Anda di halaman 1dari 27

KONSEP TEORI

A. PENGERTIAN

- Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali, dengan/tanpa darah dan/atau lendir dalam

tinja (Suharyono, 1988: 51).

- Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3

kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur

lendir dan darah/lendir saja (Ngastiyah, 2005: 223).

- Diare adalah kehilangan cairan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi

satu kali/lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer dan cair (Suriadi, 1987: 83).

- Diare adalah buang air besar (defeksi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari

biasanya (normal 100-200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau setengah

cair (setengah padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat (Mansjoer,

2000: 470).

- Diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari 3 kali sehari (WHO, 1980).

- Diare adalah defekasi yang kerap dengan tinja

B. ETIOLOGI

a. Faktor Infeksi

1) Infeksi enteral: infeksi saluran pencernaan makanan yang meriupakan penyebab

utama diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut:

- Infeksi virus: enterovirus (virus ECHO, coxsaxide, poliomyelitis), adeno-virus,

rotavirus, astrovirus.
- Infeksi parasit: cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongyloides); protozoa

(entamoeba histolytica, giardia lamblia, tri chomonas nominis); jamur (candida

albicans).

2) Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti: otitis

media akut (OMA), transilitis/tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan

sebagainya. Keadaan ini terutama pada bayi dan anak berumur 2 tahun.

b. Faktor Malabsorbsi

1) Malabsorbsi karbohidrat:

- Disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa)

- Monosakarida (intoleransi glukosa, fraktosa, galaktosa).

Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).

2) Malabsorbsi lemak

3) Malabsorbsi protein

c. Faktor makanan (makanan basi, beracun, alergi, terhadap makanan)


d. Faktor psikologis (rasa takut dan cemas), jarang tapi dapat terjadi pada anak yang

lebih besar.
e. Faktor imunodefisiensi
f. Faktor obat-obatan, antibiotik
g. Faktor penyakit usus, colitis ulcerative, croho disease, enterocilitis.

C. TANDA DAN GEJALA

a. Tanda :
- Cengeng

- Anus dan daerah sekitar lecet

- BB menurun

- Turgor berkurang

- Mata dan ubun-ubun besar dan menjadi cekung (pada bayi)

- Selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering

- Nadi cupat dan kecil

- Denyut jantung jadi cepat

- TD menurun

- Kesadaran menurun

- Pucat, nafas cepat

- Buang air besar 4x/hari untuk bayi dan > 3x untuk anak-anak atau dewasa.

- Suhunya tinggi

b. Gejala :

- Tidak nafsu makan

- Lemas

- Dehidrasi

- Gelisah

- Cengeng

- Oliguria

- Anuria

- Rasa haus

D. PATOFISIOLOGI

Sebagai akibat diare baik akut/kronis akan terjadi:


1) Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi)

Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output lebih banyak daripada input)

merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.

2) Gangguan keseimbangan asambase (asidosis-metabolik)

Asidosis metabolik terjadi karena:

a. Kehilangan natrium bikarbonat bersama tinja

b. Adanya ketosil kelaparan

Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda keton tertimbun di dalam

tubuh.

c. Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan.

d. Pemindahan ion Na dari cairan ekstra seluler

3) Hipoglikemia

Hipoglikemia terjadi pada 2-3% pada anak-anak yang menderita diare. Pada orang

dengan gizi cukup (baik, hipoglikemia jarang terjadi, le bih sering terjadi pada

anak sebelumnya pernah menderita lalep).

4) Gangguan gizi

Ketika orang menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat terjadinya

penurunan BB dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan karena makanan yang

sering tidak dicerna dan diabsorbsi baik karena hiperperistaltik. Meningkatnya

motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan akibat dari

gangguan absorbsi dan ekskresi cairan-cairan dan elektrolit yang berlebihan.

Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga

menurunkan area permukaan intestinal, perubahan kapasitas intestinal dan terjadi

gangguan absorbsi cairan dan elektrolit.

