Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh "Virus Hepatitis B"
(VHB), suatu anggota famili Hepadnavirus yang dapat menyebabkan peradangan hati
akut atau menahun yang pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosi hati
atau kanker hati. Mula-mula dikenal sebagai "serum hepatitis" dan telah menjadi epidemi
pada sebagian Asia dan Afrika. Hepatitis B telah menjadi endemik di Tiongkok dan
berbagai negara Asia.

Penyebab Hepatitis ternyata tak semata-mata virus. Keracunan obat, dan


paparan berbagai macam zat kimia seperti karbon tetraklorida, chlorpromazine,
chloroform, arsen, fosfor, dan zat-zat lain yang digunakan sebagai obat dalam industri
modern, bisa juga menyebabkan Hepatitis. Zat-zat kimia ini mungkin saja tertelan,
terhirup atau diserap melalui kulit penderita. Menetralkan suatu racun yang beredar di
dalam darah adalah pekerjaan hati. Jika banyak sekali zat kimia beracun yang masuk ke
dalam tubuh, hati bisa saja rusak sehingga tidak dapat lagi menetralkan racun-racun
lain.

Virus hepatitis B juga disebut hepatitis serum. Terdapat berbagai uji serologik
untuk mendiagnosis HBV dan untuk mengetahui daya tular serta prognosis penderita.
Uji-uji yang tersedia secara komersial meliputi pemeriksaan antigen permukaan hepatitis
B (hepatitis B surface antigen, HBsAg), antibodi HBsAg (anti-HBs), antibodi inti hepatitis
B (anti HBc), antibodi IgM spesifik inti hepatitis B (IgM anti HBc), antigen e hepatitis B
(HBeAg), antibodi e hepatitis B (anti-HBe).

1.2 Manfaat dan Tujuan

a. Mengetahui pemeriksaan HBsAg


b. Untuk mengetahui adanya antigen virus Hepatitis B Surface (HBs Ag) pada.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Hepatitis

Hepatitismerupakan penyakit peradangan pada hati yang disebabkan oleh


virus, bakteri, penyakit autoimun, racun dan lain sebagainya. Virus hepatitis , sebagai
penyebab hepatitis virus telah banyak mengalami perkembangan. Saat ini, telah
ditemukan jenis-jenis virus hepatitis antara lain virus hepatitis A, B, C, D, E, G dan TT
(masih dalam tahap penelitian).. Hepatitis yang berlangsung kurang dari 6 bulan disebut
Hepatitis akut, hepatitis yang berlangsung lebih dari 6 bulan disebut hepatitis kronis
Penyebab Hepatitis biasanya terjadi karena virus, terutama salah satu dari kelima virus
hepatitis, yaitu A, B, C, D atau E. Hepatitis juga bisa terjadi karena infeksi virus lainnya,
seperti mononukleosis infeksiosa, demam kuning dan infeksi sitomegalovirus.
Penyebab hepatitis non-virus yang utama adalah alkohol dan obat-obatan.

2.2. Etiologi

Penyebab hepatitis bermacam-macam akan tetapi penyebab utama hepatitis


dapat dibedakan menjadi dua kategori besar yaitu penyebab virus dan penyebab non
virus. Sedangkan insidensi yang muncul tersering adalah hepatitis yang disebabkan
oleh virus. Hepatitis virus dapat dibagi ke dalam hepatitis A, B, C, D, E, G. Hepatitis non
virus disebabkan oleh agen bakteri, cedera oleh fisik atau kimia, pada prinsipnya
penyebab hepatitis terbagi atas infeksi dan bukan infeksi. Hepatitis B dan C dapat
berkembang menjadi sirosis (pengerasan hati), kanker hati dan komplikasi lainnya yang
dapat mengakibatkan kematian.

