Anda di halaman 1dari 36

Marifatul Rasul

3:18 PM Al - 'Aqli 1 comment

Mengenal Rasul adalah suatu kewajiban bagi setiap muslim untuk mengamalkan Islam secara
sempurna. Tanpa Rasul maka kita tidak dapat melaksanakan Islam dengan baik. Kehadiran
Rasul memberikan panduan dan bimbingan kepada kita bagaimana cara mcngamalkan Islam;
Dengan demikian Rasul adalah
penting bagi muslim sebagai metod atau tariqali untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Mengenal Rasul tidak saja dalam bentuk fisikal atau penampilannya tetapi segala aspek syar'i
berupa sunnah yang didedahkan Nabi kepada kita sama ada tingkah laku, perkataan ataupun
sikap. Pengenalan kepada Rasul dapat dilihat melalui sirah nabi yang rnenggambarkan
kehidupan Nabi serta latar belakangnya seperti nasab. Kemudian melalui sunnah dan dakwah
Nabi pun dapat memberikan penjelasan siapa Nabi sebenarnya.

Paket Marifatur Rasul ini membincangkan bagaimana mengenal Rasul, apa saja yang perlu
dikenal dari Rasul dan bagaimana pula kita mengamalkan Islam melalui petunjuk Rasul.
Yang penting dari paket ini adalah kita mengetahui, memahami dan dapat rnengamalkan
Sunnah Nabi dan menjalankan Ibadah dcngan baik.

Dengan mengenal Rasul diharapkan kita dapat mencintai Rasul dan mengikutinya, perkara ini
sebagai cara bagaimana kita taat dan mencintai Allah SWI'. Oleh karena itu mengenal Rasul
tidak saja dari segi jasad, nasab. dan latar belakangnya, tetapi bagaimana Beliau beribadah
dan beramal soleh. Sesetengah masyarakat mengetahui dan mengamalkan sunnah Nabi dari
segi ibadah saja bahkan dari segi penampilan saja. Sangat jarang muslim yang mengambil
contoh kehidupan Nabi secara keseluruhannya sebagai contoh, misalnya peranan Nabi dari
segi politik, pemimpin, penjaga danjuga Nabi sebagai suami, ayah dan ahli dimasyarakat.
Semua Peranan Nabi ini perlu dicontoh dan diikuti sehingga kita dapat mengamalkan Islam
secara sempurna dan menyeluruh. Walaupun demikian, umat Islam masih menjadikan Nabi
sebagai Rasul adalah dari segi lafaz atau kebiasaan ummat Islam bersalawat ke atas Nabi.
Bagaimanapun umat lslam yang sholat akan selalu bersalawat ke atas Nabi dan selalu
menyebutnya.

Pengenalan kepada Rasul juga pengenalan kepada Allah dan Islam. Memahami Rasul secara
komprehensif adalah cara yang tepat dalam mengenal Islam yang juga komprehensif Rasul
dikenal sebagai pribadi teladan dan ikutan yang unggul dan lelaki terpilih diantara manusia
yang sangat layak dijadikan model bagi setiap muslim. Berarti Nabi adalah ikutan bagi setiap
tingkah laku, perkataan dan sikap yang disunnahkannya.

Mencintai Nabi sebagai Rasil dari mengenal Rasul tidak saja dalam menyebut namanya
setelah sholat, mengadakan acara barzanji, merayakan hari Maulid Nabi dan bentuk acara-
acara lainnya. Kemudian mereka tidak mengamalkan sunnah ataupun tingkah laku atas yang
dimilikinya seperti sidiq, tabligh, amanah dan fatanah. Keadaan demikian sangat merugi bagi
setiap muslim. Atau sebahagian sangat taasub dengan pakaian Nabi, sorban, songkok dan
sebagainya, sebahagian lagi sekedar mengutip hadits Nabi untuk, ceramahnya tetapi tidak
diamalkan, bahkan ada yang menolak beberapa sunnah atau tingkah laku Nabi. Keadaan
demikian, berlaku ditengah masyarakat awam sebagai akibat dari tidak fahamnya mereka
kepada Rasul secara benar dan utuh.
Bagi umat lslam yang terlibat dengan dakwah lslam, ramai yang tidak merujuk kepada metod
atau manhaj Nabi dalam berdakwah sehingga tidak mendapatkan hasil yang optimal.
Kegagalan dakwah senantiasa dihadapi oleh para da'i, ketidak berkesanan dakwah dan
kurangnya hasil atau bekas dakwah sebagai bagian penilaian dakwah. Dengan mengenal
Rasul, kita dapat menyimpulkan bahwa dakwah yang dibawa oleh Rasul adalah dakwah yang
berkesan dan sudah menghasilkan perubahan-perubahan masyarakat ke arah yang positif.
Bahkan Rasul telah membuktikan bahwa Islam menyebar ke seluruh dunia dan Islam
dipegang oleh berbagai suku atau bangsa di dunia ini. Kemudian kegagalan pada saat ini
disebabkan karena tidak merujuk kembali bagaimana kejayaan dan kegemilangan yang telah
dicapai Nabi dulu.

Metode Rabbani yang dibawa oleh Rasul perlu difahami dan diamalkan dengan baik.
Objektif ini dicapai apabila kita mengenal Rasul. Paket ini mencoba untuk membentangkan
apa saja keperluan kita mengenal Rasul, supaya kita mempunyai motivasi dan sadar tentang,
keperluan kita memahami Rasul, kemudian definisi Rasul, peranan Rasul, sifat-sifat Rasul,
tugas Rasul, ciri-ciri risalah Muhammad. Kewajiban kita terhadap Rasul, dan akhirnya hasil
yang kita dapati dengan mengikuti risalah Rasul.

Objektif :
a. Memahami bahwa fitrah manusia memerlukan keyakinan tentang kewujudan tercipta,
beribadah kepadaNya, dan memiliki kehidupan yang teratur.
b. Memahami bahwa petunjuk Rasul adalah satu-satunya jalan untuk mencapai lman

Sinopsis :
Setiap manusia diciptakan oleh Allah SW'I' dengan fitrah, dimana manusia bersih, suci dan
mempunyai kecenderungan yang baik dan ke arah positif yaitu ke arah lslam. Fitrah manusia
diantaranya adalah mengakui kewujudan Allah sebagai pencipta, keinginan untuk beribadah
dan menghendaki kehidupan yang teratur. Fitrah demikian perlu diaplikasikan ke dalam
kehidupan sehari-hari melalui petunjuk Al Qur'an (Firman-firman dan panduan dari Allah
SWT) dan panduan Sunnah (Sabda Nabi dan perbuatannya). Semua panduaan ini
memerlukan petunjuk dan Rasul khususnya dalam mengenal pencipta dan sebagai panduan
kehidupan manusia. Dengan cara mengikuti panduan Rasul kita akan mendapati ibadah yang
sohih.

Hasiyah :

1. Al Insan
Sarahan :
Al Insan (manusia) adalah ciptaan Allah SWT yang diberikan banyak kelebihan dan
keutamaaan dibandingkan dengan makhluk Allah lainnya.
Di antara kelebihan manusia adalah fitrah. Agama Allah yang dijadikanNya kepada manusia
sesuai dengan fitrahnya.
Dalil
30 : 30 Manusia diciptakan sesuai dengan fitrahnya

2. Fitrah
Sarahan :
Fitrah yang ada pada manusia dapat menilai baik buruk tingkah laku masyarakat ataupun
dirinya. Ini disebabkan karena fitrah dimiliki oleh manusia semenjak ia lahir, samada
dilahirkan oleh ibu bapak kafir ataupun jahiliyah. Kecenderungan yang baik senantiasa
membawa manusia ke arah Islam seperti pengakuannya kepada Allah sebagai pencipta (Rab).
Perubahan fungsi dan peranan fitrah ini terjadi karena pengaruh persekitaran termasuk
pengaruh ibu bapak ataupun lingkungan sosial. Yang menjadikan manusia berubah dari fitrah
kepada nasrani, yahudi dan majusi juga disebabkan oleh pengaruh ibu bapaknya.
Fitrah dapay dijadikan sebagai saksi agi sehala perbuatannya. Fitrah manusia sudah dibekali
oleh Allah SWT dengan nilai semula jadi yang dapat menilai suatu tingkah laku. Beberapa
fitrah manusia adalah keinginan manusia unruk mengandi kepada Kholiq, mengakui
keberadaan Allah SWT sebagai kholiq dan keinginan manusia untuk hidup teratur.

Dalil :
30 : 30, Hadist : setiap anak dilahirkan atas fitrahnya, kemudian ibu bapknya yang
menjadikan ia yahudi, majusi, dan nasrani.
75 : 14, manusia menjadi saksi ke atas dirinya sendiri
27 : 14, hati mereka meyakini walaupun mengingkari

3. Wujudul Khaliq
Sarahan :
Kewujudan pencipta merupakan sesuatu yang tidak dapat diingkari. Manusia pada dasarnya
mengakui perkara ini. Allah sebagai pencipta (Rab) di dalam Al Quran diakui oleh orang
kafir sekalipun. Perjanjian manusia ketika didalam rahim ibunya juga menyatakannya bahwa
alastu birobbikum Qolu bala syahidna, Manusia menerima Allah sebagai Rab. Begitupun
ketika orang kafir Quraiys ditanya berjautan dengan pencipta langit, bulan, bintang dan
sebagainya maka dijawab Allah. Hal ini menunjukan bahwa Allah sebagai Rab diakui dan
diiktiraf oleh manusia tetapi semuanya yang mengakui Allah sebagai Ilah.

Dalil :
23 : 83-90, apabila ditanya kepada orang kafir jahiliyah siapakah yang mempunyai bumi
dan orang yang diatasnya, siapakah yang mempunyai tujuh langit ? maka jawabannya adalah
Allah SWT.
7 : 172, apakah aku Rab kamu, mereka berkata ya kamui menyaksikannya.

4. Ibadatul Kholiq
Sarahan :
Manusia secara umum mendapat arahan dari Allah SWT untuk mengabdi kepadaNya.
Pengabdian kepada Allah adalah sebagai hasil dan akibat dari pengakuan kita kepada Allah
sebagai pencipta. Mengakui Pencipta berarti mengakui apa yang disampaikanNya, menerima
arahanNya, menjalankan Undang-undangNya dan sebagainya. Usaha-usaha ini adalah
bahagian dari bentuk pengabdian kita kepada Allah SWT

Dalil :
2 : 21, Wahai manusia, sembahlah Tuhanmu yang menciptakan kamu dan orang-orang yang
sebelum kamu

5. Hayatul Munadhomah
Sarahan :
Petunjuk dari Allah adalah untuk memandu manusia ke arah yang baik, Semua arahan dan
bimbingan dari Allah SWT adalah baik bagi manusia yang diciptaNya, karena sesuai dengan
fitrah manusia. Allah sebagai pencipta tahu mengenai ciptannya secara pasti sehingga Allah
dapat memberikan panduan yang juga tepat bagi manusia. Tanpa petunjuk berarti hidup
manusia menjadi tidak teratur dan tanpa arah tujuan, ia mengikuti hawa nafsunya saja yang
tidak jelas kemana pergi. Mereka akan tersesat di jalan yang tidak benar.

