Anda di halaman 1dari 18

Daftar pustaka

http://himmadika.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2012/09/KEL.2-ORGANISASI-
SEKOLAH.docx

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Peranan sekolah sebagai lembaga pendidikan adalah mengembangkan potensi
manusiawi yang dimiliki anak-anak agar mampu menjalankan tugas-tugas kehidupan
sebagai manuasia, baik secara individual maupun sebagai anggota masyarakat. Kegiatan
untuk mengembangkan potensi itu harus dilakukan secara berencana, terarah dan
sistematik guna mencapai tujuan tertentu. Pengorganisasian suatu sekolah tergantung pada
beberapa aspek antara lain: jenis, tingkat dan sifat sekolah yang bersangkutan. Susunan
organisasi sekolah tertuang dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan kebudayaan tentang
susunan organisasi dan tata kerja jenis sekolah tersebut (Depdikbud, 1983:2). Dalam
struktur organisasi terlihat hubungan dan mekanisme kerja antara kepala sekolah, guru,
murid dan pegawai tata usaha sekolah serta pihak lain di luar sekolah.
Kepala sekolah sebagai pengelola sekolah mempunyai peranan yang sangat
strategis dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Ia diharapkan mampu
meningkatkan iklim sekolah yang kondusif bagi terlaksanannya proses belajar mengajar
yang efektif, dan mengaktuaklisasikan sumber daya yang ada di sekolah seoptimal
mungkin dalam menunjang proses belajar mengajar. Oleh karena itu, setiap kepala sekolah
harus menguasai kemampuan organizational pendidikan yang efektif.
Sebagai seorang manajer, kepala sekolah perlu melakukan pendekatan terhadap
strategi global sebagai suatu tuntutan untuk dapat mengelola sebuah organisasi sekolah
secara berhasil. Memimpin sebuah organisasi sekolah yang produktif berarti mengetahui
dan memahami perilaku individu di dalam organisasi sekolah tempat kerja para guru dan
seluruh staf yang terlibat, dan menjadikannya sebagai bahan pertimbangan dalam
penyusunan organisasi sekolah. Peranan utama kepala sekolah sebagai pemimpin
organisasi (organizational leader) adalah mengerahkan seluruh staf sekolah untuk bekerja
sama sebagai sebuah tim dalam rangka melaksanakan program pertumbuhan dan
peningkatan bagi seluruh siswa agar secara akademik berhasil. Sehubungan dengan itu,
tantangan utama kepala sekolah sebagai pemimpin organisasi adalah bagaimana dia dapat
memadukan antara kepentingan organisasi sekolah dan berbagai potensi, minat dan bakat
para anggotanya sebagai asset demi kemajuan sekolah.

1
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1. Apa pengertian organisasi sekolah?
2. Bagaimana struktur organisasi sekolah?
3. Apa wewenang dan tanggung jawab organisasi sekolah?
4. Apa peranan organisasi sekolah?
5. Apa manfaat organisasi sekolah?
6. Factor-faktor apa saja yang mempengaruhi pembentukan organisasi sekolah?

BAB II

2
PEMBAHASAN

A. Pengertian Organisasi Sekolah


Organisasi secara umum dapat diartikan memberi struktur atau susunan yakni
dalam penyusunan penempatan orang-orang dalam suatu kelompok kerja sama, dengan
maksud menempatkan hubungan antara orang-orang dalam kewajiban-kewajiban, hak-hak
dan tanggung jawab masing-masing. Dalam suatu susunan atau struktur organisasi dapat
dilihat bidang, tugas dan fungsi masing-masing kesatuan serta hubungan vertikal
horizontal antara kesatuan-kestuan tersebut.
Dalam penyelenggaraan pendidikan lembaga pendidikan tidak dapat lepas dari
organisasi negara. Untuk organisasi ini Mulyani A. Nurhadi mmbedakan menjadi dua
yaitu organisasi makro dan mikro. Organisasi pendidikan makro adalah organisasi
pendidikan dilihat dari segi organisasi secara luas. Dalam struktur organisasi, organisasi
pendidikan pada tingkat makro dibedakan atas: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
tingkat Pusat, Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kantor
Pendidikan Dan Kebudayaan di Kabupaten/Kotamadya dan Kantor Pendidikan dan
Kebudayaan tingkat Kecamatan. Organisasi pendidikan mikro adalah organisasi
pendidikan dilihat dengan titik tolak dengan unit-unit yang ada pada suatu sekolah atau
lembaga pendidikan penyelenggara langsung proses belajar mengajar. Struktur disetiap
sekolah atau lembaga tidak seluruhnya sama. Mungkin disuatu sekolah terdapat sesuatu
unit sekolah yang disekolah lain tidak terdapat karena disebabkan kekurangan tenaga atau
sarana lain.
Organisasi sekolah adalah sistem yang bergerak dan berperan dalam merumuskan
tujuan pendewasaan manusia sebagai mahluk sosial agar mampu berinteraksi dengan
lingkungan. Dengan begitu disana kita bisa belajar bagaimana cara menyikapi diri kita
ketika berhadapan dengan suatu masalah sehingga kita bisa menyelesaikannya. Dengan
pendewasaan maka kita dapat menyikapi masalah kita dengan baik dan kita juga mampu
berinteraksi sebagai mana peran kita didalam suatu lingkungan.
Definisi organisasi sekolah dari para ahli :
Organization is the form of every human association for the attainment of comon
purpose (James D. Oony)
An organization as a system of cooperative activities of two or more persons (Chester
I. Barnard)
Dari definisi tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa organisasi adalah sebuah
bentuk atau sistem yang terdiri dari sekelompok manusia yang berkerjasama untuk

