PENDAHULUAN
Suplai daya
1. Sumber Cahaya
Sumber cahaya yang digunakan dengan AAS adalah lampu katoda
berongga (Hollow Cathode Lamp). Lampu ini berisi sebuah anoda dan
sebuah katoda silindris yang berongga. Dengan memberikan tegangan
minimal 300 volt. Logam akan mulai memijar dan atom-atom logam
katodanya akan teruapkan. Atom yang tereksitasi kemudian memancarkan
radiasi pada panjang gelombang tertentu.
Gas-gas pengisi tabung yang biasa digunakan adalah Ne (Neon) dan Ar
(Argon). Dalam tabung, gas pengisi bertekanan dan temperaturnya cukup
rendah sehingga garis-garis spektrum pancaran dari lampu itu lebih sempit
daripada garis serapan analitnya.
2. Atomizer
Atomizer adalah alat yang digunakan untuk mengatomkan senyawa yang
akan dianalisa (sampel). Atomizer terdiri dari sistem pengabut (nebulizer) dan
sistem pembakar (burner), sehingga sistem atomizer ini juga disebut burner
nebulizer system atau sistem pengabut pembakar. Adapun macam-macam
atomizer sebagai berikut:
Flame, bekerja pada temperatur atomisasi 1700 3150 C dengan jenis
kontinyu
Inductively Coupled Argon Plasma, bekerja pada temperatur atomisasi
4000 5000 C dengan kontinyu
Direct Current Agent Plasma, bekerja pada temperatur 4000 6000 C
dengan jenis kontinyu
Electric Thermal, bekerja pada temperatur 1200 1300 C, dengan jenis
diskrit
Electric Arc, bekerja pada temperatur 4000 5000 C, baik untuk jenis
diskrit dan kontinyu
Electric Spark, bekerja pada temperatur 40000 C, baik untuk jenis diskrit
dan kontinyu.
Atomizer yang biasa digunakan pada spektrofotometer adalah jenis
sistem flame. Pada umumnya menggunakan energi panas yang dihasilkan
baik dengan listrik ataupun nyala api. Untuk memperoleh uap teratomisasi
yang optimum maka suhu harus diatur dengan baik, karena bila suhu terlalu
tinggi sebagian atom akan terionisasi, sehingga tidak menyerap panjang
gelombang yang diharapkan. Untuk mencapai suhu tertinggi bila dibakar
dengan asetylen, yaitu 3000 C.
Pada umumnya pengatoman terjadi pada tempat pembakaran sampel,
udara dan gas asetylen yaitu di burner head.
a. Nebulizer System
Sistem ini berfungsi untuk mengubah larutan menjadi butir-butir kabut
yang berukuran 15-20 m, dengan cara menarik larutan melalui kapiler
dengan penghisapan pancaran gas bahan bakar dan gas oksidasi
disemprotkan keruang pengabut melalui pengurangan tekanan dibawah
tekanan udara normal ( P < 1 atm ). Partikel-partikel kabut yang halus
kemudian bersama-sama aliran gas bahan bakar masuk kedalam nyala,
sedang partikel kabut yang besar dialirkan melalui saluran pembuangan.
b. Burner System
Sistem burner atau pembakaran ialah suatu sistem dimana nyala api
mengatomkan sampel yang telah dirubah menjadi kabut atau uap garam
unsur menjadi atom-atom normal.
3. Monokromator
Monokromator adalah alat yang berfungsi mengubah cahaya
polikromatik menjadi cahaya monokromatik. Monokromator terdiri dari
cermin dan grating atau dikenal dengan monokromator Czerney Turner.
Seperti ditunjukkan pada gambar 1.4 dibawah ini:
Focusing
Mirror
Ax = bcx
Cx = konsentrasi sampel
As = absorbansi larutan standar
Ax = absorbansi sampel
Cs konsentrasi larutan standar
2. Metode Kurva Kalibrasi
Metode kurva kalibrasi atau kurva standar yaitu dengan membuat kurva
antara konsentrasi larutan standar (sebagai absis) melawan absorbansi
(sebagai ordinat) dimana kurva tersebut berupa garis lurus. Kemudian dengan
cara menginterpolasikan absorbansi larutan sampel kedalam kurva standar
tersebut dan akan diperoleh konsentrasi larutan sampel, seperti yang
ditunjukkan pada gambar 1.5 dibawah ini:
Absorbansi sampel
y = A + Bx
y = Absorbansi
Absorbansi A = Intersep
larutan
B = Slope
standar
Konsentrasi
sampel
Gambar 1.5 Kurva Kalibrasi
3. Metode Penambahan Standar
Pada metode ini dibuat sederetan larutan cuplikan dengan konsentrasi
yang sama dan masing-masing larutan diukur dan dibuat kurva absorbansi
terhadap konsentrasi unsur standar yang ditambahkan. Pengukuran ini juga
sama dengan yang sebelumnya yaitu mengikuti hukum Beer, karena intinya
adalah pengukuran absorbansi yang dikorelasikan ke konsentrasi.
y = A + Bx
Absorbansi
larutan y = absorbansi
standar A = intersep
Konsetrasi B = slope
cuplikan
Gambar 1.6 Kurva Kalibrasi Penambahan Standar
Volume larutan standar
1.2.4 Gangguan pada AAS
Gangguan gangguan yang mungkin terjadi pada metode AAS, adalah
gangguan karena serapan latar, gangguan matriks, gangguan akibat pembentukan
senyawa refraktori, gangguan ionisasi, dan gangguan spektra.