5) Gangguan sirkulasi darah


Sebagai akibat diare dengan/tanpa disertai muntah dapat terjadi gangguan sirkulasi

darah berupa kegiatan (syok) hipovolemik. Akibat perfusi jaringan berkurang dan

terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat dan mengakibatkan perdarahan pada

otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera ditolong penderita dapat meninggal.

E. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis menurut Ngastiyah, 2005 adalah:

Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan

berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair mungkin disertai lendir atau

lendir dan darah. Warna tinja makin lama berubah kehijau-hijauan karena bercampur

dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan tinja

makin lama makin asam sebagai ak ibat makin banyak asam laktat yang berasal dari

laktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus selama diare. Gejala muntah dapat timbul sebelum

dan sesudah diare, dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat

gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Akan terjadi dehidrasi mulai nampak,

yaitu berat badan turun, turgor berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung

(pada bayi), selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.

Manifestasi klinis yang terjadi pada klien diare berdasarkan dehidrasi:

a. Diare dengan dehidrasi ringan

- Kehilangan cairan 5% dari berat badan

- Kesadaran baik (samnolen)

- Mata agak cekung

- Turgor kulit kurang dan kekenyalan kulit normal

- Berak cair 1-2 kali per hari


- Lemah dan haus

- Ubun-ubun besar agak cekung

b. Diare dengan dehidrasi sedang

- Kehilangan cairan lebih dari 5-10% dari berat badan

- Keadaan umum gelisah

- Rasa haus

- Denyut nadi cepat dan pernafasan agak cepat

- Mata cekung

- Turgor dan tonus otot agak berkurang

- Ubun-ubun besar cekung

- Kekenyalan kulit sedikit berkurang dan elastisitas kembali sekitar 1-2 detik

c. Diare dengan dehidrasi berat

- Kehilangan cairan lebih dari 10% dari berat badan

- Keadaan umum dan kesadarna umum koma (apatis)

- Denyut nadi cepat nsekali

- Pernafasan kusmaul (cepat sekali)

- Ubun-ubun besar cekung sekali

- Mata cekung sekali

- Turgor/tonus kurang sekali

- Selaput lendir kurang/asidosis

F. KLASIFIKASI

Diare dibagi menjadi 2:

- Diare akut
- Diare kronis

1. Diare Akut

Adalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari pada

bayi dan anak yang sebelumnya sehat.

2. Diare Kronis

Adalah diare yang berlangsung paling sedikit 2 minggu:

a. Diare osmotik

- Diare yang berhenti jika pemberian makanan (obat-obatan dihentikan).

- Pada diare osmotik, osmolatitas tinja diare merupakan beban osmotik utama yang

tidak terabsorbsi dan atau tidak diabsorbsi.

- Tinja mempunyai kadar Na+ rendah (< 50 mEq/l dan beda osmotiknya bertambah

besar (> 160 mOsm/L).

- Dapat disebabkan oleh malabsorbsi makanan, kekurangan kalori protein, bayi berat

badan lahir rendah dan bayi baru lahir.

- Kelainan-kelainan yang menyebabkan diare osmotik kronis dapat diklasifikasi dari

mekanisme patofisiologinya, umur pada saat mulainya/pola tampilannya.

b. Diare sekretorik

- Diare yang menetap walaupun penderita dipuasakan.

- Diare sekretorik jarang dan merupakan kelainan pada bayi.

- Frekuensi BAB > 5x/24 jam, encer, volumenya banyak.

- Tinja mempunyai kadar Na+ tinggi (> 90 mEq/L) dan perbedaan osmotiknya < 20

mOsm/L.

