Anda di halaman 1dari 13

1.

Definisi Ca Testis
Ca Testis adalah pertumbuhan sel-sel ganas di dalam testis (buah zakar), yang bisa
menyebabkan testis membesar atau menyebabkan adanya benjolan di dalam skrotum
(kantung zakar). Kanker testikuler, yang menempati peringkat pertama dalam kematian
akibat kanker diantara pria dalam kelompok umur 20 sampai 35 tahun, adalah kanker yang
paling umum pada pria yang berusia 15 tahun hingga 35 tahun dan merupakan malignansi
yang paling umum kedua pada kelompok usia 35 tahun hingga 39 tahun.

2. Patofisiologi Ca Testis
Penyebabnya yang pasti tidak diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang menunjang
terjadinya kanker testis. Testis undesensus (testis yang tidak turun ke dalam skrotum)
walaupun telah dikoreksi dengan operasi. Sindroma Klinefelter (suatu kelainan kromosom
seksual yang ditandai dengan rendahnya kadar hormon pria, kemandulan, pembesaran
payudara (ginekomastia) dan testis yang kecil). Perkembangan testis yang abnormal. Testis
desensus dan sindroma klinefelter ini dapat menyebabkan diferensiasi dan proliferasi dari
testis yang terganggu sehingga sel leydig yang ada didalam testis tersebut tidak mampu
untuk menghasilkan hormone testosterone dalam jumlah yang cukup, dimana hormone
testosterone ini berfungsi dalam proses diferensiasi dari vas deferen dan vesika seminalis.
FSH dan ICSH akan dilepaskan oleh kelenjar hipofisis berfungsi dalam spermatogenesis.
Karena ketidakseimbangan hormon ini kelenjar hipofisis mengalami suatu mekanisme
kompensasi untuk dapat memenuhi ketidakseimbangan hormone FSH dan ICSH tersebut.
Mekanisme kompensasi tersebut menyebabkan ICSH tersebut meningkat dalam jumlah yang
banyak untuk merangsang sel leydig untuk terus mengahasilkan hormone testosterone.
Akibat sel leydig tersebut terus dipacu, sel leydig tersebut bertambah banyak dan tidak
terkontrol yang dapat menjadi kaganasan sehingga testis terus membesar.
Tumor testis pada mulanya berupa lesi intratestikuler yang akhinya mengenai seluruh
parenkim testis. Sel-sel tumor kemudian menyebar ke rete testis, epididimis, funikulus
spermatikus, atau bahkan ke kulit scrotum. Tunika albugenia merupakan barrier yang sangat
Kanker testis ini menyebabkan kerusakan jaringan saraf, infiltrasi sistem suplay syaraf, ini
terjadi karena adanya penekanan pada saraf di daerah testis sehingga menyebabkan nyeri.
Dalam proses pertumbuhan sel kanker memerlukan energi yang lebih banyak sehingga tubuh
berkompensasi dengan Hipermetabolik. Faktor lainnya yang kemungkinan menjadi penyebab
dari kanker testis tetapi masih dalam taraf penelitian adalah pemaparan bahan kimia tertentu
dan infeksi oleh HIV, infeksi genetik dan endokrin. Jika di dalam keluarga ada riwayat
kanker testis, maka resikonya akan meningkat. Kanker testis jarang dijumpai pada pria
berkulit berwarna dan angka kematian tidak lebih dari 1%. Kanker ini akan menyebar ke
limfonodus dan kemungkinan ke paru-paru, hati, visera, dan tulang. Sebanyak 1% dari semua
kanker pada pria merupakan kanker testis. Kanker testis merupakan kanker yang paling
sering ditemukan pada pria berusia 15 sampai 40 tahun.