3
mencapai tujuan bersama. Oleh sebab itu sekolah dikatakan sebagai sebuah organisasi
karena sekolah didirikan untuk mencapai tujuan bersama khususnya di bidang pendidikan.

B. Struktur Organisasi Sekolah

Kepala Sekolah Komite Sekolah

Koordinator TU

Wakasek Wakasek Wakasek Wakasek


Sarana/Prasarana Kesiswaan Kurikulum Humas

Koordinator BK Wali Kelas


Guru Mapel

Organisasi Siswa
Gb. Struktur Intra Sekolah
Organisasi Sekolah
(OSIS)
C. Wewenang dan Tanggung Jawab Organisasi Sekolah

Wewenang ( Authority ) merupakan syaraf yang berfungsi sebagai penggerak dari


pada kegiatan-kegiatan. Wewenang yang bersifat informal, untuk mendapatkan kerjasama
yang baik dengan bawahan. Disamping itu wewenang juga tergantung pada kemampuan
ilmu pengetahuan, pengalaman dan kepemimpinan. Wewenang dapat diartikan sebagai
hak untuk memerintah orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar
tujuan dapat tercapai.
Tanggung jawab dan akuntabilitas tanggung jawab (responsibility) yaitu kewajiban
untuk melakukan sesuatu yang timbul bila seorang bawahan menerima wewenang dari
atasannya. Akuntability yaitu permintaan pertanggung jawaban atas pemenuhan tanggung
jawab yang dilimpahkan kepadanya. Yang penting untuk diperhatikan bahwa wewenang
yang diberikan harus sama dengan besarnya tanggung jawab yang akan diberikan dan
diberikan kebebasan dalam menentukan keputusan-keputusan yang akan diambil.

4
Wewenang dan tanggung jawab sekolah adalah hak dari organisasi sekolah untuk
memerintah orang lain untuk melakukan sesuatu di sertai pertanggung jawaban dari
organisasi sekolah dalam mengambil keputusan agar tujuan dapat tercapai.
Berikut ini adalah pembagian wewenang dan tanggung jawab dalam organisasi
sekolah:
1. Kepala sekolah
Wewenang dan tanggung jawab, antara lain :
a. Menjaga terlaksananya dan ketercapaian program kerja sekolah.
b. Menjabarkan, melaksanakan dan mengembangkan Pembelajaran
Kurikulum/Program.
c. Mengembangkan SDM.
d. Melakukan pengawasan dan supervisi tenaga pendidik dan kependidikan.
e. Melakukan hubungan kerjasama dengan pihak luar.
f. Merencanakan, mengelola dan mempertanggung jawabkan keuangan.
g. Mengangkat dan menetapkan personal struktur organisasi.
h. Menetapkan Program Kerja Sekolah.
i. Mengesahkan perubahan kebijakan mutu organisasi.
j. Melegalisasi dokumen organisasi.
k. Memutuskan mutasi siswa.
l. Mengusulkan promosi dan mutasi pendidik dan tenaga kependidikan.
m. Menerbitkan dokumen yang dikeluarkan sekolah.
n. Memberi pembinaan warga sekolah.
o. Memberi penghargaan dan sanksi.
p. Memberi penilaian kinerja pendidik dan tenaga kependidikan.

2. Komite sekolah
Wewenang dan tangung jawab, antara lain:
a. Memberikan masukan terhadap kebijakan mutu pendidikan.
b. Mengawasi kebijakan sekolah.
3. Kepala Tata usaha
Wewenang dan tanggung jawab tata usaha, antara lain :
a. Menyusun dan melaksanakan program tata usaha sekolah.
b. Menyusun dan melaksanakan kegiatan keuangan sekolah.
c. Mengurus administrasi kepegawaian.
d. Mengurus administrasi kesiswaan.
e. Menyusun administrasi perlengkapan sekolah.
f. Menyusun dan menyajikan data statistik sekolah.
g. Menyusun administrasi lainnya.
h. Melaporkan semua tugas dan tanggung jawabnya kepada kepala sekolah
secara berkala.
4. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum
Wewenang dan tanggung jawab, antara lain:
a. Menyusun program kerja bidang Kurikulum/Program.

b. Mengkoordinasikan pelaksanaan dan pengembangan Kurikulum/Program.

