BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kulit adalah organ kompleks yang memberikan pertahanan tubuh pertama
terhadap kemungkinan lingkungan yang merugikan. Kulit melindungi tubuh
terhadap infeksi, mencegah kehilangan cairan tubuh, membantu mengontrol
suhu tubuh, berfungsi sebagai organ eksretori dan sensori, membantu dalam
proses aktivasi vitamin D, dan mempengaruhi citra tubuh. Luka bakar adalah
hal yang umum, namun merupakan bentuk cedera kulit yang sebagian besar
dapat dicegah ( Horne dan Swearingen, 2000 ).
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter,
jenis yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif
tinggi dibandingkan dengan cedera oleh sebab lain. Biaya yang dibutuhkan
juga cukup mahal untuk penanganannnya. Penyebab luka bakar selain karena
api ( secara langsung ataupun tidak langsung ), juga karena pajanan suhu
tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau
akibat tidak langsung dari api ( misalnya tersiram panas ) banyak terjadi pada
kecelakaan rumah tangga (Sjamsuhidajat, 2005 ).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi luka bakar?
2. Bagaimana etiologi luka bakar?
3. Bagaimana tanda dan gejala luka bakar?
4. Bagaimana klasifikasi luka bakar?
5. Bagaimana patofisiologi luka bakar?
6. Bagaimana perubahan fisiologis pada luka bakar?
7. Bagaimana indikasi rawat inap luka bakar?
8. Bagaimana penatalaksanaan terhadap luka bakar?
9. Bagaimana pengkajian pada luka bakar?
10. Bagaimana diagnosa keperawatan pada luka bakar?
11. Bagaimana tujuan keperawatan luka bakar?
12. Bagaimana intervensi pada luka bakar?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi luka bakar
2. Untuk mengetahui etiologi luka bakar
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala luka bakar
4. Untuk mengetahui klasifikasi luka bakar
2
1.4 Manfaat
Makalah tentang LUKA BAKAR ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan bagi pembaca.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus
listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan
yang lebih dalam (Irna Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001).
Luka bakar adalah injury pada jaringan yang disebabkan oleh suhu
panas, kimia, elektrik, radiasi dan thermal. (Djohansjah, M, dkk, 1991:
365)
Luka bakar adalah luka yang terjadi bila sumber panas bersentuhan
3
dengan tubuh atau jaringan dan besarnya luka ditentukan oleh tingkat
panas atau suhu dan lamanya terkena. (Doengoes, Marilynn E.2000 )
2.2 Etiologi
1. Luka Bakar Suhu Tinggi(Thermal Burn)
a. Gas
b. Cairan
c. Bahan padat (Solid)
2. Luka Bakar Bahan Kimia (hemical Burn)
3. Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn)
4. Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury)
fungsional.
3. Keadaan hipermetabolisme.
C. Fase lanjut.
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka
dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul
pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid,
gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur.
Lebih dalam Kontak dengan Blister besar dan lembab Berbintik- Sangat
dari ketebalan bahan air atau yang ukurannya bintik yang nyeri
partial bahan padat. bertambah besar. kurang jelas,
(tingkat II) Jilatan api Pucat bial ditekan putih, coklat,
- Super kepada pakaian. dengan ujung jari, bila pink, daerah
fisial Jilatan langsung tekanan dilepas berisi merah coklat.
- Dalam kimiawi. kembali.
Sinar ultra
violet.
5
Ketebalan Kontak dengan Kering disertai kulit Putih, kering, Tidak sakit,
sepenuhnya bahan cair atau mengelupas. hitam, coklat sedikit
(tingkat III) padat. Pembuluh darah seperti tua. sakit.
Nyala api. arang terlihat dibawah Hitam. Rambut
Kimia. kulit yang mengelupas. Merah. mudah
Kontak dengan Gelembung jarang, lepas bila
arus listrik. dindingnya sangat tipis, dicabut.
tidak membesar.
Tidak pucat bila ditekan.