Klasifikasi diare kronik berdasarkan sifat tinja, berair, berlemak, ber darah pada bayi dan

anak me nurut Arasu dkk, 1979 antara lain:


a. Watery Stools/tinja besar

1) Gastroenteropati alergi

- Alergi proten susu sapi

- Alergi protein kedelai

2) a) - Defisiensi disakarida

- Defisiensi laktase sering sekunder

- Defisiensi sukares ismaltase

b) Malabsorbsi gluksoa galaktosa

3) Defek imun primer

4) Infeksi usus oleh virus, bakteri dan parasit (Giardk)

5) CSBS (contraminated small bowel syndrome)

- Obstruksi usus terhadpa loops, mal rotasi, short bowe syndrome, dan segalanya.

6) Presistent poslenteng diare dengan/tanpa intoleransi karbohidrat.

7) Diare sehubungan dengan penyakit endokrin

- Hipoparatiroidisme

- Insufisiensi adrenal

- Diabetes mellitus

8) Diare sehubungan dengan tumor

- Karsinom medula tiroid

- Ganglionueuroma

9) Malabsorpsi

a. Empedu-cholerrhoeic diarrhoea

b. Fatty stools/tinja berlemak

1) Insuifisiensi pankreas

- Hipoplasi
- Cystic fibrosis

2) Limfangiektasi usus

3) Kolestasis

- Atresia bilians ekstra/intrahepatik

- Hepatitis neonatal

- Sirosis hepatitis

c. Bloody stools/tinja berdarah

1) V. campylobacter, salmonella, shygella

2) Disentri amuba

3) Inflamatory bowel desease

4) Diare berhubungan dengan lesi anal

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan Tinja

1. Makroskopis

Bentuk tinja dan jumlah tinja dalam sehari kurang lebih 250 mg.

2. Mikroskopis

Na dalam tinja ( normal : 56-105 mEq/l ) Chloride dalam tinja ( normal : 55-95

mEq/l ), kalium dalam tinja ( normal : 25-26 mEq/l ), HCO3, dalam tinja ( normal :

14-31 mEq/l ).

b. PH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan label klining test bisa diduga

terjadi intoleransi gula.

1. PH normal kurang dari 6

2. Gula tinja, normalnya tidak terjadi gula dalam tinja.

c. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, lebih cepat dilakukan
dengan pemeriksaan analisa gas darah. Dalam pemeriksaan gas darah nilai jika terjadi

alkaliosis metabolic/asidosis respiratorikmaka nilai CO2 lebih tinggi dari nilai O2,

sedangkan jiaka terjadi asidosis metabolik alkalosis respiratori maka nilai CO2 lebih

rendah dari O2.

d. Pemeriksaan kadar urin dan kreatinin untuk mengetahui fool ginjal

1. Urin normal 20-40 mg/dl. Jika terjadi peningkatan menunjukan adanya dehidrasi

2. Kreatinin normal 0,5-1,5 mg/dl. Jika terjadi peningkatan menunjukan adanya

penurunan fungsi ginjal.

e. Pemeriksaan darah lengkap

Darah lengkap meliputi elektroda serum, kreatinin, menunjukan adanya dehidrasi. Nilai

normal hemoglobin adalah 13-16 g/dl, hematokrit 40-48 vol%. Hemoglobin dan

hematokrit biasanya mengalami penurunan diare akut.

f. Duodeual Intubation

Gunanya untuk mengetahui kuman secara kuantitatif terutama pada diare kronik.

Penyebab yang ditemukan tidak ada yang berupa mikroba tunggal baik itu Shigela,

Crypto Sporodium dan E. Colienteroagregatif.

Hasil pemeriksaan duodeual intubation berupa +++ ( positif 3 ) menunjukan adanya 3

kuman bakteri yang menjadi penyebab diare.

H. PENULARAN

Penyakit diare dapat ditularkan melalui:

1. Menggunakan sumber air yang tercemar

2. BAB sembarang tempat

3. Pencemaran makanan oleh serangga (lalat, kecoa) atau oleh tangan kotor

4. Fecal oral melalui makanan dan minuman yang tercemar

5. Melalui makanan yang terkontaminasi oleh penyaji makanan yang mengidap viral
gastroenteritis bahkan diperkuat bila orang tersebut tidak mencuci tangannya secara

teratur setelah menggunakan kamar mandi.