5
c. Memantau pelaksanaan Pembelajaran.

d. Menyelenggarakan rapat koordinasi Kurikulum.

e. Mengkoordinasikan pengelolaan perpustakaan.

f. Mengkoordinasikan pelaksanaan evaluasi pembelajaran.

g. Menyusun kalender pendidikan dan jadwal pembelajaran.

h. Melaporkan hasil pelaksanaan Pembelajaran.

i. Mengusulkan tugas mengajar pada masing-masing guru.

j. Menghitung dan melaporkan jam mengajar guru.

k. Merencanakan kebutuhan tenaga pendidik dan kependidikan.

l. Memeriksa, menyetujui rencana pembelajaran tiap program Pembelajaran.

m. Memverifikasi Kurikulum.

n. Merencanakan dan melaksanakan bimbingan belajar dan try out kelas 3.


5. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan
Wewenang dan tanggung jawab, antara lain:
a. Mengkoordinasikan PSB ( Penerimaan Siswa Baru ).

b. Mengkoordinasikan pelaksanaan Masa Orientasi peserta didik (MOS).

c. Mengkoordinasikan pemilihan kepengurusan dan diklat OSIS.

d. Mengkoordinasikan penjaringan dan pendistribusian semua bentuk beasiswa.

e. Mengkoordinasikan pelaksanaan 4 K (ketertiban, kedisiplinan, keamanan, dan


kekeluargaan).

f. Membina program kegiatan OSIS.

g. Memeriksa dan menyetujui rencana kerja pengurus OSIS.

h. Melakukan tindakan terhadap siswa terkait pelanggaran tata tertib siswa.

6
i. Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan lomba.

j. Mengkoordinasikan ekstrakurikuler.

k. Mengkoordinasikan peringatan hari-hari besar.


6. Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana
Wewenang dan tanggung jawab, antara lain:
a. Menyusun rencana kebutuhan sarana dan prasarana.
b. Mengkoordinasikan pendayagunaan sarana dan prasrana.
c. Menyusun laporan pelaksanaan bidang sarana dan prasarana secara berkala.
d. Menyusun rencana kebutuhan sarana dan prasarana.
e. Mengkoordinasikan pendayagunaan sarana dan prasrana.
f. Menyusun laporan pelaksanaan bidang sarana dan prasarana secara berkala.
7. Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas
a. Mengatur dan menyelenggarakan hubungan sekolah dengan orang tua / wali siswa.
b. Membina hubungan sekolah dengan Komite Sekolah.
c. Membina pengembangan hubungan antar sekolah dengan lembaga-lembaga
pemerintah, dunia usaha - dunia industri, dan lembaga sosial lainnya.
d. Menyusun laporan pelaksanaan hubungan masyarakat secara berkala.
e. Mengatur dan menyelenggarakan hubungan sekolah dengan orang tua / wali siswa.
f. Membina hubungan sekolah dengan Komite Sekolah.
g. Membina pengembangan hubungan antar sekolah dengan lembaga pemerintah dan
lembaga sosial lainnya serta dunia usaha - dunia industry.
h. Menyusun laporan pelaksanaan hubungan masyarakat secara berkala
8. Koordinator BK
Peran Guru Pembimbing menurut PP No. 74 Tahun 2008 Guru bimbingan dan
konseling/konselor memiliki tugas, tanggung jawab, wewenang dalam pelaksanaan
pelayanan bimbingan dan konseling terhadap peserta didik. Tugas guru bimbingan dan
konseling/konselor terkait dengan pengembangan diri peserta didik yang sesuai
dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, dan kepribadian peserta didik di
sekolah/madrasah.
Tugas guru bimbingan dan konseling/konselor yaitu membantu peserta didik dalam:
a. Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta
didik dalam memahami, menilai bakat dan minat.
b. Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta
didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan
sosial dan industrial yang harmonis, dinamis, berkeadilan dan bermartabat.
c. Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu
peserta didik mengembangkan kemampuan belajar untuk mengikuti pendidikan
sekolah/madrasah secara mandiri.
d. Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam
memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir.
9. Guru
Wewenang dan tanggung jawab, antara lain:
7
a. Mengetahui tugas pokoknya sendiri yaitu memberikan pelajaran sesuai dengan
bidang studi
b. Mengevaluasi hasil pekerjaannya.
c. Mewakili kepala sekolah dan orang tua siswa di kelas.
d. Mengetahui tugas-tugas yang diberikan kepada siswa dan memeriksa hasil tugas itu
untuk dinilai.
e. Memperhatikan kelakuan dan kerajinan siswa sebagai bahan laporan kepada kepala
sekolah, wali kelas, dan guru BP.
f. Memecahkan masalah-masalah pelajaran yang dihadapi siswa untuk memberikan
bimbingan pelajaran kepada siswa yang cerdas, siswa yang kurang cerdas, dan
siswa yang membandel.
g. Memperhatikan hasil ulangan EBTA, EBTANAS, dan mengisi daftar nilai siswa.
h. Melaporkan kepada kepala sekolah tentang hasil kerjanya.
10. Siswa
Wewenang dan tanggung jawab, antara lain:
a. Menuntut ilmu sebaik-baiknya
b. Mempertanggung jawabkan hasil pembelajarannya
c. Mematuhi peraturan yang sudah di tetapkan oleh pihak sekolah