Dalil :
28 : 50, mengikuti panduan Allah menjadi hidup teratur, manakala tidak mengikuti Allah
berarti mengikuti hawa nafsu dan menjadi sesat (tidak teratur hidupnya)

6. Hidayatur Rasul
Sarahan :
Jika kita hendak mengikuri perintah Allah maka kita mesti mengikuti perintah Rasul.
Apabila kita ingin mengasihi Allah maka kita perlu petunjuk Rasul. Kaedah ini adalah kaedah
yang Rabbani dibawa oleh Islam. Oleh karena itu Syahadatain punterdiri dari pengakuan
kepada dua yaitu Allah dan RasulNya. Mengikuti petunjuk rasul berarti kita mengikuti jalan
agama Allah yan mempunyai langit dan apa-apa yang di bumi.

Dalil :
3 : 31, jika mencintai Allah maka ikuti Rasul
43 : 53, mengembalikan semua urusan kepada Allah
36 : 1 2 : Al Quran yang berhikmah

7. Marifatul Kholiq
Sarahan :
Petunjuk rasul digunakan untuk mengenal Allah. Mengenal Allah juga dapat dilakukan
dengan cara memperhatikan dan memikirkan alam sebagai penciptaanNya. Melihat gunung-
gunung, awan, dan sebagainya merupakan cara untuk mengenal Allah secara ayat Kauniyah.

Dalil :
31 : 10, Allah menciptakan langit, gunung, awan, dan sebagainya
3 : 191, Allah menciptakan segala sesuatu tidak dengan sia-sia

8. Manhajul hayah
Sarahan :
Petunjuk Rasul juga digunakan untuk mengamalkan Islam yang benar dan yang diridhoi
oleh Allah SWT. Rasul sebagai ikutan dan teladan yang baik untuk diikuti dalam
mengamalkan Islam secara benar.
Panduan hidup melalui Islam mesti diamalkan mengikuti teladan kita kepada Rasul

Dalil :
33 : 21, Rasul sebagai teladan yan gbaik
3 : 19, Islam sebagai dien yang Allah ridhoi
3 : 85, Orang yang merugi apabila tidak mengamalkan Islam
9. Ibadatul Shohih
Sarahan :
Ibadah shohih adalah ibadah yang menyembah Allah dengan panduan mengikuti Rasul.
Rasul sebagai penerima wahyu dari Allah perlu diikuti dan sebagai keperluan bagi kita untuk
menjadikannya sebagai model dan perunjuk dalam menjalankan ibadah yang benar.
Rasul sebagai manusia yang mendapat lesen dari Allah SWT untuk mengembangkan dan
menyebarkan nilai-nilai Islam secara sah dan tepat. Allah tela menyebutkan pada banyak ayat
yang menyatakan bahwa Reasul diberi wahyu dan diberi tugas untuk menyampaikannya
kepada manusia.

Dalil :
21 : 25, Rasul diberi wahyu yang menyebutkan bahwa tiada tuhan selain Allah oleh karena
itu sembahlah Allah.

Ringkasan Dalil :
Insan Fitrah (75:14, 27 : 24)
Kewujudan Pencipta (23 : 83 - 90)
Mengabdi pada san Pencita (2 : 21)
Hidup yang teratur (28 : 50)
Petunjuk Rasul (36 : 1 2, 42 : 53, 3 : 31)
Mengenal pencipta yang Haq (31 : 10, 3 : 191)
Panduan Hidup (3 : 19, 85, 33 : 21)
Beribadah yang benar (21 : 25)

Apabila seseorang kamu mengantuk ketika akan shalat, hendaklah dia tidur sampai ia tahu
apa yang dibacanya. (HR. Muslim)

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan
Nasrani menjadi wali (mu), sebahagian mereka adalah wali bagi sebahagian yang lain.
Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi wali, maka sesungguhnya orang itu
termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
yang zalim. (Qs. Al Maidah : 51 )

PENGERTIAN THAHARAH

Thaharah menurut bahasa berarti bersuci. Menurut syara atau istilah adalah
membersihkan diri, pakaian, tempat, dan benda-benda lain dari najis dan hadas menurut cara-
cara yang ditentukan oleh syariat islam.
Thaharah atau bersuci adalah syarat wajib yang harus dilakukan dalam beberapa
macam ibadah. Seperti dalam QS Al-maidah ayat : 6

[5:6] Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh)
kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu
sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh
perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik
(bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan
kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu,
supaya kamu bersyukur.

Thaharah atau bersuci menurut pembagiannya dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu :

A. Bersuci lahiriah

Beberapa contoh yang bersifat lahiriah adalah membersihkan diri, tempat tinggal dan
lingkungan dari segala bentuk kotoran, hadas dan najis. Membersihkan diri dari najis adalah
membersihkan badan, pakaian atau tempat yang didiami dari kotoran sampai hilang rasa, bau
dan warnanya. QS Al-Muddassir ayat : 4

[74:4] dan pakaianmu bersihkanlah,

B. Bersuci batiniah

Bersuci batiniah adalah membersihkan jiwa dari kotoran batin berupa dosa dan perbuatan
maksiat seperti iri, dengki, takabur dll. Cara membersihkannya dengan taubatan nashoha
yaitu memohon ampun dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi.

MACAM-MACAM ALAT THAHARAH

Allah selalu memudahkan hambanya dalam melakukan sesuatu. Untuk bersuci


misalnya, kita tidak hanya bisa menggunakan air, tetapi kita juga bisa menggunakan tanah,
batu, kayu dan benda-benda padat lain yang suci untuk menggantikan air jika tidak
ditemukan.

Dalam bersuci menggunakan air, kita juga harus memperhatikan air yang boleh dan
tidak boleh digunakan untuk bersuci.

Macam-macam air

Air yang dapat digunakan untuk bersuci adalah

Air mutlak yaitu air yang suci dan mensucikan, yaitu air :

1. Air hujan
2. Air sumur
3. Air laut
4. Air sungai
5. Air danau/ telaga
6. Air salju
7. Air embun
QS Al- Anfal ayat : 11
[8:11] (Ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu penenteraman
daripada-Nya, dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan kamu
dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan setan dan untuk
menguatkan hatimu dan memperteguh denganya telapak kaki(mu).

Air yang suci tetapi tidak dapat mensucikan, yaitu air yang halal untuk diminum
tapi tidak dapat digunakan untuk bersuci seperti air teh, kopi, sirup, air kelapa dll.

Air musyammas yaitu air yang terjemur oleh matahari dalam bejana selain emas
dan perak. Air ini makruh digunakan untuk bersuci

Air mustakmal yaitu air yang telah digunakan untuk bersuci. Air ini tidak boleh
digunakan untuk bersuci walaupun tidak berubah rasa, bau maupun warnanya

Air mutanajis yaitu air yang sudah terkena najis. Baik yang sudah berubah rasa,
warna dan baunya maupun yang tidak berubah dalam jumlah yang sedikit yaitu
kurang dari dua kullah (270 liter menurut ulama kontemporer)

CARA-CARA THAHARAH

Ada berbagai cara dalam bersuci yaitu bersuci dengan air seperti berwudhu dan mandi junub
atau mandi wajib. Ada juga bersuci dengan menggunakan debu, tanah yaitu dengan
bertayamum. Dan bisa juga menggunakan air,tanah,batu dan kayu (tissue atau kertas itu
masuk kategori kayu) yaitu dengan beristinja.

Cara-cara thaharah menurut pembagian najisnya


1.

1. Najis ringan (najis mukhafafah)

Najis mukhafafah adalah najis yang berasal dari air kencing bayi laki-laki yang belum makan
apapun kecuali air susu ibunya saja dan umurnya kurang dari 2 tahun. Cara membersihkan
najis ini cukup dengan memercikkan air kebagian yang terkena najis.

2. Najis sedang (najis mutawassitah)

Yang termasuk kedalam golongan najis ini adalah kotoran, air kencing dsb. Cara
membersihkannya cukup dengan membasuh atau menyiramnya dengan air sampai najis
tersebut hilang (baik rasa, bau dan warnanya).

1. 3. Najis berat (najis mughalazah)


Najis berat adalah suatu materi yang kenajisannya ditetapkan berdasarkan dalil yang pasti
(qati) . yaitu anjing dan babi. Cara membersihkannya yaitu dengan menghilangkan barang
najisnya terlebih dahulu lalu mencucinya dengan air bersih sebanyak tujuh kali dan salah
satunya dengan tanah atau batu.

okeh guys, cukup sampai sini penjelasan saya tentang thaharah ini. cukup singkat tapi
semoga dapat bermanfaat buat kalian semua..

Birrul Walidain (Berbuat baik terhadap kedua ibu bapa)

By mufias

April 27, 2013

23 Comments

Siri 10 Muwasofat Mustawa Pemula

Muwasofat Bermanfaat kepada orang lain ()

Ciri Muwasofat Berbuat baik terhadap kedua iba bapa

Al Birr iaitu kebaikan, berdasarkan sabda Rasulullah SAW. : Al Birr adalah baiknya
akhlaq. (HR. Muslim)

Birrul Walidain merupakan kebaikan-kebaikan yang dipersembahkan oleh


seorang anak kepada kedua orang tuanya, kebaikan tersebut mencakup dzahiran wa batinan
dan hal tersebut didorong oleh nilai-nilai fitrah manusia meskipun mereka tidak beriman.
Manakala wajibatul walid (kewajipan orang tua) adalah untuk mempersiapkan anak-anaknya
agar dapat berbakti kepadanya seperti sabda Nabi SAW., Allah merahmati orang tua yang
menolong anaknya untuk boleh berbakti kepadanya.

Sedangkan Uquud Walidain bermaksud durhaka terhadap mereka dan tidak


berbuat baik kepadanya.

Berkata Imam Al Qurtubi mudah-mudahan Allah merahmatinya -: Termasuk Uquuq


(durhaka) kepada orang tua adalah menyelisihi/ menentang keinginan-keinginan mereka
dari (perkara-perkara) yang mubah, sebagaimana Al Birr (berbakti) kepada keduanya
adalah memenuhi apa yang menjadi keinginan mereka. Oleh karena itu, apabila salah satu
atau keduanya memerintahkan sesuatu, wajib engkau mentaatinya selama hal itu bukan
perkara maksiat, walaupun apa yang mereka perintahkan bukan perkara wajib tapi mubah
pada asalnya, demikian pula apabila apa yang mereka perintahkan adalah perkara yang
mandub (disukai/ disunnahkan).[i]
Berkata Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah mudah-mudahan Allah merahmatinya -: Berkata
Abu Bakr di dalam kitab Zaadul Musaafir Barangsiapa yang menyebabkan kedua orang
tuanya marah dan menangis, maka dia harus mengembalikan keduanya agar dia bisa
tertawa (senang) kembali.[ii]

Hukum Birrul Walidain


Para Ulama Islam sepakat bahwa hukum berbuat baik (berbakti) pada kedua orang tua
hukumnya adalah wajib selain terhadap perkara yang haram.

