Anda di halaman 1dari 35

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kulit adalah organ kompleks yang memberikan pertahanan tubuh pertama
terhadap kemungkinan lingkungan yang merugikan. Kulit melindungi tubuh
terhadap infeksi, mencegah kehilangan cairan tubuh, membantu mengontrol
suhu tubuh, berfungsi sebagai organ eksretori dan sensori, membantu dalam
proses aktivasi vitamin D, dan mempengaruhi citra tubuh. Luka bakar adalah
hal yang umum, namun merupakan bentuk cedera kulit yang sebagian besar
dapat dicegah ( Horne dan Swearingen, 2000 ).
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter,
jenis yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif
tinggi dibandingkan dengan cedera oleh sebab lain. Biaya yang dibutuhkan
juga cukup mahal untuk penanganannnya. Penyebab luka bakar selain karena
api ( secara langsung ataupun tidak langsung ), juga karena pajanan suhu
tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau
akibat tidak langsung dari api ( misalnya tersiram panas ) banyak terjadi pada
kecelakaan rumah tangga (Sjamsuhidajat, 2005 ).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi luka bakar?
2. Bagaimana etiologi luka bakar?
3. Bagaimana tanda dan gejala luka bakar?
4. Bagaimana klasifikasi luka bakar?
5. Bagaimana patofisiologi luka bakar?
6. Bagaimana perubahan fisiologis pada luka bakar?
7. Bagaimana indikasi rawat inap luka bakar?
8. Bagaimana penatalaksanaan terhadap luka bakar?
9. Bagaimana pengkajian pada luka bakar?
10. Bagaimana diagnosa keperawatan pada luka bakar?
11. Bagaimana tujuan keperawatan luka bakar?
12. Bagaimana intervensi pada luka bakar?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi luka bakar
2. Untuk mengetahui etiologi luka bakar
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala luka bakar
4. Untuk mengetahui klasifikasi luka bakar
2

5. Untuk mengetahui patofisiologi luka bakar


6. Untuk mengetahui perubahan fisiologis pada luka bakar
7. Untu mengetahui indikasi rawat inap luka bakar
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan terhadap luka bakar
9. Untuk mengetahui pengkajian pada luka bakar
10. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan pada luka bakar
11. Untuk mengetahui tujuan keperawatan luka bakar
12. Untuk mengetahui intervensi pada luka bakar

1.4 Manfaat
Makalah tentang LUKA BAKAR ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan bagi pembaca.

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus
listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan
yang lebih dalam (Irna Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001).
Luka bakar adalah injury pada jaringan yang disebabkan oleh suhu
panas, kimia, elektrik, radiasi dan thermal. (Djohansjah, M, dkk, 1991:
365)
Luka bakar adalah luka yang terjadi bila sumber panas bersentuhan
3

dengan tubuh atau jaringan dan besarnya luka ditentukan oleh tingkat
panas atau suhu dan lamanya terkena. (Doengoes, Marilynn E.2000 )

2.2 Etiologi
1. Luka Bakar Suhu Tinggi(Thermal Burn)
a. Gas
b. Cairan
c. Bahan padat (Solid)
2. Luka Bakar Bahan Kimia (hemical Burn)
3. Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn)
4. Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury)

2.3 Fase Luka Bakar


A. Fase akut.
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan
mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme
bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya dapat
terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat
terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72
jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama
penderiat pada fase akut.
Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik.

B. Fase sub akut.


Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah
kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas.
Luka yang terjadi menyebabkan:
1. Proses inflamasi dan infeksi.
2. Problempenuutpan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang
atau tidak berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ organ
4

fungsional.
3. Keadaan hipermetabolisme.

C. Fase lanjut.
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka
dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul
pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid,
gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur.

2.4 Klasifikasi Luka Bakar


A. Dalamnya luka bakar.
Kedalaman Penyebab Penampilan Warna Perasaan
Ketebalan Jilatan api, sinar Kering tidak ada Bertambah Nyeri
partial ultra violet gelembung. merah.
superfisial (terbakar oleh Oedem minimal atau
(tingkat I) matahari). tidak ada.
Pucat bila ditekan
dengan ujung jari, berisi
kembali bila tekanan
dilepas.

Lebih dalam Kontak dengan Blister besar dan lembab Berbintik- Sangat
dari ketebalan bahan air atau yang ukurannya bintik yang nyeri
partial bahan padat. bertambah besar. kurang jelas,
(tingkat II) Jilatan api Pucat bial ditekan putih, coklat,
- Super kepada pakaian. dengan ujung jari, bila pink, daerah
fisial Jilatan langsung tekanan dilepas berisi merah coklat.
- Dalam kimiawi. kembali.
Sinar ultra
violet.
5

Ketebalan Kontak dengan Kering disertai kulit Putih, kering, Tidak sakit,
sepenuhnya bahan cair atau mengelupas. hitam, coklat sedikit
(tingkat III) padat. Pembuluh darah seperti tua. sakit.
Nyala api. arang terlihat dibawah Hitam. Rambut
Kimia. kulit yang mengelupas. Merah. mudah
Kontak dengan Gelembung jarang, lepas bila
arus listrik. dindingnya sangat tipis, dicabut.
tidak membesar.
Tidak pucat bila ditekan.