A. Parah critical:
a) Tingkat II : 30% atau lebih.
b) Tingkat III : 10% atau lebih.
c) Tingkat III pada tangan, kaki dan wajah.
d) Dengan adanya komplikasi penafasan, jantung, fractura,
soft tissue yang luas.
Bahan B.
KimiaSedang moderate:
Termis Radiasi Listrik/petir
a) Tingkat II : 15 30%
BiologisIII LUKA :BAKAR Psikologis MK:
b) Tingkat 1 10% Gangguan
Konsep diri
Kurang
pengetahuan
Anxietas
Pada C.
Wajah Ringan
Diminor:
ruang tertutup Kerusakan kulit
Kerusakan mukosa
a) Tingkat II
Keracunan gas CO
: kurang 15%
Penguapan meningkat
Masalah Keperawatan:
b) Tingkat III : kurang 1% Resiko tinggi terhadap infeksi
Gangguan rasa nyaman
Oedema laring CO mengikat Hb Peningkatan pembuluh Ganguan aktivitas
darah kapiler Kerusakan integritas kulit
Gangguan sirkulasi
makro
2.9 Penatalaksanaan
Dalam Iswinarno (2003) prinsip penatalaksanaan dibagi menjadi tiga fase,
yaitu fase akut, subakut dan lanjut.
Pada Fase Akut / Awal :
Cedera inhalasi merupakan factor yang secara nyata memiliki korelasi
dengan angka mortalitas. Kematian akibat cedera inhalasi terjadi dalam
waktu singkat, dalam 8 sampai 24 jam pertama pasca cedera. Pemasangan
pipa endotrakea dan atau krikotirotomi merupakan suatu tindakan
mandatorik pada kasus dengan kecurigaan adanya cedera inhalasi.
Sementara penatalaksanaan lanjutan setelah tindakan penyelamatan
tersebut ( terapi inhalasi, pembebasan saluran nafas dari produk secret
mukosa, pengaturan posisi penderita dan fisioterapi seawall mungkin).
Masing- masing turut berperan dalam keberhasilan terapi awal. Penderita
yang bertahan hidup setelah ancaman cedera inhalasi dalam waktu 8- 24
jam pertama ini, masih dihadapkan pada komplikasi saluran pernafasan
13
yang biasanya terjadi dalam 3-5 hari pasca trauma. Komplikasi dari cedera
inhalasi, dikenal sebagai kondisi ARDS, yang juga memiliki prognosis
sangat buruk.
1) Penanggulangan terhadap shock, terutama syok hipovolemik yang
merupakan suatu proses yang terjadi pada luka bakar sedang
sampai berat.( Baxter, Barkland).
2) Mengatasi gangguan keseimbangan cairan
Protokol pemberian cairan mengunakan rumus Brooke yang sudah
dimodifikasi yaitu :
24 jam I : Ciran Ringer Lactat : 2,5 4 cc/kg BB/% LB.
Dimana bagian diberikan dalam 8 jam pertama (dihitung mulai
dari jam kecelakaan) dan bagian lagi diberikan dalam 16 jam
berikutnya.
24 jam II : Cairan Dex 5 % in Water : 24 x (25 + % LLB) X BSA
cc.
Albumin sebanyak yang diperlukan, (0,3 0,5 cc/kg/%).
3) Mengatasi gangguan pernafasan
4) Mengatasi infeksi
5) Eksisi luka scar dan skin graft.
6) Pemberian nutrisi dilakukan setelah keadaan umum pasien baik,
sebelumnya pasien dipuasakan.
7) Rahabilitasi
8) Penaggulangan terhadap gangguan psikologis.
dan penguapan yang terjadi tidak ahnya sekedar cairan namun juga melibatkan
protein dan energy (evaporation heat loss). Kondisi pertama yang terjadi adalah
hipotermi, yang disusul dengan menurunnya kadar protein total, khususnya
albumin. Imbalans protein timbul sebagai akibat, namun segera disusul oleh
imbalans karbohidrat dan lemak disamping imbalans cairan yang memang sudah
terjadi sebelumnya.