Syariat Islam meletakkan kewajipan birrul walidain menempati ranking ke-dua setelah
beribadah kepada Allah SWT. dengan mengesakan-Nya. Dalil-dalil Shahih dan Sharih (jelas)
banyak sekali, diantaranya terdapat tiga ayat yang menunjukkan kewajipan yag khusus untuk
berbuat baik kepada kedua orang tua:

Dan hendaklah kamu beribadat kepada Allah dan janganlah kamu sekutukan Dia dengan
sesuatu apa jua dan hendaklah kamu berbuat baik kepada kedua ibu bapa. (QS. An Nisa :
36).

Dan Tuhanmu telah perintahkan, supaya engkau tidak menyembah melainkan kepadaNya
semata-mata dan hendaklah engkau berbuat baik kepada ibu bapa. Jika salah seorang dari
keduanya atau kedua-duanya sekali, sampai kepada umur tua dalam jagaan dan
peliharaanmu, maka janganlah engkau berkata kepada mereka (sebarang perkataan
kasar) sekalipun perkataan Ha dan janganlah engkau menengking menyergah mereka,
tetapi katakanlah kepada mereka perkataan yang mulia (yang bersopan santun).. (QS. Al
Isra: 23).

Dan Kami wajibkan manusia berbuat baik kepada kedua ibu bapanya; ibunya telah
mengandungnya dengan menanggung kelemahan demi kelemahan (dari awal mengandung
hingga akhir menyusunya) dan tempoh menceraikan susunya ialah dalam masa dua tahun;
(dengan yang demikian) bersyukurlah kepadaKu dan kepada kedua ibubapamu; dan
(ingatlah), kepada Akulah jua tempat kembali (untuk menerima balasan). (QS. Luqman :
14).
Berkata Ibnu Abbas mudah-mudahan Allah meridhoinya, Tiga ayat dalam Al Quran yang
saling berkaitan dimana tidak diterima salah satu tanpa yang lainnya, kemudian Allah
menyebutkan diantaranya firman Allah SWT.: bersyukurlah kepadaKu dan kepada kedua
ibubapamu, Berkata beliau. Maka, barangsiapa yang bersyukur kepada Allah akan tetapi
dia tidak bersyukur pada kedua ibubapanya, tidak akan diterima (rasa syukurnya) dengan
sebab itu.[iii].

Berkaitan dengan ini, Rasulullah SAW. bersabda: Keridhaan Rabb (Allah) ada pada
keridhaan orang tua dan kemurkaan Rabb (Allah) ada pada kemurkaan orang tua (HR.
Tirmidzi)[iv].

Al Mughirah bin Syubah mudah-mudahan Allah meridhainya meriwayatkan daripada i


Nabi SAW. beliau bersabda: Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kalian mendurhakai
para Ibu, mengubur hidup-hidup anak perempuan, dan tidak mahu memberi tetapi meminta-
minta (bakhil) dan Allah membenci atas kalian (mengatakan) katanya si fulan begini si fulan
berkata begitu (tanpa diteliti terlebih dahulu), banyak bertanya (yang tidak bermanfaat), dan
membuang-buang harta. (HR Muslim)

Keutamaan Birrul Walidain


1. ( amal yang paling dicintai disisi Allah SWT selepas

Solat) (

Sebagaimana dalam hadist yang diriwayatkan oleh Abdir Rahman Abdillah Ibni Masud ra
Aku pernah bertanya kepada Nabi SAW amal apa yang paling di cintai disisi Allah ?
Rasulullah bersabda Solat tepat pada waktunya. Kemudian aku tanya lagi Apa lagi selain
itu ? bersabda Rasulullah Berbakti kepada kedua orang tua Aku tanya lagi Apa lagi ?.
Jawab Rasulullah Jihad dijalan Allah. (HR. Bukhari dan Muslim)

Ini tidak beerti jika melakukan Solat tepat pada waktu dan jihad fisabilillah menafikan
kewajipan birrul walidain kerana Rasulullah SAW. pernah menolak permohonan salah
seorang sahabat untuk jihad fisabilillah kerana masalah hubungan dengan kedua ibu bapanya.
Lantas Rasulullah SAW. memerintahkan beliau segera pulang menyelesaikan permasalahan
tersebut dahulu.

2. ( doa mereka mustajab)

Di antara buktinya adalah kisah ulama besar hadits yang sudah maruf di tengah-tengah kaum
muslimin, Imam Bukhari rahimahullah. Beliau buta sewaktu kecil lalu ibunya seringkali
berdoa agar Allah SWT. memulihkan penglihatan beliau.

Suatu malam di dalam mimpi, ibunya melihat Nabi Allah, al-Khalil, Ibrahim alaihis salam
yang berkata kepadanya, Wahai wanita, Allah telah mengembalikan penglihatan anakmu
karena begitu banyaknya kamu berdoa.
Pada pagi harinya, ia melihat anaknya dan ternyata benar, Allah telah mengembalikan
penglihatannya.[v]

Hal di atas menunjukkan benarnya sabda Rasul kita shallallahu alaihi wa sallam akan
manjurnya doa orang tua pada anaknya.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Tiga doa yang tidak tertolak yaitu doa orang tua, doa orang yang berpuasa dan doa
seorang musafir. (HR. Al Baihaqi[vi])

3. ( sebab turunnya rahmat)

Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam bersabda, Barangsiapa yang ingin rezkinya


diperluas, dan agar usianya diperpanjang (dipenuhi berkah), hendaknya ia menjaga tali
silaturahim. (HR. Bukhari dan Muslim)

4. Bukan beerti membalas budi kerana jasa mereka tidak mungkin terbalas

Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam bersabda:

Seorang anak tidak akan dapat membalas budi baik ayahnya, kecuali bila ia mendapatkan
ayahnya sebagai hamba, lalu dia merdekakan. (HR. Muslim)

5. Al ummu hiya ahaqu suhbah (prioriti untuk mendapat perlakuan yang lebih dekat dari
kedua orang tua ialah ibu)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu ia berkata, Datang seseorang kepada Rasulullah
SAW. dan berkata, Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali ?
Nabi SAW. menjawab, Ibumu! Orang tersebut kembali bertanya, Kemudian siapa lagi ?
Nabi SAW. menjawab, Ibumu! Ia bertanya lagi, Kemudian siapa lagi? Nabi SAW.
menjawab, Ibumu!, Orang tersebut bertanya kembali, Kemudian siapa lagi, Nabi SAW.
menjawab, Bapakmu (HR. Bukhari dan Muslim)

6. Taat kepada orang tua adalah salah satu penyebab masuk Syurga.

Rasulullah SAW. bersabda, Sungguh kasihan, sungguh kasihan, sungguh kasihan. Salah
seorang sahabat bertanya, Siapa yang kasihan, wahai Rasulullah? Beliau menjawab,
Orang yang sempat berjumpa dengan orang tuanya, kedua-duanya, atau salah seorang di
antara keduanya, saat umur mereka sudah tua, namun tidak dapat membuatnya masuk
Surga. (HR. Muslim)

7. Durhaka kepada orang tua, termasuk dosa besar yang terbesar.


Dari Abu Bakrah diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW. bersabda, Mahukah kalian
kuberitahukan dosa besar yang terbesar? Para Sahabat menjawab, Tentu mahu, wahai
Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam. Beliau bersabda, Berbuat syirik kepada Allah, dan
durhaka terhadap orang tua. Kemudian, sambil bersandar, beliau bersabda lagi, ..ucapan
dusta, persaksian palsu.. Beliau terus meneruskan mengulang sabdanya itu, sampai kami
(para Sahabat) berharap beliau segera terdiam. (HR Bukhari dan Muslim)

Melaksanakan Birrul Walidain


Semasa Mereka Masih Hidup

1. Mentaati Mereka Selama Tidak Mendurhakai Allah

Saad bin Abi Waqas semoga Allah merahmatinya menerapkan bagaiman konteks Birrul
Walidain mempertahankan keimanan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Saat ibunya
mengetahui bahwa Saad memeluk agama Islam, ibunya mempengaruhi dia agar keluar dari
Islam sedangkan Saad terkenal sebagai anak muda yang sangat berbakti kepada orang
tuanya. Ibunya sampai mengancam kalau Saad tidak keluar dari Islam maka ia tidak akan
makan dan minum sampai mati. Dengan kata-kata yang lembut Saad merayu ibunya
Jangan kau lakukan hal itu wahai Ibunda, tetapi saya tidak akan meninggalkan agama ini
walau apapun gantinya atau risikonya.

Sehubungan dengan peristiwa itu, Allah menurunkan ayat:

Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak
ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya (QS.
Luqman: 15)

Tidak bosan-bosannya Saad menjenguk ibunya dan tetap berbuat baik kepadanya serta
menegaskan hal yang sama dengan lemah lembut sampai suatu ketika ibunya menyerah dan
menghentikan mogok makannya.

2. Berbakti dan Merendahkan Diri di Hadapan Kedua Orang Tua

Allah Subhanahu wa Taala juga berfirman:


Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang tua ibu
bapanya (QS. Al-Ahqaaf: 15)

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan
berbuat baiklah kepada dua orang tua ibu bapa (QS. An-Nisaa: 36)
Perintah berbuat baik ini lebih ditegaskan jika usia kedua orang tua semakin tua dan lanjut
hingga keadaan mereka melemah dan sangat memerlukan bantuan dan perhatian daripada
anaknya.

Abu Bakar As Siddiq ra. adalah sahabat Rasulullah SAW yang patut ditauladani dalam
berbaktinya terhadap orang tua. Disaat orang tuanya telah memasuki usia yang sangat udzur,
beliau masih melayan bapanya dengan lemah lembut dan tidak pernah putus asa untuk
mengajak ayahnya beriman kepada Allah. Penantian beliau yang cukup lama berakhir apabila
ayahnya menerima tawaran untuk beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.

Allah berfirman dalam QS. 14 : 40 41 ayat yang doa agar anak, cucu dan seluruh anggota
keluarganya menjadi orang-orang yang muqiimas Solat (mendirikan Solat) dan diampuni
dosa-dosanya. Ayat ini merupakan suatu kemuliaan yang diberikan Allah SWT kepada
kelurga Abu Bakar As Siddiq ra.

3. Merendahkan Diri Di Hadapan Keduanya

Allah Subhanahu wa Taala berfirman:


Dan Rabb-mu telah memerintahkan supaya kami jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah
seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan
ah dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang
mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang dan
ucapkanlah: Wahai, Rabb-ku, kasihilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah
mendidik aku waktu kecil. (QS. Al-Israa: 23-24)

4. Berbicara Dengan Lembut Di Hadapan Mereka

Nabi Ibrahim alaihiisalam mempunyai ayah yang bernama Azar yang aqidah-nya menyalahi
dengan Nabi Ibrahim alaihiisalam tetapi tetap menunjukan birrul walidain yang dilakukan
seorang anak kepada bapaknya. Dalam menegur ayahnya beliau menggunakan kata-kata yang
mulia dan ketika mengajak ayahnya agar kejalan yang lurus dengan kata-kata yang lembut
sebagaimana dikisahkan Allah pada QS. 19 : 41-45.