B. Luas luka bakar


Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal
dengan nama rule of nine atua rule of wallace yaitu:
1) Kepala dan leher : 9%
2) Lengan masing-masing 9% : 18%
3) Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
4) Tungkai maisng-masing 18% : 36%
5) Genetalia/perineum : 1%
Total : 100%
C. Berat ringannya luka bakar
Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan beberapa faktor
antara lain :
1) Persentasi area (Luasnya) luka bakar pada permukaan
tubuh.
2) Kedalaman luka bakar.
3) Anatomi lokasi luka bakar.
4) Umur klien.
5) Riwayat pengobatan yang lalu.
6) Trauma yang menyertai atau bersamaan.
American college of surgeon membagi dalam:
6

A. Parah critical:
a) Tingkat II : 30% atau lebih.
b) Tingkat III : 10% atau lebih.
c) Tingkat III pada tangan, kaki dan wajah.
d) Dengan adanya komplikasi penafasan, jantung, fractura,
soft tissue yang luas.
Bahan B.
KimiaSedang moderate:
Termis Radiasi Listrik/petir

a) Tingkat II : 15 30%
BiologisIII LUKA :BAKAR Psikologis MK:
b) Tingkat 1 10% Gangguan
Konsep diri
Kurang
pengetahuan
Anxietas
Pada C.
Wajah Ringan
Diminor:
ruang tertutup Kerusakan kulit

Kerusakan mukosa
a) Tingkat II
Keracunan gas CO
: kurang 15%
Penguapan meningkat
Masalah Keperawatan:
b) Tingkat III : kurang 1% Resiko tinggi terhadap infeksi
Gangguan rasa nyaman
Oedema laring CO mengikat Hb Peningkatan pembuluh Ganguan aktivitas
darah kapiler Kerusakan integritas kulit

Obstruksi jalan nafas Hb tidak mampu


mengikat O2 Ektravasasi cairan (H2O,
Gagal nafas Elektrolit, protein)
Hipoxia otak
MK: Jalan nafas Tekanan onkotik
tidak efektif menurun. Tekanan
hidrostatik
meningkat
Cairan intravaskuler
menurun
2.5 Patofisiologi (Hudak & Gallo; 1997)
Hipovolemia dan Masalah Keperawatan:
Kekurangan volume cairan
hemokonsentrasi Gangguan perfusi jaringan

Gangguan sirkulasi
makro

Gangguan perfusi organ penting Gangguan


sirkulasi seluler

Otak Kardiovaskuler Ginjal Hepar GI Neurologi Imun Gangguan


Traktus perfusi

Hipoxia Kebocoran Hipoxia Pelepasan Gangguan Daya


kapiler sel ginjal katekolamin Dilatasi Neurologi tahan Laju
lambung tubuh metabolisme
Sel otak menurun meningkat
mati Penurunan Fungsi Hipoxia Hambahan
curah jantung ginjal hepatik pertumbuhan
menurun Glukoneogenesis
Gagal glukogenolisis
fungsi Gagal jantung Gagal Gagal hepar
sentral ginjal
MK: Perubahan
nutrisi

MULTI SISTEM ORGAN FAILURE


7

2.6 Perubahan Fisiologis Pada Luka Bakar

Tingkatan hipovolemik Tingkatan diuretik


Perubahan ( s/d 48-72 jam pertama) (12 jam 18/24 jam pertama)
Mekanisme Dampak dari Mekanisme Dampak dari
Pergeseran Vaskuler ke Hemokonsent Interstitial ke Hemodilusi.
cairan insterstitial. rasi oedem vaskuler.
ekstraseluler pada lokasi
. luka bakar.

Fungsi Aliran darah renal Oliguri. Peningkatan Diuresis.


renal. berkurang karena aliran darah
8

desakan darah turun renal karena


dan CO berkurang. desakan darah
meningkat.
+
Kadar Na direabsorbsi Defisit Kehilangan Na+ Defisit sodium.
sodium/natri oleh ginjal, tapi sodium. melalui diuresis
um. kehilangan Na+ (normal
melalui eksudat dan kembali setelah
tertahan dalam 1 minggu).
cairan oedem.

Kadar K+ dilepas sebagai Hiperkalemi K+ bergerak Hipokalemi.


potassium. akibat cidera kembali ke
jarinagn sel-sel dalam sel, K+
darah merah, K+ terbuang
berkurang ekskresi melalui diuresis
karena fungsi renal (mulai 4-5 hari
berkurang. setelah luka
bakar).
Kadar Kehilangan protein Hipoproteine Kehilangan Hipoproteinem
protein. ke dalam jaringan mia. protein waktu ia.
akibat kenaikan berlangsung
permeabilitas. terus
katabolisme.
Keseimbang Katabolisme Keseimbanga Katabolisme Keseimbangan
an nitrogen. jaringan, n nitrogen jaringan, nitrogen
kehilangan protein negatif. kehilangan negatif.
dalam jaringan, protein,
lebih banyak immobilitas.
kehilangan dari
masukan.

Keseimbnag Metabolisme Asidosis Kehilangan Asidosis


9

an asam anaerob karena metabolik. sodium metabolik.


basa. perfusi jarinagn bicarbonas
berkurang melalui
peningkatan asam diuresis,
dari produk akhir, hipermetabolis
fungsi renal me disertai
berkurang peningkatan
(menyebabkan produk akhir
retensi produk akhir metabolisme.
tertahan),
kehilangan
bikarbonas serum.

Respon Terjadi karena Aliran darah Terjadi karena Stres karena


stres. trauma, renal sifat cidera luka.
peningkatan berkurang. berlangsung
produksi cortison. lama dan
terancam
psikologi
pribadi.

Eritrosit Terjadi karena Luka bakar Tidak terjadi Hemokonsentr


panas, pecah termal. pada hari-hari asi.
menjadi fragil. pertama.

Lambung. Curling ulcer (ulkus Rangsangan Akut dilatasi Peningkatan


pada gaster), central di dan paralise jumlah
perdarahan hipotalamus usus. cortison.
lambung, nyeri. dan
peingkatan
jumlah
cortison.
10

Jantung. MDF meningkat 2x Disfungsi Peningkatan zat CO menurun.


lipat, merupakan jantung. MDF (miokard
glikoprotein yang depresant
toxic yang factor) sampai
dihasilkan oleh 26 unit,
kulit yang terbakar. bertanggung
jawab terhadap
syok spetic.

