Anda di halaman 1dari 14

Pengertian Pelabuhan

Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di


sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan
kegiatan ekonomi dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik
turun penumpang dan/atau bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas
keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat
perpindahan intra dan antar moda transportasi (Suyono, 2005).

Selanjutnya, Suyono (2005) menyatakan bahwa kepelabuhanan meliputi


segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan penyelenggaraan pelabuhan dan
kegiatan lainnya dalam melaksanakan fungsi pelabuhan untuk menunjang
kelancaran, keamanan, dan ketertiban arus lalu lintas kapal, penumpang dan/atau
barang, keselamatan berlayar, serta tempat perpindahan intra dan/atau antar moda
transportasi.

Jenis-jenis Pelabuhan

Menurut Suyono (2005), jenis-jenis pelabuhan dapat dibedakan


berdasarkan hal-hal sebagai berikut:

1. Alamnya
a. Pelabuhan Terbuka
Pelabuhan terbuka adalah pelabuhan dimana kapal-kapal bisa
masuk dan merapat secara langsung tanpa bantuan pintu-pintu air

b. Pelabuhan Tertutup Pelabuhan tertutup adalah pelabuhan dimana kapal-


kapal yang masuk harus melalui beberapa pintu air.

2. Pelayanannya
a. Pelabuhan Umum
Pelabuhan umum adalah pelabuhan yang diselenggarakan untuk
kepentingan masyarakat umum.
b. Pelabuhan Khusus

Pelabuhan khusus adalah pelabuhan yang dikelola untuk


kepentingan sendiri guna menunjang kegiatan tertentu.

3. Lingkup Pelayaran yang Dilayani


a. Pelabuhan Hub Internasional

Pelabuhan internasional hub adalah pelabuhan utama primer yang


berfungsi melayani kegiatan dan alih muatan angkutan laut
nasional dan internasional dalam jumlah besar dan jangkauan
pelayaran yang sangat luas serta merupakan simpul dalam jaringan
transportasi laut internasional.

b. Pelabuhan Internasional

Pelabuhan internasional adalah pelabuhan utama sekunder laut


nasional dan internasional dalam jumlah besar dan jangkauan
pelayanan yang luas serta merupakan simpul dalam jaringan
transportasi laut internasional.

c. Pelabuhan Nasional

Pelabuhan nasional adalah pelabuhan utama tersier yang berfungsi


melayani kegiatan dan alih muat angkutan laut nasional dan
itnernasional dalam jumlah menengah serta merupakan simpul
dalam jaringan transportasi tingkat provinsi.

d. Pelabuhan Regional

Pelabuhan regional adalah pelabuhan pengumpan primer yang


berfungsi melayani kegiatan dan alih muatan angkutan laut
nasional dalam jumlah yang relatif kecil serta merupakan
pengumpan dari pelabuhan utama
e. Pelabuhan Lokal

Pelabuhan lokal adalah pelabuhan pengumpan sekunder yang


berfungsi melayani kegiatan angkutan laut regional dalam jumlah
kecil serta merupakan pengumpan pada pelabuhan utama dan/atau
pelabuhan regional.

4. Kegiatan Perdagangan Luar Negeri


Pelabuhan Impor

Pelabuhan impor adalah pelabuhan yang melayani masuknya


barang-barang dari luar negeri

Pelabuhan ekspor

Pelabuhan ekspor adalah pelabuhan yang melayani penjualan


barang-barang ke luar negeri.

5. Kapal yang diperbolehkan singgah


Pelabuhan Laut

Pelabuhan laut adalah pelabuhan yang terbuka bagi perdagangan


luar negeri dan dapat disinggahi oleh kapal-kapal dari Negara
sahabat.

Pelabuhan pantai

Pelabuhan pantai adalah pelabuhan yang tidak terbuka untuk


perdagangan dengan luar negeri dan hanya dapat dipergunakan
oleh kapal-kapal dari Indonesia.