D. Peran Organisasi Sekolah


Peranan dari masing-masing struktur organisasi sekolah antara lain adalah sebagai berikut:
1. Kepala Sekolah
Berperan dalam dan bertugas sebagai :
a. Kepala Sekolah Sebagai Edukator
Dalam melakukan fungsinya sebagai edukator, kepala sekolah memiliki
strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di
sekolahnya. Fungsi kepala sekolah sebagai edukator adalah menciptakan iklim
sekolah yang kondusif, memberikan nasehat kepada warga sekolah, memberikan
dorongan kepada tenaga kependidikan serta melaksanakan model pembelajaran
yang menarik, seperti team teaching, moving class dan mengadakan program
akselerasi bagi peserta didik yang cerdas di atas normal.
Upaya yang dapat dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerjanya
sebagai edukator, khususnya dalam peningkatkan kinerja tenaga kependidikan dan
prestasi belajar anak didik dapat dideskripsikan sebagai berikut :
Mengikutsertakan para guru dalam penataran atau pelatihan untuk menambah
wawasannya; memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilannya dengan belajar ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi.
Berusaha menggerakkan tim evaluasi hasil belajar peserta didik agar giat
bekerja, kemudian hasilnya diumumkan secara terbuka dan diperlihatkan di

8
papan pengumuman. Hal ini bermanfaat untuk memotivasi para peserta didik
agar lebih giat belajar dan meningkatkan prestasinya.
Menggunakan waktu belajar secara efektif di sekolah dengan cara memotivasi
guru dan siswa.
b. Kepala Sekolah Sebagai Manajer
Sebagai manajer, kepala sekolah mau dan mampu mendayagunakan sumber
daya sekolah dalam rangka mewujudkan visi, misi, dan mencapai tujuannya.
Kepala sekolah mampu menghadapi berbagai persoalan di sekolah, berpikir secara
analitik, konseptual, harus senantiasa berusaha menjadi juru penengah dalam
memecahkan berbagai masalah, dan mengambil keputusan yang memuaskan
stakeholders sekolah. Memberikan peluang kepada tenaga kependidikan untuk
meningkatkan profesinya. Semua peranan tersebut dilakukan secara persuasif dan
dari hati ke hati. Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer,
kepala sekolah perlu memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga
kependidikan melalui persaingan yang membuahkan kerja sama (cooperation),
memberikan kesempatan kepada tenaga kependidikan untuk meningkatkan
profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam
berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah.
c. Kepala Sekolah Sebagai Administrator
Kepala sekolah sebagai administrator memiliki hubungan erat dengan
berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan,
dan pendokumenan seluruh program sekolah. Secara spesifik, kepala sekolah perlu
memiliki kemampuan untuk mengelola kurikulum, mengelola administrasi
kearsipan, dan administrasi keuangan. Kegiatan tersebut perlu dilakukan secara
efektif dan efisien agar dapat menunjang produktivitas sekolah. Untuk itu, kepala
sekolah harus mampu menjabarkan kemampuan di atas ke dalam tugas-tugas
operasional.
d. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor
Sebagai supervisor, kepala sekolah mensupervisi pekerjaan yang dilakukan
oleh tenaga kependidikan. Sergiovani dan Starrat (1993) menyatakan bahwa
supervisi merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus untuk membantu
para guru dan supervisor mempelajari tugas sehari-hari di sekolah, agar dapat
menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk memberikan layanan yang
lebih baik pada orang tua peserta didik dan sekolah, serta berupaya menjadikan
sekolah sebagai komunitas belajar yang lebih efektif.
e. Kepala Sekolah Sebagai Leader
Kepala sekolah sebagai pemimpin harus mampu memberikan petunjuk dan
pengawasan, meningkatkan kemauan dan kemampuan tenaga kependidikan,
9
membuka komunikasi dua arah dan mendelegasikan tugas. Wahjosumijo (1999)
mengemukakan bahwa kepala sekolah sebagai pemimpin harus memiliki karakter
khusus yang mencakup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan pengetahuan
profesional, serta pengetahuan administrasi dan pengawasan.
Kemampuan kepala sekolah sebagai pemimpin dapat dianalisis dari aspek
kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga kependidikan, visi dan misi sekolah,
kemampuan mengambil keputusan dan kemampuan berkomunikasi. Sedangkan
kepribadian kepala sekolah sebagai pemimpin akan tercermin dalam sifatnya yang:
jujur, percaya diri, tanggung jawab, berani mengambil resiko dan keputusan,
berjiwa besar, emosi yang stabil, dan teladan.