2.7 Indikasi Rawat Inap Luka Bakar


A. Luka bakar grade II:
1) Dewasa > 20%
2) Anak/orang tua > 15%
B. Luka bakar grade III.
C. Luka bakar dengan komplikasi: jantung, otak dll.
2.8 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala luka bakar berdasarkanderajat luka bakar:

1. Luka bakar derajat 1


(superficial thickness burn) Yaitu jika luka bakar hanya mengenai
lapisan kulit paling luar (epidermis). Tanda dan gejalanya hanya berupa
kemerahan (eritema), pembengkakan dan disertai rasanyeri pada lokasi
luka. Tidak dijumpai adanya lepuhan (blister). Kebanyakan luka bakar
akibat radiasi sinar ultra violet (sunburn) termasuk dalam luka bakar
derajat 1.
11

2. Luka bakar derajat 2


(partial thickness burn) Yaitu jika luka bakar mengenai epidermis
hingga lapisan kulit di bawahnya (dermis). Luka bakar derajat 2 dibagi
menjadi:

Luka bakar derajat 2 dangkal


(superficial partial thickness burn), jika luka bakar mengenai
hingga lapisan dermis bagian atas. Tanda dan gejalanya berupa kemerahan
(eritema), tampak ada lepuhan (blister), yaitu gelembung yang berisi
cairan, dandisertai rasa nyeri.
y

Luka bakar derajat 2 dalam


(deep partial thickness burn), jika luka bakar mengenaihingga
lapisan dermis bagian bawah. Tanda dan gejalanya berupa kemerahan
(eritema), tampak ada lepuhan (blister), tetapi kadang-kadang tidak
disertai rasa nyeri jika ujung saraf sudah rusak.

3. Luka bakar derajat 3


(full thickness burn) Yaitu jika luka bakar mengenai seluruh
lapisan kulit (epidermis, dermis dan jaringan subkutan). Tanda dan
gejalanya berupa luka bakar yang tampak pucat atau justru tampak
hangus, dan kadang-kadang disertai jaringan nekrotik yang keras
berwarna hitam, tetapi tanpa disertai rasa nyeri karena ujung saraf sudah
rusak. Tidak tampak ada lepuhan (blister). Pada luka bakar derajat 3,
kapiler darah, folikel rambut dan kelenjar keringat juga sudah rusak.
Biasanya luka bakar derajat 3 dikelilingi oleh luka bakar derajat 1 dan 2.
Luka bakar yangsangat berat dapat mengenai otot dan tulang.
12

Tanda dan gejala lainnya


yang dapat timbul jika saluran pernapasan juga terpapar api atau korban
menghirup asap, antara lain: rambut hidung tampak hangus, lendir hidung
berwarna hitam, perubahan suara, batuk, mengi, hingga kesulitan
bernapas.

Luka bakar yang berat dapat menyebabkan komplikasi seperti syok


hipovolemia
(berkurangnya aliran darah dan oksigenasi jaringan akibat kekurangan
volume cairan dalam pembuluh darah), infeksi, gangguan keseimbangan
asam basa dan elektrolit, gangguan pernapasan, kontraktur (jaringan parut
luka bakar yang menyebabkan gangguan gerakan persendian), dll.

2.9 Penatalaksanaan
Dalam Iswinarno (2003) prinsip penatalaksanaan dibagi menjadi tiga fase,
yaitu fase akut, subakut dan lanjut.
Pada Fase Akut / Awal :
Cedera inhalasi merupakan factor yang secara nyata memiliki korelasi
dengan angka mortalitas. Kematian akibat cedera inhalasi terjadi dalam
waktu singkat, dalam 8 sampai 24 jam pertama pasca cedera. Pemasangan
pipa endotrakea dan atau krikotirotomi merupakan suatu tindakan
mandatorik pada kasus dengan kecurigaan adanya cedera inhalasi.
Sementara penatalaksanaan lanjutan setelah tindakan penyelamatan
tersebut ( terapi inhalasi, pembebasan saluran nafas dari produk secret
mukosa, pengaturan posisi penderita dan fisioterapi seawall mungkin).
Masing- masing turut berperan dalam keberhasilan terapi awal. Penderita
yang bertahan hidup setelah ancaman cedera inhalasi dalam waktu 8- 24
jam pertama ini, masih dihadapkan pada komplikasi saluran pernafasan
13

yang biasanya terjadi dalam 3-5 hari pasca trauma. Komplikasi dari cedera
inhalasi, dikenal sebagai kondisi ARDS, yang juga memiliki prognosis
sangat buruk.
1) Penanggulangan terhadap shock, terutama syok hipovolemik yang
merupakan suatu proses yang terjadi pada luka bakar sedang
sampai berat.( Baxter, Barkland).
2) Mengatasi gangguan keseimbangan cairan
Protokol pemberian cairan mengunakan rumus Brooke yang sudah
dimodifikasi yaitu :
24 jam I : Ciran Ringer Lactat : 2,5 4 cc/kg BB/% LB.
Dimana bagian diberikan dalam 8 jam pertama (dihitung mulai
dari jam kecelakaan) dan bagian lagi diberikan dalam 16 jam
berikutnya.
24 jam II : Cairan Dex 5 % in Water : 24 x (25 + % LLB) X BSA
cc.
Albumin sebanyak yang diperlukan, (0,3 0,5 cc/kg/%).
3) Mengatasi gangguan pernafasan
4) Mengatasi infeksi
5) Eksisi luka scar dan skin graft.
6) Pemberian nutrisi dilakukan setelah keadaan umum pasien baik,
sebelumnya pasien dipuasakan.
7) Rahabilitasi
8) Penaggulangan terhadap gangguan psikologis.