Dalam masyarakat kita, penyakit hepatitis biasa dikenal sebagai penyakit kuning.
Sebenarnya hepatitis adalah peradangan organ hati (liver) yang disebabkan oleh
berbagai faktor. Faktor penyebab penyakit hepatitis atau sakit kuning ini antara lain
adalah infeksi virus, gangguan metabolisme, konsumsi alkohol, penyakit autoimun, hasil
komplikasi dari penyakit lain, efek samping dari konsumsi obat-obatan maupun
kehadiran parasit dalam organ hati (liver). Salah satu gejala penyakit hepatitis (hepatitis
symptoms) adalah timbulnya warna kuning pada kulit, kuku dan bagian putih bola mata.
Peradangan pada sel hati dapat menyebabkan kerusakan sel-sel, jaringan, bahkan
semua bagian dari organ hati (liver). Jika semua bagian organ hati (liver) telah
mengalami kerusakan maka akan terjadi gagal hati (liver) yang menyebabkan kematian.
2.3. Patofisiologi

Virus atau bakteri yang menginfeksi manusia masuk ke aliran darah dan terbawa
sampai ke hati. di sini agen infeksi menetap dan mengakibatkan peradangan dan terjadi
kerusakan sel-sel hati (hal ini dapat dilihat pada pemeriksaan SGOT dan SGPT). akibat
kerusakan ini maka terjadi penurunan penyerapan dan konjugasii bilirubin sehingga
terjadi disfungsi hepatosit dan mengakibatkan ikterik. peradangan ini akan
mengakibatkan peningkatan suhu tubuh sehinga timbul gejala tidak nafsu makan
(anoreksia). salah satu fungsi hati adalah sebagai penetralisir toksin, jika toksin yang
masuk berlebihan atau tubuh mempunyai respon hipersensitivitas, maka hal ini merusak
hati sendiri dengan berkurangnya fungsinya sebagai kelenjar terbesar sebagai penetral
racun. Aktivitas yang berlebihan yang memerlukan energi secara cepat dapat
menghasilkan H2O2 yang berdampak pada keracunan secara lambat dan juga
merupakan hepatitis non-virus. H2O2 juga dihasilkan melalui pemasukan alkohol yang
banyak dalam waktu yang relatif lama, ini biasanya terjadi pada alkoholik.
Peradangan yang terjadi mengakibatkan hiperpermea-bilitas sehingga terjadi
pembesaran hati, dan hal ini dapat diketahui dengan meraba / palpasi hati. Nyeri tekan
dapat terjadi pada saat gejala ikterik mulai nampak.

Hepatitis viral dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu kronik dan akut.
Klasifikasi hepatitis viral akut dapat dibagi atas hepatitis akut viral yang khas, hepatitis
yang tak khas (asimtomatik), hepatitis viral akut yang simtomatik, hepatitis viral anikterik
dan hepatitis viral ikterik. Hepatitis virus kronik dapat diklasifikasikan dalam 3 kelompok
yaitu hepatitis kronik persisten, hepatitis kronik lobular, dan hepatitis kronik aktif.
Virus hepatitis A mempunyai masa inkubasi singkat/hepatitis infeksiosa, panas badan
(pireksia) didapatkan paling sering pada hepatitis A. Hepatitis tipe B mempunyai masa
inkubasi lama atau disebut dengan hepatitis serum.

Hepatitis akibat obat dan toksin dapat digolongkan ke dalam empat bagian yaitu:
hepatotoksin-hepatotoksin direk, hepatotoksin-hepatotoksin indirec, reaksi
hipersensitivitas terhadap obat, dan idiosinkrasi metabolik.