Gangguan keempat system homeostasis yang memicu pelepasan
katekolamin dan hormone stress lain, sehingga terjadi deteriorisasi system
pengaturan, dalam kondisi gangguan sirkulasi yang belum mencapai level normal
( dalam 3- 4 hari pasca cedera ), kondisi stress yang timbul merupakan faktor
yang memiliki nilai prognostik. Dengan kehilangan kulit yuang berperan sebagai
barier terhadap infeksi, invasi kuman menyebabkan sepsis luka yang yang
memperberat keadaan. Kedua hal tersebut diatas dapat menjadi factor yang
berperan dalam memicu timbulnya respons inflamasi sistemik, sepsis dan sindrom
disfungsi organ multiple.
Jaringan yang rusak melepas kompleks lipid- protein yang dulu dikenal
sebagai burn-toxin, memiliki kekuatan ribuan kali dibandingkan endotoksin. Zat
ini menyebabkan inhibisi proses fosforilasi oksidatif yang mengganggu fungsi sel
( Kremer 1978, 1979) dan memicu pelepasan sitokin dan mediator kimia lain yang
breperan pada proses inflamasi ( interleukin, tromboksane, tumor necrotizing
factor, prostaglandin, termasuk radikal bebas). Reaksi yang mulanya bersifat lokal
berkembang menjadi suatu bentuk reaksi sistemik, meliputi beberapa tahapan
(kaskade) yang rumit, dan berkaitan dengan status gizi dan system imunitas
penderita. Sindrom respons inflamasi sistemik yang berkembang tidak dapat
dihentikan melalui suatu system intervensi, sindrom disfungsi organ multiple
adalah rangkaian akhir dari perjalanan penyakit yang berakhir dengan kematian.
Bila sudah terjadi kegagalan organ ( jantung, paru , ginjal ), angka kematian
berkisar 70.
Penatalaksanaan secara sistematik dapat dilakukan :
1.Clothing
singkirkan semua pakaian yang panas atau terbakar. Bahan pakaian yang
15
menempel dan tak dapat dilepaskan maka dibiarkan untuk sampai pada fase
cleaning.
2.Cooling
Dinginkan daerah yang terkena luka bakar dengan menggunakan air mengalir
selama 20 menit, hindari hipotermia (penurunan suhu di bawah normal, terutama
pada anak dan orang tua). Cara ini efektif samapai dengan 3 jam setelah kejadian
luka bakar Kompres dengan air dingin (air sering diganti agar efektif tetap
memberikan rasa dingin) sebagai analgesia (penghilang rasa nyeri) untuk luka
yang terlokalisasi Jangan pergunakan es karena es menyebabkan pembuluh
darah mengkerut (vasokonstriksi) sehingga justru akan memperberat derajat luka
dan risiko hipotermia Untuk luka bakar karena zat kimia dan luka bakar di
daerah mata, siram dengan air mengalir yang banyak selama 15 menit atau lebih.
Bila penyebab luka bakar berupa bubuk, maka singkirkan terlebih dahulu dari
kulit baru disiram air yang mengalir.
3.Cleaning
pembersihan dilakukan dengan zat anastesi untuk mengurangi rasa sakit. Dengan
membuang jaringan yang sudah mati, proses penyembuhan akan lebih cepat dan
risiko infeksi berkurang
4.Chemoprophylaxis
pemberian anti tetanus, dapat diberikan pada luka yang lebih dalam dari
superficial partial- thickness (dapat dilihat pada tabel 4 jadwal pemberian
antitetanus). Pemberian krim silver sulvadiazin untuk penanganan infeksi, dapat
diberikan kecuali pada luka bakar superfisial. Tidak boleh diberikan pada wajah,
riwayat alergi sulfa, perempuan hamil, bayi baru lahir, ibu menyususi dengan bayi
kurang dari 2 bulan
5. Covering and
penutupan luka bakar dengan kassa. Dilakukan sesuai dengan derajat luka bakar.
Luka bakar superfisial tidak perlu ditutup dengan kasa atau bahan lainnya.
Pembalutan luka (yang dilakukan setelah pendinginan) bertujuan untuk
mengurangi pengeluaran panas yang terjadi akibat hilangnya lapisan kulit akibat
luka bakar. Jangan berikan mentega, minyak, oli atau larutan lainnya,
16
debridement.