Pada fase subakut atau lanjutan:


Kerusakan / kehilangan kulit/ jaringan karena cedera termis menimbulkan
masalah yang dapat dikelompokan dalam dua golongan, dan masing- masing
saling berhubungan, yaitu memicu stress metabolism dan memicu SIRS, sepsis
dan SDOM.
Kulit sebagai organ yang memiliki fungsi mencegah penguapan, dengan
sendirinya kerusakan kulit menyebabkan penguapamn berlangsung tanpa kendali
14

dan penguapan yang terjadi tidak ahnya sekedar cairan namun juga melibatkan
protein dan energy (evaporation heat loss). Kondisi pertama yang terjadi adalah
hipotermi, yang disusul dengan menurunnya kadar protein total, khususnya
albumin. Imbalans protein timbul sebagai akibat, namun segera disusul oleh
imbalans karbohidrat dan lemak disamping imbalans cairan yang memang sudah
terjadi sebelumnya.
Gangguan keempat system homeostasis yang memicu pelepasan
katekolamin dan hormone stress lain, sehingga terjadi deteriorisasi system
pengaturan, dalam kondisi gangguan sirkulasi yang belum mencapai level normal
( dalam 3- 4 hari pasca cedera ), kondisi stress yang timbul merupakan faktor
yang memiliki nilai prognostik. Dengan kehilangan kulit yuang berperan sebagai
barier terhadap infeksi, invasi kuman menyebabkan sepsis luka yang yang
memperberat keadaan. Kedua hal tersebut diatas dapat menjadi factor yang
berperan dalam memicu timbulnya respons inflamasi sistemik, sepsis dan sindrom
disfungsi organ multiple.
Jaringan yang rusak melepas kompleks lipid- protein yang dulu dikenal
sebagai burn-toxin, memiliki kekuatan ribuan kali dibandingkan endotoksin. Zat
ini menyebabkan inhibisi proses fosforilasi oksidatif yang mengganggu fungsi sel
( Kremer 1978, 1979) dan memicu pelepasan sitokin dan mediator kimia lain yang
breperan pada proses inflamasi ( interleukin, tromboksane, tumor necrotizing
factor, prostaglandin, termasuk radikal bebas). Reaksi yang mulanya bersifat lokal
berkembang menjadi suatu bentuk reaksi sistemik, meliputi beberapa tahapan
(kaskade) yang rumit, dan berkaitan dengan status gizi dan system imunitas
penderita. Sindrom respons inflamasi sistemik yang berkembang tidak dapat
dihentikan melalui suatu system intervensi, sindrom disfungsi organ multiple
adalah rangkaian akhir dari perjalanan penyakit yang berakhir dengan kematian.
Bila sudah terjadi kegagalan organ ( jantung, paru , ginjal ), angka kematian
berkisar 70.
Penatalaksanaan secara sistematik dapat dilakukan :
1.Clothing
singkirkan semua pakaian yang panas atau terbakar. Bahan pakaian yang
15

menempel dan tak dapat dilepaskan maka dibiarkan untuk sampai pada fase
cleaning.
2.Cooling
Dinginkan daerah yang terkena luka bakar dengan menggunakan air mengalir
selama 20 menit, hindari hipotermia (penurunan suhu di bawah normal, terutama
pada anak dan orang tua). Cara ini efektif samapai dengan 3 jam setelah kejadian
luka bakar Kompres dengan air dingin (air sering diganti agar efektif tetap
memberikan rasa dingin) sebagai analgesia (penghilang rasa nyeri) untuk luka
yang terlokalisasi Jangan pergunakan es karena es menyebabkan pembuluh
darah mengkerut (vasokonstriksi) sehingga justru akan memperberat derajat luka
dan risiko hipotermia Untuk luka bakar karena zat kimia dan luka bakar di
daerah mata, siram dengan air mengalir yang banyak selama 15 menit atau lebih.
Bila penyebab luka bakar berupa bubuk, maka singkirkan terlebih dahulu dari
kulit baru disiram air yang mengalir.
3.Cleaning
pembersihan dilakukan dengan zat anastesi untuk mengurangi rasa sakit. Dengan
membuang jaringan yang sudah mati, proses penyembuhan akan lebih cepat dan
risiko infeksi berkurang
4.Chemoprophylaxis
pemberian anti tetanus, dapat diberikan pada luka yang lebih dalam dari
superficial partial- thickness (dapat dilihat pada tabel 4 jadwal pemberian
antitetanus). Pemberian krim silver sulvadiazin untuk penanganan infeksi, dapat
diberikan kecuali pada luka bakar superfisial. Tidak boleh diberikan pada wajah,
riwayat alergi sulfa, perempuan hamil, bayi baru lahir, ibu menyususi dengan bayi
kurang dari 2 bulan
5. Covering and
penutupan luka bakar dengan kassa. Dilakukan sesuai dengan derajat luka bakar.
Luka bakar superfisial tidak perlu ditutup dengan kasa atau bahan lainnya.
Pembalutan luka (yang dilakukan setelah pendinginan) bertujuan untuk
mengurangi pengeluaran panas yang terjadi akibat hilangnya lapisan kulit akibat
luka bakar. Jangan berikan mentega, minyak, oli atau larutan lainnya,
16

menghambat penyembuhan dan meningkatkan risiko infeksi.


