Laporan Pendahuluan Gastroentritis
Laporan Pendahuluan Gastroentritis
A. PENGERTIAN
- Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali, dengan/tanpa darah dan/atau lendir dalam
- Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3
kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur
- Diare adalah kehilangan cairan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi
satu kali/lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer dan cair (Suriadi, 1987: 83).
- Diare adalah buang air besar (defeksi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari
biasanya (normal 100-200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau setengah
cair (setengah padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat (Mansjoer,
2000: 470).
- Diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari 3 kali sehari (WHO, 1980).
B. ETIOLOGI
a. Faktor Infeksi
rotavirus, astrovirus.
- Infeksi parasit: cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongyloides); protozoa
albicans).
2) Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti: otitis
sebagainya. Keadaan ini terutama pada bayi dan anak berumur 2 tahun.
b. Faktor Malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat:
Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).
2) Malabsorbsi lemak
3) Malabsorbsi protein
lebih besar.
e. Faktor imunodefisiensi
f. Faktor obat-obatan, antibiotik
g. Faktor penyakit usus, colitis ulcerative, croho disease, enterocilitis.
a. Tanda :
- Cengeng
- BB menurun
- Turgor berkurang
- TD menurun
- Kesadaran menurun
- Buang air besar 4x/hari untuk bayi dan > 3x untuk anak-anak atau dewasa.
- Suhunya tinggi
b. Gejala :
- Lemas
- Dehidrasi
- Gelisah
- Cengeng
- Oliguria
- Anuria
- Rasa haus
D. PATOFISIOLOGI
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output lebih banyak daripada input)
tubuh.
3) Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% pada anak-anak yang menderita diare. Pada orang
dengan gizi cukup (baik, hipoglikemia jarang terjadi, le bih sering terjadi pada
4) Gangguan gizi
Ketika orang menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat terjadinya
penurunan BB dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan karena makanan yang
darah berupa kegiatan (syok) hipovolemik. Akibat perfusi jaringan berkurang dan
otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera ditolong penderita dapat meninggal.
E. MANIFESTASI KLINIS
Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan
berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair mungkin disertai lendir atau
lendir dan darah. Warna tinja makin lama berubah kehijau-hijauan karena bercampur
dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan tinja
makin lama makin asam sebagai ak ibat makin banyak asam laktat yang berasal dari
laktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus selama diare. Gejala muntah dapat timbul sebelum
dan sesudah diare, dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat
gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Akan terjadi dehidrasi mulai nampak,
yaitu berat badan turun, turgor berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung
(pada bayi), selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.
- Rasa haus
- Mata cekung
- Kekenyalan kulit sedikit berkurang dan elastisitas kembali sekitar 1-2 detik
F. KLASIFIKASI
- Diare akut
- Diare kronis
1. Diare Akut
Adalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari pada
2. Diare Kronis
a. Diare osmotik
- Pada diare osmotik, osmolatitas tinja diare merupakan beban osmotik utama yang
- Tinja mempunyai kadar Na+ rendah (< 50 mEq/l dan beda osmotiknya bertambah
- Dapat disebabkan oleh malabsorbsi makanan, kekurangan kalori protein, bayi berat
b. Diare sekretorik
- Tinja mempunyai kadar Na+ tinggi (> 90 mEq/L) dan perbedaan osmotiknya < 20
mOsm/L.
Klasifikasi diare kronik berdasarkan sifat tinja, berair, berlemak, ber darah pada bayi dan
1) Gastroenteropati alergi
2) a) - Defisiensi disakarida
- Obstruksi usus terhadpa loops, mal rotasi, short bowe syndrome, dan segalanya.
- Hipoparatiroidisme
- Insufisiensi adrenal
- Diabetes mellitus
- Ganglionueuroma
9) Malabsorpsi
a. Empedu-cholerrhoeic diarrhoea
1) Insuifisiensi pankreas
- Hipoplasi
- Cystic fibrosis
2) Limfangiektasi usus
3) Kolestasis
- Hepatitis neonatal
- Sirosis hepatitis
2) Disentri amuba
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Tinja
1. Makroskopis
Bentuk tinja dan jumlah tinja dalam sehari kurang lebih 250 mg.