6. Mengkonsumsi ikan mentah/tidak dimasak yang diambil dari air yang terkontaminasi.

7. Kontak langsung dengan orang yang terinfeksi virus, misalnya dengan makan,

minum bersama/menggunakan peralatan makan yang sama dengan orang yang

terinfeksi virus diare.

I. PENCEGAHAN

1. Mencuci tangan sebelum makan untuk mengurangi infeksi

2. Mendesinfeksi permukaan peralatan rumah tangga.

3. Mencuci pakaian kotor dengan segera sampai bersih

4. Hindari makanan dan air yang terkontaminasi.

J. KOMPLIKASI

1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik/hipertonik). Dehidrasi ( ringan,

sedang, berat, hipotonik, isotonik/hipertonik ). Terjadi karena kehilangan cairan dan elektrolit

yang banyak dalam waktu yang singkat.

a. Berdasarkan kehilangan cairan dan elektrolit atau tonisitas dalam tubuh

Dehidrasi tonik

Tidak ada perubahan konsistensi elektrolit darah, tonus dan osmolality cairan

ekstra sel yang sisa sama dengan vontanela normal, frekuensi jantung normal

kadar natrium dalam serumant 130-150 mEq/l

Dehidrasi hipotonik
Tonus dan tugor mau buruk selaput lender tidak kering( lembab). Pemeriksaan

laboratorium kadar ion natrium dalam serum, 131 mEq/l.

Dehidrasi hipertonik

Caiaran yang keluar lebih banyak mengandung air dari pada garam, terjadi karena

cairan peroral sangat kurang excessive evaporative losses misalnya, panas tinggi,

hiperventilasi, misalnya bronkopenemonia, pemeriksaan laboratorium kadar ion

natrium dalam serum > 150 mEq/l

b. Berdeasarkan derajatnya

Dehidrasi ringan

Berat badan< 5 %, haus meningkat, membran mukosa sedikit kering, tekanan jadi

normal, hanya ada ekstremitas perfusi, mata sedikit cekung, fontanela normal, tugor

masih baik, status mental normal.

Dehidrasi sedang

Berat badan turun 5-10%, keadaan umum gelisah, haus meningkat, tugor turun,

frekuensi janting meningkat, membran mukosa kering, merah, kadang sianosis, mata

cekung, tekanan nadi mengecil, dan frekuesi keluar urin mengurang, kembalinya

kapiler lambat,setatus mental normal sampai lesu.

Dehidrasi berat

Berat badan turun 5-10%, keadaan umum gelisah sampai apatis,bibir kering, merah,

kadang sianosis, tugor kulit jelek, mata dan fontanela cekung, tekanan nadi mengecil,

dan frekuesi keluar urin tidak ada, nafas frekuesi tachikardi, ekstremitas dingin, haus

meningkat

2. Hipernatremia
Sering terjadi pada bayi baru lahir sampai usia 1 tahun ( khususnya bayi berumur <6 bulan ).

Biasanya terjadi pada diare yang disertai mutah dengan intake cairan atau makanan kurang /

cairan yang diminum terlalu banyak mengandung Na, pada bayi juga dapat terjadi jika setelah

diare sembuh diberi oralit dalam jumlah berlebihan.

3. Hiponatremia

Terjadi pada penderita diare yang minum sedikit cairan / tidak mengandung Na. Penderita

gizi buruk mempunyai kecenderungan mengalami hiponatremia.

4. Demam

Demam sering terjdi pada infeksi Shigella disertai dan rota virus. Pada demam umumnya

akan timbul jika penyebab diare mengadakan infasi kedalam epitel usus. Demam juga dapat

juga terjadi karena dehidrasi. Demam yang terjadi akibat dehidrasi umumnya tidak tinggidan

akan turun setelah mengalami hidrasi yang cukup. Demam yang tinggi mungkin diikuti

kejang demam.