5. Menyediakan Makanan Untuk Mereka

Dari Anas bin Nadzr al-Asyjai, beliau bercerita, suatu malam ibu dari sahabat Ibnu Masud
meminta air minum kepada anaknya. Setelah Ibnu Masud datang membawa air minum,
ternyata si Ibu sudah tidur. Akhirnya Ibnu Masud berdiri di dekat kepala ibunya sambil
memegang bekas berisi air tersebut hingga pagi. (Diambil dari kitab Birrul walidain, karya
Ibnu Jauzi)

6. Meminta Izin Kepada Mereka Sebelum Berjihad dan Pergi Untuk Urusan Lainnya
Izin kepada orang tua diperlukan untuk jihad yang belum ditentukan. Seorang laki-laki
datang menghadap Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan bertanya: Ya, Raslullah,
apakah aku boleh ikut berjihad? Beliau balik bertanya: Apakah kamu masih mempunyai
kedua orang tua? Laki-laki itu menjawab: Masih. Beliau bersabda: Berjihadlah (dengan
cara berbakti) kepada keduanya. (HR. Bukhari no. 3004, 5972, dan Muslim no. 2549, dari
Ibnu Amr radhiyallahu anhu)

7. Memberikan Harta Kepada Orang Tua Menurut Jumlah Yang mereka Inginkan

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda kepada seorang laki-laki ketika ia
berkata: Ayahku ingin mengambil hartaku. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
Kamu dan hartamu milik ayahmu. (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah)

Oleh sebab itu, hendaknya seseorang jangan bersikap bakhil (kikir) terhadap orang yang
menyebabkan keberadaan dirinya, memeliharanya ketika kecil dan lemah, serta telah berbuat
baik kepadanya.

8. Membuat Keduanya Ridha Dengan Berbuat Baik Kepada Orang-orang yang Dicintai
Mereka

Hendaknya seseorang membuat kedua orang tua ridha dengan berbuat baik kepada para
saudara, karib kerabat, teman-teman, dan selain mereka. Yakni, dengan memuliakan mereka,
menyambung tali silaturrahim dengan mereka, menunaikan janji-janji (orang tua) kepada
mereka. Akan disebutkan nanti beberapa hadits yang berkaitan dengan masalah ini.

9. Memenuhi Sumpah Kedua Orang Tua

Apabila kedua orang tua bersumpah kepada anaknya untuk suatu perkara tertentu yang di
dalamnya tidak terdapat perbuatan maksiat, maka wajib bagi seorang anak untuk memenuhi
sumpah keduanya karena itu termasuk hak mereka.

10. Tidak Mencela Orang Tua atau Tidak Menyebabkan Mereka Dicela Orang Lain

Mencela orang tua dan menyebabkan mereka dicela orang lain termasuk salah satu dosa
besar. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
Termasuk dosa besar adalah seseorang mencela orang tuanya. Para Sahabat bertanya: Ya,
Rasulullah, apa ada orang yang mencela orang tuanya? Beliau menjawab: Ada. Ia mencela
ayah orang lain kemudian orang itu membalas mencela orang tuanya. Ia mencela ibu orang
lain lalu orang itu membalas mencela ibunya. (HR. Bukhari dan Muslim)

Apabila Mereka Meninggal Dunia ()


1. Mensolati/Berdoa terhadap Keduanya

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwa Nabi SAW bersabda, Apabila manusia sudah
meninggal, maka terputuslah amalannya kecuali tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang
bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakan dirinya. (HR. Muslim)

2. Beristighfar Untuk Mereka Berdua

Allah Subhanahu wa Taala menceritakan kisah Ibrahim Alaihissalam dalam Al-Quran:


Ya, Rabb kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku (QS. Ibrahim: 41)

3. Menunaikan Janji/Wasiat Kedua Orang Tua

4. Memuliakan Rakan-Rakan Kedua Orang Tua

Ibnu Umar berkata aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
Sesungguhnya bakti anak yang terbaik ialah seorang anak yang menyambung tali
persahabatan dengan keluarga teman ayahnya setelah ayahnya tersebut meninggal. (HR.
Muslim)

5. Menyambung Tali Silaturahim Dengan Kerabat Ibu dan Ayah

Barang siapa ingin menyambung silaturahim ayahnya yang ada di kuburannya, maka
sambunglah tali silaturahim dengan saudara-saudara ayahnya setelah ia meninggal. (HR.
Ibnu Hibban)

Rasulullah SAW. yang telah ditinggal ayahnya Abdullah kerana meninggal dunia saat
Rasulullah SAW. masih dalam kandungan ibunya Aminah. Dalam pendidikan birrul walidain
ibunya mengajak Rasulullah ketika berusia enam (6) tahun untuk berziarah kemakam
ayahnya dengan perjalanan yang cukup jauh. Dalam perjalanan pulang ibunda beliau jatuh
sakit tepatnya didaerah Abwa hingga akhirnya meninggal dunia. Setelah itu Rasulullah diasuh
oleh pamannya Abdul Thalib, beliau menunjukan sikap yang mulia kepada pamannya
walaupun aqidah pamannya berbeda dengan Rasulullah. Dan Rasulullah SAW. berbakti pula
kepada pengasuhnya yang bernama Sofiah binti Abdil Mutthalib.

Ma'rifatul Insan
oleh : Nur Anshari

Ma'rifat secara bahasa adalah berasal dari bahasa Arab 'arafa - ya'rifu.. yang artinya
kenal atau mengenal. Sedangkan insan adalah manusia. Secara terminologi ma'rifatul insan
adalah bagamana cara kita mengetahui dan mengenal apa yang menjadi karakteristik dan
kebutuhan bagi manusia. Atau dengan kata lain kita bisa mengenal siapa diri kita melalui
ma'fifatul insan. Saat kita ingin mengenal manusia kita harus melihat 3 aspek terpenting
yaitu:

1) jasad
2) akal
3) ruh

mari saya jelaskan satu persatu, cekidot.

1) Jasad
Adalah tubuh. Tubuh kita membutuhkan makan yang sehat dan halal. Karena didalam
tubuh yang sehat terdapat pikiran yang sehat pula. Kenapa harus halal? Taukah teman-teman
kalau kita makan makanan yang halal secara zatnya seperti roti namun,cara perolehannya
dengan cara mencuri. Ini termasuk makanan yang haram dimakan, sebab cara perolehannya
yang salah. Dilarang agama. Makanan yang diperoleh dengan cara haram seperti mencuri
maka makanan yang halal pun bisa menjadi haram.
Bbila tetap juga dimakan makanan haram tersebut, maka makanan yang telah masuk
ke dalam tubuh akan berefek terhadap qalbu (hati). Firman Allah surat Al-Baqarah ayat 172-
173

172. "Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang
kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu
menyembah."
173. "Sesungguhnya Allah Hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging
babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah[108]." Tetapi
barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan
tidak (pula) melampaui batas, Maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.

[108] Haram juga menurut ayat Ini daging yang berasal dari sembelihan yang
menyebut nama Allah tetapi disebut pula nama selain Allah.

sobat... sudah jelaskan..Allah swt menyuruh kita untuk makan makanan yang halaalan
thayyiba yakni makanan yang halal lagi baik.
lanjut..

2) akal
Adalah fikiran yang butuh juga suplemen. Coba sobat tebak suplemen apa yang jitu
untuk melahirkan otak cerdas? apakah harus makan daging sapi selalu? tidak sobat.
Suplemen dasar bagi akal adalah 'ilmu. Ilmu yang kita cari dan dapat bisa melalui membaca,
menulis, mendengar serta pengalaman pun bisa memberikan ibrah terhadap akal kita. Apa
yang membedakan 'ilmu dengan pengetahuan? Ilmu adalah pelajaran yang kita peroleh dari
membaca, menulis dan mendengar. Sedangkan pengetahuan adalah sesuatu yang kita tidak
dapatkan dari melihat kejadian, merasakan sebuah pengalaman, dan mendengar jejak
perjalanan hidup orang lain. Pengetahuan bisa kita peroleh dimana saja.

sobat...
menurut Tafsir Hukama' 'ilmu itu terdiri dari 3 huruf hijaiyah yaitu:

1.'ain artinya 'illiyyin adalah maqam tertinggi (maksud maqam adalah tempat/derajat)
2.lam artinya lathiif adalah halus, tenang atau pemurah
3.mim artinya Mulk adalah kerajaan

Ketiga huruf tersebut, berkaitan dengan pemilik ilmu tersebut, membawa pengaruh
berikut : 'ain dapat menjunjung pemimpinnya ke tingkat derajat tertinggi, mulia. Lam dapat
membina pemiliknya berwatak lemah lembut, tenang dan pemurah (dermawan). Dan mim
dapat membina pemiliknya berjiwa pemimpin atau mungkin menjadi penguasa/raja. luar
bisa !

Ayo sobat kerahkan minat dan semangat. runcingkan bambu jihad melalui pedang
'ilmu yang bermanfaat. Ada riwayat yang mengatakan ketika imam Syafi'i berada di rumah
imam Hanbal. Dan imam Syafi'i tidur sedangkan imam Hanbali beribadah. Terus anaknya
imam Hanbali bertanya pada ayahandanya.

"ayah, kenapa imam Syafi'i tidur sedangkan ayah kan ber'ibadah kepada Allah?'
lalu imam Hanbali menjawab. "duhai anakku, imam Syafii adalah sosok ulama yang
'alim( mengetahui) . tidurnya orang 'alim lebih utama daripada orang yang beramal tetapi ia
dalam keadaan tidak ber'ilmu.

bagaimana sobat? ayo berburu 'ilmu..


the next..guys...

i wanna tell you about prayer.

3) Ruh.
Ruh adalah sesuatu yang melekat pada jasad dan apabila terlepas dari jasad maka
jasad tersebut sudah tidak bernyawa. Kebutuhan ruh adalah 'ibadah. hablumminallah.
Menjalin hubungan baik dengan Allah swt. Bagaimana caranya? sama juga seperti kita
menjaga hubungan baik dengan teman atau orang yang kita suka. Otomatis kita melakukan
hal-hal yang disukainya. supaya teman atau orang yang kita suka menyukai kita (khusus yang
sudah menikah ya). Agar Pacar (suami/istri) menyayangi kita. Begitu pula hubungan baik kita
dengan Allah. mari simak firman Allah swt dalam surat Al-Anfal ayat 27-28 yang artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul
(Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan
kepadamu, sedang kamu Mengetahui.
Dan Ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan
Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.