2. Mikroskopis
Na dalam tinja ( normal : 56-105 mEq/l ) Chloride dalam tinja ( normal : 55-95
mEq/l ), kalium dalam tinja ( normal : 25-26 mEq/l ), HCO3, dalam tinja ( normal :
14-31 mEq/l ).
b. PH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan label klining test bisa diduga
c. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, lebih cepat dilakukan
dengan pemeriksaan analisa gas darah. Dalam pemeriksaan gas darah nilai jika terjadi
alkaliosis metabolic/asidosis respiratorikmaka nilai CO2 lebih tinggi dari nilai O2,
sedangkan jiaka terjadi asidosis metabolik alkalosis respiratori maka nilai CO2 lebih
1. Urin normal 20-40 mg/dl. Jika terjadi peningkatan menunjukan adanya dehidrasi
Darah lengkap meliputi elektroda serum, kreatinin, menunjukan adanya dehidrasi. Nilai
normal hemoglobin adalah 13-16 g/dl, hematokrit 40-48 vol%. Hemoglobin dan
f. Duodeual Intubation
Gunanya untuk mengetahui kuman secara kuantitatif terutama pada diare kronik.
Penyebab yang ditemukan tidak ada yang berupa mikroba tunggal baik itu Shigela,
H. PENULARAN
3. Pencemaran makanan oleh serangga (lalat, kecoa) atau oleh tangan kotor
5. Melalui makanan yang terkontaminasi oleh penyaji makanan yang mengidap viral
gastroenteritis bahkan diperkuat bila orang tersebut tidak mencuci tangannya secara
6. Mengkonsumsi ikan mentah/tidak dimasak yang diambil dari air yang terkontaminasi.
7. Kontak langsung dengan orang yang terinfeksi virus, misalnya dengan makan,
I. PENCEGAHAN
J. KOMPLIKASI
sedang, berat, hipotonik, isotonik/hipertonik ). Terjadi karena kehilangan cairan dan elektrolit
Dehidrasi tonik
Tidak ada perubahan konsistensi elektrolit darah, tonus dan osmolality cairan
ekstra sel yang sisa sama dengan vontanela normal, frekuensi jantung normal
Dehidrasi hipotonik
Tonus dan tugor mau buruk selaput lender tidak kering( lembab). Pemeriksaan
Dehidrasi hipertonik
Caiaran yang keluar lebih banyak mengandung air dari pada garam, terjadi karena
cairan peroral sangat kurang excessive evaporative losses misalnya, panas tinggi,
b. Berdeasarkan derajatnya
Dehidrasi ringan
Berat badan< 5 %, haus meningkat, membran mukosa sedikit kering, tekanan jadi
normal, hanya ada ekstremitas perfusi, mata sedikit cekung, fontanela normal, tugor
Dehidrasi sedang
Berat badan turun 5-10%, keadaan umum gelisah, haus meningkat, tugor turun,
frekuensi janting meningkat, membran mukosa kering, merah, kadang sianosis, mata
cekung, tekanan nadi mengecil, dan frekuesi keluar urin mengurang, kembalinya
Dehidrasi berat
Berat badan turun 5-10%, keadaan umum gelisah sampai apatis,bibir kering, merah,
kadang sianosis, tugor kulit jelek, mata dan fontanela cekung, tekanan nadi mengecil,
dan frekuesi keluar urin tidak ada, nafas frekuesi tachikardi, ekstremitas dingin, haus
meningkat
2. Hipernatremia
Sering terjadi pada bayi baru lahir sampai usia 1 tahun ( khususnya bayi berumur <6 bulan ).
