Kel.2 Organisasi Sekolah
Kel.2 Organisasi Sekolah
http://himmadika.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2012/09/KEL.2-ORGANISASI-
SEKOLAH.docx
BAB I
PENDAHULUAN
1
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1. Apa pengertian organisasi sekolah?
2. Bagaimana struktur organisasi sekolah?
3. Apa wewenang dan tanggung jawab organisasi sekolah?
4. Apa peranan organisasi sekolah?
5. Apa manfaat organisasi sekolah?
6. Factor-faktor apa saja yang mempengaruhi pembentukan organisasi sekolah?
BAB II
2
PEMBAHASAN
3
mencapai tujuan bersama. Oleh sebab itu sekolah dikatakan sebagai sebuah organisasi
karena sekolah didirikan untuk mencapai tujuan bersama khususnya di bidang pendidikan.
Koordinator TU
Organisasi Siswa
Gb. Struktur Intra Sekolah
Organisasi Sekolah
(OSIS)
C. Wewenang dan Tanggung Jawab Organisasi Sekolah
4
Wewenang dan tanggung jawab sekolah adalah hak dari organisasi sekolah untuk
memerintah orang lain untuk melakukan sesuatu di sertai pertanggung jawaban dari
organisasi sekolah dalam mengambil keputusan agar tujuan dapat tercapai.
Berikut ini adalah pembagian wewenang dan tanggung jawab dalam organisasi
sekolah:
1. Kepala sekolah
Wewenang dan tanggung jawab, antara lain :
a. Menjaga terlaksananya dan ketercapaian program kerja sekolah.
b. Menjabarkan, melaksanakan dan mengembangkan Pembelajaran
Kurikulum/Program.
c. Mengembangkan SDM.
d. Melakukan pengawasan dan supervisi tenaga pendidik dan kependidikan.
e. Melakukan hubungan kerjasama dengan pihak luar.
f. Merencanakan, mengelola dan mempertanggung jawabkan keuangan.
g. Mengangkat dan menetapkan personal struktur organisasi.
h. Menetapkan Program Kerja Sekolah.
i. Mengesahkan perubahan kebijakan mutu organisasi.
j. Melegalisasi dokumen organisasi.
k. Memutuskan mutasi siswa.
l. Mengusulkan promosi dan mutasi pendidik dan tenaga kependidikan.
m. Menerbitkan dokumen yang dikeluarkan sekolah.
n. Memberi pembinaan warga sekolah.
o. Memberi penghargaan dan sanksi.
p. Memberi penilaian kinerja pendidik dan tenaga kependidikan.
2. Komite sekolah
Wewenang dan tangung jawab, antara lain:
a. Memberikan masukan terhadap kebijakan mutu pendidikan.
b. Mengawasi kebijakan sekolah.
3. Kepala Tata usaha
Wewenang dan tanggung jawab tata usaha, antara lain :
a. Menyusun dan melaksanakan program tata usaha sekolah.
b. Menyusun dan melaksanakan kegiatan keuangan sekolah.
c. Mengurus administrasi kepegawaian.
d. Mengurus administrasi kesiswaan.
e. Menyusun administrasi perlengkapan sekolah.
f. Menyusun dan menyajikan data statistik sekolah.
g. Menyusun administrasi lainnya.
h. Melaporkan semua tugas dan tanggung jawabnya kepada kepala sekolah
secara berkala.
4. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum
Wewenang dan tanggung jawab, antara lain:
a. Menyusun program kerja bidang Kurikulum/Program.
5
c. Memantau pelaksanaan Pembelajaran.
m. Memverifikasi Kurikulum.
6
i. Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan lomba.
j. Mengkoordinasikan ekstrakurikuler.
8
papan pengumuman. Hal ini bermanfaat untuk memotivasi para peserta didik
agar lebih giat belajar dan meningkatkan prestasinya.
Menggunakan waktu belajar secara efektif di sekolah dengan cara memotivasi
guru dan siswa.
b. Kepala Sekolah Sebagai Manajer
Sebagai manajer, kepala sekolah mau dan mampu mendayagunakan sumber
daya sekolah dalam rangka mewujudkan visi, misi, dan mencapai tujuannya.