Obat-obat yang dapat menyebabkan gangguan/kerusakan hepar adalah:

Obat anastesi
Obat antibiotik

Obat antiinflamasi

Obat antimetabolik dan imunosupresif

Antituberkulosa

hormon-hormon

obat psikotropik

Lain-lain, contoh phenothiazine

2.4. Gambaran klinis Penyakit Hepatitis

Gambaran klinis dapat dibagi dalam dua kelompok besar yaitu :

Hepatitis kronik.

o Secara klinis bervariasi dari keadaan dari keadaan tanpa keluhan sampai perasaan
lelah yang sangat mengganggu. Adanya keluhan dan gejala hipertensi portal (asites,
perdarahan varises esofagus) menunjukkan penyakit pada stadium yang sudah lanjut.

o Pemeriksaan biokimiawi menunjukkan peningkatan kadar bilirubin, transminase dan


globulin serum.

o Gambaran histopatologis memperlihatkan kelainan morfologis yang khas untuk


hepatitis kronik.

Hepatitis akut.

o Pada umumnya, hepatitis tipe A, B, dan C mempunyai perjalanan klinis yang sama.
Hepatitis tipe b dan c cenderung lebih parah perjalanan penyakitnya dan sering
dihubungkan dengan serum-sickness.

o Serangan yang teringan tidak menunjukkan gejala dan hanya ditandai dengan
naiknya transminase serum.

o Serangan ikterus biasanya pada orang dewasa dimulai dengan suatu masa prodmoral
kurang lebih 3-4 hari sampai 2-3 minggu, saat mana pasien umumnya merasa tidak
enak badan, menderita gejala digestif, terutama anoreksia dan nausea, dan kemudian
ada panas badan ringan; ada nyeri di abdomen kanan atas, yang bertambah pada tiap
guncangan badan; tak ada nafsu untuk merokok atau minum alkohol; perasaan badan
tak enak bertambah menjelang malam dan pasien merasa sengsara.

o Kadang-kadang dapat menderita sakit kepala yang hebat.

o Hati dapat di palpasi dengan pinggiran yang lunak dan nyeri tekan pada 70% pasien.

o Setelah kurang lebih 1-4 minggu masa ikterik, biasanya pasien dewasa akan sembuh.

Manifestasi Klinik

o Stadium Praikterik berlangsung selama 4-7 hari. Pasien mengeluh sakit kepala,
lemah, anoreksia, mual, muntah, nyeri pada otot, dan nyeri di perut kanan atas, urin
menjadi lebih coklat

o Stadium Ikterik, berlangsung selama 3-6 minggu. Ikterus mula-mula terlihat pada
sclera, kemudian pada kulit seluruh tubuh. Keluhan-keluhan berkurang, tetapi pasien
masih lemah anoreksia, dan muntah. Hati membesar dan nyeri tekan. Tinja mungkin
berwarna kelabu atau kuning muda. Serangan Ikterus biasanya pada orang dewasa
dimulai dengan suatu masa prodromal, kurang lebih 3-4 hari sampai 2-3 minggu, saat
mana pasien umumnya merasa tidak enak makan, menderita gejala digestive terutama
anoreksia dan nausea dan kemudian ada panas badan ringan, ada nyeri di abdomen
kanan atas yang bertambah pada tiap guncangan badan. Masa prodormal diikuti warna
urin bertambah gelap dan warna tinja menjadi gelap, keadaan demikian menandakan
timbulnya ikterus dan berkurangnya gejala : panas badan menghilang, mungkin timbul
bradikardi. Setelah kurang lebih 1-2 minggu masa ikterik, biasanya pasien dewasa akan
sembuh. Tinja menjadi normal kembali dan nafsu makan pulih. Setelah kelihatannya
sembuh rasa lemah badan masih dapat berlangsung selama beberapa minggu.

o Stadium pasca ikterik. Ikterus mereda, warna urin dan tinja menjadi normal
lagi.Penyembuhan pada ank-anak lebih cepat lebih cepat dari orang dewasa, yaitu pada
akhir bulan kedua, karena penyebab yang biasanya berbeda.

