa postprandial.31 Pada sebuah analisis
diagnosis klinis. Sebaliknya, diabetes tipe 2 Masih ada perdebatan mengenai HbA1c cut set data dari DCCT, dilaporkan hubungan
memiliki onset bertahap, dengan peningkatan points. Penelitian berbagai kelompok populasi lebih baik terhadap A1C didapatkan dari
kadar glukosa bertahap, dan diagnosisnya di seluruh dunia menunjukkan angkanya ber- konsentrasi glukosa setelah makan siang
membutuhkan nilai glukosa spesifik untuk kisar antara 5,6% - 7%.25 Usia, etnis, faktor dan rata-rata kadar glukosa per hari.32 Studi
membedakannya dengan populasi non- genetik, usia eritrosit, dan lingkungan eritrosit lain lagi melaporkan apabila pasien dibagi
diabetes.23 semuanya berkontribusi terhadap variabilitas menjadi 5 kelompok menurut kuintil A1C,
HbA1c antar individu dan antar kelompok. glukosa postprandial memberikan kontribusi
Kriteria diagnostik pada dasarnya adalah A1C cut point 6,1% memiliki sensitivitas 78- terbesar (70%) pada kuintil HbA1c yang lebih
berdasarkan pengambilan sampel glukosa 91% dan spesifisitas 79-84% dibandingkan rendah pada pasien dengan kontrol diabetes
darah pada waktu tertentu seperti saat puasa, TTGO.26 Penelitian pada populasi umum di baik hingga sedang. Sebaliknya, glukosa puasa
sewaktu tanpa melihat status prandial, atau Belanda merekomendasikan cut point HbA1c tampaknya menjadi kontributor utama kadar
setelah pembebanan glukosa oral (75 g).19 5,8%, 6,1%, 5,6%; 6,3% pada populasi di Cina, glukosa sepanjang hari pada pasien diabetes
5,7% pada populasi di Amerika, 5,7% pada tidak terkontrol(HbA1c >8,4%).33 Untuk pasien
Kriteria NDDG (1979) lebih berdasarkan pada populasi di Jepang (penelitian Funagata) dengan kadar A1C antara 7,3 dan 8,4%,
kadar glukosa darah daripada hubungan dan 6,0% pada populasi orang Amerika di kontribusi glukosa puasa dan postprandial
antara kadar glukosa dan komplikasi sebagai Pittsburgh dan Memphis.25 Buell dkk (dikutip adalah sama.32
dasar diagnosis.19 Pada tahun 1997, the Expert dari kepustakaan 9), melakukan penelitian
Committee on the Diagnosis and Classification kadar optimal A1C pada data NHANES 1999- Kadar A1C memberikan informasi yang berguna
of Diabetes Melitus kembali meneliti dasar 2004 melaporkan bahwa HbA1c 5,8% me- pada kontribusi postprandial hiperglikemi
diagnosis diabetes;22 perhatian lebih ditujukan miliki sensitivitas (86%) dan spesifisitas (92%) dan basal hiperglikemi pada pasien diabetes
pada hubungan antara kadar glukosa dengan tertinggi.9 Studi lain mendapatkan A1C 6,1% tipe 2. Karena glukosa postprandial adalah
komplikasi.19 Apabila hiperglikemi kronik memiliki performa diagnostik terbaik pada kontributor utama pada pasien dengan kadar
dapat menyebabkan komplikasi khusus dan penelitian komunitas India.27 A1C 6,5%-7,5%, maka logis untuk menurunkan
merupakan ciri khas diabetes, perlu dipikirkan glukosa postprandial mencapai kadar A1C
suatu pemeriksaan laboratorium yang dapat HEMOGLOBIN A1C DALAM MANAJEMEN di bawah 6,5%. Sebaliknya, pada pasien
menilai adanya paparan glikemik jangka DIABETES MELITUS dengan kadar A1C di atas 7,5%, hiperglikemi
panjang yang dapat menjadi marker yang Hemoglobin A1c telah digunakan secara luas basal menjadi yang utama, sehingga terapi
lebih baik atas beratnya penyakit daripada sebagai indikator kontrol glikemik, karena perbaikan kontrol glikemik sebaiknya dimulai
pengukuran tunggal konsentrasi glukosa.22 mencerminkan konsentrasi glukosa darah dengan obat yang bekerja menurunkan