f. Kepala Sekolah Sebagai Inovator


Dalam rangka melakukan peranan dan fungsinya sebagai inovator, kepala
sekolah perlu memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang
harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap
kegiatan, memberikan teladan kepada tenaga kependidikan dan mengembangkan
model-model pembelajaran yang inovatif. Kepala sekolah sebagai inovator dalam
meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan akan tercermin dari caranya
melakukan pekerjaan secara konstruktif, kreatif, delegatif, integratif, rasional,
obyektif, pragmatis, keteladanan, disiplin, adaptable, dan fleksibel.
Kepala sekolah sebagai inovator harus mampu mencari, menemukan dan
melaksanakan berbagai pembaruan di sekolah. Gagasan baru tersebut misalnya
moving class. Moving class adalah mengubah strategi pembelajaran dari pola kelas
tetap menjadi kelas bidang studi, sehingga setiap bidang studi memiliki kelas
tersendiri, yang dilengkapi dengan alat peraga dan alat-alat lainnya. Moving class
ini biasa dirangkaikan dengan pembelajaran terpadu, sehingga dalam suatu
laboratorium bidang studi dijaga oleh beberapa guru yang bertugas memberikan
kemudahan kepada peserta didik dalam belajar.
g. Kepala Sekolah Sebagai Motivator
Sebagai motivator, kepala sekolah memiliki strategi yang tepat untuk
memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam melakukan berbagai
tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui pengaturan
lingkungan fisik, suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif dan
penyediaan berbagai sumber belajar melalui pengembangan Pusat Sumber Belajar
(PSB).
h. Kepala Sekolah Sebagai Pejabat Formal

10
Di dalam lingkungan organisasi, kepemimpinan terjadi melalui dua bentuk,
yaitu kepemimpinan formal dan kepemimpinan informal. Kepemimpinan formal
terjadi apabila jabatan atau otoritas formal dalam organisasi diisi oleh orang yang
ditunjuk atau dipilih melalui proses seleksi. Sedangkan kepemimpinan informal
terjadi ketika kedudukan pemimpin dalam suatu organisasi diisi oleh orang yang
muncul dan berpengaruh terhadap orang lain karena kecakapan khusus yang
dimiliki atau sumber daya yang dimilikinya dirasakan mampu memecahkan
persoalan organisasi serta memenuhi kebutuhan anggota organisasi.
Sebagai pejabat formal, pengangkatan seseorang menjadi kepala sekolah
harus didasarkan atas prosedur dan peraturan yang berlaku. Prosedur dan peraturan
tersebut dirancang dan ditentukan oleh suatu unit yang bertanggung jawab dalam
bidang sumber daya manusia. Dalam hal ini perlu ada kerjasama dengan unit yang
berkaitan dengan pengelolaan dan penyelenggaraan sekolah.
Peranan kepala sekolah sebagai pejabat formal secara singkat dapat disimpulkan
bahwa kepala sekolah diangkat dengan surat keputusan oleh atasan yang
mempunyai kewenangan dalam pengangkatan sesuai dengan prosedur dan
ketentuan yang berlaku; memiliki tugas dan tanggung jawab yang jelas serta hak-
hak dan sanksi yang perlu dilaksanakan; secara hirarki mempunyai atasan
langsung, atasan yang lebih tinggi dan memiliki bawahan; dan mempunyai hak
kepangkatan, gaji dan karier.
Secara umum, dalam penerapannya kepala sekolah bertugas memimpin dan
mengkoordinasikan semua pelaksanaan rencana kerja harian, mingguan, bulanan
catur wulan dan tahunan. Mengadakan hubungan dan kerjasama dengan pejabat-
pejabat resmi setempat dalam usaha pembinaan sekolah.
2. Komite Sekolah
Berperan dalam membina dan menghimpun potensi warga sekolah dalam
rangka mendukung penyelenggaraan sekolah yang berkualitas.
3. Kepala Urusan Tata Usaha
Berperan dalam menyusun program tata usaha sekolah, mengurus administrasi
ketenagaan dan siswa, membina dan pengembangan karier pegawai tata usaha
sekolah, menyusun administrasi perlengkapan sekolah, menyusun dan penyajian
data/statistik sekolah, membuat laporan kegiatan tata usaha.
4. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum
Berperan dalam menyusun program pengajaran, pembagian tugas guru dan
jadwal pelajaran, jadwal ulangan/evaluasi, kriteria kenaikan/ketidaknaikan/kelulusan,
mengarahkan pembuatan satpel, membina lomba akademis, dan MGMP.
5. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan

11
Berperan dalam menyusun program pembinaan OSIS, melaksanakan
pembimbingan dan pengarahan kegiatan OSIS, pemilihan siswa teladan/penerima
beasiswa, mutasi siswa, program ekstra kurikuler, membuat laporan kegiatan
kesiswaan secara berkala.
6. Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana
Berperan dalam menyusun rencana kebutuhan sarana dan prasarana,
mengkoordinasikan pendayagunaan sarana dan prasarana, pengelola pembiayaan alat-
alat pengajaran, dan menyusun laporan pelaksanaan urusan sarana dan prasarana
secara berkala.
7. Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas
Berperan dalam mengatur dan menyelenggarakan hubungan sekolah dengan
orang tua/wali siswa, membina hubungan antar sekolah, komite sekolah, lembaga dan
instansi terkait, dan membuat laporan pelaksanaan hubungan masyarakat secara
berkala.
8. Koordinator BK
Berperan dalam mengatasi kesulitan belajar siswa/ siswi, mengatasi kebiasaan-
kebiasaan yang tidak baik yang dilakukan siswa/ siswi pada asaat proses belajar
mengajar berlangsung, mengatasi kesulitan yang berhubungan dengan : kesehatan
jasmani, kelanjutan studi, perencanaan dan pemilihan jenis pekerjaan setelah mereka
tamat, dan masalah sosial emosional sekolah yang bersumber dari sikap murid yang
bersangkutan terhadap dirinya sendiri, keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan
yang lebih luas.
9. Guru
Berperan dalam mendidik, membimbing dan mengarahkan siswa dan siswi
melalui proses belajar mengajar di sekolah serta berperan dalam pembentukan
kepribadian setiap siswa dan siswi.