2.5 Pengertian Hepatitis B

Virus hepatitis B (VHB) adalah virus DNA, suatu prototif virus yang termasuk
keluarga Hepadnaviridae. Virus ini memiliki DNA yang sebagian berupa untaian tungaal
(single stranded DNA) dan DNA polymerase endogen yang berfungsi menghasilkan
DNA untaian ganda (double stranded DNA, dsDNA). Virion lengkap VHB terdiri atas
suatu struktur berlapis ganda dengan diameter keseluruhan 42 nm. Bagian inti sebelah
dalam (inner core) yang berdiameter 28 nm dan dilapisis selaput (envelop) yang
tebalnya 7 nm mengandung dsDNA dengan berat molekul 1.6X 106. Bagian envelop
yang mengelilingi core terdiri ataskompleks dengan sifat biokimia heterigen ; bagian ini
mempunyai sifat antigen berbeda dengan antigen core (HBcAg) dan disebut antigen
permukaan hepatitis B surface antigen (HbsAg). HbsAg diproduksi lebih banyak oleh
hepatosit yang terinfeksi dan dilepaskan ke dalam darah sebagai partikel bulat
berukuran 17-25 nm (diametrer rata-rata 20 nm) dan sebagian partikel tubuler
berdiameter sama yang panjangnya berkisraan natara 100-200 nm.
Antibody terhadap HBcAg dan HBsAg masing-masing disebut antyi HBc dan
anti-HBs. Keberadaan anti-HBs dalam sirkulasi melindungi seseorang terhadap infeksi
dengan VHB. Selain kedua jenis antigen di atas antigen lain yang diketahui adalah
HBeAg yang merupakan bagian integral dari kapsid virion VHB. HBeAg dapat beredar
bebas dalam darah atau membentuk kompleks dengan IgG. Karena kaitannya ssangat
erat dengan nukleokapsid VHB, maka HBeAg merupakan petanda yang dapat
dipercaya yang menunjukkan banyaknya virion dalam serum. Sebaliknya ant HBe
digabungkan dengan kadar virion yang lebih rendah.
Hepatitis B adalah salah satu peradangan hati yang disebabkan oleh suatu virus
hepatitis B. Hepatitis B muncul dalam darah dan menyebar melalui kontak dalam darah,
air mani dan cairan vagina yang terinfeksi atau penggunaan bersama jarum obat.
Hepatitis B merupakan penyakit yang dapat berjalan akut maupun kronik. Sebagian
penderita hepatitis B akan sembuh secara sempurna dan mempunyai kekebalan
seumur hidup, tapi sebagian lagi gagal memperoleh kekebalan. Virus hepatitis B
dengan komponen antigen permukaan (HbsAg). Diameter 42 nm, dengan core 4 nm.
coat virion merupakan surface antigen atau HbsAg . Suface antigen biasanya
diproduksi berlebihan sehingga dijumpai dalam darah penderita. Pada hepatitis agresif,
hati mengalami peradangan kronik, fibrotik dan mengecil dan dapat menjurus.
Gejalanya meliputi penyakit kuning, lemah, rasa sakit pada perut dan muntah.

2.6 Cara Penyebaran Virus Hepatitis B

Penyebaran virus hepatitis B dapat melalui berbagai cara :


1. Penularan melalui kulit (perkutan)
Penularan perkutan terjadi jika bahan yang mengandung HBsAg/partikel virus
hepatitis B intak masuk atau dimasukkan ke dalam kulit. Terdapat 2 keadaan
cara penularan ini:

a. Penularan perkutan yang nyata :

Terjadi jika bahan yang infeksius masuk melewati kulit; melalui


penyuntikan darah atau bahan yang berasal dari darah, baik secara intravena
atau tusukan jarum.

1) Hepatitis pasca transfusi

Hepatitis virus B akut dapat timbul sebagai akibat transfusi


darah yang mengandung HBsAg positip.
Dengan melakukan uji saring darah donor terhadap adanya HBsAg,
maka jelas terdapat penurunan prevalensi kejadian hepatitis pasca
transfusi.