CDK-220/ vol. 41 no. 9, th. 2014 653


TINJAUAN PUSTAKA

hiperglikemia basal dan interprandial.19 Tiga status hiperglikemik telah ditentukan Yang dapat meningkatkan kadar HbA1c dari
untuk menilai risiko diabetes yaitu: HbA1c nilai sebenarnya adalah9, 12: anemia defisiensi
Saat ini, ada dua nilai A1C yang digunakan 5,7%-6,4%, glukosa puasa terganggu (glukosa besi, usia, polisitemia rubra vera, kehamilan
untuk menilai diabetes yang terkontrol yaitu: darah puasa antara 100-126 mg/dl), dan trimester kedua, kadar ureum darah yang
7% oleh ADA dan 6,5% oleh the American toleransi glukosa terganggu (glukosa 2 jam tinggi, HbF atau HbG, hipertrigliseridemia
College of Endocrinologists (AACE) dan IDF.19 setelah pembebanan glukosa antara 140-200 berat, hiperbilirubinemia, konsumsi alkohol
mg/dl). Pada tahun 2009, Expert Committee berlebihan, splenektomi, anemia aplastik,
Penelitian ADVANCE menunjukkan sedikit menetapkan nilai HbA1c antara 6,0-6,4% penggunaan salisilat dosis tinggi dalam
keuntungan bertahap pada mikrovaskular adalah risiko untuk diabetes; nilai ambang jangka panjang.
outcome dengan A1c mendekati normal; 6,0% kemudian diturunkan lagi oleh ADA
untuk pasien tanpa risiko hipoglikemi atau menjadi 5,7% pada tahun 2010.2 Yang dapat menurunkan kadar HbA1c dari nilai
efek samping lain, kadar A1C yang diharapkan sebenarnya adalah9,12: setelah transfusi darah,
adalah <7%.19 Sebaliknya penelitian ACCORD KELEBIHAN DAN KEKURANGAN setelah vena seksi, kehilangan darah, sickle
menunjukkan bahwa target HbA1c yang tidak PEMERIKSAAN HBA1C cell disease, haemolytic anemia, post transplant
terlampau ketat dari <7% lebih dianjurkan Tidak ada tes diagnostik klinis yang sempurna. anemia, thalassemia, penyakit ginjal, hemolisis
pada pasien yang mendapat terapi obat Untuk penggunaan klinis, tes yang ideal dan perdarahan gastrointestinal, penyakit hati,
hipoglikemik seperti sulfonilurea dan/ adalah akurat, spesifik, terstandardisasi, mudah obat-obat yang dapat menyebabkan anemia
atau insulin yang dapat mengakibatkan dilakukan dan tidak mahal. Dibandingkan berat atau yang mempengaruhi pergantian
hipoglikemi. Rekomendasi lebih fleksibel dengan pemeriksaan glukosa puasa dan sel darah merah, misalnya eritropoetin,
sebaiknya diaplikasikan kepada pasien tes toleransi glukosa 2 jam, HbA1c memiliki beberapa obat antivirus, penggunaan opioid
dengan harapan hidup rendah atau dengan kelebihan9,34-36: jangka panjang, dan penggunaan antioksidan
komplikasi mikro dan makrovaskuler yang Terstandardisasi sesuai DCCT/UKPDS; (vitamin C,E), HbC, HbS, Dapson, kehamilan
sudah lanjut.19 sedangkan pengukuran glukosa kurang ter- trimester ketiga, infeksi HIV.
standar
HEMOGLOBIN A1C SEBAGAI TES Memiliki indeks paparan glukosa ke- RINGKASAN
SKRINING RISIKO DIABETES seluruhan yang lebih baik dan dapat menilai Diabetes melitus merupakan masalah
Tes skrining umumnya berbeda dari tes komplikasi jangka panjang kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Sekitar