E. Pentingnya Organisasi Sekolah


Organisasi secara umum dapat diartikan memberi struktur atau susunan yakni
dalam penyusunan/ penempatan orang-orang dalam suatu kelompok kerja sama, dengan
maksud menempatkan hubungan antara orang-orang dalam kewajiban-kewajiban, hak-hak
dan tanggung jawab masing-masing. Penentuan struktur, hubungan tugas dan tanggung
jawab itu dimaksudkan agar tersusun suatu pola kegiatan untuk menuju ke arah
tercapainya tujuan bersama.
Organisasi sekolah yang baik menghendaki agar tugas-tugas dan tanggung jawab
dalam menjalankan penyelenggaraan sekolah untuk mencapai tujuannya dibagi secara
merata dengan baik sesuai dengan kemampuan dan wewenang yang telah ditentukan.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan sesudah semestinya mempunyai organisasi yang

12
baik agar tujuan pendidikan formal ini tercapai sepenuhnya. Kita mengetahui unsur
personal di dalam lingkungan sekolah adalah, kepala sekolah, guru, karyawan, dan murid.
Di samping itu sekolah sebagai lembaga pendidikan formal ada di bawah instansi atasan
baik itu kantor dinas atau kantor wilayah departemen yang bersangkutan. Di negara kita,
kepala sekolah adalah jabatan tertinggi di sekolah itu, sehingga ia berperan sebagai
pemimpin sekolah dan dalam struktur organisasi sekolah ia didudukkan pada tempat
paling atas.
Melalui struktur organisasi yang ada tersebut orang akan mengetahui apa tugas dan
wewenang kepala sekolah, apa tugas guru, apa tugas karyawan sekolah (yang biasa
dikenal sebagai pengawai tata usaha).
Demikian juga terlihat apakah di suatu sekolah dibentuk satuan tugas (unit kerja)
tertentu seperti bagian UKS (Usaha Kesehatan Sekolah), bagian perpustakaan, bagian
kepramukaan, dan lain-lain sehingga keadaan ini tentunya akan memperlancar jalannya
"roda" pendidikan di sekolah tersebut.
Dengan organisasi yang baik dapat dihindari tindakan kepala sekolah yang
menunjukkan kekuasaan yang berlebihan (otoriter). Suasana kerja dapat lebih berjiwa
demokratis karena timbulnya partisipasi aktif dari semua pihak yang bertanggung jawab.
Partisipasi aktif yang mendidik (pedagogis) dapat digiatkan melalui kegairahan murid
sendiri yang bergerak dengan wadah OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah). Oleh karena
itu di dalam memikirkan pembentukan organisasi sekolah, maka fungsi dan peranan OSIS
tidak boleh dilupakan.

F. Faktor-faktor yang Perlu Dipertimbangkan dalam Menyusun Organisasi Sekolah


1. Tingkat Sekolah
Berdasarkan tingkatnya sekolah yang ada di Indonesia dapat dibedakan atas
Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas (SLTA), Perguruan Tinggi.
Keadaan fisik dan perkembangan jiwa anak jelas berbeda antara anak tingkat
yang satu dengan tingka berikutnya. Contohnya : di sekolah dasar biasanya tidak ada
seksi bimbingan penyuluhan (Guidance and Conseling) sebab masalah ini merupakan
tugas rangkapan dari kepala sekolah, dan hingga saat ini yang memegang adalah
pemerintah dan Depdikbud tidak atau belum mengangkat seorang pembimbing khusus
bagi sekolah dasar.
Lain halnya dengan sekolah lanjutan, biasanya tersedia satu orang tenaga
konselor atau pembimbing dengan tugas pokoknya sebagai pembimbing. Karena itu
biasanya di sekolah lanjutan dalan struktur organisasinya kita dapati seksi GC