Biasanya terjadi pada diare yang disertai mutah dengan intake cairan atau makanan kurang /
cairan yang diminum terlalu banyak mengandung Na, pada bayi juga dapat terjadi jika setelah
3. Hiponatremia
Terjadi pada penderita diare yang minum sedikit cairan / tidak mengandung Na. Penderita
4. Demam
Demam sering terjdi pada infeksi Shigella disertai dan rota virus. Pada demam umumnya
akan timbul jika penyebab diare mengadakan infasi kedalam epitel usus. Demam juga dapat
juga terjadi karena dehidrasi. Demam yang terjadi akibat dehidrasi umumnya tidak tinggidan
akan turun setelah mengalami hidrasi yang cukup. Demam yang tinggi mungkin diikuti
kejang demam.
5. Asidosis Metabolic
kompensasi terjadi asidosis respirasi , yang diatandai dengan pernafasan cepat dan dalam.
Penggantian K sealama dehidrasi yang tidak cukup, maka akan terjadi kekurangan K yang
ditandai dengan kelemahan pada tungkai, ileus, kerusakan ginjal, dan aritmia jantung
7. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim laktase
8. Ileus paratukus
Komplikasi yang sering dan fatal terutama pada anak kecil sebagai akibat penggunaan obat
anti motilitas.
9. Intoleransi laktosa
Pada penderita intoleransi laktosa, pemberian susu formula pada penderita diare dapat
menimbulkan volume tinja bertambah, BB tidak bertambah, tanda dan gejala dehidarasi
b. Kejang demam
d. Penyakit pada SSP yang tidak ada hubunganya dengan diare seperti meningitis,
ensefalitis/epilepsi.
11. Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik)
13. Mutah
Dapat disebabkan oleh dehidrasi, iritasi usus karena infeksi ileus yang menyebabkan
gangguan fungsi usus yang ber hubungan dengan infeksi sistemik. Mutah dapat disebabkan
K. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan Medis
1) Pemberian cairan
Per oral sebanyak anak mau minum (ad libitum) atau 1 gelas tiap defekasi
b. Dehidrasi ringan
c. Dehidrasi sedang
d. Dehidrasi berat
1 jam pertama
7 jam berikut:
16 jam berikut:
125 ml/kgBB per oral atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum, teruskan
Untuk anak lebih dari 2 5 tahun dengan berat badan 10-15 kg.
1 jam pertama:
tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
7 jam berikutnya:
kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
16 jam berikutnya:
125 ml/kgBB oralit per oral atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum
1 jam pertama
tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
7 jam berikut:
tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
16 jam:
105 ml/kg BB oralit peroral atau bila anak tidak mau minum dapat diberikan
Kebutuhan cairan:
Jenis cairan:
Kecepatan:
tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
Kebutuhan cairan:
25 ml/kgBB/24 jam
Jenis cairan:
Kecepatan:
Cairan untuk pasien MEP sedang dan berat dengan diare dehidrasi berat.
Misalnya untuk anak umur 1 bulan 2 tahun dengan berat badan 3-10 kg.
Jenis cairan: DG aa
Kecepatan:
Kwaskhiorkor dengan diare dehidrasi berat dan pasien MEP 3-10 kg, umur 1
2) Pengobatan dietetik
Untuk anak (1 tahun dan > 1 tahun dengan BAB<7 kg, jenis makanannya:
- Susu (ASI dan atau formula yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak tidak
jenuh).
- Makanan padat (bubur), makanan padat (nasi tim).
- Susu khusus sesuai dengan kelainannya misalnya tidak mengandung laktosa/asam lemak
Cara memberikan:
Har Ket
i
1. Setelah rehidrasi segera diberikan makanan per oral
3) Obat-obatan
b. Obat spasmolitik
- Pasien dehidrasi ringan dan sedang diberi cairan per oral yaitu NaCl dan NaHCO 3, KCl
dan glukosa.
- Pasien diare akut dan koleri umur 6 bulan diberi Natrium 90 mEq/L.