Kepala sekolah mampu menghadapi berbagai persoalan di sekolah, berpikir secara
analitik, konseptual, harus senantiasa berusaha menjadi juru penengah dalam
memecahkan berbagai masalah, dan mengambil keputusan yang memuaskan
stakeholders sekolah. Memberikan peluang kepada tenaga kependidikan untuk
meningkatkan profesinya. Semua peranan tersebut dilakukan secara persuasif dan
dari hati ke hati. Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer,
kepala sekolah perlu memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga
kependidikan melalui persaingan yang membuahkan kerja sama (cooperation),
memberikan kesempatan kepada tenaga kependidikan untuk meningkatkan
profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam
berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah.
c. Kepala Sekolah Sebagai Administrator
Kepala sekolah sebagai administrator memiliki hubungan erat dengan
berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan,
dan pendokumenan seluruh program sekolah. Secara spesifik, kepala sekolah perlu
memiliki kemampuan untuk mengelola kurikulum, mengelola administrasi
kearsipan, dan administrasi keuangan. Kegiatan tersebut perlu dilakukan secara
efektif dan efisien agar dapat menunjang produktivitas sekolah. Untuk itu, kepala
sekolah harus mampu menjabarkan kemampuan di atas ke dalam tugas-tugas
operasional.
d. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor
Sebagai supervisor, kepala sekolah mensupervisi pekerjaan yang dilakukan
oleh tenaga kependidikan. Sergiovani dan Starrat (1993) menyatakan bahwa
supervisi merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus untuk membantu
para guru dan supervisor mempelajari tugas sehari-hari di sekolah, agar dapat
menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk memberikan layanan yang
lebih baik pada orang tua peserta didik dan sekolah, serta berupaya menjadikan
sekolah sebagai komunitas belajar yang lebih efektif.
e. Kepala Sekolah Sebagai Leader
Kepala sekolah sebagai pemimpin harus mampu memberikan petunjuk dan
pengawasan, meningkatkan kemauan dan kemampuan tenaga kependidikan,
9
membuka komunikasi dua arah dan mendelegasikan tugas. Wahjosumijo (1999)
mengemukakan bahwa kepala sekolah sebagai pemimpin harus memiliki karakter
khusus yang mencakup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan pengetahuan
profesional, serta pengetahuan administrasi dan pengawasan.
Kemampuan kepala sekolah sebagai pemimpin dapat dianalisis dari aspek
kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga kependidikan, visi dan misi sekolah,
kemampuan mengambil keputusan dan kemampuan berkomunikasi. Sedangkan
kepribadian kepala sekolah sebagai pemimpin akan tercermin dalam sifatnya yang:
jujur, percaya diri, tanggung jawab, berani mengambil resiko dan keputusan,
berjiwa besar, emosi yang stabil, dan teladan.
10
Di dalam lingkungan organisasi, kepemimpinan terjadi melalui dua bentuk,
yaitu kepemimpinan formal dan kepemimpinan informal. Kepemimpinan formal
terjadi apabila jabatan atau otoritas formal dalam organisasi diisi oleh orang yang
ditunjuk atau dipilih melalui proses seleksi. Sedangkan kepemimpinan informal
terjadi ketika kedudukan pemimpin dalam suatu organisasi diisi oleh orang yang
muncul dan berpengaruh terhadap orang lain karena kecakapan khusus yang
dimiliki atau sumber daya yang dimilikinya dirasakan mampu memecahkan
persoalan organisasi serta memenuhi kebutuhan anggota organisasi.
Sebagai pejabat formal, pengangkatan seseorang menjadi kepala sekolah
harus didasarkan atas prosedur dan peraturan yang berlaku. Prosedur dan peraturan
tersebut dirancang dan ditentukan oleh suatu unit yang bertanggung jawab dalam
bidang sumber daya manusia. Dalam hal ini perlu ada kerjasama dengan unit yang
berkaitan dengan pengelolaan dan penyelenggaraan sekolah.