13
(Guidance and Conseling/ seksi bimbingan penyuluhan). Masih banyak bidang-bidang
lain yang ditangani secara khusus pada sekolah lanjutan tetapi tidak demikian pada
sekolah dasar, misalnya masalah Organisasi Intara Sekolah (OSIS), penggarapan
majalah dinding, pengelolaan perpustakaan sekolah, dan bagian pengajaran yang
menangani kelancaran dan pengembangan kurikulum/program pendidikan dan
pengajaran.
Pada perguruan tinggi yang kita jumpai banyak bidang tugas yang ditangani
secara khusus lebih banyak daripada tugas-tugas dari sekolah lanjutan. Ciri khas
perguruan tinggi di Indonesia yang mengemban tugas Tri Dharma perguruan tinggi
yakni pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat memungkinkan
perguruan tinggi berkembang secara otonom, sehingga semakin bervariasi susunan
organisasinya.
2. Jenis Sekolah
Berdasarkan jenis sekolah, kita membedakan ada sekolah umum dan sekolah
kejuruan. Sekolah umum adalah sekolah-sekolah yang program pendidikannya bersifat
umum dan bertujuan utam untuk melajutkan studi ketingkat yang lebih tinggi lagi.
Sedangkan yang dimaksud sekolah kejuruan adalah sekolah-sekolah yang
pendidikannya mengarah kepada pemberian bekal kecakapan atau keterampilan
khusus setelah selesai studinya, anak didik dapat langsung memasuki dunia kerja
dalam masyrakat.
Dengan melihat perbedaan program pendidikan (kurikulum dan tujuan) yang
hendak dicapai maka struktur organisasi sekolah yang berlainan jenis tersebut pasti
berlainan pula. Perbedaan organisasi ini mungkin dapat digambarkan antara lain
sebagai berikut :
Pada sekolah kejuruan terdapat petugas (koordinator) praktikum, sedangkan pada
sekolah umum tidak.
Pada sekolah kejuruan terdapat petugas bagian ketenaga kerjaan penempatan
alumni, sedangkan pada sekolah umum tidak.
3. Besar Kecilnya Sekolah
Sekolah yang besar tentulah memiliki jumlah mirid, jumlah kelas, jumlah tenaga
guru, dan karyawan serta fasilitas yang memadai. Sekolah yang kecil adalah sekolah
yang cukup memenuhi syarat minimal dari ketentuan yang berlaku.
Tipe sekolah secara implisit menunjukkan besar kecilnya sekolah yang
bersangkutan. Dengan begitu akan mempengaruhi penyusunan struktur organisasi
sekolah karena makin besar jumlah murid tentu saja semakin beraneka ragam kegiatan
yang dapat dilakukan baik yang bersifat kurikuler maupun kegiatan-kegiatan
penunjang pendidikan.

14
4. Letak dan Lingkungan Sekolah
Letak sebuah sekolah dasar yang ada di daerah pedesaan akan mempengaruhi
kegiatan sekolah tersebut, berbeda dengan sekolah dasar yang ada di kota, demikian
pula sekolah lanjutan pertama yang kini mulai didirikan hampir di setiap daerah
kecamatan, kegiatan dan programnya tentulah berbeda dengan sekolah-sekolah
lanjutan di kota apalagi di kota besar. Ada kecenderungan yang nyata, bahwa sekolah-
sekolah di pedesaan lebih berintegrasi dengan masyarakat sekitarnya. Hal ini berakibat
pula ada hubungan yang lebih akrab diantara orang tua murid dengan sekolah.
Dari segi keadaan lingkungan atau masyarakat sekitar sekolah mungkin ada
dalam lingkungan masyarakat petani, masyrakat nelayan, masyarakat buruh,
masyarakat pegawai negeri, dan lain-lain. Perhatikan kelompok masyarakat yang
berbeda ini terhadap dunia pendidikan bagi anak-anak mereka di sekolah pasti
menunjukkan berbagai variasi perbedaan. Oleh karenanya dalam penyusunan struktur
organisasi sekolah, hal-hal tersebut perlu diperhatikan.