5. Asidosis Metabolic

Ditandai dengan bertambahnya asam/hilangnya basa cairan ekstra seluler. Sebagai

kompensasi terjadi asidosis respirasi , yang diatandai dengan pernafasan cepat dan dalam.

6. Hipokalemia ( sereum K,3,0 mMol/L)

Penggantian K sealama dehidrasi yang tidak cukup, maka akan terjadi kekurangan K yang

ditandai dengan kelemahan pada tungkai, ileus, kerusakan ginjal, dan aritmia jantung

7. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim laktase

8. Ileus paratukus

Komplikasi yang sering dan fatal terutama pada anak kecil sebagai akibat penggunaan obat

anti motilitas.

9. Intoleransi laktosa
Pada penderita intoleransi laktosa, pemberian susu formula pada penderita diare dapat

menimbulkan volume tinja bertambah, BB tidak bertambah, tanda dan gejala dehidarasi

memburuk dan tinja terdapat reduksi dalam jumlah cukup banyak.

10. Kejang, terjadi karena :

a. Hipoglikemia, kalau anak dipuasakan terlalu lama

b. Kejang demam

c. Hipernatremia dan hiponatremia

d. Penyakit pada SSP yang tidak ada hubunganya dengan diare seperti meningitis,

ensefalitis/epilepsi.

11. Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik)

12. Cardiac dysrhythmias akibat hipokalsemi dan hipokalsemi.

13. Mutah

Dapat disebabkan oleh dehidrasi, iritasi usus karena infeksi ileus yang menyebabkan

gangguan fungsi usus yang ber hubungan dengan infeksi sistemik. Mutah dapat disebabkan

karena pemberian cairan oral terlalu cepat.

K. PENATALAKSANAAN

a. Penatalaksanaan Medis

Dasar pengobatan diare adalah:

1) Pemberian cairan

a. Belum ada dehidrasi

Per oral sebanyak anak mau minum (ad libitum) atau 1 gelas tiap defekasi

b. Dehidrasi ringan

1 jam pertama: 25-50 ml/kgBB per oral (intragastrik)


selanjutnya: 125 ml/kgBB per oral (intragastrik)

c. Dehidrasi sedang

1 jam pertama: 50-100 ml/kgBB per oral/intragastrik (sonde)

selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari ad libitum.

d. Dehidrasi berat

Untuk anak umur 1 bulan 2 tahun berat badan 3 10 kg.

1 jam pertama

12 ml/kgBB/jam = 3 tetes /kgBB/menit (set infus berukuran 1 ml = 15 tetes)

atau 13 tetes/kgBB/menit (1 set infus 1 ml = 20 tetes).

7 jam berikut:

12 ml/kgBB/jam = 3 tetes/kgBB/menit (1 set infus = 15 tetes) atau 4

tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes).

16 jam berikut:

125 ml/kgBB per oral atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum, teruskan

DG aa intravena 2 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 15 tetes) atau 3

tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes).

Untuk anak lebih dari 2 5 tahun dengan berat badan 10-15 kg.

1 jam pertama:

30 ml/kgBB/jam atau 8 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 10

tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).

7 jam berikutnya:

10 ml/kgBB/jam atau 3 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 4 tetes/

kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).

16 jam berikutnya:
125 ml/kgBB oralit per oral atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum

dapat diteruskan dengan DG aa intravena 2 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes)

atau 3 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).

Untuk anak lebih dari 5 10 tahun dengan BB 15-25 kg

1 jam pertama

20 ml/kgBB/jam atau 5 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 7

tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).

7 jam berikut:

10 ml/kgBB/jam atau 2 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 3

tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).