5. Comforting
dapat dilakukan pemberian pengurang rasa nyeri untuk membantu pasien
mengatasi kegelisahan karena nyeri yang berat.
Prinsip Penanganan Frosbite dan Trauma Dingin Non Beku yaitu
penanganan harus sesegera mungkin dilakukan untuk mengurangi waktu
pembekuan jaringan. Upaya pemanasan hendaknya tidak dilakukan bila penderita
beresiko untuk mengalami pembekuan ulang. Baju- naju yang sempit harus
dilepaskan dan diganti dengan selimut hangat. Apabila penderita bisa minum,
berikan minuman hangat. Rendam bagian tubuh yang kedinginan dengan air
hangat bersuhu 40oC ( jika mungkin air tersebut berputar ) hingga warna kulit dan
perfusi kembali normal. Hindari pemanasan kering dan jangan lakukan tindakan
mengurut. Tindakan penghangatan akan menimbulkan rasa nyeri yang hebat
sehingga memerlukan pemberian obat- obat analgesik. Dianjurkan untuk
melakukan monitoring jantung sewaktu tindakan penghangatan tubuh.
( American College of Surgeons Committee on Trauma, 1997 )Dikenal
dua cara merawat luka :
1) Perawatan terbuka (exposure method)
2) Perawatan tertutup (occlusive dressing method)

Keuntungan perawatan terbuka adalah mudah dan murah. Permukaan luka


yang selalu terbuka menjadi dingin dan kering sehingga kuman sulit berkembang.
Kerugiannya bila digunakan obat tertentu, misalnya mitras-argenti, alas tidur
menjadi kotor. Penderita dan keluargapun merasa kurang enak karena melihat
luka yang tampak kotor.
Perawatan terbuka ini memerlukan ketelatenan dan pengawasan yang ketat
dan aktif. Keadaan luka harus diamati beberapa kali dalam sehari. Cara ini baik
untuk merawat LB yang dangkal. Untuk LB III dengan eksudasi dan pembentukan
pus harus dilakukan pembersihan luka berulang-ulang untuk menjaga luka tetap
kering. Penderita perlu dimandikan tiap hari, tubuh sebagian yang luka dicuci
dengan sabun atau antiseptik dan secara bertahap dilakukan eksisi eskar atau
17

debridement.
Perawatan tertutup dilakukan dengan memberikan balutan yang
dimaksudkan untuk menutup luka dari kemungkinan kontaminasi.
Keuntungannya adalah luka tampak rapi, terlindung dan enak bagi penderita.
Hanya diperlukan tenaga dan biaya yang lebih karena dipakainya banyak
pembalut dan antiseptik. Untuk menghindari kemungkinan kuman untuk
berkembang biak, sedapat mungkin luka ditutup kasa penyerap (tole) setelah
dibubuhi dan dikompres dengan antispetik. Balutan kompres diganti beberapa kali
sehari. Pada waktu penggantian balut, eskar yang terkelupas dari dasarnya akan
terangkat, sehingga dilakukan debridement. Tetapi untuk LB luas debridement
harus lebih aktif dan dicuci yaitu dengan melakukan eksisi eskar.

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a) Aktifitas/istirahat:
Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada
area yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.
b) Sirkulasi:
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi
(syok); penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera;
vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan
dingin (syok listrik); takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok
listrik); pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar).

c) Integritas ego:
Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri,
marah.
18

d) Eliminasi:
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna
mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan
kerusakan otot dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi
cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; khususnya
pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan
motilitas/peristaltik gastrik.

e) Makanan/cairan:
Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.

f) Neurosensori:
Gejala: area batas; kesemutan.
Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon
dalam (RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik);
laserasi korneal; kerusakan retinal; penurunan ketajaman penglihatan
(syok listrik); ruptur membran timpanik (syok listrik); paralisis (cedera
listrik pada aliran saraf).

g) Nyeri/kenyamanan:
Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara
eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan
suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara
respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada
keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri.

h) Pernafasan:
Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan
cedera inhalasi).
Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum;
19

ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera


inhalasi.
Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar
dada; jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan
laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema
paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi).

i) Keamanan:
Tanda:
Kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5
hari sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa
luka.
Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian
kapiler lambat pada adanya penurunan curah jantung sehubungan
dengan kehilangan cairan/status syok.

Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan


variase intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung
gosong; mukosa hidung dan mulut kering; merah; lepuh pada faring
posterior;oedema lingkar mulut dan atau lingkar nasal.

Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab.


Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak
halus; lepuh; ulkus; nekrosis; atau jarinagn parut tebal. Cedera secara
mum ebih dalam dari tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan
dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera.

Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah


nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran
masuk/keluar (eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada proksimal
tubuh tertutup dan luka bakar termal sehubungan dengan pakaian
20

terbakar.
Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot
tetanik sehubungan dengan syok listrik).
j) Pemeriksaan diagnostik:
(1) LED: mengkaji hemokonsentrasi.
(2) Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan
biokimia. Ini terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat
peningkatan dalam 24 jam pertama karena peningkatan kalium dapat
menyebabkan henti jantung.
(3) Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi
pulmonal, khususnya pada cedera inhalasi asap.
(4) BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
(5) Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen
menandakan kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.
(6) Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
(7) Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat
menurun pada luka bakar masif.
(8) Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi
asap.

3.2 Diagnosa Keperawatan


Marilynn E. Doenges dalam Nursing care plans, Guidelines for planning and
documenting patient care mengemukakan beberapa Diagnosa keperawatan
sebagai berikut :
1 Nyeri berhubungan dengan Kerusakan kulit/jaringan; pembentukan
edema. Manifulasi jaringan cidera contoh debridemen luka.
2 Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan Pertahanan primer tidak
adekuat; kerusakan perlinduingan kulit; jaringan traumatik. Pertahanan
sekunder tidak adekuat; penurunan Hb, penekanan respons inflamasi.
3 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Trauma : kerusakan
permukaan kulit karena destruksi lapisan kulit (parsial/luka bakar
21

dalam).
4 Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
Kehilangan cairan melalui rute abnormal. Peningkatan kebutuhan :
status hypermetabolik, ketidak cukupan pemasukan. Kehilangan
perdarahan.
5 Resiko tinggi kerusakan perfusi jaringan, perubahan/disfungsi
neurovaskuler perifer berhubungan dengan Penurunan/interupsi aliran
darah arterial/vena, contoh luka bakar seputar ekstremitas dengan
edema.