diagnostik, untuk skrining sensitivitas Memiliki variabilitas biologis yang 439 juta orang diperkirakan menderita
sebaiknya lebih besar dari spesifisitas. rendah (<2% dari hari ke hari untuk HbA1c penyakit ini pada tahun 2030. Deteksi risiko
Rekomendasi skrining diabetes hanya di- dibandingkan dengan glukosa puasa yang diabetes adalah suatu prioritas.
tujukan untuk kondisi harus dilakukan tes memiliki variabilitas 12-15%)
diagnostik. Tujuan tes skrining adalah untuk Memiliki instabilitas preanalitik yang Pada tahun 2010 ADA memasukkan HbA1c
identifikasi seseorang dengan risiko tinggi rendah dalam kriteria diagnosis diabetes. Hemoglobin
diabetes agar dapat dilakukan tindakan Relatif tidak terpengaruh oleh keadaan A1 (HbA1) adalah derivat adult hemoglobin
pencegahan dan follow up lebih ketat.4 akut (misalnya stres atau penyakit yang (HbA), dengan penambahan monosakarida
terkait) (fruktosa atau glukosa).
Data NHANES 1999-2004 menunjukkan Dapat digunakan untuk petunjuk terapi
bahwa HbA1c sebagai tes skrining memiliki dan penyesuaian terapi Telah diketahui bahwa kadar rata-rata glukosa
validitas prediksi yang tinggi pada subyek Tidak dipengaruhi oleh variasi akibat darah 1-2 bulan sebelumnya merupakan
dengan faktor risiko diabetes. Penelitian pembebanan jumlah glukosa yang sama kontributor utama konsentrasi HbA1c.
berbasis populasi di Swedia menunjukkan pada individu dengan ukuran tubuh yang Kontribusi bulanan rata-rata glukosa darah
bahwa kombinasi HbA1c, glukosa puasa dan berbeda seperti pada TTGO terhadap HbA1c adalah: 50% dari 30 hari
IMT lebih sensitif dan spesifik dibandingkan Dapat dilakukan kapan saja dan tidak terakhir, 25% dari 30 dan 60 hari sebelumnya
tes HbA1c saja dan memiliki nilai prediksi yang membutuhkan puasa atau tes khusus dan 25% selama 60-120 hari sebelumnya.
lebih tinggi untuk skrining diabetes tipe 2. Memiliki variasi diurnal yang rendah
Penelitian di Korea dan Cina juga menunjuk- Tidak atau kurang dipengaruhi oleh obat- Metode pemeriksaan HbA1c dapat dibagi
kan bahwa kombinasi HbA1c dan glukosa obat yang mempengaruhi metabolisme menjadi 3 kategori berdasarkan cara
puasa dapat mendeteksi kasus baru diabetes glukosa pemisahan komponen hemoglobin
lebih banyak dibandingkan jika tes tersebut Satu jenis pemeriksaan yang dapat glikosilasi dan non glikosilasi. National
digunakan sendiri-sendiri. Departemen digunakan untuk diagnosis dan penilaian Glycohemoglobin Standardization Program
Kesehatan di Inggris merekomendasikan kontrol glikemik. membuat standardisasi untuk hasil tes GHb
pemeriksaan HbA1c dan tes toleransi glukosa pada laboratorium dengan menggunakan
oral untuk skrining diabetes. Individu dengan Pada beberapa keadaan, HbA1c tidak dapat DCCT-equivalent value. Penelitian DETECT
nilai HbA1c 6%-6,4% sebaiknya melakukan tes mencerminkan kontrol glukosa darah. Hal ini menunjukkan bahwa prevalensi retinopati
toleransi glukosa untuk memastikan adanya penting diketahui karena dapat menyebab- meningkat signifikan pada kasus HbA1c
diabetes.25 kan under- atau over treatment. 6,5% sehingga ADA mengusulkan HbA1c