3. Manifestasi klinis Ca Testis


Gejala yang timbul dengan sangat bertahap dengan masa atau benjolan pada testis yang
secara umum pembesaran testis yang tidak nyeri. Pasien dapat mengeluh rasa sesak pada
bagian sekrotum ini mungkin di sebabkan karena ruang skrotum yang terdesak karenan
pertumbuhan masa tumor ini, selain itu juga dapat di temukan sakit pinggang akibat peluasan
nodus retroperineal, nyeri abdomen, pengerasan pada testis, pembengakakan pada testis, rasa
berat pada testis, penurunan berat badan akibat nutrisi bagi sel di ambil oleh sel tumor yang
berkembang, dan kelemahan, apa bila terjadi metastasis gejalanya yang timbul akan
menyesuaikan dengan organ yang terkena tumor, misalnya bermetastasis ke paru mingkin
akan menyebabkan penurunan fungsi paru.

4. Pemeriksaan fisik dan diagnostik


Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan testis mandiri (PTM) harus dilakukan 1 kali setiap bulan. Pemeriksaan ini tidak
sulit juga tidak memerlukan waktu yang lama. Paling sesuai dilakukan adalah setelah mandi
hangat atau mandi pancur ketika skrotum dalam keadaan lebih rileks.
Langkah langkah pemeriksaan :
1. Gunakan kedua tangan untuk meraba testis. Testis yang normal adalah berkonsistensi
lembut dan kerasnya merata.
2. Dengan jari telunjuk dan jari tengah di bawah testis dan ibu jari di atas, putar testis
dengan perlahan dalam bidang horizontal antara ibu jari dan jari jari.
3. Rasakan terhadap adanya setiap bentuk benjolan kecil atau abnormalitas.
4. Ikuti prosedur yang sama dan palpasi ke arah atas sepanjang testis.
5. Temukan epididymis, struktur seperti tali pada bagian atas dan belakang testis yang
menyimpan dan mentranspor sperma.
6. Ulangi pemeriksaan untuk testis lainnya adalah normal untuk menemukan bahwa testis
yang satu lebih besar dari testis lainnya.
7. Jika anda menemukan adanya benjolan kecil, sebesar kacang, konsulkan dokter anda.
Kemungkinan hal tersebut adalah suatu infeksi atau pertumbuhan tumor. (smeltzer ;
2001)
Pemeriksaan diagnostik
- USG Skrotum
- Pemeriksaan darah untuk petanda tumor AFP (Alfa Fetoprotein), HCG (Human Choioric
Gonadotropin) yang mungkin meningkat pada pasien dengan kanker testis.
- Teknik imunositokimia yang terbaru dapat membantu mengidentifikasi sel sel yang
tampaknya mneghasilkan penanda kanker.
- Urografi intravena untuk mendeteksi segala bentuk penyimpangan uretral yang
disebabkan oleh massa tumor.
- Limfangiographi untuk mengkaji keluasan penyebaran tumor ke system limfatik
- Pemindai CT dada dan abdomen untuk menentukan keluasan penyakit dalam paru paru
dan retroperineum.
- Biopsy jaringan.

5. Penatalaksanaan Ca Testis
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk menyingkirkan penyakit dan mencapai penyembuhan.
Testis diangkat dengan orchidektomi melalui suatu insisi inguinal dengan ligasi tinggi korda
spermatikus. Prostesis yang terisi dengan gel dapat ditanamkan untuk mengisi testis yang
hilang. Setelah orchidektomi unilateral untuk kanker testis sebagian besar pasien tidak
mengalami kerusakan fungsi endokrin.
Diseksi nodus limfe retroperineal (RPLND) untuk mencegah penyebaran kanker melalui
jalur limfatik mungkin dilakukan setelah orkhioektomi.
Iradiasi nodus limfe pascaoperatif dari diafragma sampai region iliaka digunakan untuk
mengatasi seminoma dan hanya diberikan pada tempat tumor saja. Radiasi juga digunakan
untuk pasien yang tidak menunjukkan respon terhadap kemoterapi atau bagi mereka yang
tidak direkomendasikan untuk dilakukan pembedahan nodus limfe
Karsinoma testis sangat responsive terhadap terapi medikasi. Kemoterapi multiple dengan
sisplantin dan preparat lainnya seperti vinblastin, bleomisin, daktinomisin dan siklofosfamid
memberikan persentase remisi yang tinggi.
Penatalaksanaan lain :
a. Untuk kanker testis dilakukan pembedahan untuk mengangkat testis yang terkena.
Diberikan radiasi dan kemoterapi.
b. Pada pria dengan kanker testis dilakukan pemeriksaan sinar-X toraks dan biopsy kelenjar
limfe untuk menyingkirkan metastasis.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Adapun yang harus dikaji pada pasien CA TESTIS adalah