3.3 Rencana Intervensi

Rencana Keperawatan
Diagnosa
Tujuan dan
Keperawatan Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
Nyeri Pasien dapat Berikan anlgesik narkotik Analgesik narkotik
berhubungan mendemonstr yang diresepkan prn dan diperlukan utnuk
dengan asikan hilang sedikitnya 30 menit memblok jaras nyeri
Kerusakan dari sebelum prosedur dengan nyeri berat.
kulit/jaringan; ketidaknyam perawatan luka. Evaluasi Absorpsi obat IM buruk
pembentukan anan. keefektifannya. Anjurkan pada pasien dengan luka
edema. Kriteria analgesik IV bila luka bakar luas yang
Manipulasi evaluasi: bakar luas. disebabkan oleh
jaringan menyangkal perpindahan interstitial
cidera contoh nyeri, Pertahankan pintu kamar berkenaan dnegan
debridemen melaporkan tertutup, tingkatkan suhu peningkatan
luka. perasaan ruangan dan berikan permeabilitas kapiler.
22

nyaman, selimut ekstra untuk Panas dan air hilang


ekspresi memberikan kehangatan. melalui jaringan luka
wajah dan bakar, menyebabkan
postur tubuh Berikan ayunan di atas hipoetrmia. Tindakan
rileks. temapt tidur bila eksternal ini membantu
diperlukan. menghemat kehilangan
panas.
Menururnkan neyri
Bantu dengan dengan
pengubahan posisi setiap mempertahankan berat
2 jam bila diperlukan. badan jauh dari linen
Dapatkan bantuan temapat tidur terhadap
tambahan sesuai luka dan menuurnkan
kebutuhan, khususnya pemajanan ujung saraf
bila pasien tak dapat pada aliran udara.
membantu membalikkan Menghilangkan tekanan
badan sendiri. pada tonjolan tulang
dependen. Dukungan
adekuat pada luka bakar
selama gerakan
membantu meinimalkan
ketidaknyamanan.
Resiko tinggi Pasien bebas Pantau: Mengidentifikasi
infeksi dari infeksi. - Penampilan luka indikasi-indikasi
berhubungan Kriteria bakar (area luka kemajuan atau
dengan evaluasi: tak bakar, sisi donor dan penyimapngan dari hasil
Pertahanan ada demam, status balutan di atas yang diharapkan.
primer tidak pembentukan sisi tandur bial
adekuat; jaringan tandur kulit
kerusakan granulasi dilakukan) setiap 8
perlinduingan baik. jam.
23

kulit; jaringan - Suhu setiap 4


traumatik. jam. Pembersihan dan
Pertahanan - Jumlah makanan pelepasan jaringan
sekunder yang dikonsumsi nekrotik meningkatkan
tidak adekuat; setiap kali makan. pembentukan granulasi.
penurunan Bersihkan area luka
Hb, bakar setiap hari dan
penekanan lepaskan jarinagn
respons nekrotik (debridemen)
inflamasi. sesuai pesanan. Berikan Antimikroba topikal
mandi kolam sesuai membantu mencegah
pesanan, infeksi. Mengikuti
implementasikan prinsip aseptik
perawatan yang melindungi pasien dari
ditentukan untuk sisi infeksi. Kulit yang
donor, yang dapat ditutup gundul menjadi media
dengan balutan vaseline yang baik untuk kultur
atau op site. pertumbuhan baketri.
Lepaskan krim lama dari
luka sebelum pemberian Temuan-temuan ini
krim baru. Gunakan mennadakan infeksi.
sarung tangan steril dan Kultur membantu
beriakn krim antibiotika mengidentifikasi
topikal yang diresepkan patogen penyebab
pada area luka bakar sehingga terapi
dengan ujung jari. antibiotika yang tepat
Berikan krim secara dapat diresepkan.
menyeluruh di atas luka. Karena balutan siis
Beritahu dokter bila tandur hanya diganti
demam drainase purulen setiap 5-10 hari, sisi ini
atau bau busuk dari area memberiakn media
24

luka bakar, sisi donor kultur untuk


atau balutan sisi tandur. pertumbuhan bakteri.
Dapatkan kultur luka dan Kulit adalah lapisan
berikan antibiotika IV pertama tubuh untuk
sesuai ketentuan. pertahanan terhadap
infeksi. Teknik steril dan
Tempatkan pasien pada tindakan perawatan
ruangan khusus dan perlindungan
lakukan kewaspadaan lainmelindungi pasien
untuk luka bakar luas terhadap infeksi.
yang mengenai area luas Kurangnya berbagai
tubuh. Gunakan linen rangsang ekstrenal dan
tempat tidur steril, kebebasan bergerak
handuk dan skort untuk mencetuskan pasien
pasien. Gunakan skort pada kebosanan.
steril, sarung tangan dan
penutup kepala dengan
masker bila memberikan Melindungi terhadap
perawatan pada pasien. tetanus.
Tempatkan radio atau
televisis pada ruangan
pasien untuk Ahli diet adalah
menghilangkan spesialis nutrisi yang
kebosanan. dapat mengevaluasi
Bila riwayat imunisasi paling baik status nutrisi
tak adekuat, berikan pasien dan
globulin imun tetanus merencanakan diet
manusia (hyper-tet) untuk emmenuhi
sesuai pesanan. kebuuthan nutrisi
Mulai rujukan pada ahli penderita. Nutrisi
diet, beriakn protein adekuat memabntu
25