Hiasi ruh dengan taqwa. Taqwa adalah menjalankan perintah Allah swt dan
meninggalkan larangan Nya. Apa aja perintah Allah? yang wajib adalah 5 rukun Islam.
Kecuali haji bagi yang mampu. Tetapi jangan hanya segitu saja level kita mencari cinta Allah.
ada 5 perkara lagi apabila kita mengerjakannya maka kita juga bisa memelihara 'ilmu yang
telah kita dapat. Gimana caranya? mari kita lihat cuplikannya berikut ini:

1. Shalat sunnat malam, biarpun cuma sanggup 2 raka'at. it's no problem


2. Selalu punya wudhu/selalu suci dari hadas
3.Taqwa kepada Allah ditempat sepi atau ramai
4.Makan dengan tujuan taqwa, bukan melampiaskan nafsu (begitu pula ketika
melakukan jima' "bagi suami istri")
5. Bersiwak/gosok gigi, lebih-lebih setelah bangun tidur, habis makan dan hendak
shalat dan baca al-Qur'an.

Dan banyak amalan-amalan baik lainnya. Seperti tilawah al-Quran, bershalawat,


mengerjakan segala sesuatu hanya karena Allah itu juga bernilai ibadah. Jika niatnya untuk
Allah segalanya ibadah. Nah loh, udah niat untuk Allah belum?

Kesimpulannya, manusia itu punya tiga elemen yang harus senantiasa diperbarui.
Elemen pertama tubuh perlu makan dan minum yang halal lagi baik. Elemen kedua, otak atau
fikiran perlu suplemen ilmu agar tidak beku, dan fikiran semakin cerdas berdaya guna.
Elemen ketiga ruh yang ada di tubuh perlu asupan ibadah dan penenang hati, mengingat
selalu Rabb dan RasulnNya. Mengingat selalu asal dan kemana manusia harus pulang.
Persiapkan sejak dini, karena ajal tak tahu kapan akan menjemput. Bisa saja, hari ini, atau
besok.
So,, semoga bermanfa'at. Mungkin ada kata-kata dan salah yang tidak mengena,
penulis mohon ma'af ya. oya berikut referensi bila ingin membaca apa-apa aja faedah2 lain:
baca aja kitab terjemahan Duratun Nasihin karangan Abu H.F Ramadhan.

Pengertian Akhlaqul Karimah


Akhlak ialah instuisi yang bersemayam di hati tempat munculnya
tindakan-tindakan suka rela, tindakan yang benar atau yang salah.
Menurut tabiatnya, instuisi tersebut siap menerima pengaruh pembinaan
yang baik, atau pembinaan salah kepadanya. Jika instuisi tersebut dibina
untuk memilih keutamaan, kebenaran, cinta kebaikan, cinta keindahan,
dan benci keburukan, maka itu menjadi trade-mark-nya dan perbuatan-
perbuatan baik muncul daripadanya dengan mudah. Itulah akhlak yang
baik, misalnya akhlaq lemah lembut, akhlaq sabar, akhlaq dermawan,
akhlaq berani, akhlak adil, akhlak berbuat baik, dan lain sebagainya
dariakhlak-akhlak yang baik, dan penyempurnaan diri.
Sebaliknya, jika instuisi tersebut disia-siakan, tidak dibina dengan
pembinaan yang proporsional, bibit-bibit kebaikan di dalamnya tidak
dikembangkan, dan dibina dengan pembinaan yang buruk hingga
keburukan menjadi suatu yang dicintainya, kebaikan menjadi sesuatu
yang dibencinya, dan perbuatan serta perkataan buruk, misalnya
berkhianat, bohong, keluh-kesah, rakus, kasar, dengki, jorok, dan lain
sebaginya.
Akhlakul karimah merupakan manivestasi keimanan dan keislaman
paripurna seorang Muslim. Akhlakul karimah dalam pengertian luasnya
ialah perilaku, perangai, ataupun adab yang didasarkan pada nilai-nilai
wahyu sebagaimana dipraktikkan oleh Nabi Muhammad SAW. Akhlakul
karimah terbukti efektif dalam menuntaskan suatu permasalahan serumit
apa pun.

B. Kiat Menggapai Akhlaqul Karimah


Sesungguhnya kemuliaan akhlak itu terwujud dengan memberikan apa
yang dipunyai kepada orang lain, menahan diri sehingga tidak menyakiti,
dan menghadapi gangguan atau tekanan dengan penuh kesabaran. Hal
itu akan bisa digapai dengan membersihkan jiwa dari sifat-sifat rendah
lagi tercela dan menghiasinya dengan sifat-sifat terpuji. Simpul kemuliaan
akhlak itu adalah: kamu tetap menyambung hubungan dengan orang
yang memutuskan hubungan denganmu, memberikan kebaikan kepada
orang yang tidak mau berbuat baik kepadamu, dan memaafkan kesalahan
orang lain yang menzalimi dirimu.

Banyak cara yang dapat dilakukan seseorang untuk menjadi insan yang
berakhlak mulia, beberapa diantaranya terdiri dari satu pemahaman inti
dan tiga langkah konkret yaitu : pahami secara mendasar nilai-nilai
akhlakul karimah sebagaimana dicontohkan oleh Rosulullah SAW. Ajarkan
kepada orang lain dalam setiap kesempatan mengenai akhlakul karimah
tersebut. Secara sistemtik dan sungguh-sungguh
menerapkan/melaksanakan hal-hal yang dipahami tersebut dalam
kehidupan sehari-hari, dimulai dari hal-hal kecil dan sederhana pada
lingkungan yang paling dekat bersifat privat, serta segerakan mulai dari
saat ini.

Dengan pemahaman dan langkah-langkah tersebut diharapkan dapat


tercipta suatu kebiasaan yang pada akhirnya bila kita lakukan secara
konsisten maka akan terbentuk karakter/integrasi akhlakul karimah
dalamdiri kita, dan mampu menjawab problematika yang sedang diderita
umat saat ini, baik permasalahan social, politik maupun ekonomi dalam
kehidupan kita sehari-hari di lingkungan, masyarakat maupun negara.

C. Akhlak-Akhlak Terpuji
1. Orang yang baik adalah orang yang baik akhlaknya
Kriteria Orang Baik
Nabi Muhammad SAW. Diutus Allah unuk mrnyrmpurnakan Akhlak
manusia. Beliau lahir dan tumbuh di masyarakat Arab jahiliyah yang
berakhlak buruk dan tidak beradab Rasulullah SAW. Diutus untuk
mengajar dan mendidik masyarakat agar berakhlak sesuai dengan ajaran
Islam, akhlak yang baik menurut Islam antara lain; sabar, mawas diri,
hormat terhadap orang tua, slalu menjaga tali silaturahmi teguh
pendirian, jujur, simpati, dan rela berkorban,
Rasulullah mengajar dengan memberi teladan, apapun yang Allah
perintahkan, pastilah Rasulullah yang melakukan pertama kali. Selain itu
Rasulullah mengajar umatya dengan pembiasaan.
Sebagai uamtnya kita harus bias mengikuti Akhlak Rasulullah SAW.
Namun jika kita ingin menjadi sesempurna beliau memang sulit, akan
tetapi kita bisa meneladaninya dengan bertahap dan perlahan-lahan. Yang
penting kita kontinu atau istiqamah. Rasulullah berkata bahwa ia amat
menyayangi mereka yang berakhlak baik.
"Nabi SAW. Berkata: "orang yang paling ku sayangi adalah orang yang
memiliki Akhlak yang baik."
Disamping itu juga Rasulullah mengatakan bahwa akhlak yang baik
mencerminkan keimanan seseorang, orang yang imannya paling
sempurna adalah yang akhlaknya baik.

:
: .
)
"Abdullah bin Ash R.A berkata: Akhlak Rasulullah bukanlah orang yang keji
dan bukan orang yang jahat, bahkan dia bersabda "sesungguhnya orang
yang paling baik diantara kalian adalah yang paling baik budi pekertinya."
(H.R. Bukhari dan Muslim)
Akhlak adalah perangai seseorang yang tercermin dalam perkataan dan
perbuatan. Adapun sebagian tanda orang yang memiliki akhlak yang baik,
antara lain;
1. Berbicara dengan kata-kata yang baik, baik kepada Orang tua/keluarga
ataupun tetangganya. Melindungi dan menghormati orang tua, senang
melakukan silaturrahmi, dan senang membantu orang lain terutama
orang tuanya.
2. Tidak menyakiti tetangga, tidak mengambil hak orang lain, tidak
meneyebarkan aib orang lain, mampu memelihara amanat (rahasia) yang
meneyebakan orang lain atau dirinya malu.
3. Selalu membina tali persaudaraan, senang tolong menolong (gotong
royong), selalu waspada terhadap sesuatu yang merugikan orang lain dan
dirinya, berlaku adil dan bijaksana terhadap hukum dan kesenangan, serta
berlomba-lomba dalam melakukan perbuatan baik.
4. Memberikan dan mengucapkan salam dengan hormat, dan tidak
berbicara yang bukan mengenai dirinya dengan berlebihan, tidak
berbicara tentang masalah kepada orang lain pada saat yang tidak tepat,
selalu memaafkan kesalahan orang lain, dan menjauhkan diri dari
perkataan (omong) kosong.

2. Orang yang paling berhak untuk dihormati



:



:
:

: :
: :
: :
( ) .
Artinya: Abu Hurairah berkata: seseorang datang kepada Rasulullah Saw.
dan berkata: Ya Rasulullah, siapakah yang paling berhak aku layani
(dampingi)? Nabi menjawab: ibumu. Orang itu lalu bertanya: Lalu
siapa. Jawab Nabi: Ibumu!. Lalu siapa, tanya orang itu. Jawab Nabi:
Ibumu!. Kemudian siapakah? Jawab Nabi: Ayahmu! (HR. al-Bukhari dan
Muslim).
Ibu adalah orang yang telah mengandung dan melahirkan kita serta
memelihara dan mengasuh kita dengan segala kasih sayang tanpa
memikirkan untung dan rugi. Sepantasnya beliau haruskita hormati
dengan penuh khidmat. Begitu pentingnya seorang ibu, sehingga sampai
tiga kali Rasulullah menekankan bahwa ibu lebih berhak menerima
penghormatan dari ank-anaknya. Ini bukan berarti ayah dan oreang tua
serta saudara-saudara yang lain tidak berhak dihormati, namun yang
lebih dahulu adalah ibu, baru ayah dan yang lebihh dekat dari itu, baru
yang lain. Juga begitu penting seorang ibu, sehingga Rasulullah saw.
pernah menegaskan bahwa: Syurga itu ada dibawah telapak kaki para ibu.
Kita wajib menghormati dan mencintai serta menyayangi ibu jjuga ayah
kita, sebab keridhaan Allah terletak pada keridhaan kedua orang tua kita,
sedangkan murka Allah pun terletak pada keduanya, khusus nya ibu ,
sebab doa ibu sangat maqbul, sekalipun doa itu merupakan kutukan. Kita
ingat beberapa kisah yang pernah terjadi akibat durhaka pada ibu, seperti
kisah Juraij dan sebagainya.