2) Hemodialisa

Prevalensi yang tinggi baik sebagai infeksi akut maupun


kronik, telah dilaporkan pada penderita dengan penyakit gagal ginjal
kronik yang menjalani hemodialisa berkala.

3) Alat suntik
Penularan lewat suntikan dengan mempergunakan alat yang
tidak steril, telah lama dikenal. Sering sesudah imunisasi masal
terjadi letupan hepatitis beberapa waktu kemudian.

b. Penularan perkutan tidak nyata :

Penularan perkutan yang tidak nyata bisa terjadi. Banyak penderita


mendapat hepatitis virus B dan tidak pernah dapat mengingat bahwa
mereka mendapat trauma pada kulit atau hal lain, virus hepatitis B tidak
dapat menembus kulit yang sehat, namun dapat melalui kulit yang
mengalami kelainan penyakit kulit. Penularan yang tidak nyata ini sangat
mungkin memegang peranan penting dalam menerangkan jumlah pengidap
HBsAg yang sangat besar.
2. Penyebaran melalui selaput lendir

a. Penyebaran peroral

Cara ini terjadi jika bahan yang infeksius mengenai selaput lendir
mulut. Cara ini tidak sering menimbulkan infeksi. Agaknya penularan melalui
mulut hanya terjadi pada mereka dimana terdapat luka didalam mulutnya.

b. Penyebaran seksual

Cara ini terjadi melalui kontak dengan selaput lendir saluran ginjal,
sebagai akibat kontak seksual dengan individu yang mengandung HBsAg
positip yang bersifat infeksius. Infeksi dapat terjadi melalui hubungan
seksual baik heteroseksual maupun homoseksual. Hal ini dimungkinkan
oleh karena cairan sekret vagina dapat mengandung HBsAg.

c. Penularan perinatal (transmisi vertikal)

Penularan perinatal ini disebut juga sebagai penularan maternal


neonatal dan merupakan cara penularan yang unik. Penularan infeksi virus
hepatitis B terjadi dalam kandungan, sewaktu persalinan, pasca persalinan.

2.7 Pengertian HbsAg

Antigen permukaan virus hepatitis B (hepatitis B surface antigen, HBsAg)


merupakan material permukaan dari virus hepatitis B. Pada awalnya antigen ini
dinamakan antigen Australia karena pertama kalinya diisolasi oleh seorang dokter
peneliti Amerika, Baruch S. Blumberg dari serum orang Australia.

HBsAg merupakan petanda serologik infeksi virus hepatitis B pertama yang


muncul di dalam serum dan mulai terdeteksi antara 1 sampai 12 minggu pasca infeksi,
mendahului munculnya gejala klinik serta meningkatnya SGPT. Selanjutnya HBsAg
merupakan satu-satunya petanda serologik selama 3 5 minggu. Pada kasus yang
sembuh, HBsAg akan hilang antara 3 sampai 6 bulan pasca infeksi sedangkan pada
kasus kronis, HBsAg akan tetap terdeteksi sampai lebih dari 6 bulan dan tidak adanya
anti-HBc IgM. Beberapa kasus menunjukkan peningkatan menjadi hepatitis kronis
berhubungan dengan adanya penyakit kronis yang diderita, misalnya kegagalan ginjal,
infeksi HIV, dan diabetes..HBsAg positif yang persisten lebih dari 6 bulan didefinisikan
sebagai pembawa (carrier). Sekitar 10% penderita yang memiliki HBsAg positif adalah
carrier, dan hasil uji dapat tetap positif selam bertahun-tahun.

Gambaran HbsAg

2.8 Pemeriksaan HbsAg

Pemeriksaan HBsAg berguna untuk diagnosa infeksi virus hepatitis B, baik untuk
keperluan klinis maupun epidemiologik, skrining darah di unit-unit transfusi darah, serta
digunakan pada evaluasi terapi hepatitis B kronis. Pemeriksaan ini juga bermanfaat
untuk menetapkan bahwa hepatitis akut yang diderita disebabkan oleh virus B atau
superinfeksi dengan virus lain.