Gejala: Kelemahan dan/atau keletihan. Perubahan pada pola istirahat


dan jam kebiasaan tidur pada malam hari; adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi tidur, misalnya nyeri, ansietas, berkeringat malam.
Aktivitas/istirahat
Keterbatasan partisipasi dalam hobby, latihan.
Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan,
tingkat stress tinggi.
Gejala: Palpitasi, nyeri dada pada pengerahan kerja.
Sirkulasi
Kebiasaan: Perubahan pada tekanan darah.
Gejala: Faktor stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara
mengatasi stress (misalnya merokok, minum alkohol, menunda
mencari pengobatan, keyakinan religious/spiritual).
Integritas ego Masalah tentang perubahan dalam penampilan, misalnya alopesia, lesi
cacat, pembedahan. Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya,
putus asa, tidak mampu, tidak bermakna, rasa bersalah, kehilangan
control, depresi. Tanda: Menyangkal, menarik diri, marah.
Gejala: Perubahan pada pola defekasi, misalnya darah pada feses,
nyeri pada defekasi. Perubahan eliminasi urinarius, misalnya nyeri
Eliminasi
atau rasa terbakar pada saat berkemih, hematuri, sering berkemih.
Tanda: Perubahan pada bising usus, distensi abdomen.
Gejala: Kebiasaan diet buruk (misalnya rendah serat, tinggi lemak,
adiktif, bahan pengawet). Anoreksia, mual/muntah. Intoleransi
Makanan/cairan makanan. Perubahan pada berat badan; penurunan berat badan,
kakeksia, berkurangnya massa otot. Tanda: Perubahan pada
kelembaban/turgor kulit; edema.
Neurosensori Gejala: Pusing; sinkope.
Nyeri/kenyamanan Gejala: Tidak ada nyeri, atau derajat bervariasi, misalnya
ketidaknyamanan ringan sampai nyeri berat (dihubungkan dengan
proses penyakit).
Gejala: Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang
Pernapasan
yang merokok) Pemajanan asbes
Gajala: Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen.
Keamanan Pemajanan matahari lama/berlebihan. Tanda: Demam. Ruam kulit,
ulserasi.
Gejala: Masalah seksualitas, misalnya dampak pada hubungan,
perubahan pada tingkat kepuasan. Nuligravida lebih besar dari usia 30
Seksualitas
tahun. Multigravida, pasangan seks multiple, aktivitas seksual dini.
Herpes genital.
Gejala: Ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung.
Riwayat perkawinan (berkenaan dengan kepuasan di rumah,
Interaksi sosial
dukungan, atau bantuan). Masalah rentang fungsi/tanggung jawab
peran.
Gejala: Riwayat kanker pada keluarga, misalnya ibu atau bibi dengan
kanker payudara. Sisi primer: penyakit primer dalam rumah tangga
ditemukan/didiagnosis.
Penyuluhan/pembelajaran
Penyakit metastatik: sisi tambahan yang terlibat; bila tidak ada,
riwayat alamiah dari primer akan memberikan informasi penting
untuk mencari metastatik.

2. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri kronis berhubungan dengan ketidakmampuan fisik-psikososial kronis (kanker)
ditandai dengan px mengeluh nyeri tumpul pada area testis, depresi, kelelalahan,
gangguan aktifitas, perubahan pola tidur
2. Disfungsi seksual b.d perubahan struktur tubuh t.d perubahan dalam mencapai kepuasan
sosial, Keletihan b.d malnutrisi t.d klien mengeluh kekurangan energi, letargi, kelelahan
3. Kurang pengetahuan b.d kurangnya pajanan informasi tentang penyakitnya t.d klien
bertanya-tanya tentang penyakitnya, klien tampak bingung
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d factor biologi t.d berat badan menurun >20%
dari batas ideal, kehilangan masa otot, kurangnya keinginan untuk makan
5. Kecemasan b.d perubahan status kesehatan ditandai dengan klien mengeluh cemas,
iritabilitas, kurang istirahat
6. Gangguan body image b.d penyakit t.d klien mengeluh malu terhadap sakit di testis,
klien menunjukkan respon non verbal perubahan perilaku
7. Risiko kerusakan intergritas kulit b.d perubahan sirkulasi

3. Intervensi
1. Nyeri kronis berhubungan dengan ketidakmampuan fisik-psikososial kronis (kanker)
ditandai dengan px mengeluh nyeri tumpul pada area testis, depresi, kelelalahan, gangguan
aktifitas, perubahan pola tidur

.TUJUAN INTERVENSI
Tujuan : Setelah diberikan asuhan 1. NIC Label >> Pain Management
keperawatan selama . Diharapkan 1. Observasi respon verbal dan nonverbal pasien terhadap
nyeri terkontrol dengan kriteria hasil: nyeri
2. Monitor kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri
NOC Label >> Depression Level
3. Tingkatkan istirahat dan tidur yang adekuat
1. Tidak ada mood depresi 4. Kelola analgetik
2. Ketertarikan terhadap aktivitas 5. Jelaskan pada pasien penyebab nyeri
6. Ajarkan teknik nonfarmakologis (relaksasi, masase
meningkat
3. Tidak ada gangguan konsentrasi punggung)
4. Tidak ada keletihan
5. Tidak ada gangguan tidur
2. NIC Label >> Analgetic Administration
NOC Label >> Pain Control
1. Pasien melaporkan nyeri Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat
terkontrol nyeri sebelum pemberian obat
2. Pasien menyadari onset nyeri Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan
3. Pasien mampu menentukan
frekuensi
factor penyebab nyeri
Cek riwayat alergi
NOC Label >> Pain Level
Pilih analgetik yang diperlukan atau kombinasi dari
1. Tidak ada ekspresi menahan
nyeri dan ungkapan secara analgetik ketika pemberian lebih dari satu
verbal Tentukan pilihan analgetik tergantung tipe dan beratnya
2. Tidak ada tegangan otot
3. Pasien tidak mengerang dan nyeri

menangis Tentukan analgetik pilihan, rute pemberian dan dosis


optimal
Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan
nyeri secara teratur
Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
anlgetik pertama kali
Berikan analgetik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
Mengvaluasi efektifitas analgetik, tanda dan gejala
(efek samping)

3. NIC Label >> Vital Sign Monitoring


Monitor tekanan darah, denyut nadi, suhu tubuh, dan
status pernapasan yang sesuai
Monitor tekanan darah pasien setelah minum obat
Pantau dan laporkan tanda dan gejala dari hipothermia
dan hiperthermia
Monitor kualitas denyut nadi
Monitor irama dan denyut jantung
Monitor irama pernapasan
Monitor warna kulit, suhu tubuh, dan kelembaban
Mengidentifikasi kemungkinan penyebab dari perubahan
tanda-tanda vital

2. Disfungsi seksual b.d perubahan struktur tubuh t.d perubahan dalam mencapai kepuasan
sosial, Keletihan b.d malnutrisi t.d klien mengeluh kekurangan energi, letargi, kelelahan