654 CDK-220/ vol. 41 no. 9 th. 2014


TINJAUAN PUSTAKA

6,5% digunakan untuk diagnosis diabetes terapi memperbaiki kontrol glikemik sebaiknya (glukosa 2 jam setelah pembebanan glukosa
mellitus. dimulai dengan obat yang bekerja menurun- 140-200 mg/dL).
kan hiperglikemia basal dan interprandial.
Glukosa postprandial adalah kontributor HbA1c memiliki kelebihan dibandingkan
utama pada pasien dengan kadar A1C antara Tiga status hiperglikemik untuk menilai risiko dengan pemeriksaan glukosa puasa dan
6,5-7,5%, maka terapi bertujuan untuk men- diabetes: HbA1c antara 5,7%-6,4%, glukosa tes toleransi glukosa 2 jam, namun terdapat
capai kadar A1C glukosa postprandial di bawah puasa terganggu (glukosa darah puasa 100- beberapa keadaan yang dapat memengaruhi
6,5%. Pada pasien dengan kadar A1C di atas 7,5%, 126 mg/dL), dan toleransi glukosa terganggu nilai HbA1c.

DAFTAR PUSTAKA
1. Chamnan P, Simmons RK, Forouhi NG, Luben RN, et al. Incidence of type 2 diabetes melitus using proposed HbA1c diagnostik criteria in the european prospective investigation of cancer-
norfolk cohort. Diabetes Care 2011;34:950-6.
2. Soulimane S, Simon D, Shaw J, Witte D, et al. HbA1c, fasting plasma glucose and the prediction of diabetes: Inter99, ausdiab and d.E.S.I.R. Diab Res Clin Pract. 2011:1-8.
3. Bueli C, Kermah D, Davidson M. Utility of A1c for diabetes screening in the 1999-2004 nhanes population. Diabetes Care 2007;30:2233-5.
4. Saudek CD, Herman WH, Sacks DB, Bergenstal RM, Edelman D, Davidson MB. A new look at screening and diagnosing diabetes mellitus. J Clin Endocrinol Metab. 2008;93:2447-53.
5. Harefa E. Peran HbA1c dalam skrining dan diagnosis diabetes melitus. Informasi Laboratorium Klinik Prodia 2010;3:1-3.
6. Kilpatrick ES. Hemoglobin A1c in the diagnosis and monitoring of diabetes mellitus. J Clin Pathol. 2008;61:977-82.
7. Sultanpur CM, Deepa K, Kumar SV. Comprehensive review on HbA1c in diagnosis of diabetes mellitus. Int J Pharm Sc Rev Resc. 2010;3:119-21.
8. Misra S, Hancock M, Meeran K, Dornhorst A, Oliver NS. HbA1c: An old friend in new clothes. The Lancet 2011;377:1476-7.
9. Gomez-Perez FJ, Aguilar-Salinas CA, Almeda-Valdes P, Cuevas-Ramos D, Garber IL, Rull JA. HbA1c for the diagnosis of diabetes mellitus in a developing country Arch Med Res.
2010;41:302-8.
10. Bunn H. Nonenzymatic glycosilation of protein: Relevance to diabetes. Am J Med. 1981;70:325-30.
11. Sacks DB, Arnold M, Bakris GL, Bruns DE, et al. Guideline and recommendations for laboratory analysis in the diagnosis and management of diabetes melitus. Diabetes Care. 2011;34:61-
99.
12. Nitin S. HbA1c and factors other than diabetes melitus affecting it. Singapore Med J. 2010;51:616-22.
13. Harefa E. Standardisasi dan harmonisasi pemeriksaan HbA1c. Forum Diagnosticum 2011;4:1-15.
14. Aldasouqi SA, Gossain VV. Hemoglobin a1c : Past, present and future. Ann Saudi Med. 2008;28:411-9.
15. Jeppsson J-O, Kobold U, Barr J, Finke A, et al. Approved IFCC reference method for the measurement of HbA1c in human blood. Clin Chem Lab Med. 2002;40:1688-97.
16. Saudek CD, Derr RL, Kalyani RR. Assessing glycemia in diabetes using self-monitoring blood glucose and hemoglobin A1c. JAMA 2006;295:1688-97.