- Pasien umur 6 bulan de ngan dehidrasi ringan/sedang diberi Natrium 50-60 mEq/L.
- Pemberian formula tidak lengkap (mengandung garam dan gula), lengkap (oralit).
Cairan parenteral
- Pemberian RL sesuai dengan berat/ringannya penyakit dan juga sesuai umur dan BBnya.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
- Jika lewat oral tidak bisa makan dipasang infus RL sesuai persetujuan dokter.
Selama 4 jam pertama tetesan lebih cepat, jumlah cairan yang masuk tubuh dapat dihitung
dengan cara:
- Jumlah tetesan permenit dikalikan 60, dibagi 15/20 (sesuai set infus yang dipakai0
- Perhatikan tanda vital: denyut, nadi, pernapasan, suhu dan tekanan darah.
- Perhatikan frekuensi buang iar besar anak apakah masih sering, encer/sudah berubah
konsistensinya.
- Beri minuman teh/oralit 1-2 sendok setiap jam untuk mencegah bibir dan selaput lendir
kering.
- Jika rehidrasi telah terjadi, infus dihentikan, pasien diberi makan lunak.
2) Kebutuhan nutrisi
- Beri makanan mengandung cukup kalori, protein, mineral vitamin tetapi tidak
- Bagi anak di atas 1 tahun dan sudah makan biasa dianjurkan makan bubur tanpa sayuran
dan minum teh bagi hari masih diare, hari keesokannya jika membaik boleh diberi wortel
daging tidak berlemak.
Biasanya terjadi dehidrasi asidosis, dan komplikasi terjadi sebagai akibat tindakan
- Kelebihan cairan terjadi sembab, mengkilap pada kelopak mata bayi, bengkak seluruh
wajah, jika berlanjut edema paru, sesak nafas bila edema sampai otak, kejang, sehinga
- Kulit iritasi dan lecet pada anus dan sekitarnya, dapat dibersihkan dengan kapas yang
- Karena sering buang air sehingga melelahkan dapat dirawat di atas eltor bed.
- Bagi pasien dilakukan biopsi usus perlu diberi penjelasan dan motivasi, karena
- Beri penyuluhan, seperti penularan penyakit melalui 4 F (finger, feces, food, dan fly)
yaitu:
Mencuci tangah
b. Cara membuat
Masukan gula dan garam ke dalam gelasd yang telah berisi air matang hangat, aduk hingga
Pathways Diare
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d penurunan intake makanan.
C. INTERVENSI
1.
No Di
Definisi :
Batasan Karakteristik :
- Nyeri perut
- Kram
- Urgensi
- Alkoholik
- Keracunan
- Penyalahgunaan laksatif
- Radiasi
- Kontaminasi
- Taravelling
- Inflamasi
- Malabsorbsi
- Proses infeksi
- Iritasi
- Parasit
Batasan Karakteristik :
- Kelemahan
- Haus
- Hematokrit meninggi
Definisi : Semua risiko untuk kulit yang merupakan perubahan yang bersifa
Faktor resiko :
1. eksternal
factor mekanik
hipo/hipertermi
imobilitas fisik
substansi kimia
radiasi
kelembaban
pelembab
2. internal
pengobatan
kekebalan tubuh
perubahan sensasi
perubahanpigmentasi
perubahan sirkulasi
psikogenik
4 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d penurunan intake mak
Batasan karakteristik :
- Dilaporkan adanya intake makanan yang kurang dari RDA (Recomended Daily A
- Miskonsepsi
Discharge Planning
1. Ajarkan pada orang tua mengenai perawatan anak, pemberian makanan dan minuman
(misal oralit).
2. Ajarkan mengenai tanda tanda dehidrasi, ubun ubundan mata cekung, turgor kulit tidak
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta: Media
Aesculapius.
Ngastiyah. 2002. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Suntosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. 2005-2006. Definisi dan
Suriadi, dkk. 2001. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: PT. Fajar