TUJUAN INTERVENSI
Setelah dilakukan asuhan keperawatan <<NIC LABEL: Sexual Counseling>>
selama x 24 jam, diharapkan disfungsi 1. Menentukan jumlah rasa bersalah seksual yang
seksual klien dapat diatasi, dengan criteria berhubungan dengan persepsi pasien tentang
hasil : faktor-faktor penyebab penyakit
<<NOC LABEL : Sexual Functioning>> 2. Merujuk pasien ke ahli terapi seks
Klien mampu mencapai gairah seksual 3. Membahas obat berpengaruh pada seksualitas
4. Membahas pengetahuan pasien tentang seksualitas
(Skala 5).
Klien mampu ereksi (Skala 5). secara umum
Klien mampu mencapai gairah untuk 5. Membahas modifikasi yang diperlukan dalam

orgasme(Skala 5). kegiatan seksual


6. Menggunakan humor dan mendorong pasien untuk
Klien mampu mengekspresikan minat
menggunakan humor untuk meredakan kecemasan
seksual (skala 5)
Klien mampu mengungkapkan atau rasa malu
7. Menyertakan pasangan / partner seksual dalam
kenyamanan seksual. (skala 5).
<<NOC LABEL : Body Image>> konseling sebisa mungkin.
Klien merasakan kepuasan pada dirinya <<NIC LABEL: Teaching Sexuality>>
1. Menjelaskan anatomi dan fisiologi manusia dari
(Skala 5)
Klien mampu menyesuaikan diri wanita dan pria.
2. Menjelaskan anatomi fisiologi dan anatomi
terhadap perubahan fungsi tubuh. (skala
reproduksi manusia.
5) 3. Orang tua mendukung peran sebagai pendidik
Klien mampu menyesuaikan diri
sexulity utama anak-anak mereka.
terhadap perubahan status kesehatan <<NIC LABEL: Reproductive Technology
(Skala 5) Management>>
1. Membantu pasien untuk fokus pada bidang
kehidupan keberhasilan berhubungan dengan
status kesuburan
2. Membantu dengan prosedur fertilisasi
3. Menjadwalkan tindak lanjut tes

3. Kurang pengetahuan b.d kurangnya pajanan informasi tentang penyakitnya t.d klien
bertanya-tanya tentang penyakitnya, klien tampak bingung.

Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria Intervensi
Masalah Kolaborasi Hasil
Kurang Pengetahuan NOC: NIC :
Berhubungan dengan : Kowlwdge : disease Kaji tingkat pengetahuan pasien dan
keterbatasan kognitif, process keluarga
interpretasi terhadap Kowledge : health Jelaskan patofisiologi dari penyakit
informasi yang salah, Behavior dan bagaimana hal ini berhubungan
kurangnya keinginan untuk Setelah dilakukan dengan anatomi dan fisiologi, dengan
mencari informasi, tidak tindakan keperawatan cara yang tepat.
mengetahui sumber-sumber selama . pasien Gambarkan tanda dan gejala yang
informasi. menunjukkan biasa muncul pada penyakit, dengan
pengetahuan tentang cara yang tepat
proses penyakit dengan Gambarkan proses penyakit, dengan
DS: Menyatakan secara kriteria hasil:
cara yang tepat
verbal adanya masalah Pasien dan keluarga
DO: ketidakakuratan Identifikasi kemungkinan penyebab,
menyatakan dengan cara yang tepat
mengikuti instruksi, pemahaman tentang
perilaku tidak sesuai Sediakan informasi pada pasien
penyakit, kondisi,
tentang kondisi, dengan cara yang
prognosis dan program
tepat
pengobatan
Pasien dan keluarga Sediakan bagi keluarga informasi
mampu melaksanakan tentang kemajuan pasien dengan cara
prosedur yang yang tepat
dijelaskan secara Diskusikan pilihan terapi atau
benar penanganan
Pasien dan keluarga Dukung pasien untuk mengeksplorasi
mampu menjelaskan atau mendapatkan second opinion
kembali apa yang dengan cara yang tepat atau
dijelaskan perawat/tim diindikasikan
kesehatan lainnya Eksplorasi kemungkinan sumber atau
dukungan, dengan cara yang tepat