Peranan kepala sekolah sebagai pejabat formal secara singkat dapat disimpulkan
bahwa kepala sekolah diangkat dengan surat keputusan oleh atasan yang
mempunyai kewenangan dalam pengangkatan sesuai dengan prosedur dan
ketentuan yang berlaku; memiliki tugas dan tanggung jawab yang jelas serta hak-
hak dan sanksi yang perlu dilaksanakan; secara hirarki mempunyai atasan
langsung, atasan yang lebih tinggi dan memiliki bawahan; dan mempunyai hak
kepangkatan, gaji dan karier.
Secara umum, dalam penerapannya kepala sekolah bertugas memimpin dan
mengkoordinasikan semua pelaksanaan rencana kerja harian, mingguan, bulanan
catur wulan dan tahunan. Mengadakan hubungan dan kerjasama dengan pejabat-
pejabat resmi setempat dalam usaha pembinaan sekolah.
2. Komite Sekolah
Berperan dalam membina dan menghimpun potensi warga sekolah dalam
rangka mendukung penyelenggaraan sekolah yang berkualitas.
3. Kepala Urusan Tata Usaha
Berperan dalam menyusun program tata usaha sekolah, mengurus administrasi
ketenagaan dan siswa, membina dan pengembangan karier pegawai tata usaha
sekolah, menyusun administrasi perlengkapan sekolah, menyusun dan penyajian
data/statistik sekolah, membuat laporan kegiatan tata usaha.
4. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum
Berperan dalam menyusun program pengajaran, pembagian tugas guru dan
jadwal pelajaran, jadwal ulangan/evaluasi, kriteria kenaikan/ketidaknaikan/kelulusan,
mengarahkan pembuatan satpel, membina lomba akademis, dan MGMP.
5. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan
11
Berperan dalam menyusun program pembinaan OSIS, melaksanakan
pembimbingan dan pengarahan kegiatan OSIS, pemilihan siswa teladan/penerima
beasiswa, mutasi siswa, program ekstra kurikuler, membuat laporan kegiatan
kesiswaan secara berkala.
6. Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana
Berperan dalam menyusun rencana kebutuhan sarana dan prasarana,
mengkoordinasikan pendayagunaan sarana dan prasarana, pengelola pembiayaan alat-
alat pengajaran, dan menyusun laporan pelaksanaan urusan sarana dan prasarana
secara berkala.
7. Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas
Berperan dalam mengatur dan menyelenggarakan hubungan sekolah dengan
orang tua/wali siswa, membina hubungan antar sekolah, komite sekolah, lembaga dan
instansi terkait, dan membuat laporan pelaksanaan hubungan masyarakat secara
berkala.
8. Koordinator BK
Berperan dalam mengatasi kesulitan belajar siswa/ siswi, mengatasi kebiasaan-
kebiasaan yang tidak baik yang dilakukan siswa/ siswi pada asaat proses belajar
mengajar berlangsung, mengatasi kesulitan yang berhubungan dengan : kesehatan
jasmani, kelanjutan studi, perencanaan dan pemilihan jenis pekerjaan setelah mereka
tamat, dan masalah sosial emosional sekolah yang bersumber dari sikap murid yang
bersangkutan terhadap dirinya sendiri, keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan
yang lebih luas.
9. Guru
Berperan dalam mendidik, membimbing dan mengarahkan siswa dan siswi
melalui proses belajar mengajar di sekolah serta berperan dalam pembentukan
kepribadian setiap siswa dan siswi.
12
baik agar tujuan pendidikan formal ini tercapai sepenuhnya. Kita mengetahui unsur
personal di dalam lingkungan sekolah adalah, kepala sekolah, guru, karyawan, dan murid.
Di samping itu sekolah sebagai lembaga pendidikan formal ada di bawah instansi atasan
baik itu kantor dinas atau kantor wilayah departemen yang bersangkutan. Di negara kita,
kepala sekolah adalah jabatan tertinggi di sekolah itu, sehingga ia berperan sebagai
pemimpin sekolah dan dalam struktur organisasi sekolah ia didudukkan pada tempat
paling atas.