6. Wilayah Pengawasan Bea Cukai


Custom Port
Custom Port adalah pelabuhan yang berada di bawah pengawasan
Bea Cukai.
Free Port
Free port adalah pelabuhan yang berada di luar pengawasan Bea
Cukai.
7. Kegiatan Pelayarannya
Pelabuhan Samudera
Pelabuhan samudera adalah pelabuhan Tanjung Priok di Jakarta
dan Tanjung perak di Surabaya.
Pelabuhan Nusantara (pelabuhan interinsuler) adalah pelabuhan
Banjarmasin di Kalimantan Selatan.
Pelabuhan Rakyat adalah pelabuhan Sunda Kelapa di Pasar
Ikan, Jakarta.
8. Perannya dalam Pelayaran
Pelabuhan Transito adalah pelabuhan yang mengerjakan
transhipment cargo.

Pelabuhan Ferry adalah pelabuhan penyebrangan.

Menurut Suyono (2005), kriteria suatu pelabuhan dibedakan berdasarkan faktor-


faktor sebagai berikut:
Banyaknya muatan yang dikerjakan dalam satu tahun
Jumlah harga dari muatan yang dikerjakan dalam satu tahun
Banyaknya kapal yang keluar masuk dalam satu tahun
Jumlah tempat sandar kapal yang tersedia
Besarnya kapal yang dapat dikerjakan oleh pelabuhan

Banyaknya petikemas yang ditangani oleh pelabuhan dalam satu tahun


Fasilitas Pelabuhan

Suatu pelabuhan harus mempunyai berbagai fasilitas. Menurut Suyono


(2005), fasilitas-fasilitas suatu pelabuhan adalah:

1. Penahan Gelombang
Penahan gelombang adalah konstruksi dari batu-batuan yang kuat dan dibuat
melingkar memanjang kearah laut dari pelabuhan utamanya yang dimaksudkan
sebagai pelindung pelabuhan itu. Gunanya adalah untuk menahan ombak dan
gelombang, karena di dalam pelabuhan terdapat dermaga-dermaga tempat kapal-
kapal sandar. Dengan demikian, dalam pelabuhan cuacanya lebih tenang dari luar
karena terlindungi.

2. Jembatan (Jetty)
Jembatan atau jetty adalah bangunan berbentuk jembatan yang dibuat
menjorok keluar kea rah laut dari pantai atau daratan. Biasanya dibuat dari beton,
baja, atau kayu dan dibuat untuk menampung sementara barang yang akan
dimuat/dibongkar dari/ke kapal yang sandar di jembatan itu. Karena menjorok ke
luar dari daratan, air di pinggir jembatan jetty lebih dalam dari di pinggir sehingga
kapal mudah sandar. Bila menjoroknya jauh keluar dari pantai biasanya berbentuk
T.

3. Dolphin
Dolphin adalah kumpulan dari tonggak-tonggak dari besi, kayu atau beton
agar kapal dapat bersandar disitu untuk melakukan kegiatan bongkar/muat ke
tongkang(lighter). Biasanya terdiri dari konstruksi dua tonggak yang menahan
kapal di bagian muka dan belakangnya.

4. Mooring Buoys (Pelampung Pengikat)


Mooring buoys adalah Pelampung dimana kapal ditambatkan untuk
melakukan suatu kegiatan.
5. Tempat Labuh
Tempat labuh adalah tempat perairan di mana kapal melego jangkarnya untuk
melakukan kegiatan. Tempat labuh juga berfungsi sebagai tempat menunggu
untuk masuk ke suatu pelabuhan.

6. Single Buoy Mooring (SBM)


SBM adalah pelampung pengikat dimana kapal tanker dapat muat bongkar
muatannya melalui pipa di pelampung itu yang menghubungkan ke daratan atau
sumber pasokan.

7. Tongkang (Lighter)
Tongkang adalah perahu-perahu kecil yang dipergunakan untuk mengangkut
muatan atau barang dari atau ke kapal yang dimuat/dibongkar, yang biasanya
ditarik oleh kapal tunda.

8. Alur Pelayaran dan Kolam Pelabuhan


Alur kapal adalah bagian dari perairan di pelabuhan tempat masuk/keluarnya
kapal.

9. Rambu Kapal
Rambu kapal adalah tanda-tanda yang dipasarng di perairan menuju
pelabuhan untuk memandu kapal berlabuh. Bila letak rambu-rambu kurang jelas
maka dapat mengakibatkan kapal kandas, juga bila kapal berlabu, jangkarnya
dapat menggaruk kabel komunikasi atau kabel listrik di bawah air, atau terjadi
kapal berlabuh di daerah yang terlarang.