tinggi, diet tinggi kalori. penyembuhan luka dan


Berikan suplemen nutrisi memenuhi kebutuhan
seperti ensure atau energi.
sustacal dengan atau
antara makan bila
masukan makanan
kurang dari 50%.
Anjurkan NPT atau
makanan enteral bial
pasien tak dapat makan
per oral.
Kerusakan Menunjukka Kaji/catat ukuran, warna, Memberikan informasi
integritas kulit n regenerasi kedalaman luka, dasar tentang kebutuhan
b/d kerusakan jaringan perhatikan jaringan penanaman kulit dan
permukaan Kriteria nekrotik dan kondisi kemungkinan petunjuk
kulit sekunder hasil: sekitar luka. tentang sirkulasi pada
destruksi Mencapai aera graft.
lapisan kulit. penyembuha Lakukan perawatan luka
n tepat waktu bakar yang tepat dan Menyiapkan jaringan
pada area tindakan kontrol infeksi. untuk penanaman dan
luka bakar. menurunkan resiko
Pertahankan penutupan infeksi/kegagalan kulit.
luka sesuai indikasi.
Kain nilon/membran
silikon mengandung
kolagen porcine peptida
Tinggikan area graft bila yang melekat pada
mungkin/tepat. permukaan luka sampai
Pertahankan posisi yang lepasnya atau
diinginkan dan mengelupas secara
imobilisasi area bila spontan kulit
26

diindikasikan. repitelisasi.
Menurunkan
Pertahankan balutan pembengkakan
diatas area graft baru /membatasi resiko
dan/atau sisi donor sesuai pemisahan graft.
indikasi. Gerakan jaringan
dibawah graft dapat
Cuci sisi dengan sabun mengubah posisi yang
ringan, cuci, dan minyaki mempengaruhi
dengan krim, beberapa penyembuhan optimal.
waktu dalam sehari, Area mungkin ditutupi
setelah balutan dilepas oleh bahan dengan
dan penyembuhan permukaan tembus
selesai. pandang tak reaktif.
Lakukan program
kolaborasi : Kulit graft baru dan sisi
- Siapkan / bantu donor yang sembuh
prosedur bedah/balutan memerlukan perawatan
biologis. khusus untuk
mempertahankan
kelenturan.

Graft kulit diambil dari


kulit orang itu
sendiri/orang lain untuk
penutupan sementara
pada luka bakar luas
sampai kulit orang itu
siap ditanam.
Resiko tinggi Pasien dapat Awasi tanda vital, CVP. Memberikan pedoman
kekurangan mendemostra Perhatikan kapiler dan untuk penggantian
27

volume cairan sikan status kekuatan nadi perifer. cairan dan mengkaji
berhubungan cairan dan respon kardiovaskuler.
dengan biokimia Awasi pengeluaran urine
Kehilangan membaik. dan berat jenisnya. Penggantian cairan
cairan melalui Kriteria Observasi warna urine dititrasi untuk
rute abnormal. evaluasi: tak dan hemates sesuai meyakinkan rata-2
Peningkatan ada indikasi. pengeluaran urine 30-50
kebutuhan : manifestasi cc/jam pada orang
status dehidrasi, dewasa. Urine berwarna
hypermetaboli resolusi Perkirakan drainase luka merah pada kerusakan
k, ketidak oedema, dan kehilangan yang otot masif karena
cukupan elektrolit tampak adanyadarah dan
pemasukan. serum dalam keluarnya mioglobin.
Kehilangan batas normal, Peningkatan
perdarahan. haluaran Timbang berat badan permeabilitas kapiler,
urine di atas setiap hari perpindahan protein,
30 ml/jam. proses inflamasi dan
Ukur lingkar ekstremitas kehilangan cairan
yang terbakar tiap hari melalui evaporasi
sesuai indikasi mempengaruhi volume
sirkulasi dan
Selidiki perubahan pengeluaran urine.
mental Penggantian cairan
tergantung pada berat
badan pertama dan
Observasi distensi perubahan selanjutnya
abdomen,hematomesis,fe Memperkirakan luasnya
ces hitam. oedema/perpindahan
Hemates drainase NG cairan yang
dan feces secara periodik. mempengaruhi volume
Lakukan program sirkulasi dan
28

kolaborasi meliputi : pengeluaran urine.


Pasang / pertahankan Penyimpangan pada
kateter urine tingkat kesadaran dapat
mengindikasikan
Pasang/ pertahankan ketidak adequatnya
ukuran kateter IV. volume
Berikan penggantian sirkulasi/penurunan
cairan IV yang dihitung, perfusi serebral
elektrolit, plasma, Stres (Curling) ulcus
albumin. terjadi pada setengah
dari semua pasien yang
Awasi hasil pemeriksaan luka bakar berat(dapat
laboratorium ( Hb, terjadi pada awal
elektrolit, natrium ). minggu pertama).