Perawatan tertutup dilakukan dengan memberikan balutan yang
dimaksudkan untuk menutup luka dari kemungkinan kontaminasi.
Keuntungannya adalah luka tampak rapi, terlindung dan enak bagi penderita.
Hanya diperlukan tenaga dan biaya yang lebih karena dipakainya banyak
pembalut dan antiseptik. Untuk menghindari kemungkinan kuman untuk
berkembang biak, sedapat mungkin luka ditutup kasa penyerap (tole) setelah
dibubuhi dan dikompres dengan antispetik. Balutan kompres diganti beberapa kali
sehari. Pada waktu penggantian balut, eskar yang terkelupas dari dasarnya akan
terangkat, sehingga dilakukan debridement. Tetapi untuk LB luas debridement
harus lebih aktif dan dicuci yaitu dengan melakukan eksisi eskar.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a) Aktifitas/istirahat:
Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada
area yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.
b) Sirkulasi:
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi
(syok); penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera;
vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan
dingin (syok listrik); takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok
listrik); pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar).
c) Integritas ego:
Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri,
marah.
18
d) Eliminasi:
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna
mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan
kerusakan otot dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi
cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; khususnya
pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan
motilitas/peristaltik gastrik.
e) Makanan/cairan:
Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.
f) Neurosensori:
Gejala: area batas; kesemutan.
Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon
dalam (RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik);
laserasi korneal; kerusakan retinal; penurunan ketajaman penglihatan
(syok listrik); ruptur membran timpanik (syok listrik); paralisis (cedera
listrik pada aliran saraf).
g) Nyeri/kenyamanan:
Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara
eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan
suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara
respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada
keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
h) Pernafasan:
Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan
cedera inhalasi).
Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum;
19
i) Keamanan:
Tanda:
Kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5
hari sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa
luka.
Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian
kapiler lambat pada adanya penurunan curah jantung sehubungan
dengan kehilangan cairan/status syok.
terbakar.
Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot
tetanik sehubungan dengan syok listrik).
j) Pemeriksaan diagnostik:
(1) LED: mengkaji hemokonsentrasi.
(2) Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan
biokimia. Ini terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat
peningkatan dalam 24 jam pertama karena peningkatan kalium dapat
menyebabkan henti jantung.
(3) Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi
pulmonal, khususnya pada cedera inhalasi asap.
(4) BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
(5) Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen
menandakan kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.
(6) Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
(7) Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat
menurun pada luka bakar masif.
(8) Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi
asap.
dalam).
4 Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
Kehilangan cairan melalui rute abnormal. Peningkatan kebutuhan :
status hypermetabolik, ketidak cukupan pemasukan. Kehilangan
perdarahan.
5 Resiko tinggi kerusakan perfusi jaringan, perubahan/disfungsi
neurovaskuler perifer berhubungan dengan Penurunan/interupsi aliran
darah arterial/vena, contoh luka bakar seputar ekstremitas dengan
edema.
Rencana Keperawatan
Diagnosa
Tujuan dan
Keperawatan Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
Nyeri Pasien dapat Berikan anlgesik narkotik Analgesik narkotik
berhubungan mendemonstr yang diresepkan prn dan diperlukan utnuk
dengan asikan hilang sedikitnya 30 menit memblok jaras nyeri
Kerusakan dari sebelum prosedur dengan nyeri berat.
kulit/jaringan; ketidaknyam perawatan luka. Evaluasi Absorpsi obat IM buruk
pembentukan anan. keefektifannya. Anjurkan pada pasien dengan luka
edema. Kriteria analgesik IV bila luka bakar luas yang
Manipulasi evaluasi: bakar luas. disebabkan oleh
jaringan menyangkal perpindahan interstitial
cidera contoh nyeri, Pertahankan pintu kamar berkenaan dnegan
debridemen melaporkan tertutup, tingkatkan suhu peningkatan
luka. perasaan ruangan dan berikan permeabilitas kapiler.
22
diindikasikan. repitelisasi.