10. Gudang
Gudang adalah tempat penampungan barang yang tertutup agar terlindung
dari cuaca. Namun ada juga gudang terbuka untuk barang tertentu atau petikemas.
Gudang merupakan bagian yang penting dari suatu pelabuhan, karena dalam
gudang inilah barang yang akan dimuat atau setelah dibongkar dari kapal untuk
sementara disimpan, kecuali bila muatan dimuat dalam petikemas (container)

Dermaga:
1. Dermaga Konvensional
Dermaga konvensional adalah dermaga yang digunakan tuntuk melakukan
aktivitas bongkar muat kapal kargo. Dermaga konvensioanl terdiri dari pelataran
dermaga, gudang-gudang, lapangan terbuka dan perlengkapan dengan kran-kran
(portal-crane) untuk membantu pembongkaran/pemuatan kapal. Dermaga
konvensional dipakai untuk kapal kargo biasa, yaitu kapal-kapal yang dilengkapi
dengan perlalatan bongkar muat dan membawa berbagai jeni muatan yang
memerlukan pemadatan khusus bila disimpan dalam palkanya (karung, peti).
Petikemas juga ada yang dibongkar di dermaga konvensional namum karena
pelataran antara dermaga dan gudang sempit akan menumbulkan kesukaran dalam
angkutan maupun pergerakannya.
2. Dermaga Petikemas
Dermaga petikemas adalah dermaga yang digunakan untuk melakukan
bongkar muat kapal-kapal petikemas. Dermaga petikemas terdiri dari lapangan
yang terbukan dan dilengkapi dengan keran-keran untuk membongkar/ memuat
peti kemas. Keran-keran tersebut dinamakan gantry crane. Dermaga ini juga
dilengkapi dengan alat-alat angkat khusus petikemas dan juga alat untuk
memindahkan dan menumpukkan secara mekanis.
3. Dermaga Khusus
Selain kapal petikemas dan general cargo, ada juga kapal-kapal dengan
muatan khusus, seperti kapal ferry dan Ro-Ro. Biasanya untuk kapal-kapal ini
disediakan dermaga khusus. Kapal-kapal pengangkut minyak atau tanker juga
disediakan tempat khusus untuk aktivitasnya, terpisah dari kapal-kapal lainnya
karena tanker biasanya mengangkut bahan bakar yang bisa membahayakan kapal-
kapal lainnya.
4. Perairan
Bongkar/muat dapat juga dilakukan di perairan. Di sini muatan diangkut dari
dank e kapal menggunakan tongkang. Kapal melakukan lego jangkar, diikat di
pealmpung atau pada tonggak pengikat (dolphin). Kegiatan bongkar muat ini
dinamakan midstream activities. Namun apabila pengangkutannya lebih mudah
menggunakan angkutan darat, agar kegiatannya bisa dilakukan lebih cepat, maka
bongkar muatnya dilakukan di dermaga.

Pihak-pihak di Pelabuhan

Untuk dapat menjalankan kegiatan operasionalnya, berbagai pihak ada di


pelabuhan. Suyono (2005) menyatakan bahwa beberapa pihak yang ada di
pelabuhan di antaranya adalah:
1. Perusahaan Pelayaran
2. Perusahaan Bongkar Muat (PBM)
3. Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL) dan Freight Forwarder
4. Perusahaan Angkutan Bandar
5. Perusahaan Angkutan Darat
6. Perbankan
7. Surveyor
8. Jasa Konsultan
9. Perusahaan Persewaan Peralatan
10. Pemasok
11. Karantina

KONTEKS INTERNASIONAL

Terdapat sejumlah kecenderungan pada pengangkutan laut global yang berdampak


terhadap sektor pelayaran dan pelabuhan Indonesia.

1. Kecenderungan pertama adalah yang dimaksud Penfold (2007) sebagai


revolusi ukuran kapal peti kemas ukuran yang sedang berlangsung dan
menggambarkan penggunaan kapal yang lebih besar untuk mendapatkan biaya
pengangkutan per unit yang lebih rendah. Data mutakhir menunjukkan bahwa
kapal berkapasitas 12.000 TEU dengan rute Eropa-Asia Timur akan menghasilkan
penghematan biaya sebesar 11 persen per peti kemas dibandingkan dengan kapal
berukuran 8000 TEU dan penghematan sebesar 23 persen apabila dibandingkan
dengan kapal berukuran 4000 TEU (ESCAP 2007). Rute-rute utama lintas benua
semakin didominasi oleh kapal-kapal besar dengan kapasitas 12.000+ TEU. Kapal
yang berukuran lebih kecil yakni 5000-8000 TEU yang sebelumnya digunakan
pada rute-rute utama dipindahkan ke rute-rute layanan bongkar muat daerah.