Melalui struktur organisasi yang ada tersebut orang akan mengetahui apa tugas dan
wewenang kepala sekolah, apa tugas guru, apa tugas karyawan sekolah (yang biasa
dikenal sebagai pengawai tata usaha).
Demikian juga terlihat apakah di suatu sekolah dibentuk satuan tugas (unit kerja)
tertentu seperti bagian UKS (Usaha Kesehatan Sekolah), bagian perpustakaan, bagian
kepramukaan, dan lain-lain sehingga keadaan ini tentunya akan memperlancar jalannya
"roda" pendidikan di sekolah tersebut.
Dengan organisasi yang baik dapat dihindari tindakan kepala sekolah yang
menunjukkan kekuasaan yang berlebihan (otoriter). Suasana kerja dapat lebih berjiwa
demokratis karena timbulnya partisipasi aktif dari semua pihak yang bertanggung jawab.
Partisipasi aktif yang mendidik (pedagogis) dapat digiatkan melalui kegairahan murid
sendiri yang bergerak dengan wadah OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah). Oleh karena
itu di dalam memikirkan pembentukan organisasi sekolah, maka fungsi dan peranan OSIS
tidak boleh dilupakan.
13
(Guidance and Conseling/ seksi bimbingan penyuluhan). Masih banyak bidang-bidang
lain yang ditangani secara khusus pada sekolah lanjutan tetapi tidak demikian pada
sekolah dasar, misalnya masalah Organisasi Intara Sekolah (OSIS), penggarapan
majalah dinding, pengelolaan perpustakaan sekolah, dan bagian pengajaran yang
menangani kelancaran dan pengembangan kurikulum/program pendidikan dan
pengajaran.
Pada perguruan tinggi yang kita jumpai banyak bidang tugas yang ditangani
secara khusus lebih banyak daripada tugas-tugas dari sekolah lanjutan. Ciri khas
perguruan tinggi di Indonesia yang mengemban tugas Tri Dharma perguruan tinggi
yakni pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat memungkinkan
perguruan tinggi berkembang secara otonom, sehingga semakin bervariasi susunan
organisasinya.
2. Jenis Sekolah
Berdasarkan jenis sekolah, kita membedakan ada sekolah umum dan sekolah
kejuruan. Sekolah umum adalah sekolah-sekolah yang program pendidikannya bersifat
umum dan bertujuan utam untuk melajutkan studi ketingkat yang lebih tinggi lagi.
Sedangkan yang dimaksud sekolah kejuruan adalah sekolah-sekolah yang
pendidikannya mengarah kepada pemberian bekal kecakapan atau keterampilan
khusus setelah selesai studinya, anak didik dapat langsung memasuki dunia kerja
dalam masyrakat.
Dengan melihat perbedaan program pendidikan (kurikulum dan tujuan) yang
hendak dicapai maka struktur organisasi sekolah yang berlainan jenis tersebut pasti
berlainan pula. Perbedaan organisasi ini mungkin dapat digambarkan antara lain
sebagai berikut :
Pada sekolah kejuruan terdapat petugas (koordinator) praktikum, sedangkan pada
sekolah umum tidak.
Pada sekolah kejuruan terdapat petugas bagian ketenaga kerjaan penempatan
alumni, sedangkan pada sekolah umum tidak.
3. Besar Kecilnya Sekolah
Sekolah yang besar tentulah memiliki jumlah mirid, jumlah kelas, jumlah tenaga
guru, dan karyawan serta fasilitas yang memadai. Sekolah yang kecil adalah sekolah
yang cukup memenuhi syarat minimal dari ketentuan yang berlaku.
Tipe sekolah secara implisit menunjukkan besar kecilnya sekolah yang
bersangkutan. Dengan begitu akan mempengaruhi penyusunan struktur organisasi
sekolah karena makin besar jumlah murid tentu saja semakin beraneka ragam kegiatan
yang dapat dilakukan baik yang bersifat kurikuler maupun kegiatan-kegiatan
penunjang pendidikan.