G. Review
Berdasarkan apa yang telah menjadi tugas dan peran dari masing-masing anggota
organisasi sekolah di atas, sebagian dari peran dan tugas tersebut telah dilaksanakan
sebagaimana mestinya. Namun, pada kenyataanya masih juga terdapat penyimpangan
penyimpangan yang tidak sesuai dengan tugas dan peran masing-masing anggota
organisasi sekolah. Penyimpangan tersebut kemungkinan disebabkan oleh kurangnya
kesadaran akan kewajiban masing-masing dan juga rendahnya rasa tanggung jwab akan
pekerjaannya. Beberapa praktek yang tidak sesuai dengan peran dan tanggung jawab
masing-masing antara lain sebagai berikut;
Guru seharusnya berperan sebagai pendidik, yaitu selain tugas guru untuk
mentransfer ilmu, guru juga berperan dalam pembentukan karakter siswanya. Namun,
pada kenyataannya, masih terdapat guru yang hanya sekedar mengajar, mengetahui tugas
pokoknya sendiri yaitu memberikan pelajaran sesuai dengan bidang studi, tanpa
memperhatikan sejauh mana kepahaman siswa terhadap materi yang diajarkan, sehingga
guru tersebut kurang dapat memahami karakter setiap anak didiknya. Sebagai contoh,
guru memberikan Pekerjaan Rumah (PR) kepada siswanya. Tetapi pada pertemuan
selanjutnya, guru tidak membahas PR tersebut. Tentu saja hal ini akan menanamkan pola
pikir pada siswa bahwa PR itu hanya sebagai latihan dan guru tidak menghargai siswa
mana yang selalu mengerjakan PR. Dan pada akhirnya, kebiasaan untuk tidak
mengerjakan PR akan tertanam pada diri siswa. Contoh lainnya adalah ada guru yang
melakukan hukuman fisik apabila siswanya tidak mampu menjawab pertanyaan yang
diberikan guru. Hal ini tentunya melanggar dari apa yang termasuk tugas dan wewenang
15
guru. Guru harusnya mendidik siswanya dengan cara yang sepantasnya bukan melakukan
hukuman fisik yang memberatkan siswa.
Coordinator BK berperan dalam membantu mengatasi kesulitan peserta didik.
Sehingga diharapkan guru BK dekat dengan siswanya. Akan tetapi pada kenyataannya,
BK kurang populer di kalangan siswa. Sehingga banyak diantara siswa yang lebih suka
memendam masalahnya daripada membaginya dengan guru BK. BK pun selalu dikaitkan
dengan siswa yang suka melanggar peraturan sekolah. Hal inilah yang seharusnya menjadi
masukan bagi koordinator BK di setiap sekolah untuk lebih memberikan gambaran kepada
siswa bahwa mereka itu butuh BK untuk memecahkan masalah mereka ketimbang
memendamnya sendiri.
Kepala Bagian Tata Usaha berperan untuk mengatur urusan administrasi siswanya.
Dalam mengatur hal tersebut, tentunya diperlukan sistem yang dapat mengatur urusan itu
dengan rapi. Sehingga ketika ada salah seorang siswa yang memerlukan data dirinya
untuk suatu keperluan, pihak TU tidak memerlukan waktu yang lama untuk mencarinya.
Akan tetapi masih terdapat juga suatu sekolah dimana koord. TU belum mampu
mengurusi urusan administrasi siswanya dengan cepat.
Di dalam suatu organisasi sekolah, terdapat laboran dan pustakawan. Yang mana
laboran bertugas untuk menjaga laboratorium sekolah. Sedangkan pustakawan adalah
orang yang bertugas di perpustakaan. Sebagai seorang laboran, harus mampu menjaga dan
mengatur kondisi laboratorium. Mengecek apakah alat-alat untuk praktikum sudah
lengkap atau belum sehingga ketika siswa melakukan praktikum di laboratorium, masalah
ketidaktersediaan alat tidak akan muncul. Namun, pada kenyataannya, masih ada laboran
yang lalai akan tugasnya. Akibatnya kegiatan praktikum siswa menjadi terhambat. Begitu
pula dengan pustakawan. Dia bertugas untuk menjaga perpustakaan dan mengurusi bagian
peminjaman dan pengembalian buku. Selain itu, tugas pustakawan juga untuk
mengelompokkan buku menurut isinya untuk memudahkan siswa dalam mencari buku
yang ia inginkan. Pustakawan juga harus mampu menarik minat siswanya agar mau
mengunjungi perpustakaan. Hal ini tentunya memerlukan kerja sama dengan guru mata
pelajaran. Akan tetapi, pada kenyataannya kerja sama tersebut tidak berjalan dengan
lancar. Misalnya saja, seorang guru menyuruh siswanya untuk pergi ke perpustakaan
untuk mencari materi mengenai subbab yang sedang di bahas. Ketika sampai
perpustakaan, siswa tidak mampu menemukan buku yang dimaksud. Artinya, tidak ada
koordinasi yang baik antara guru dengan petugas perpustakaan.

16
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Organisasi sekolah adalah sistem yang bergerak dan berperan dalam merumuskan
tujuan pendewasaan manusia sebagai mahluk sosial agar mampu berinteraksi dengan
lingkungan.
17
Struktur organisasi sekolah terdiri dari kepala sekolah, komite sekolah, wakil
kepala sekolah, coordinator BK, guru dan siswa. Masing-masing memiliki tugas,
wewenang dan peran.
Organisasi sekolah itu penting karena melalui struktur organisasi yang ada tersebut
orang akan mengetahui apa tugas dan wewenang kepala sekolah, apa tugas guru, apa tugas
karyawan sekolah (yang biasa dikenal sebagai pengawai tata usaha).
Demikian juga terlihat apakah di suatu sekolah dibentuk satuan tugas (unit kerja)
tertentu seperti bagian UKS (Usaha Kesehatan Sekolah), bagian perpustakaan, bagian
kepramukaan, dan lain-lain sehingga keadaan ini tentunya akan memperlancar jalannya
"roda" pendidikan di sekolah tersebut.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun organisasi sekolah
antara lain adalah tingkat sekolah, jenis sekolah, besar kecilnya sekolah, letak dan
lingkungan sekolah.

B. SARAN
Dalam menjalankan setiap tugas dan wewenang serta tanggung jawab dari masing-
masing anggota organisasi sekolah, tiap anggota harus melakukan koordinasi dengan
anggota yang lainnya sehingga dapat tercipta keharmonisan. Setiap anggota harus mampu
malaksanakan tugas dan perannya dengan penuh tanggung jawab. Dengan tanggung jawab
dan kerja sama positif yang dibangun tersebut, tentunya visi, misi maupun program yang
direncanakan sekolah bisa terwujud.

DAFTAR PUSTAKA

Ujk;

18

Anda mungkin juga menyukai