16 jam:

105 ml/kg BB oralit peroral atau bila anak tidak mau minum dapat diberikan

DG aa intravena 1 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 1

tetes/kgBB/menit (set 1 ml = 20 tetes)

Untuk bayi baru lahir (neonatus) dengan berat badan 2-3 g

Kebutuhan cairan:

125 ml + 100 ml = 250 ml/kgBB/24 jam.

Jenis cairan:

Cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1 %)

Kecepatan:

4 jam pertama: 25 ml/kgBB/jam atau 6 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) 8

tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).

20 jam berikutnya: 150 ml/kgBB/20 jam atau 2 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15

tetes) atau 2 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).


Untuk bayi berat badan lahir rendah, dengan berat badan kurang dari 2 kg .

Kebutuhan cairan:

25 ml/kgBB/24 jam

Jenis cairan:

Cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1 %)

Kecepatan:

Sama dengan pada bayi baru lahir.

Cairan untuk pasien MEP sedang dan berat dengan diare dehidrasi berat.

Misalnya untuk anak umur 1 bulan 2 tahun dengan berat badan 3-10 kg.

Jenis cairan: DG aa

Jumlah cairan: 250 ml/kgBB/24 jam (tabel 3.3).

Kecepatan:

4 jam pertama: 60 ml/kgBB/jam atau 15 ml/kgBB/jam atau = 4 tetes/kgBB/menit

(1 ml = 15 menit) atau 5 tetes/kgBB/menit (1 ml =

20 jam berikutnya: 150 ml/kgBB/20 jam atau 2 tetes/kgBB/menit (1 tetes).

20 jam berikutnya: 190 ml/kgBB/20 jam atau 10 ml/kgBB/jam atau 2

tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).

Pemberian cairan pasien MEP tipe marasmik.

Kwaskhiorkor dengan diare dehidrasi berat dan pasien MEP 3-10 kg, umur 1

bulan 2 tahun jumlah cairan 200 ml/kg BB/24 jam.

2) Pengobatan dietetik

Untuk anak (1 tahun dan > 1 tahun dengan BAB<7 kg, jenis makanannya:

- Susu (ASI dan atau formula yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak tidak

jenuh).
- Makanan padat (bubur), makanan padat (nasi tim).

- Susu khusus sesuai dengan kelainannya misalnya tidak mengandung laktosa/asam lemak

berantai sedang atau jenuh.

Cara memberikan:

Har Ket

i
1. Setelah rehidrasi segera diberikan makanan per oral

Bila beri susu tetapi tetap diare, maka beroralit selang-

seling dengan ASI.


2-4 Beri susu formula rendah laktosa penuh.
5 Bila tidak ada kelainan dipulangkan.

3) Obat-obatan

a. Obat anti sekresi

b. Obat spasmolitik

c. Antibiotik, diberikan jika jelas penyebabnya misal oleh bakteri.

Cairan per oral

- Pasien dehidrasi ringan dan sedang diberi cairan per oral yaitu NaCl dan NaHCO 3, KCl

dan glukosa.

- Pasien diare akut dan koleri umur 6 bulan diberi Natrium 90 mEq/L.

- Pasien umur 6 bulan de ngan dehidrasi ringan/sedang diberi Natrium 50-60 mEq/L.

- Pemberian formula tidak lengkap (mengandung garam dan gula), lengkap (oralit).

Cairan parenteral

- Pemberian RL sesuai dengan berat/ringannya penyakit dan juga sesuai umur dan BBnya.
b. Penatalaksanaan Keperawatan

1) Resiko terjadi gangguan sirkulasi darah

a) Bila dehidrasi masih ringan

- Beri minum sebanyak-banyaknya 1 gelas/pasien defekasi

- Cairan mengand ung elektrolit seperti oralit

- Jika anak muntah dapat diberikan melalui sonde

- Jika lewat oral tidak bisa makan dipasang infus RL sesuai persetujuan dokter.

b) Pada dehidrasi berat

Selama 4 jam pertama tetesan lebih cepat, jumlah cairan yang masuk tubuh dapat dihitung

dengan cara:

- Jumlah tetesan permenit dikalikan 60, dibagi 15/20 (sesuai set infus yang dipakai0

- Perhatikan tanda vital: denyut, nadi, pernapasan, suhu dan tekanan darah.