HBsAg positif dengan IgM anti HBc dan HBeAg positif menunjukkan infeksi virus
hepatitis B akut. HBsAg positif dengan IgG anti HBc dan HBeAg positif menunjukkan
infeksi virus hepatitis B kronis dengan replikasi aktif. HBsAg positif dengan IgG anti HBc
dan anti-HBe positif menunjukkan infeksi virus hepatitis B kronis dengan replikasi
rendah.

Pemeriksaan HbsAg secara rutin dilakukan pada pendonor darah untuk


mengidentifikasi antigen hepatitis B. Transmisi hepatitis B melalui transfusi sudah
hampir tidak terdapat lagi berkat screening HbsAg pada darah pendonor. Namun,
meskipun insiden hepatitis B terkait transfusi sudah menurun, angka kejadian hepatitis
B tetap tinggi. Hal ini terkait dengan transmisi virus hepatitis B melalui beberapa jalur,
yaitu parenteral, perinatal, atau kontak seksual. Orang yang berisiko tinggi terkena
infeksi hepatitis B adalah orang yang bekerja di sarana kesehatan, ketergatungan obat,
suka berganti-ganti pasangan seksual, sering mendapat transfusi, hemodialisa, bayi
baru lahir yang tertular dari ibunya yang menderita hepatitis B.

Ada tiga pemeriksaan standar yang biasa digunakan untuk menegakkan


diagnosa infeksi hepatitis B yaitu:

1. HBsAg (hepatitis B surface antigen): adalah satu dari penanda yang muncul dalam
serum selama infeksi dan dapat dideteksi 2 -8 minggu sebelum munculnya kelainan
kimiawi dalam hati atau terjadinya jaundice (penyakit kuning). Jika HBsAg berada dalam
darah lebih dari 6 bulan berarti terjadi infeksi kronis. Pemeriksaan HBsAg bisa
mendeteksi 90% infeksi akut.

2. Fungsi dari pemeriksaan HBsAg diantaranya :


- Indikator paling penting adanya infeksi virus hepatitis B
- Mendiagnosa infeksi hepatitis akut dan kronik
- Tes penapisan (skrining) darah dan produk darah (serum, platelet dll)
- Skrining kehamilan

3. Anti HBs (antobodi terhadap hepatitis B surface antigen): jika hasilnya reaktif/positif
menunjukkan adanya kekebalan terhadap infeksi virus hepatitis B yang berasal dari
vaksinasi ataupun proses penyembuhan masa lampau.

4. Anti HBc (antibodi terhadap antigen inti hepatitis B): terdiri dari 2 tipe yaitu Anti HBc
IgM dan Anti HBc IgG.

Anti HBc IgM:


- Muncul 2 minggu setelah HBsAg terdeteksi dan bertahan hingga 6 bulan.
- Berperan pada core window(fase jendela) yaitu saat dimana HBsAg sudah
hilang tetapi anti-HBs belum muncul

Anti HBc IgG:


- Muncul sebelum anti HBcIgM hilang
- Terdeteksi pada hepatitis akut dan kronik
- Tidak mempunyai efek protektif

Interpretasi hasil positif anti-HBc tergantung hasil pemeriksaan HBsAg dan Anti-
HBs.

2.8.1 Metode : HBsAg Test

a. Alat dan bahan :

1. Serum atau plasma


2. New Spot HBsAg Test Device

b. Prinsip :

Ketika serum/plasma ditambahkan dalam sampel pad,


serum akan bergerak menuju pada konjugat yang dilapisi dengan
gold-monoclonal antibody sebagai anti HBs konjugat. Campuran
tersebut bergerak di sepanjang membran oleh aksi kapiler dan
bereaksi dengan cocktail monoclonal dan polyclonal antibody anti
HBs yang melapisi area test. Apabila terdapat HBsAg pada tingkat
minimal 0,5ng/ml, hasilnya terbentuk warna pada tes tersebut. Jika
tidak ada HBsAg dalam sampel, warna pada area tidak akan
nampak. Selanjutnya sampel akan menuju ke kontrol area dan
membentuk warna merah / ungu mengindikasikan bahwa tes
bekerja dan hasilnya valid.