17. Gough S, Manley S, Stratton I. HbA1c in diabetes case studies using IFCC units. Wiley Blackwell; 2010:2-61.
18. Little RR, Rohlfing CL. HbA1c standardization: Background, progress and current issues. Lab Med. 2009;40:368-73.
19. Monnier L, Collete C. Target for glycemic control concentrating on glucose. Diabetes Care 2009;32:199-203.
20. ADA. Standards ofmedical care in diabetes 2011. Diabetes Care 2011;34:11-61.
21. Goldstein DE. Understanding Ghb assays: A guided tour for clinicians. Clin Diabetes 1986;4:83-8.
22. NGSP. International expert committee report on the role of the A1c assay in the diagnosis of diabetes. Diabetes Care. 2009;32:1327-34.
23. International Expert Committee . International expert committee report on the role of the A1c assay in the diagnosis of diabetes. Diabetes Care 2009;32:1327-34.
24. Jovanovic L, Peterson CM. The clinical utility of glycated hemoglobin. Am J Med. 1981;70:331-8.
25. Nair M, Prabhakaran D, Narayan KMV, Sinha R, et al. HbA1c values for defining diabetes and impaired fasting glucose in asian indians. Primary Care Diabetes 2011;5:95-102.
26. Kramer CK, Aranetta MRG, Barrett-Connor E. A1c and diabetes diagnosis: The rancho bernardo study. Diabetes Care 2010;33:101-3.
27. Kumar PR, Bhansali A, Ravikiran M, Bhansali S, et al. Utility of glycated hemoglobin in diagnosing type 2 diabetes mellitus: A community-based study. J Clin Endocrinol Metab. 2010;95:2832-
35.
28. Shibata K, Suzukia S, Sato J, Ohsawad I, et al. Diagnostic accuracy of glycohemoglobin A1c (HbA1c) for postprandial hyperglycemia was equivalent to that of fasting blood glucose. J. Clin.
Epidemiol. 2005;58:1052-7.
29. Greci LS, Kailasam M, Malkani S, Katz DL, et al. Utility of HbA1c levels for diabetes case finding in hospitalized patients with hyperglycemia. Diabetes Care 2003;26:1064-8.
30. Avignon A, Radauceanu A, Monnier L. Nonfastinq plasma glucose is a better marker of diabetic control than fasting plasma glucose in type 2 diabetes. Diabetes Care 1997;20:1822-6.
31. Bonora E, Calcaterra F, Lombardi S, Bonfante N, et al. Plasma glucose levels throughout the day and HbA1c interrelationships in type 2 diabetes. Diabetes Care 2001;24:2023-9.
32. Rohlfing CL, Wiedmeyer H-M, Little RR, England JD, Tennill A, Goldstein DE. Defining the relationship between plasma glucose and HbA1c. Diabetes Care 2002;25:275-8.
33. Monnier L, Lapinski H, Colette C. Contributions of fasting and postprandial plasma glucose increments to the overall diurnal hyperglycemia of type 2 diabetic patients. Diabetes Care
2003;26:881-5.
34. Gillett MJ. Guidelines review :International expert committee report on the role of the A1c assay in the diagnosis of diabetes diabetes care 2009; 32(7): 1327-1334. Clin Biochem Rev.
2009;30:197-200.
35. Valds S, Botas P, Delgado E, lvarez F, Daz-Cadrniga F. HbA1c in the prediction of type 2 diabetes compared with fasting and 2-h post-challenge plasma glucose: The asturias study
(19982005). Diabetes & Metabolism 2011;37:27-32.
36. Lippi G, Targher G. Glycated hemoglobin (HbA1c): Old dogmas, a new perspective? Clin Chem Lab Med. 2010;48:609-14.

CDK-220/ vol. 41 no. 9, th. 2014 655

Anda mungkin juga menyukai