14
4. Letak dan Lingkungan Sekolah
Letak sebuah sekolah dasar yang ada di daerah pedesaan akan mempengaruhi
kegiatan sekolah tersebut, berbeda dengan sekolah dasar yang ada di kota, demikian
pula sekolah lanjutan pertama yang kini mulai didirikan hampir di setiap daerah
kecamatan, kegiatan dan programnya tentulah berbeda dengan sekolah-sekolah
lanjutan di kota apalagi di kota besar. Ada kecenderungan yang nyata, bahwa sekolah-
sekolah di pedesaan lebih berintegrasi dengan masyarakat sekitarnya. Hal ini berakibat
pula ada hubungan yang lebih akrab diantara orang tua murid dengan sekolah.
Dari segi keadaan lingkungan atau masyarakat sekitar sekolah mungkin ada
dalam lingkungan masyarakat petani, masyrakat nelayan, masyarakat buruh,
masyarakat pegawai negeri, dan lain-lain. Perhatikan kelompok masyarakat yang
berbeda ini terhadap dunia pendidikan bagi anak-anak mereka di sekolah pasti
menunjukkan berbagai variasi perbedaan. Oleh karenanya dalam penyusunan struktur
organisasi sekolah, hal-hal tersebut perlu diperhatikan.
G. Review
Berdasarkan apa yang telah menjadi tugas dan peran dari masing-masing anggota
organisasi sekolah di atas, sebagian dari peran dan tugas tersebut telah dilaksanakan
sebagaimana mestinya. Namun, pada kenyataanya masih juga terdapat penyimpangan
penyimpangan yang tidak sesuai dengan tugas dan peran masing-masing anggota
organisasi sekolah. Penyimpangan tersebut kemungkinan disebabkan oleh kurangnya
kesadaran akan kewajiban masing-masing dan juga rendahnya rasa tanggung jwab akan
pekerjaannya. Beberapa praktek yang tidak sesuai dengan peran dan tanggung jawab
masing-masing antara lain sebagai berikut;
Guru seharusnya berperan sebagai pendidik, yaitu selain tugas guru untuk
mentransfer ilmu, guru juga berperan dalam pembentukan karakter siswanya. Namun,
pada kenyataannya, masih terdapat guru yang hanya sekedar mengajar, mengetahui tugas
pokoknya sendiri yaitu memberikan pelajaran sesuai dengan bidang studi, tanpa
memperhatikan sejauh mana kepahaman siswa terhadap materi yang diajarkan, sehingga
guru tersebut kurang dapat memahami karakter setiap anak didiknya. Sebagai contoh,
guru memberikan Pekerjaan Rumah (PR) kepada siswanya. Tetapi pada pertemuan
selanjutnya, guru tidak membahas PR tersebut. Tentu saja hal ini akan menanamkan pola
pikir pada siswa bahwa PR itu hanya sebagai latihan dan guru tidak menghargai siswa
mana yang selalu mengerjakan PR. Dan pada akhirnya, kebiasaan untuk tidak
mengerjakan PR akan tertanam pada diri siswa. Contoh lainnya adalah ada guru yang
melakukan hukuman fisik apabila siswanya tidak mampu menjawab pertanyaan yang
diberikan guru. Hal ini tentunya melanggar dari apa yang termasuk tugas dan wewenang
15
guru. Guru harusnya mendidik siswanya dengan cara yang sepantasnya bukan melakukan
hukuman fisik yang memberatkan siswa.
Coordinator BK berperan dalam membantu mengatasi kesulitan peserta didik.
Sehingga diharapkan guru BK dekat dengan siswanya. Akan tetapi pada kenyataannya,
BK kurang populer di kalangan siswa. Sehingga banyak diantara siswa yang lebih suka
memendam masalahnya daripada membaginya dengan guru BK. BK pun selalu dikaitkan
dengan siswa yang suka melanggar peraturan sekolah. Hal inilah yang seharusnya menjadi
masukan bagi koordinator BK di setiap sekolah untuk lebih memberikan gambaran kepada
siswa bahwa mereka itu butuh BK untuk memecahkan masalah mereka ketimbang
memendamnya sendiri.