4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d factor biologi t.d berat badan menurun >20% dari
batas ideal, kehilangan masa otot, kurangnya keinginan untuk makan.
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
Ketidakseimbangan NOC: Kaji adanya alergi makanan
nutrisi kurang dari aNutritional status: Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
kebutuhan tubuh Adequacy of nutrient menentukan jumlah kalori dan nutrisi
Berhubungan dengan : b Nutritional Status : yang dibutuhkan pasien
Ketidakmampuan untuk food and Fluid Intake Yakinkan diet yang dimakan
memasukkan atau mencerna cWeight Control mengandung tinggi serat untuk
nutrisi oleh karena faktor Setelah dilakukan mencegah konstipasi
biologis, psikologis atau tindakan keperawatan Ajarkan pasien bagaimana membuat
ekonomi. selama.nutrisi kurang catatan makanan harian.
DS: teratasi dengan indikator: Monitor adanya penurunan BB dan
-Nyeri abdomen Albumin serum gula darah
-Muntah Pre albumin serum Monitor lingkungan selama makan
-Kejang perut Hematokrit Jadwalkan pengobatan dan tindakan
-Rasa penuh tiba-tiba setelah Hemoglobin
makan tidak selama jam makan
Total iron binding Monitor turgor kulit
DO: capacity
-Diare Monitor kekeringan, rambut kusam,
Jumlah limfosit total protein, Hb dan kadar Ht
-Rontok rambut yang
berlebih Monitor mual dan muntah
-Kurang nafsu makan Monitor pucat, kemerahan, dan
-Bising usus berlebih kekeringan jaringan konjungtiva
-Konjungtiva pucat Monitor intake nuntrisi
-Denyut nadi lemah Informasikan pada klien dan keluarga
tentang manfaat nutrisi
Kolaborasi dengan dokter tentang
kebutuhan suplemen makanan seperti
NGT/ TPN sehingga intake cairan
yang adekuat dapat dipertahankan.
Atur posisi semi fowler atau fowler
tinggi selama makan
Kelola pemberan anti emetik:.....
Anjurkan banyak minum
Pertahankan terapi IV line
Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas
oval

5. Kecemasan b.d perubahan status kesehatan ditandai dengan klien mengeluh cemas,
iritabilitas, kurang istirahat.
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
Kecemasan berhubungan NOC : NIC :
dengan - Kontrol kecemasan Anxiety Reduction (penurunan
- Koping kecemasan)
Faktor keturunan, Krisis Setelah dilakukan asuhan Gunakan pendekatan yang
situasional, Stress, selama klien menenangkan
perubahan status kesehatan, kecemasan teratasi dgn Nyatakan dengan jelas harapan
ancaman kematian, kriteria hasil: terhadap pelaku pasien
perubahan konsep diri, Klien mampu Jelaskan semua prosedur dan apa
kurang pengetahuan dan mengidentifikasi dan yang dirasakan selama prosedur
mengungkapkan Temani pasien untuk memberikan
hospitalisasi
gejala cemas
keamanan dan mengurangi takut
Mengidentifikasi,
Berikan informasi faktual
mengungkapkan dan
DO/DS: mengenai diagnosis, tindakan
menunjukkan tehnik
prognosis
- Insomnia untuk mengontol
cemas Libatkan keluarga untuk
- Kontak mata kurang mendampingi klien
- Kurang istirahat Vital sign dalam batas
normal Instruksikan pada pasien untuk
- Berfokus pada diri sendiri
Postur tubuh, ekspresi menggunakan tehnik relaksasi
- Iritabilitas
- Takut wajah, bahasa tubuh Dengarkan dengan penuh
- Nyeri perut dan tingkat aktivitas perhatian
- Penurunan TD dan denyut menunjukkan Identifikasi tingkat kecemasan
nadi berkurangnya Bantu pasien mengenal situasi
- Diare, mual, kelelahan kecemasan yang menimbulkan kecemasan
- Gangguan tidur Dorong pasien untuk
- Gemetar mengungkapkan perasaan,
- Anoreksia, mulut kering ketakutan, persepsi
- Peningkatan TD, denyut Kelola pemberian obat anti
nadi, RR cemas:........
- Kesulitan bernafas
- Bingung
- Bloking dalam pembicaraan
- Sulit berkonsentrasi

6. Gangguan body image b.d penyakit t.d klien mengeluh malu terhadap sakit di testis, klien
menunjukkan respon non verbal perubahan perilaku

Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria Intervensi
Masalah Kolaborasi Hasil
Gangguan body image NOC: NIC :
berhubungan dengan: Body image Body image enhancement
Biofisika (penyakit kronis), Self esteem - Kaji secara verbal dan nonverbal
kognitif/persepsi (nyeri Setelah dilakukan respon klien terhadap tubuhnya
kronis), kultural/spiritual, tindakan keperawatan - Monitor frekuensi mengkritik
penyakit, krisis situasional, selama . gangguan dirinya
trauma/injury, pengobatan body image - Jelaskan tentang pengobatan,
(pembedahan, kemoterapi, pasien teratasi dengan perawatan, kemajuan dan prognosis
radiasi) kriteria hasil: penyakit
DS: Body image positif - Dorong klien mengungkapkan
- Depersonalisasi bagian Mampu perasaannya
tubuh mengidentifikasi - Identifikasi arti pengurangan
- Perasaan negatif tentang kekuatan personal melalui pemakaian alat bantu
tubuh Mendiskripsikan - Fasilitasi kontak dengan individu
- Secara verbal menyatakan secara faktual lain dalam kelompok kecil
perubahan gaya hidup perubahan fungsi
DO : tubuh
- Perubahan aktual struktur Mempertahankan
dan fungsi tubuh
interaksi sosial
- Kehilangan bagian tubuh
- Bagian tubuh tidak
berfungsi

7. Kerusakan intergritas jaringan b.d perubahan sirkulasi

Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria Intervensi
Masalah Kolaborasi Hasil
Kerusakan integritas NOC: NIC :
jaringan Tissue integrity : skin Pressure ulcer prevention
berhubungan dengan: and mucous Wound care
Gangguan sirkulasi, iritasi membranes - Anjurkan pasien untuk menggunakan
kimia (ekskresi dan sekresi Wound healing : pakaian yang longgar
tubuh, medikasi), defisit primary and secondary - Jaga kulit agar tetap bersih dan kering
cairan, kerusakan mobilitas intention - Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien)
fisik, keterbatasan Setelah dilakukan setiap dua jam sekali
pengetahuan, faktor tindakan keperawatan - Monitor kulit akan adanya kemerahan
mekanik (tekanan, selama . kerusakan - Oleskan lotion atau minyak/baby oil
gesekan),kurangnya nutrisi, integritas jaringan pada daerah yang tertekan
radiasi, faktor suhu (suhu pasien teratasi dengan - Monitor aktivitas dan mobilisasi
yang ekstrim) kriteria hasil: pasien
DO : Perfusi jaringan - Monitor status nutrisi pasien
- Kerusakan jaringan normal - Memandikan pasien dengan sabun dan
(membran mukosa, Tidak ada tanda-tanda air hangat
integumen, subkutan) infeksi - Kaji lingkungan dan peralatan yang
Ketebalan dan tekstur menyebabkan tekanan
jaringan normal - Observasi luka : lokasi, dimensi,
Menunjukkan kedalaman luka, karakteristik,warna
cairan, granulasi, jaringan nekrotik,
pemahaman dalam
tanda-tanda infeksi lokal, formasi
proses perbaikan kulit
traktus
dan mencegah terjadinya
- Ajarkan pada keluarga tentang luka
cidera berulang
dan perawatan luka
Menunjukkan
- Kolaborasi ahli gizi pemberian diet
terjadinya proses TKTP, vitamin
penyembuhan luka - Cegah kontaminasi feses dan urin
- Lakukan tehnik perawatan luka
dengan steril
- Berikan posisi yang mengurangi
tekanan pada luka
- Hindari kerutan pada tempat tidur

Admin. 2015. Kanker Testis. (http://www.asiancancer.com/indonesian/cancer-


topics/testicular-cancer/), diakses pada 14 Februari 2017.
Judith., et all. 2002. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta:EGC.
Narwhal. 2013. Kanker Testis / Testicular Cancer. (https://kanker-
testis.com/2013/11/30/orchiectomy/), diakses pada 15 Februari 2017.

Anda mungkin juga menyukai