Ada dua implikasi penting bagi Indonesia:

Kapal-kapal yang lebih besar akan membutuhkan draf (Kedalaman air


(minimun) yang diperlukan agar kapal dapat mengapung (tidak menyentuh dasar))
jalur yang lebih dalam dan basin yang dalam, mesin derek yang lebih besar dan
lebih cepat dan penanganan kargo yang semakin baik dipelabuhan daerah yang
lebih kecil (yang mencakup pelabuhan komersial utama di Indonesia).

Keberadaan kapal-kapal yang lebih besar ini pada rute layanan bongkar muat
daerah, akan semakin mendesak perusahaan pelayaran daerah untuk
meningkatkan armada kapal mereka yang relatif kecil dan tua.

2. Kecenderungan utama kedua terkait dengan pertumbuhan pesat lalu lintas


pengangkutan laut internasional dan dampak yang dihasilkannya terhadap
pelabuhan-pelabuhan daerah. Pada dua dekade terakhir, perdagangan internasional
telah berkembang 1,5-2 kali tingkat pertumbuhan ekonomi global. Dikarenakan
meningkatnya tingkat pemuatan peti kemas pengangkutan, perdagangan peti
kemas meningkat dua kali lipat dari tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata
perdagangan maritim lainnya pada periode yang sama (ESCAP 2007).
Pertumbuhan volume peti kemas yang paling cepat adalah di Asia Timur yang
sekarang ini menguasai sebagian lalu lintas peti kemas di dunia. Sebagaimana
dikemukakan oleh Kruk (2008) dan yang lainnya, kapasitas terminal peti kemas
daerah sekarang sudah mencapai tingkat kritis.4
3. Kecenderungan penting ketiga adalah meningkatnya peranan sektor swasta
dalam mengembangkan dan mengoperasikan terminal peti kemas. Khususnya
pada negara-negara berkembang di mana sektor publik tidak dapat lagi membiayai
investasi untuk kapasitas yang baru dan yang sedang dikembangkan. (Bank Dunia
Tahun 2001). Sejak awal 90-an, hampir AS $ 33 milyar telah diinvestasikan oleh
sektor swasta dalam mengembangkan pelabuhan laut negara, 44 persen
diantaranya diinvestasikan di wilayah Asia Timur-Pasifik. Dengan peningkatan
volume kargo yang melebihi peningkatan kapasitas terminal, pelabuhan saat ini
dilihat sebagai pilihan yang menarik dan investor-investor asing membayar 2-3
kali lipat perolehan (yakni harga) dari yang telah dibayarkan pada akhir 90-an.
(Kruk 2008). Meskipun ada beberapa privatisasi, yang dikatakan tidak dikelola
dengan baik, di akhir tahun 1990-an/awal tahun 2000-an, sebagian besar aliran
investasi Internasional ke pelabuhan laut belakangan ini tidak melalui Indonesia.