c. Cara kerja :

1. Semua spesimen dan test device harus dipersiapkan dalam


kondisi yang sesuai dengan suhu ruang sebelum digunakan kira-
kira 20-30 menit.
2. Masukkan serum kedalam lubang sampel sebanyak 100
3. Tunggu hingga muncul garis warna merah atau ungu pada test.
4. Baca Interpretasi dalam 20-30 menit.

d. Interpretasi hasil :

Positif (+) : Adanya dua garis warna pada tanda T dan C


Negatif (- ) : Hanya ada satu garis warna pada kontrol (C)
Invalid : Tidak ada garis warna pada kontrol (C)

2.8.2 Metode : pasif aglutinasi latex

a. Prinsip :
HbsAg dalam serum akan berekasi dengan antibodi HbsAg yang
reaktif yang dilekatkan pada latex yang ditandai dengan aglutinasi yang
jelas.

b. Alat dan bahan:

Paper slide
Reagen latex HbsAg
Stick
Rotator

c. Cara kerja:

1. Disiapkan paper slide yang bersih dan baru


2. Dipipet masing-masing

Kontrol (+) Kontrol (-) Sampel


Kontrol (+) 1 tetes - -
Kontrol (-) - 1 tetes -
Serum - - 50 mikro
Reagen latex 1 tetes 1 tetes 1 tetes
3. Diaduk menggunakan stik membentuk lingkaran
4 Diletakkan dan digoyang diatas rotator 200 rpm selama 5
menit dan dibaca hasilnya
4. Hasil postif terdapat aglutinasi

2.8.3 Pemeriksaan Hepatitis B metode ELISA

a. Prinsip :

Pencucian untuk menghilangkan pembungkus antigen


terbentuk kompleksbiotin dan streptolisin menghubungkan alkalin
fosfat mengkatalisis hidrolis dan substrat menghasilkan
fluoresensi, diukur pada panjang gelombang 450 nm. Intensitas
dari fluoresensi sebanding dengan kualitas Anti-HBs pada serum.

b. Alat :

1. Mikropipet
2. Yellow tape dan blue tape
3. Mini vidas
4. Tabung reaksi
5. Tissue

c. Reagensia :

1. Reagen standart (S1)


2. Reagen Kontrol 1 dan 2 (C1 dan C2)

d. Cara kerja
persiapan reagen
a) semua reagen disimpan pada suhu kamar sebelum
pemeriksaan
b) larutan pencuci konsentrat diencerkan 1 : 10 dengan
aquadesr (50 ml larutan konsentrat dengan 450 ml
aquadest). Larutan pencuci yang telah diencerkan
dapat disimpan sampai 2 minggu pada suhu 2-8 C)
c) perbandingan antara jumlah strip, pelarut konjugat dan
konjugasi konsentrat :

Jumlah strip 1 2 3 4
Pelarut konjugat (ml) 1,0 2, 4,0 6,0
0
Konjugat konsentrat (l) 20 40 80 12
0