- Perhatikan frekuensi buang iar besar anak apakah masih sering, encer/sudah berubah

konsistensinya.

- Beri minuman teh/oralit 1-2 sendok setiap jam untuk mencegah bibir dan selaput lendir

kering.

- Jika rehidrasi telah terjadi, infus dihentikan, pasien diberi makan lunak.

2) Kebutuhan nutrisi

- Beri makanan mengandung cukup kalori, protein, mineral vitamin tetapi tidak

menimbulkan diare kembali.

- Beri ASI terus bagi bayi yang masih minum ASI.

- Bila bayi tidak minum ASI diberi susu yang cocok.

- Bagi anak di atas 1 tahun dan sudah makan biasa dianjurkan makan bubur tanpa sayuran

dan minum teh bagi hari masih diare, hari keesokannya jika membaik boleh diberi wortel
daging tidak berlemak.

3) Risiko terjadi komplikasi

Biasanya terjadi dehidrasi asidosis, dan komplikasi terjadi sebagai akibat tindakan

pengobatan sebagai berikut:

- Infeksi terjadi hematom, flebitis

- Kelebihan cairan terjadi sembab, mengkilap pada kelopak mata bayi, bengkak seluruh

wajah, jika berlanjut edema paru, sesak nafas bila edema sampai otak, kejang, sehinga

terutama untuk bayi tetesannya harus tepat.

- Kulit iritasi dan lecet pada anus dan sekitarnya, dapat dibersihkan dengan kapas yang

dibasahi minyak sayur, jangan sesekali beri bedak.

- Kejang-kejang karena hipoglikemia atau kelebihan cairan.

- Malnutrisi energi protein.

4) Gangguan rasa aman dan nyaman

- Karena sering buang air sehingga melelahkan dapat dirawat di atas eltor bed.

- Bagi pasien dilakukan biopsi usus perlu diberi penjelasan dan motivasi, karena

posisinya miring 2 3 jam.

5) Kurang pengetahuan orang tua mengenai penyakit

- Beri penyuluhan, seperti penularan penyakit melalui 4 F (finger, feces, food, dan fly)

yaitu:

Mencuci tangah

Membiasakan defekasi di jamban

Kebersihan lingkungan menghindari lalat

Makanan selalu tertutup dan air minum yang di masak.

- Jangan lupa memberikan oralit, dan ini hanya untuk pencegahan.


CARA PEMBUATAN ORALIT

a. Bahan dan Peralatan

1. Satu gelas belimbing air matang hangat 200 cc

2. Satu sendok makan gula pasir

3. Satu jimp[it atau sepucuk sendok the garam dapur

b. Cara membuat

Masukan gula dan garam ke dalam gelasd yang telah berisi air matang hangat, aduk hingga

rata kemudian minumkan kkepada penderita

Pathways Diare

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Diare b/d inflamasi bakteri / proses infeksi.

b. Defisit volume cairan b/d kehilangan cairan aktif


c. Risiko kerusakan integritas kulit b/d lembab

d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d penurunan intake makanan.

C. INTERVENSI

1.

No Di

1. Diare b.d inflamasi bakteri / proses infeksi.

Definisi :

BAB cair atau tidak berbentuk

Batasan Karakteristik :

- Sedikitnya BAB cair lebih dari 3 kali dalam sehari

- Suara usus hiperaktif

- Nyeri perut

- Kram

- Urgensi

Faktor yang berhubungan :

- Tingkat stres dan cemas tinggi

- Alkoholik

- Keracunan

- Penyalahgunaan laksatif

- Radiasi

- Pemberian makan melalui selang

- Efek samping obat

- Kontaminasi

- Taravelling

- Inflamasi

- Malabsorbsi

- Proses infeksi
- Iritasi

- Parasit

2 Defisit volume cairan b/d kehilangan cairan aktif

Definisi : Penurunan cairan intravaskuler, interstisial, dan/atau intrasellular. Ini men