Pengetian Bandar Udara/Airport

Bandar udara atau bandara memiliki pengertian yang berasal dari kata
"bandar" (tempat berlabuh) dan "udara". Bandar udara diartikan sebagai "suatu
tempat di darat atau di air di mana pesawat udara dapat mendarat untuk
menurunkan atau mengangkut penumpang dan barang, mengadakan perbaikan
atau mengisi bahan bakar. ( G&G Meriem Company (1959 ). Maka, arsitektur
bandara dapat diartikan sebagai suatu wadah yang berfungsi menampung
perpindahan orang atau barang dari suatu mode angkutan ke kendaraan udara atau
sebaliknya. Di dalamnya menyangkut bangunan terminal (terminal building),
tempat parkir pesawat terbang (apron), parkir kendaraan darat, jalan, jalur hijau.
Sedangkan definisi bandar udara menurut PT (persero) Angkasa Pura adalah
"lapangan udara, termasuk segala bangunan dan peralatan yang merupakan
kelengkapan minimal untuk menjamin tersedianya fasilitas bagi angkutan udara
untuk masyarakat".
Berdasarkan klasifikasi atau status bandara, menurut pelayanannya sesuai
dengan rute penerbangan dan peranan pemerintah dapat dibedakan atas: bandara
internasional, bandara domestik, bandara internasional dan domestik. Status
bandara berpengaruh pula terhadap panjang landasannya yang sesuai dengan
jelajah pesawat terbangnya. Berdasarkan sumber (Ditjen Perhubungan Udara),
panjang minimal landasan yang dimiliki bandara sesuai dengan klasifikasinya,
yakni bandara internasional 2.350 m, bandara pusat utama 1.850 m, bandara
propinsi 1.250 m, dan bandara perintis 750 m.
Wujud dasar suatu bandara umumnya dikelompokkan menjadi dua bagian, sbb :
1. Terminal Building yang di dalamnya terdapat
Bangunan terminal sebagai fasilitas wadah kegiatan penanganan
penumpang dan barang, kegiatan airlines, pengelolaan dan kegiatan lain
yang mendukungnya,
Hanggar dari pesawat sebagai wadah kegiatan pemeliharaan pesawat,
Fasilitas pemeliharaan bandara, termasuk pemadam kebakaran
Apron, untuk fasilitas bongkar muat barang dan penumpang serta juga
wadah kegiatan pelayanan teknis pesawat.

2. Landasan pacu (runway) yang meliputi prinsip pengaturan tata letak runway
yang dapat dibagi jadi 3 bagian, yakni: single runway, paralel runway dan
divergent runway. Pengaturan ini dapat dikembangkan lebih lanjut yang
dipengaruhi oleh kebutuhan panjangnya, jumlah dan arah runway.
Adapun istilah yang berkaitan dengan operasi penerbangan
Penerbangan berjadwal : penerbangan secara teratur dan tetap pada jalur
jalur tertentu untuk mengangkut penumpang barang jasa dan pos.

Penerbangan tak berjadwal : penerbangan secara sewaktu-waktu pada


jalur-jalur yang diperlukan untuk mengangkut penumpang barang jasa dan
pos.

Fungsi bandra udara


Bandara berfungsi sebagai suatu tempat dengan segala perlengkapan
beserta gedungnya, dipakai untuk pemberangkatan, pendaratan dan pelayanan
bagi pesawat terbang dengan segala muatannya, berupa penumpang dan barang.
Artinya, bandara merupakan tempat perpindahan dari sub sistem angkutan udara
ke udara, udara ke darat atau udara ke air. Dewasa ini fungsi bandar udara telah
banyak bergeser dibeberapa belahan dunia. Pergeseran dimaksud adalah
pengelolaan bandar udara yang semula berfungsi sebagai tempat tujuan
(destination airport) berubah atau bertambah menjadi tempat transit (transit
airport) yang sekaligus merupakan kawasan bisnis (aerometropolitan).
Pentingnya pengembangan sektor transportasi udara :
Merupakan urat nadi Pembangunan Nasioanal untuk melancarakan arus
manusia barang maupu informasi sebagai penunjang tercapainya
pengalokasian sumber-sumber perekonomian secara optimal untuk itu jasa
transportasi harus cukup tersedia secara merata dan terjangkau daya beli
masyarakat.
Mempercepat arus lalu lintas penumpang, kargo servis.
Peran Transportasi Udara Dalam Integrasi Nasional: Penunjang Dan
Pendorong Stabilitas Wilayah Perbatasan Indonesia