3. Kejujuran membawa kepada kebajikan









:














()
Artinya: Abdulah ibn Masud ra. Berkata: Nabi Saw. Bersabda:
Sesungguhnya benar/kejujuran itu membawa kebaikan, dan kebaikan itu
mengantarkan ke surga, dan seorang yang berlaku benar sehingga
tercatat di sisi Allah sebagai seorang yang sangat jujur. Sebaliknya, dusta
membawa kepada kecurangan/perbuatan lacur, sedangkan kecurangan
itu mengantarkan ke neraka. Dan seorang itu berdusta sehingga tercatat
di sisi Allah sebagai pendusta (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Makna hadits: Kejujuran termasuk dari sifat-sifat yang terpuji, Jujur adalah
sikap yang sesuai antar perkataan dan perbuatan dengan yang
sebenarnya. Apa yang diucapkan memang itulah yang sesungguhnya dan
apa yang diperbuat itulah yang sesungguhnya yang diinginkan untuk
diperbuat, Allah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk
senantiasa jujur. Rasulullah menganjurkan dan menerangkan keutamaan
berbuat jujur didalam banyak hadits. Dalam hadits di atas, Nabi
menerangkan pada kita bahwasanya kejujuran itu membuka pintu-pintu
kebaikan bagi kaum muslimin yang akan memasukkan pelakunya kedalam
surga. Sedangkan orang-orang yang senantiasa berlaku jujur dalam
perkataanya dan perbuatannya, maka akan dicintai oleh Allah dan
manusia. Lawan dari kejujuran adalah dusta yang Allah telah melarang
kita darinya. Rasulullah juga telah melarang kita darinya. Sungguh dalam
hadits ini Nabi telah menjelaskan kepada kita bahwa kedustaan akan
menjerumuskan pelakunya kedalam maksiat yang akan memasukan
pelakunya kedalam neraka. Sedangkan orang-orang yang terbiasa
melakukan perbuatan dusta, maka dia akan digolongkan sebagai orang-
orang pendusta dan termasuk yang berhak mendapat siksa dari Allah.
Perbuatan dusta akan menjadikan pelakunya dibenci oleh Allah dan
dibenci oleh makhluk-Nya. Maka hendaklah kita berperilaku jujur dengan
menjauhi perbuatan dusta agar mendapat ridha dari Allah dan
dimasukkan ke dalam surga.
Faedah Yang Bisa Diambil dari Hadits:
1. Kejujuran termasuk akhlak terpuji yang dianjurkan oleh Islam.
2. Diantara petunjuk Islam hendaknya perkataan orang sesuai dengan isi
hatinya.
3. Jujur merupakan sebaik-baik sarana keselamatan di dunia dan akhirat.
4. Seorang mukmin yang bersifat jujur dicintai di sisi Allah Taala dan di sisi
manusia.
5. Membimbing rekan lain bahwa jujur itu jalan keselamatan di dunia dan
akhirat.
6. Menjawab secara jujur ketika ditanya pengajar tentang penyebab
kurangnya melaksanakan kewajiban.
7. Dusta merupakan sifat buruk yang dilarang Islam.
8. Wajib menasihati orang yang mempunyai sifat dusta.
9. Dusta merupakan jalan yang menyampaikan ke neraka.

4. Berbuat baik dengan tetangga



:








:









( )




Abu Syuraih al-Adawi ra. berkata: telah mendengar kedua telingaku, juga
telah melihat kedua mataku ketika Nabi Saw. Bersabda: Siapa yang
beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah menghormati
tetangganya. Dan siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka
harus menghormati tamu jaizahnya. Sahabat bertanya: apa jaizahnya itu
ya Rasul? Nabi menjawab: Jaizahnya itu ialah hidangan jamuan pada hari
pertama (sehari semalam). Dan hidangan untuk tamu itu tiga hari, yang
selebihnya itu dianggap sebagai shadaqah. Dan siapa yang beriman
kepada Allah dan hari akhir , maka harus berkata baik atau diam (al-
Bukhari dan Muslim)
Dalam kehidupan sosial, tetangga merupakan orang yang yang secara
fisik paling dekat jaraknya dengan tempat tinggal kita. Dalam tatanan
hidup bermasyarakat, tetangga merupakan lingkaran kedua setelah
rumah tangga, sehingga corak sosial suatu lingkungan masyarakat sangat
diwarnai oleh kehidupan pertetanggaan. Pada masyarakat pedesaan,
hubungan antar tetangga sangat kuat hingga melahirkan norma sosial.
Demikian juga pada lapisan masyarakat menengah kebawah dari
masyarakat perkotaan, hubungan pertetanggaan masih sekuat
masyarakat pedesaan. Hanya pada lapisan menengah keatas, hubungan
pertetanggaan agak longgar karena pada umumnya mereka sangat
individualistik.

Tradisi ke Islaman memberikan kontribusi yang cukup besar dalam


pembentukan norma-norma sosial hidup bertetangga. Adanya lembaga
salat berjamaah di masjid atau mushalla, baik harian lima waktu,
mingguan Jum''atan maupun tahunan Idul Fitri dan Idul Adha cukup
efektip dalam membentuk jaringan pertetanggan. Demikian juga tradisi
sosial keagamaan, seperti tahlilan, ratiban, akikah, syukuran, lebaran dan
sebagainya sangat efektip dalam mempertemukan antar
tetangga.Tentang betapa besarnya makna tetangga dalam membangun
komunitas tergambar pada hadis Nabi yang memberi petunjuk agar
sebelum memilih tempat tinggal hendaknya lebih dahulu
mempertimbangkan siapa yang akan menjadi tetangganya, al jaru qablad
dar, bahwa faktor tetanga
itu hams didahulukan sebelum memilih tempat tinggal.
Selanjutnya akhlak bertetangga diajarkan sebagai berikut:
(a) Melindungi rasa aman tetangga. Kata Nabi, ciri karakteristik
seorang muslim adalah, orang lain (tetangga) terbebas dari
gangguannya, baik gangguan dari kata-kata maupun dari perbuatan fisik.
(b) Menempatkan tetangga (yang miskin) dalam skala prioritas
pembagian zakat.
(c) Memberi salam jika berjumpa.
(d) Menghadiri undangannya.
(e) Menjenguk tetanggga yang sakit.
(f) Melayat atau mengantar jenazah tetangga yang meninggal dunia.
(g) berempati kepada tetangga

D. Nabi Muhammad saw. Diutus Untuk Menyempurnakan Akhlak


Allah SWT. memiliki maksud tertentu menciptakan umat manusia, yaitu
sebagai khalifah (penguasa, pengatur) bumi dalam rangka ikhlas
beribadah kepadaNya. Manusia adalah makhluk yang diciptakan dengan
memiliki hawa nafsu. Hawa nafsu inilah yang mendorong manusia untuk
selalu dinamis berubah ke segala arah. Dengan hawa nafsu manusia
dapat memrubah dunia ke zaman modern seperti saat ini dan akan terus
berkembang ke masa yang lebih modern di masa yang akan datang. Dan
hawa nafsu pula jika tanpa dikendalikan sebagai pendorong kuat untuk
memunculkan perbuatan-perbuatan tercela dan kerusakan-kerusakan di
muka bumi.
Kecenderungan hawa nafsu yang tak terkontrol sehingga banyak
melahirkan perbuatan-perbuatan maksiat dan kerusakan-kerusakan di
muka bumi telah lama dikhawatirkan oleh para malaikat ketika Allah
mengutarakan maksudnya kepada para malaikat bahwa Allah akan
menciptakan makhluk manusia sebagai khalifah (penguasa, pengatur) di
muka bumi. Dan kekhawatiran malaikat ini telah terbukti, betapa kita
saksikan, berapa banyak manusia tanpa dosa terbunuh baik oleh pribadi-
prabadi atau perang yang menghancurkan sendi-sendi kemanusiaan.
Berapa banyak kemaksiatan terjadi disekitar kita, dikerjakan dengan
terang-terangan tanpa malu-malu: berjudi, mabuk-mabukan, berzina,
merampas harta orang lain tanpa hak dari pencurian kelas teri hingga
korupsi yang menelan harta masyarakat trilyunan rupiah dan beragam
kemaksiatan lainnya hingga mengganggu sendi-sendi kehidupan normal
di masyarakat, kesemuanya terus menerus terjadi hingga saat ini. (Lebih
jauh tentang nafsu manusia akan kami bahas dalam tulisan tersendiri,
insya Allah).
Kerusakan akhlak terus terjadi merajalela. Akankah nafsu angkaramurka
akan terus kita perturutkan? Jawabnya tanyakanlah pada diri sendiri.
Jangan mudah menyalahkan pihak lain, karena setiap kita adalah
bernafsu.
Dan ini adalah salah satu alasan mengapa Allah menurunkan Muhammad
SAW. di tengah-tengah manusia. Tiada lain untuk membimbing nafsu
manusia bagaimana seharusnya ia dibimbing, dikendalikan dan diarahkan.
Rasulullah SAW. bersabda:


Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang sholeh.
(HR: Bukhari dalam shahih Bukhari kitab adab, Baihaqi dalam kitab syubil
Iman dan Hakim).














Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Al-Ahzab: 21)

E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Seseorang Dalam Berakhlak


1. Genetik / turunan
Akhlak: jati diri/karakter yang menyertai manusia di manapun ia berada,
oleh karenanya keteladanan orang tua (rumah tangga) sangatlah
mempengaruhi terhadap perkembangan akhlak anak-anaknya. Di sadari
atau tidak bahwa apa yang dilakukan oleh orang tua (ayah, ibu, dan
lainnya) telah menuntun kepada sikap dan perilaku anak-anaknya. Dan
ketahuilah bahwa proses pendidikan lebih banyak dinikmati oleh anak
melalui mata, yakni mencapai 83%, dan hanya 11% melalui telinga atau
nasehat, sedangkan 6% lainnya melalui keterampilan. Dengan demikian
orang sering mengatakan buah tidak akan jauh jatuh dari pohonnya.
2. Sisi psikologis : Al-nafsiyah / kejiwaan
Secara psikologis bahwa yang turut mempengaruhi pembentkan akhlak
adalah berasal dari dalam diri anak itu sendiri. Hal ini terbentuk oleh
faktor pengalaman dan kesadaran anak dalam kehidupan rumah tangga.
Semakin baik kebiasaan rmah tangganya dalam pergaulan keseharian,
maka semakin baik pula akhlak anak-anaknya, sebaliknya semakin rusak
akhlak dalam rumah tangganya, maka semakin banyak kecenderungan
memiliki akhlak yang buruk pula.
3. Faktor social / lingkungan : Syariah Ijmaiyah
Faktor lingkungan tidak kalah pentingnya dalam pembentukan akhlak,
semakin baik lingkungan hidup anak, maka semakin baik pula
kemungkinan akhlaknya. Pepatah klasik mengatakan bahwa dekat
pandai besi maka akan kepercikan apinya, dan dekat orang menjual
minyak wangi maka akan keciupan baunya.
4. Nilai Islami yang tertanam dalam dirinya
Gaya hidup seorang manusia / muslim yang dilandaskan dengan al-quran
dan as-sunnah, akan terbentuk akhlak yang islami. Karena hal yang
demikian itu akan menunjukkan apa yang baik di mata Allah dan rasulnya,
Baik dimata Allah adalah; Takwa dan sabar kepada Allah - mengabdi,
selalu tunduk dan patuh kepada perintah-Nya, Berserah diri dan tawakkal
kepada Allah, pandai bersyukur, Ikhlas dalam semua peristiwa yang
terjadi dalam dirinya, serta khouf / takut dan Radja atau penuh harap.
Sedangkan Akhlak baik untuk Rasullullah : Ikhlas dalam melakukan sesatu
yang disunnahkan, beriman kepada Rasul, selalu mengucapkan shalawat
dan salam serta taat dan cinta kepada Rasul, mempercayai kepada semua
berita yang disampaikan Rasul serta menghidupkan sunnahnya.