Batasan Karakteristik :

- Kelemahan

- Haus

- Penurunan turgor kulit/lidah

- Membran mukosa/kulit kering

- Peningkatan denyut nadi, penurunan tekanan darah, penurunan volume/tekanan

- Pengisian vena menurun

- Perubahan status mental

- Konsentrasi urine meningkat

- Temperatur tubuh meningkat

- Hematokrit meninggi

- Kehilangan berat badan seketika (kecuali pada third spacing)

Faktor-faktor yang berhubungan:

- Kehilangan volume cairan secara aktif

- Kegagalan mekanisme pengaturan


3 Risiko kerusakan integritas kulit b/d ekskresi/BAB sering

Definisi : Semua risiko untuk kulit yang merupakan perubahan yang bersifa

Faktor resiko :

1. eksternal

factor mekanik

hipo/hipertermi

imobilitas fisik

substansi kimia

ekskresi atau sekresi

radiasi

kelembaban

pelembab

usia yang ekstrim

2. internal

pengobatan

tulang yang menonjol

kekebalan tubuh

perubahan sensasi

perubahanpigmentasi

perubahan status metabolic

perubahan sirkulasi

perubahn turgor kulit

perubahan status nutrisi

psikogenik
4 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d penurunan intake mak

Definisi : Intake nutrisi tidak cukup untuk keperluan metabolisme tubuh.

Batasan karakteristik :

- Berat badan 20 % atau lebih di bawah ideal

- Dilaporkan adanya intake makanan yang kurang dari RDA (Recomended Daily A

- Membran mukosa dan konjungtiva pucat

- Kelemahan otot yang digunakan untuk menelan/mengunyah

- Luka, inflamasi pada rongga mulut

- Mudah merasa kenyang, sesaat setelah mengunyah makanan

- Dilaporkan atau fakta adanya kekurangan makanan

- Dilaporkan adanya perubahan sensasi rasa

- Perasaan ketidakmampuan untuk mengunyah makanan

- Miskonsepsi

- Kehilangan BB dengan makanan cukup

- Keengganan untuk makan

- Kram pada abdomen

- Tonus otot jelek

- Nyeri abdominal dengan atau tanpa patologi

- Kurang berminat terhadap makanan

- Pembuluh darah kapiler mulai rapuh

- Diare dan atau steatorrhea

- Kehilangan rambut yang cukup banyak (rontok)

- Suara usus hiperaktif

- Kurangnya informasi, misinformasi

Faktor-faktor yang berhubungan :


Ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan atau mengabsorpsi zat-zat g

Discharge Planning

1. Ajarkan pada orang tua mengenai perawatan anak, pemberian makanan dan minuman

(misal oralit).

2. Ajarkan mengenai tanda tanda dehidrasi, ubun ubundan mata cekung, turgor kulit tidak

elastis, membran mukosa kering

3. Jelaskan obat obatan yang diberikan, efek samping dan kegunaannya.

DAFTAR PUSTAKA

Behrman, dkk. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta: EGC.

Dona. 1996. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. Jakarta: EGC.

Hinchliff, Sue. 1999. Kamus Keperawatan Edisi 17. Jakarta: EGC.

Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta: Media

Aesculapius.
Ngastiyah. 2002. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Ramali, Ahmad. 2003. Kamus Kedokteran Edisi 24. Jakarta: Djambatan.

Suharyono, dkk. 1998. Gastroenterologi Anak Praktis. Jakarta: Gaya Baru.

Suntosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. 2005-2006. Definisi dan

Klasifikasi. Yogyakarta: Prima Medika.

Suriadi, dkk. 2001. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: PT. Fajar

Anda mungkin juga menyukai