prosedur pemeriksaan :
a) Dipipet masing-masing 100 l serum control (+),
serum control (-), dan sample yang akan dianalisa,
kemudian dimasukkan ke dalam tiap sumur yang telah
ditandai, kecuali blanko
b) Plate ditutup dengan kertas pelekatdan diinkubasi
pada suhu 37 40 C selama 1 jam
c) Plate diangkat lalu kertas perekat dibuang. Kemudian
diisap dengan aspirator lalu diisi dengan larutan
pencuci. Teknik penghisapan dan pencucian diulangi
sebanyak 4 kali. Setelah pencucian terakhir, larutan
yang teersisa dalam sumur tersebut diserap dengan
tisu (tahap 3)
d) Ditambahkan 100 l larutan konjugat kedalam masing-
masing sumur kecuali sumur untuk blanko
e) Palate ditutup dengan kertas perekat dan diinkubasi
pada suhu 37-40 C selama 30 menit.
f) Menjelang 5-10 menit inkubasi kedua berkhir,
encerkan larutan kromogen dengan buffer substrat,
larutan ini dibuang jika memberikan warna biru
g) Plate tersebut diangkat dan kertas perekatnya
dibuang. Lakuakan teknik pencucian plate seperti
tahap III
h) Ditambahkan 100 l substart-TMB kedala masing-
masing sumur
i) Diinkubasi pada suhu kamar selama 30 menit
j) Reaksi dihentikan dengan menambahkan 100 l
H2SO4 dalam masing-masing sumur
k) Pembacaan sumur blano dilakukan pada panjang
gelombang 450 nm, dilanjutkan dengan pembacaan
masing-masing absorban sumur yang tidak lebih dari
30 menit

e. Pembacaan Hasil :

Negative control [NC] < 0,200


Hitung negative control rata-rata [NCx]
Negative control harus berada pada range 0,6 1,4 kali dari
NCx
- Tes validatif PC-NCx
- Cut Off Value (COV) = NCx + 0,050

f. Interpretasi Hasil :

Ada atau tidaknya HBsAg dalam sample yang diperiksa


ditentukan oleh hubungan nilai absorban dari setiap sample
dengan nilai Cut Off (NCO).
Sample positif bila absorban Cut Off Value (COV)
Sample negative bila absorban sample < Cut Off Value (COV)

2.8.4 Pemeriksaan HBsAg metode EIA (Enzime-linked Immunoassay)

Langkah Kerja :

a) Antibodi yang spesifik terhadap antigen dilekatkan pada


suatu permukaan fase padat (a solid-phase surface) atau
suatu manik-manik plastik.

b) Ditambahkan serum pasien yang mungkin mengandung


atau tidak mengandung antigen.
c) Ditambahkan suatu antibodi yang spesifik terhadap antigen
tertentu yang berlabel enzim (conjugate).

d) Ditambahkan substrat kromogenik, dan terjadi perubahan


warna jika terdapat enzim. Warna yang terbentuk sesuai
dengan jumlah antigen yang terdapat pada sampel
pasien.

Gambar prinsip pemeriksaan


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

HBsAg merupakan petanda serologik infeksi virus hepatitis B pertama yang


muncul di dalam serum dan mulai terdeteksi antara 1 sampai 12 minggu pasca infeksi,
mendahului munculnya gejala klinik serta meningkatnya SGPT. Selanjutnya HBsAg
merupakan satu-satunya petanda serologik selama 3 5 minggu. Pada kasus yang
sembuh, HBsAg akan hilang antara 3 sampai 6 bulan pasca infeksi sedangkan pada
kasus kronis, HBsAg akan tetap terdeteksi sampai lebih dari 6 bulan dan tidak adanya
anti-HBc IgM.
DAFTAR PUSTAKA

1. Boediana Kresno, S. Imunologi Diagnosis dan Prosedur Laboratorium, edisi ketiga :


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
2. Boediana Kresno, S. Imunologi Diagnosis dan Prosedur Laboratorium, edisi keempat
: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
3. http://puskesmasmojoagung.wordpress.com/.../jumlah-pasien-dengan-hbsag-positif-
di-puskesmas-mojoagung/
4. www.labtestsonline.org/understanding/analytes/hepatitis_b/test.html
5. http://www.infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=37Review of Medical Microbiology,
edisi 16 : Fakultas Kedokteran UI.
6. http://www.mediasehat.com
7. http://www.pppl.depkes.go.id/catalogcdc/Wcb7dc3af72c1e.htm

Anda mungkin juga menyukai