Faktor yang mempengaruhi seseorang berakhlak mulia:

1. Perintah Allah dan Rasulnya


2. Mengikuti sunahnya, karena tujuan diutusnya Rasulullah saw. (QS. Al-
Ahzab:21)
3. Sebagai bukti eksistensi keimanan
4. Sebagai kunci dakwah
5. Takut atas ancaman Allah (QS. as-Shaaf:2-3)
6. Sebagai kunci komunikasi untuk mendapatkan kepercayaan
Faktor-Faktor Yang Membuat Orang Enggan Berakhlak Mulia

1. Tidak ada keinginan mempertebal iman


2. Sudah menjadi kebiasaannya di waktu kecil
3. Tertutupnya hati

EJARAH SHALAT
Allah telah berfirman:

Dirikanlah shalat, sungguh ini merupakan kewajiban yang ditentukan waktunya bagi orang-
orang yang beriman (QS. An-Nisaa: 103-104)
Hai orang-orang yang beriman, ruku dan sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu;Berbuatlah
kebaikan supaya kamu mendapatkan kemenangan (QS. Al-Hajj: 77)

Istilah shalat berasal dari kata kerja Shalaah yang menyatakan suatu perbuatan dan orang
yang melakukan disebut Mushallin, sementara pusat tempat melakukannya disebut Mushala.

Shalat merupakan suatu perbuatan memuliakan Allah yang menjadi suatu tanda syukur kaum
muslimin sebagai seorang hamba dengan gerakan dan bacaan yang telah diatur khusus oleh
Nabi Muhammad SAW yang tidak boleh diubah kecuali ada ketentuan-ketentuan yang
memperbolehkannya.

Dalam kitab suci Al-Quran tidak menjelaskan secara detail sejak kapan dan bagaimana
teknis pelaksanaan shalat yang diperintahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Meski
demikian Al-Quran secara tegas menyatakan bahwa shalat sudah dilakukan oleh umat-umat
sebelumnya, seperti perintah shalat kepada Nabi Ibrahim dan anak cucunya, kepada Nabi
Syuaib, kepada Nabi Musa dan kepada Nabi Isa al-Masih.

Pernyataan Al-Quran tersebut dibenarkan oleh cerita-cerita yang ada dalam Kitab Perjanjian
Lama dan Perjanjian Baru, yang mengisahkan tata cara beribadah para nabi sebelum Nabi
Muhammad SAW, yaitu ada berdiri, ruku dan sujud, yang jika dirangkai maka menjadi shalat
seperti shalat umat Islam dewasa ini.

Segeralah Musa berlutut ke tanah, lalu sujud menyembah. Perjanjian Lama-Kitab


Keluaran 34:8

Masuklah, marilah kita sujud menyembah, berlutut di hadapan TUHAN yang


menjadikan kita. Perjanjian Lama-Kitab Mazmur 95:6

Lalu sujudlah Yosua dengan mukanya ke tanah, menyembah. Perjanjian Lama-


Kitab Yosua 5:14

Kemudian ia menjauhkan diri dari mereka kira-kira sepelempar batu jaraknya, lalu ia
berlutut dan berdoa." Perjanjian Baru-Injil Lukas 22:41
Ia maju sedikit, merebahkan diri ke tanah dan berdoa. Perjanjian Baru-Injil Markus
14:35

Dari pernyataan ini, maka jelas bagi suipa pun bahwa shalat umat Islam pda hakekatnya
sudah menjadi bagian dari tradisi dan ajaran yang baku dari semua Nabi dan Rasul Allah
sepanjang zaman sebagaimana firman-Nya: Demikianlah hukum Allah yang telah berlaku
sejak dahulu, kamu sekali-kali tidak akan menemukan perubahan pada hukum Allah itu.
(QS. Al-Fath: 23)

Kisah perjalanan Nabi Muhammad SAW mengarungi angkasa raya yang disebut dengan
istilah Isra dan Miraj, menceritakan awal diperintahkannya shalat kepada Nabi Muhammad.
Dan juga terdapat dalam beberapa hadist yang dinyatakan shahih atau valid oleh sejumlah
ulama besar.

Menurut hadist, Isra dan Miraj terjadi sewaktu Khadijah, istri pertama Rasulullah wafat.
Peristiwa ini justru menjadi salah satu hiburan bagi Nabi yang baru ditinggalkan oleh sang
istri tercinta dan juga paman beliau Abu Thalib, dan tahun ini disebut dengan tahun duka cita
atau aamul ilzam.

Sementara itu ada yang mengatakan bahwa jauh sebelum terjadinya Isra dan miraj, Nabi
Muhammad dipercaya telah melakukan shalat berjamaah dengan Khodijah sebagaimana yang
pernah dilihat dan ditanyakan oleh ali bin abu Tholib yang waktu itu masih remaja.

Artinya perintah shalat telah diterima oleh Nabi Muhammad SAW sebelum beliau Isra
Miraj, bahkan jauh sebelum itu.

Secara objektif ayat Al-Quran yang menceritakan mengenai peristiwa Isra Miraj sama
sekali tidak menyinggung tentang adanya perintah shalat kepada Nabi Muhammad saw. Allah
berfirman: Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada
malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar
kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia
Maha Mendengar dan Maha Melihat. (QS. Al-Isra: 1)

Dan juga dalam firman-Nya:


Dan sungguh, dia (Muhammad) telah melihatnya (dalam rupanya yang asli) pada wakyu
yang lain, yaitu Sidratulmuntaha, di dekatnya ada surga tempat tinggal,(Muhammad melihat
Jibril) ketika Sidratulmuntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya, penglihatan
(Muhammad) tidak menyimpang dari yang dilihatnya itu dan tidak pula melampauinya.
Sungguh, dia telah melihat sebagian tanda-tanda kebesaran Tuhannya yang paling besar.
(QS. An-Najm: 13-18).

Kedua surah tersebut hanya menekankan kisah perjalanan Nabi dalam rangka menunjukkan
kepada beliau sebagian dari kebesaran Allah di alam semesta sekaligus merupakan kedua
kalinya bagi Nabi melihat wujud asli dari malaikat Jibril setelah sebelumnya, beliau pernah
melihat wujud asli malaikat Jibril saat menyampaikan wahyu pertama dari Allah di gua Hira.

Selain itu, di luar hadist Isra dan Miraj yang menggambarkan Nabi memperoleh perintah
shalat pada peristiwa tersebut, Imam Muslim dalam musnadnya meriwayatkan sebuah hadist
lain yang sama sekali tidak berhubungan dangan cerita Miraj, namun disana menjelaskan
bagaimana Nabi mempelajari tata-cara shalat dari malaikat Jibril.

Dari Ibnu Masud r. a . Rasulullah bersabda: Turun jibril, lalu dia menjadi imam bagiku dan
aku shalat bersamanya, kemudian aku shalat bersamanya, lalu aku shalat bersamanya dan aku
shalat bersamanya, Nabi menghitung dengan lima anak jarinya. [Hadist Riwayat Muslim].

SHALAT ADALAH BAGIAN DARI PERJANJIAN ANTARA ALLAH DENGAN


PARA NABI
Allah telah mengadakan perjanjian dari para nabi-nabi terdahulu mengenai akan datangnya
seorang Rasul yang membenarkan ajaran mereka sebelumnya, lalu terdapat perintah tersirat
agar mereka menyampaikan kepada umatnya masing-masing: Jika datang kepadamu Kitab
dan Hikmah, lalu datang kepada kamu seorang Rasul yang membenarkan apa-apa yang ada
tentang diri kamu, hendaklah kamu imani ia secara sebenarnya. Dia bertanya: Sudahkah
kalian menyanggupi dan menerima perjanjiaan-Ku tersebut?. Mereka menjawab: Kami
menyanggupinya!. Dia berkata: Saksikanlah! Dan aku bersama kamu adalah dari golongan
mereka yang menyaksiakan! (QS. Ali-Imran: 81)

Tidak diragukan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah melakukan Isra Miraj, karena hal ini
disebutkan di dalam Al-Quran dan dapat dibuktikan secara saintifik. Tidak perlu diragukan
pula bahwa shalat merupakan salahsatu kewajiban utama seorang muslim, sebab ini semua
ada di dalam Al-Quran dan hadist-hadist Nabi. Bahkan shalat adalah tradisi yang diwariskan
oleh semua Nabi dan Rasul dari masing-masing zamannya. Namun ini tidak berarti bahwa
kaum muslimin harus menerima begitu saja semua riwayat hadist tentang shalat yang isinya
patut dianggap menyelisihi Al-Quran maupun logika sehingga dapat menyebabkan kita
mengesampingkan kewajiban untuk menggunakan akal dan berolah fikir. Dasarnya adalah
karena Allah sendiri mewajibkan manusia untuk berfikir dan berdzikir di saat membaca ayat-
ayat-Nya.

SEJARAH SHALAT 5 WAKTU


Nabi Muhammad Saw merupakan nabi terakhir yang diutus oleh Allah SWT untuk
membimbing manusia menuju jalan kebenaran. Tidak seperti umat nabi-nabi terdahulu, umat
nabi Muhammad terlah diperintahkan untuk mengerjakan shalat 5 waktu setiap hari. Ini
merupakan kelebihan dan anugerah Allah SWT terhadap umat Nabi Muhammad SAW di
mana shalat tersebut akan memberikan perlindungan pada hari pembalasan kelak.