Menurunkan
Pertahankan balutan pembengkakan
diatas area graft baru /membatasi resiko
dan/atau sisi donor sesuai pemisahan graft.
indikasi. Gerakan jaringan
dibawah graft dapat
Cuci sisi dengan sabun mengubah posisi yang
ringan, cuci, dan minyaki mempengaruhi
dengan krim, beberapa penyembuhan optimal.
waktu dalam sehari, Area mungkin ditutupi
setelah balutan dilepas oleh bahan dengan
dan penyembuhan permukaan tembus
selesai. pandang tak reaktif.
Lakukan program
kolaborasi : Kulit graft baru dan sisi
- Siapkan / bantu donor yang sembuh
prosedur bedah/balutan memerlukan perawatan
biologis. khusus untuk
mempertahankan
kelenturan.
volume cairan sikan status kekuatan nadi perifer. cairan dan mengkaji
berhubungan cairan dan respon kardiovaskuler.
dengan biokimia Awasi pengeluaran urine
Kehilangan membaik. dan berat jenisnya. Penggantian cairan
cairan melalui Kriteria Observasi warna urine dititrasi untuk
rute abnormal. evaluasi: tak dan hemates sesuai meyakinkan rata-2
Peningkatan ada indikasi. pengeluaran urine 30-50
kebutuhan : manifestasi cc/jam pada orang
status dehidrasi, dewasa. Urine berwarna
hypermetaboli resolusi Perkirakan drainase luka merah pada kerusakan
k, ketidak oedema, dan kehilangan yang otot masif karena
cukupan elektrolit tampak adanyadarah dan
pemasukan. serum dalam keluarnya mioglobin.
Kehilangan batas normal, Peningkatan
perdarahan. haluaran Timbang berat badan permeabilitas kapiler,
urine di atas setiap hari perpindahan protein,
30 ml/jam. proses inflamasi dan
Ukur lingkar ekstremitas kehilangan cairan
yang terbakar tiap hari melalui evaporasi
sesuai indikasi mempengaruhi volume
sirkulasi dan
Selidiki perubahan pengeluaran urine.
mental Penggantian cairan
tergantung pada berat
badan pertama dan
Observasi distensi perubahan selanjutnya
abdomen,hematomesis,fe Memperkirakan luasnya
ces hitam. oedema/perpindahan
Hemates drainase NG cairan yang
dan feces secara periodik. mempengaruhi volume
Lakukan program sirkulasi dan
28
Temuan-temuan ini
mennadakan infeksi.
Kultur membantu
mengidentifikasi
patogen penyebab
sehingga terapi
antibiotika yang tepat
dapat diresepkan.
Karena balutan siis
tandur hanya diganti
setiap 5-10 hari, sisi ini
33
memberiakn media
kultur untuk
pertumbuhan bakteri.
Kulit adalah lapisan
pertama tubuh untuk
pertahanan terhadap
infeksi. Teknik steril dan
tindakan perawatan
perlindungan
lainmelindungi pasien
terhadap infeksi.
Kurangnya berbagai
rangsang ekstrenal dan
kebebasan bergerak
mencetuskan pasien
pada kebosanan.
Melindungi terhadap
tetanus.
energi.
BAB 4
PENUTUP
Kesimpulan
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik,
bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih
dalam.
Luka bakar adalah luka yang terjadi bila sumber panas bersentuhan dengan
tubuh atau jaringan dan besarnya luka ditentukan oleh tingkat panas atau suhu dan
lamanya terkena.
Luka bakar disebabkan oleh :
1. Luka Bakar Suhu Tinggi(Thermal Burn)
2. Luka Bakar Bahan Kimia (hemical Burn)
3. Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn)
4. Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury)
Fase Luka Bakar
A.Fase akut.
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal
penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas),
brething (mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi).
B.Fase sub akut.
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah
kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas.
C.Fase lanjut.
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut
akibat luka dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional.
Klasifikasi Luka Bakar :
A.Dalamnya luka bakar.
B.Luas luka bakar
C.Berat ringannya luka bakar
Indikasi Rawat Inap Luka Bakar
35