Aktifitas bandar udara

Bandara merupakan penghubung antara transportasi daratan dan udara


yang secara umum bandara mempunyai fungsi sebagai :
Tempat keberangkatan dan kedatangan penumpang pesawat
Untuk bokar/muat barang atau naik/turun penumpang
Tempat perpindahan (interchange) antar transit
Unsur-unsur pokok yang terkait di dalam angkutan udara antara lain : pesawat
udara, terminal, en route (air way, navigation, meteorology approach control dan
radio monitoring). Masing-masing unsur ini memiliki ketergantungan yang sangat
erat satu sama lain, sehingga jika satu berkembang maka yang lain akan
berkembang juga sejalan dengan urgensinya.
Kegiatan yang menunjang unsur-unsur pokok itu antara lain :
Kegiatan pelayanan penumpang dan barang secara operasional maupun
administratif,
Pelayanan bagi keamanan penerbangan pada waktu terbang, mendarat atau
naik.
Pelayanan pesawat terbang dalam hal teknis dan operasional, yang sesuai
dengan hukum-hukum internasional maupun domestik, menyangkut
peranan pemerintah dalam transportasi udara.
Sebelum melahirkan macam ruang yang dibutuhkan, tentu harus dianalisis pola
pewadahannya sampai kegiatan yang ada di bandara. Macam kegiatan itu antara
lain meliputi
airlines (agen penerbangan, penjualan tiket, sampai administrasi dan
operasional),
Pelayanan umum (kedatangan dan keberangkatan penumpang, transit,
istirahat makan/minum), persewaan (penjualan suvenir, jasa, surat
menyurat, perhubungan),
Pengelola bandara (pimpinan, kepala bagian, staf, dan pelaksana),
Prosessing penumpang (pengawasan atau kontrol),
Sirkulasi dan utilitas (untuk penumpang maupun petugas),
cargo,
Pelayanan parkir, dan
Penunjang kegiatan (teknis dan jaga).

Tipe bandar udara


Klasifikasi airport atau bandara Menurut Horonjeff (1994) ditentukan oleh
berat pesawat terbang hal ini penting untuk menentukan tebal perkerasan runway,
taxiway dan apron, panjang runway lepas landas dan pendaratan pada suatu
bandara. Bentang sayap dan panjang badan pesawat mempengaruhi ukuran apron
parkir, yang akan mempengaruhi susunan gedung-gedung terminal. Ukuran
pesawat juga menentukan lebar runway, taxiway dan jarak antara keduanya, serta
mempengaruhi jari-jari putar yang dibutuhkan pada kurva-kurva perkerasan.
Kapasitas penumpang mempunyai pengaruh penting dalam menentukan
fasilitasfasilitas di dalam dan yang berdekatan dengan gedung-gedung terminal.
Panjang runway mempengaruhi sebagian besar daerah yang dibutuhkan di suatu
bandara. Selain berat pesawat, konfigurasi roda pendaratan utama sangat
berpengaruh terhadap perancangan tebal lapis keras. Pada umumnya konfigurasi
roda pendaratan utama dirancang untuk menyerap gaya-gaya yang ditimbulkan
selama melakukan pendaratan (semakin besar gaya yang ditimbulkan semakin
kuat roda yang digunakan), dan untuk menahan beban yang lebih kecil dari beban
pesawat lepas landas maksimum. Dan selama pendaratan berat pesawat akan
berkurang akibat terpakainya bahan bakar yang cukup besar. Berdasarkan
klasifikasi atau status bandara, menurut pelayanannya sesuai dengan rute
penerbangan dan peranan pemerintah dapat dibedakan atas: bandarainternasional,
bandara domestik, bandara internasional dan domestik.
bandar udara domestik
merupakan sebuah bandar udara yang hanya menangani penerbangan
domestik atau penerbangan di negara yang sama. Bandara domestik tidak
memiliki fasilitas bea cukai dan imigrasi dan tidak mampu menangani
penerbangan menuju atau dari bandara luar negeri.
bandar udara internasional
merupakan sebuah bandar udara yang dilengkapi dengan fasilitas bea
cukai dan imigrasi untuk menangani penerbangan internasional menuju
dan dari negara lainnya. Bandara sejenis itu umumnya lebih besar, dan
sering memiliki landasan lebih panjang dan fasilitas untuk menampung
pesawat besar yang sering digunakan untuk perjalanan internasional atau
antar benua.
Penentuan jenis bandar udara ini berdasarkan :
Kebutuhan masa sekarang dan yang akan datang dari kota dan lingkungan
sekitar bandar udara atau bahkan lingkup suatu negara tehadap luas
jangkauan jalur penerbangan
Kebutuhan politis yang disyaratkan misalnya sebuah bandara udara
internasional untuk sebuah ibukota negara dan sebuah bandara udara
domestik untuk ibukota propinsi atau sesuai pertimbangan politis lainnya.

Anda mungkin juga menyukai