Kepala Bagian Tata Usaha berperan untuk mengatur urusan administrasi siswanya.
Dalam mengatur hal tersebut, tentunya diperlukan sistem yang dapat mengatur urusan itu
dengan rapi. Sehingga ketika ada salah seorang siswa yang memerlukan data dirinya
untuk suatu keperluan, pihak TU tidak memerlukan waktu yang lama untuk mencarinya.
Akan tetapi masih terdapat juga suatu sekolah dimana koord. TU belum mampu
mengurusi urusan administrasi siswanya dengan cepat.
Di dalam suatu organisasi sekolah, terdapat laboran dan pustakawan. Yang mana
laboran bertugas untuk menjaga laboratorium sekolah. Sedangkan pustakawan adalah
orang yang bertugas di perpustakaan. Sebagai seorang laboran, harus mampu menjaga dan
mengatur kondisi laboratorium. Mengecek apakah alat-alat untuk praktikum sudah
lengkap atau belum sehingga ketika siswa melakukan praktikum di laboratorium, masalah
ketidaktersediaan alat tidak akan muncul. Namun, pada kenyataannya, masih ada laboran
yang lalai akan tugasnya. Akibatnya kegiatan praktikum siswa menjadi terhambat. Begitu
pula dengan pustakawan. Dia bertugas untuk menjaga perpustakaan dan mengurusi bagian
peminjaman dan pengembalian buku. Selain itu, tugas pustakawan juga untuk
mengelompokkan buku menurut isinya untuk memudahkan siswa dalam mencari buku
yang ia inginkan. Pustakawan juga harus mampu menarik minat siswanya agar mau
mengunjungi perpustakaan. Hal ini tentunya memerlukan kerja sama dengan guru mata
pelajaran. Akan tetapi, pada kenyataannya kerja sama tersebut tidak berjalan dengan
lancar. Misalnya saja, seorang guru menyuruh siswanya untuk pergi ke perpustakaan
untuk mencari materi mengenai subbab yang sedang di bahas. Ketika sampai
perpustakaan, siswa tidak mampu menemukan buku yang dimaksud. Artinya, tidak ada
koordinasi yang baik antara guru dengan petugas perpustakaan.
16
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Organisasi sekolah adalah sistem yang bergerak dan berperan dalam merumuskan
tujuan pendewasaan manusia sebagai mahluk sosial agar mampu berinteraksi dengan
lingkungan.
17
Struktur organisasi sekolah terdiri dari kepala sekolah, komite sekolah, wakil
kepala sekolah, coordinator BK, guru dan siswa. Masing-masing memiliki tugas,
wewenang dan peran.
Organisasi sekolah itu penting karena melalui struktur organisasi yang ada tersebut
orang akan mengetahui apa tugas dan wewenang kepala sekolah, apa tugas guru, apa tugas
karyawan sekolah (yang biasa dikenal sebagai pengawai tata usaha).
Demikian juga terlihat apakah di suatu sekolah dibentuk satuan tugas (unit kerja)
tertentu seperti bagian UKS (Usaha Kesehatan Sekolah), bagian perpustakaan, bagian
kepramukaan, dan lain-lain sehingga keadaan ini tentunya akan memperlancar jalannya
"roda" pendidikan di sekolah tersebut.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun organisasi sekolah
antara lain adalah tingkat sekolah, jenis sekolah, besar kecilnya sekolah, letak dan
lingkungan sekolah.
B. SARAN
Dalam menjalankan setiap tugas dan wewenang serta tanggung jawab dari masing-
masing anggota organisasi sekolah, tiap anggota harus melakukan koordinasi dengan
anggota yang lainnya sehingga dapat tercipta keharmonisan. Setiap anggota harus mampu
malaksanakan tugas dan perannya dengan penuh tanggung jawab. Dengan tanggung jawab
dan kerja sama positif yang dibangun tersebut, tentunya visi, misi maupun program yang
direncanakan sekolah bisa terwujud.
DAFTAR PUSTAKA
Ujk;
18