Berikut adalah ringkasan sejarah asal-usul shalat 5 waktu:

Subuh
Manusi pertama yang mengerjakan shalt subuah ialan Nabi adam As. Yaitu ketika beliau
keluar dari surga lalu diturunkan ke bumi. Perkara pertama yang di lihatnya ialah kegelapan
dan beliau merasa takut yang amat sangat. Apabial fajar subuh telah keluar , Nabi Adam
sembahyang dua rakaat.
Rakaat pertama: Tanda bersyukur karena beliau terlepas dari kegelapan malam.
Rakaat kedua: Tanda bersyukur karena siang telah menjelma

Dhuhur
Manusia pertama yang mengerjakan shalt dhuhur ialah Nabi Ibrahim As. Yaitu takkala Allah
SWT telah memerintahkan padanay agar menyembelih anaknya Nabi Ismail As. Seruan itu
datang pada waktu tergelincirnya matahari, lalu sujudlah Nabi Ibrahim sebanyak empak kali
Rakaat pertama: Tanda bersyukur bagi penebusan
Rakaat kedua: Tanda bersyukur karena dibukakan duka citanya dan juga anaknya
Rakaat ketiga: Tanda bersyukur dan memohin akan merendahan Allah SWT
Rakaat keempat: Tanda bersyukur karena korbannya digantikan dengan tebusan kibas

Asar
Manusia pertama yang mengerjakan shalt asar ialah Nabi Yunus As. Takkala beliau
dikeluarkan Allah SWT dari perut ikan Nun. Ikan Nun telah memuntahkan Nabi Yunus di tepi
pantai, ketika telah masuk watu asar. Maka Nabi Yunus bersyukur kepada Allah lalu
bersembahyamg empat rakaat karena beliau telah diselamatakn oleh Allah dari 4 kegelapan
yaitu:
Rakaat pertama: Kelam denga kesalahan
Rakaat kedua: Kelam dengan air laut
Rakaat ketiga: Kelam denagn malam
Rakaat keempat: Kelam dengan perut ikan Nun

Maghrib
Manusi pertama yang mengerjakan shalat maghrib ialah Nabi Isa As. Yaitu ketika beliau
dikeluarkan oleh Allah SWT dari kejahilan dan kebodohan kaumnya, waktu itu telah
terbenamnya matahari. Bersyukurlah Nabi Isa As, lalu bersembahyang tiga rakaat karena
diselamatkan dari kejahilan tersebut yaitu :
Rakaat Pertama: Untuk menafikan ketuhanan selain daripada Allah yang Maha Esa
Rakaat kedua: Untuk menafikan tuduhan dan juga cacian kepada ibunya Siti Maryam yang
telah dituduh melakukan perbuatan sumbang.
Rakaat ketiga: Untuk meyakinkan kaumnya bahwa Tuhan itu hanya satu yaitu Allah SWT
semata-mata, tiada dua atau tiganya.

Isya
Manusia pertama kali mengerjakan shalat isya ialah Nabi Musa As. Pada saat itu, Nabi Musa
tersesat mencari jalan keluar dari negeri Madya, sedang dalam dadanya penuh perasaan
dukacita. Allah SWT menghilangkan semua perasaan dukacitanay itu pada waktu isya yang
akhir. Lalu sembahyanglah Nabi Musa empat rakaat sebagai tanda bersyukur.
Rakaat pertama: Tanda dukacita terhadap istrinya.
Rakaat kedua: Tanda dukacita terhadap saudaranya Nabi Harun
Rakaat ketiga: Tanda dukacita terhadap Firaun
Rakaat keempat: Tanda dukacita terhadap anak Firaun

SEJARAH TATA-CARA SHALAT


Sebagai kaum muslim, kita wajib melaksanakan shalat lima waktu dengan memahami
kaifiyat (tata-cara) baik yang berhubungan dengan gerakan, bacaan dan jumlah rakaatnya.
Kita selalu berpedoman pada hadist Rasulullah SAW, Laksanakanlah shalat sebagaimana
engkau melihat aku melaksanakannya.
Dalam menguraikan tentang sejarah shalat, Imam Bukhari ra. dalam shahihnya menyebutkan
sebuah hadist dari Aisyah binti Abu Bakar Ash-Shiddiq ra. Aisyah berkata, Shalat
diwajibkan pertama kali sebanyak dua rakaat. Demikian yang dilakukan pada shalat dalam
perjalanan, dan lebih dari itu jika tidak bepergian.

Hal ini berbeda dengan hadist yang berhubungan dengan peristiwa Isra Miraj yang
menyebutkan bahwa, shalat yang diwajibkan sehari semalam adalah lima waktu-sebagaimana
diriwayatkan oleh Ibnu Katsir:

Setelah Rasulullah SAW bertemu dangan Nabi Musa yang mengatakan bahwa umatmu
tidak akan sanggup melaksanakan shalat 50 waktu sehari semalam sehingga akhirnya
menjadi lima waktu setelah beberapa kali Rasulullah meminta keringanan dari Allah SWT.

Al-Bidayah berusaha menjembatani perbedaan pandangan antara ucapan Aisyah dengan


hadist tentang Isra Miraj. Ibnu Katsir mengatakan, "barangkali yang disampaikan oleh
Aisyah ra adalah rakaat shalat Rasulullah sebelum terjadinya peristiwa Isra Miraj."

Shalat yang diwajibkan kepada umat Islam berbeda dengan shalat yang diwajibkan pada
kaum Ahlulkitab, Yahudi dan Nasrani.

Kaum Yahudi juga melakukan sujud kepada Allah SWT dalam shalatnya. Tetapi, sujudnya
berbeda dengan sujud umat Islam. Sujud dalam shalat yang diajarkan Rasulullah adalah
dengan menempelkan kening di tempat sujud. Sedangkan sujudnya kaum Yahudi dengan
menempelkan pipi kirinya ke tanah, sehingga pipi kanannya menghadap ke langit dan
matanya juga melirik ke langit.

Hal ini terkait dengan peristiwa yang terjadi ketika kaum Yahudi dipaksa untuk bersujud
kepada Allah dengan diangkatnya Gunung Sinai di atas kepala mereka!

Hal ini untuk memaksa Bani Israil agar percaya kepada Allah SWT sebagaimana yang
diserukan oleh Nabi Musa As. Namun, takkala menyaksikan gunung terangkat dan berada
tepat di atas mereka, orang-orang Bani Israil gemetar ketakutan. Akibatnya mereka bersujud
sambil melihat gunung Sinai yang terangkat di atas kepala mereka. Mereka bersujud sambil
melirik ke arah Gunung Sinai yang terangkat. Mereka khawatir tertimpa gunung!

Semua peristiwa di atas disebutkan dalam Al-Quran yang artinya, Dan ingatlah Kami
memanggil janji dari kalian dan Kami angkatkan Gunung Sinai di atas kalian seraya Kami
berfirman, Berpegang teguhlah pada apa yang Kami berikan kepada kalian dan ingatlah
selalu apa yang ada di dalamnya, agar kalian bertaqwa. (Q.S. Al-Baqarah 63).

Dalam satu hadist, Rasulullah SAW bersabda, Dua kali Jibril mengimami aku di Al Bait.
Dari hadist tersebut dapat difahami bahwa kata mengimami dalam kalinat tersebut adalah
bahwa Jibril mengajarkan kepada Nabi Muhammad SAW tentang bagaimana cara mendirikan
shalat dalam Islam, dan Al Bait adalah Baitullah.

Baihaqi dan Hasan al-Bashri berkata bahwa pada hari itu di Baitulharam, malaikat Jibril
mengajarkan Rasulullah SAW jumlah rakaat dan tata cara shalat. Bahwa shalat dhuhur empat
rakaat, shalat asyar empat rakaat, shalat magrib tiga rakaat dengan membaca surat Al Fatihah
dan ayat Al-Quran lainnyan dengan nyaring pada rakaat pertama dan kedua, shalat isya
empat rakaat dengan mengeraskan suara pada dua rakaat pertama.

Setelah menguasai tata-cara ini, Rasulullah SAW lalu memanggil para sahabat dan
mengajarkan cara berwudlu dan shalat. Dilanjutkan kemudian dengan melaksanakan shalat
berjamaah di mana Rasulullah SAW menjadi imam shalat dengan dibimbing Malaikat Jibril,
sementara para sahabat mengikuti (mamuman) beliau.

Pelaksanaan shalat yang terdiri dari takbir, rukuk, sujud dan tasahud, sebenarnya adalah
perbuatan yang tidak dikenal bangsa Arab dan bangsa lainnya. Hal ini membuat Yahya bin
Afif, sahabat Abbas bin Abdul Muthalib, paman Rasulullah SAW, merasa kagum dan
menceritakan kisah ini:

Pada masa jahiliyah, aku pergi ke Kabah dan singgah di kediaman Abbas bin Abdul
Mutholib. Ketika matahari terbit aku memandangi Kabah. Saat itulah seorang lelaki muda
(Rasulullah SAW) datang. Ia juga menatap langit lalu menghadap Kabah. Tak lama
kemudian datanglah seorang anak kecil (Ali bin Abi Thalib) yang langsung berdiri disebelah
kanan yang pertama tadi. Kemudian menyusul seorang perempuan (Khadijah bin Khuwailid)
datang dan berdiri di belakang keduanya. Ketika lelaki pertama itu rukuk, anak kecil dan
perempuan itu pun mengikutinya. Kemudian, lelaki muda itu berdiri lagi, kedua orang yang
di belakangnay juga berdiri. Lelaki muda itu merendahkan badannya dan bersujud yang
segera diikuti keduanya.

Menyaksikan itu Yahya bin Afif heran, ia pun bertanya kepada Abbas bin Abdul Muthalib
yang saat itu berdiri disampingnya, Wahai Abbas, apa itu? Apa yang dilakuakan orang-
orang itu? Apakan engkau merasa bahwa itu merupakan sesuatu yang agung? Abbas bin
Abdul Muthalib yang pada saat itu belum memeluk Islam menjawab, Benar itu pasti
sesuatu yang agung. Wallahu alam.

PENUTUP
Sejarah shalat itu sudah ada sebelum Nabi Muhammad. Dalam kitab Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru mengisahkan tata cara para Nabi sebelum Nabi Muhammad yaitu ada yang
berdiri, ruku dan sujud yang jika dirangkai maka seperti shalatnya umat Islam.

Nabi Muhammad SAW merupakan nabi terakhir yang diutus oleh Allah SWT untuk
membimbing manusia ke jalan kebenaran. Sejarah shalat lima waktu adalah:
Subuh: manusia yang pertama kali mengerjakan shalat subuh adalah Nabi Adam As.

Dhuhur: manusia yang pertama kali mengerjakan shalat dhuhur adalah Nabi Ibrahim
As.

Asyar: manusia pertama kali yang mengerjakan shalat asyar adalah Nabi Yunus As.

Magrib: manusia pertama kali yang mengerjakan shalat magrib adalah Nabi Isa As.

Isya: manusia pertama kali yang mengerjakan shalat Isya adalah Nabi Musa As.

Sebagai seorang muslim kita wajib melaksanakan shalat lima waktu dangan memahami tata
caranya, baik yang berhubungan dengan gerakan maupun bacaan dan jumlah rakaatnya.
Dalam hubungannya dengan peristiwa Isra Miraj, Nabi diperintah oleh Allah untuk
melaksanakan shalat lima waktu yaitu subuh, dhuhur, asyar, magrib dan isya.

Anda mungkin juga menyukai