1. Gangguan karena serapan latar, kadang-kadang sinar yang diberikan dari
lampu katoda berongga diserap oleh senyawa lain yang terkandung dalam
sampel. Adanya serapan ini akan mengganggu pengukuran serapan atom dari
unsur yang dianalisa, gangguan serapan ini disebut serapan latar. Serapan
latar disebabkan oleh:
a. Serapan molekuler yang disebabkan oleh senyawa-senyawa yang tidak
teratomisasi dalam atomizer.
b. Hamburan sinar yang disebabkan oleh partikel-partikel pada yang halus
yang melintang pada berkas sinar.
c. Serapan nyala bahan bakar yang digunakan serapan latar pada umumnya
mengganggu pada daerah panjang gelombang dibawah 2500 (daerah
ultraviolet).
Gangguan serapan latar dapat dikoreksi dengan cara sebagai berikut:
a. Dengan pengukuran yang lebih sederhana
Harga serapan yang diberikan pada pengukuran, memberikan jumlah
serapan atom yang dianalisa dengan serapan latar, serapan latar ini dapat
diukur pada panjang gelombang serapan atom yang dianalisa; maka harga
serapan atom dapat ditentukan secara mudah dengan pengurangan yang
sederhana.
b. Koreksi dengan garis yang berdekatan
Pada cara ini serapan latar diukur pada panjang gelombang +50 dari
garis serapan atom yang dianalisis. Metode ini mempunyai kekurangan
sebab lampu katoda berongga yang memancarkan sinar kuat pada +50
dari garis analisis unsur yang ditentukan tidak selalu tersedia dan juga
serapan atom dan serapan latar tidak diukur pada panjang gelombang yang
sama.
c. Koreksi dengan panjang gelombang sinar yang kontinyu
Sinar yang intensitasnya hampir merata pada daerah 1900 4300 , dapat
digunakan secara efektif untuk koreksi serapan latar, yaitu dapat
digunakan lampur H2/D2. Monokromator diatur pada panjang gelombang
garis analisis dan sinar dari lampu D2 diatur selebar beberapa disekitar
panjang gelombang dari unsur yang dianalisis, maka serapan latar dapat
diukur. Dengan pengurangan serapan latar, maka serapan atom dapat
diukur langsung dengan mudah.
2. Gangguan matriks, yaitu gangguan yang disebabkan oleh unsur-unsur atau
senyawa lain yang terkandung didalam cuplikan. Adanya matriks ini
menyebabkan perbedaan pada proses atomisasi dan proses penyerapan energi
radiasi oleh atom yang dianalisa dengan standar murni. Gangguan matriks ini
dapat diatasi dengan metode penambahan standar.
3. Gangguan akibat pembentukan senyawa refraktori, gangguan ini dapat
diakibatkan oleh reaksi antara analit dengan anion yang ada pada larutan
sampel sehingga terbentuk senyawa yang tahan panas (refraktori). Contohnya
fosfat akan bereaksi dengan kalsium dalam nyala yang menghasilkan
pirofosfat (Ca 2P2O7). Hal ini menyebabkan absorbsi atom kalsium
dalam nyala akan berkurang. Gangguan ini dapat diatasi dengan
menambahakan Releasing Agent berupa kation yaitu stronsium klorida dan
lanthanum nitrat kedalam larutan. Kedua logam tersebut mudah bereaksi
dengan fosfat dibanding dengan kalsium, sehingga reaksi antara kalsium
dan fosfat dapat diminimalkan. Gangguan ini juga dapat dihindari dengan
cara menambahkan Protective Agent seperti EDTA berlebih.
4. Gangguan ionisasi, gangguan ini terjadi pada penggunaan suhu yang tinggi,
sehingga atom-atom yang dianalisa tidak hanya teratomisasikan pada keadaan
tingkat energi dasar, tetapi atom-atom dapat tereksitasi secara thermal karena
panas atau dapat terionisasi. Gangguan ini dapat diatasi dengan menambah
unsur atau logam yang berlebihan yang mudah terionisasi sehingga
menghasilkan elektron dengan jumlah yang besar dan menekan proses
ionisasi unsur yang akan dianalisis. Biasanya, dengan menambah logam Na
atau K untuk menekan gangguan ionisasi ini.
5. Gangguan spektra, g angguan ini terjadi jika bentuk serapan atom yang
dianalisis overlapping dengan garis spektra dari unsur lain. Gangguan ini
jarang sekali terjadi karena panjang gelombang setiap serapan atom adalah
sangat karakteristik. Gangguan ini dapat diatasi dengan memilih panjang
gelombang serapan karakteristik yang lain.
BAB II
METODOLOGI
2.1.5
2.1.6
2.1.7
2.1.8
2.1.9
2.1.10
2.1.11
2.1.12
2.1.13
2.1.14
2.1.15
2.1.16
2.1.17
2.1.18
2.1.101
2.1.102
2.1.103
2.1.104
2.1.105
2.1.106
2.1.107
2.1.108
2.1.109
2.1.110
2.1.111
2.1.112
2.1.113 DAFTAR PUSTAKA
2.1.114
2.1.115 Day, R.A dan Underwood, A.L. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi
Kelima. Jakarta: Erlangga
2.1.116 http://www.wiwitpujilestari.web.unej.ac.id/2015/06/22/penjelasan-dan-
macam-macam monokromator-detektor-dan-nebuizer/