Berikan obat sesuai


idikasi : Observasi ketat fungsi
- Diuretika ginjal dan mencegah
contohnya Manitol stasis atau refleks urine.
(Osmitrol) Memungkinkan infus
cairan cepat.
Resusitasi cairan
- Kalium menggantikan
kehilangan
- Antasida cairan/elektrolit dan
membantu mencegah
komplikasi.
Pantau: Mengidentifikasi
- Tanda-tanda vital kehilangan
setiap jam selama darah/kerusakan SDM
periode darurat, dan kebutuhan
29

setiap 2 jam selama penggantian cairan dan


periode akut, dan elektrolit.
setiap 4 jam selama
periode rehabilitasi. Meningkatkan
- Warna urine. pengeluaran urine dan
- Masukan dan membersihkan tubulus
haluaran setiap jam dari debris /mencegah
selama periode nekrosis.
darurat, setiap 4 jam Penggantian lanjut
selama periode akut, karena kehilangan urine
setiap 8 jam selama dalam jumlah besar
periode rehabilitasi. Menurunkan keasaman
- Hasil-hasil JDL gastrik sedangkan
dan laporan inhibitor histamin
elektrolit. menurunkan produksi
- Berat badan asam hidroklorida untuk
setiap hari. menurunkan produksi
- CVP (tekanan asam hidroklorida untuk
vena sentral) setiap menurunkan iritasi
jam bial diperlukan. gaster.
- Status umum Mengidentifikasi
setiap 8 jam. penyimpangan indikasi
kemajuan atau
Pada penerimaan rumah penyimpangan dari hasil
sakit, lepaskan semua yang diharapkan.
pakaian dan perhiasan Periode darurat (awal 48
dari area luka bakar. jam pasca luka bakar)
Mulai terapi IV yang adalah periode kritis
ditentukan dengan jarum yang ditandai oleh
lubang besar (18G), lebih hipovolemia yang
disukai melalui kulit mencetuskan individu
30

yang telah terluka bakar. pada perfusi ginjal dan


Bila pasien menaglami jarinagn tak adekuat.
luka bakar luas dan
menunjukkan gejala-
gejala syok hipovolemik,
bantu dokter dengan
pemasangan kateter vena
sentral untuk pemantauan
CVP.
Beritahu dokter bila:
haluaran urine < 30
ml/jam, haus, takikardia, Inspeksi adekuat dari
CVP < 6 mmHg, luka bakar.
bikarbonat serum di
bawah rentang normal,
gelisah, TD di bawah Penggantian cairan cepat
rentang normal, urine penting untuk mencegah
gelap atau encer gelap. gagal ginjal. Kehilangan
cairan bermakna terjadi
Konsultasi doketr bila melalui jarinagn yang
manifestasi kelebihan terbakar dengan luka
cairan terjadi. bakar luas. Pengukuran
tekanan vena sentral
memberikan data
Tes guaiak muntahan tentang status volume
warna kopi atau feses ter cairan intravaskular.
hitam. Laporkan temuan-
temuan positif.
Temuan-temuan ini
Berikan antasida yag mennadakan
diresepkan atau antagonis hipovolemia dan
31

reseptor histamin seperti perlunya peningkatan


simetidin cairan. Pada lka bakar
luas, perpindahan cairan
dari ruang intravaskular
ke ruang interstitial
menimbukan
hipovolemi.

Pasien rentan pada


kelebihan beban volume
intravaskular selama
periode pemulihan bila
perpindahan cairan dari
kompartemen interstitial
pada kompartemen
intravaskuler.
Temuan-temuan guaiak
positif ennandakan
adanya perdarahan GI.
Perdarahan GI
menandakan adaya stres
ulkus (Curlings).
Mencegah perdarahan
GI. Luka bakar luas
mencetuskan pasien
pada ulkus stres yang
disebabkan peningkatan
sekresi hormon-hormon
adrenal dan asam HCl
oleh lambung.
Resiko tinggi Pasien Untuk luka bakar yang Mengidentifikasi
32

kerusakan menunjukkan mengitari ekstermitas indikasi-indikasi


perfusi sirkulasi atau luka bakar listrik, kemajuan atau
jaringan, tetap pantau status penyimapngan dari hasil
perubahan/dis adekuat. neurovaskular dari yang diharapkan.
fungsi Kriteria ekstermitas setaip 2 jam.
neurovaskuler evaluasi: Pertahankan ekstermitas Pembersihan dan
perifer warna kulit bengkak ditinggikan. pelepasan jaringan
berhubungan normal, nekrotik meningkatkan
dengan menyangkal Beritahu dokter dengan pembentukan granulasi.
Penurunan/int kebas dan segera bila terjadi nadi
erupsi aliran kesemutan, berkurang, pengisian Antimikroba topikal
darah nadi perifer kapiler buruk, atau membantu mencegah
arterial/vena, dapat diraba. penurunan sensasi. infeksi. Mengikuti
contoh luka Siapkan untuk prinsip aseptik
bakar seputar pembedahan eskarotomi melindungi pasien dari
ekstremitas sesuai pesanan. infeksi. Kulit yang
dengan gundul menjadi media
edema. yang baik untuk kultur
pertumbuhan baketri.

Temuan-temuan ini
mennadakan infeksi.
Kultur membantu
mengidentifikasi
patogen penyebab
sehingga terapi
antibiotika yang tepat
dapat diresepkan.
Karena balutan siis
tandur hanya diganti
setiap 5-10 hari, sisi ini
33

memberiakn media
kultur untuk
pertumbuhan bakteri.
Kulit adalah lapisan
pertama tubuh untuk
pertahanan terhadap
infeksi. Teknik steril dan
tindakan perawatan
perlindungan
lainmelindungi pasien
terhadap infeksi.
Kurangnya berbagai
rangsang ekstrenal dan
kebebasan bergerak
mencetuskan pasien
pada kebosanan.
Melindungi terhadap
tetanus.

Ahli diet adalah


spesialis nutrisi yang
dapat mengevaluasi
paling baik status nutrisi
pasien dan
merencanakan diet
untuk emmenuhi
kebuuthan nutrisi
penderita. Nutrisi
adekuat memabntu
penyembuhan luka dan
memenuhi kebutuhan
34

energi.

BAB 4
PENUTUP
Kesimpulan
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik,
bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih
dalam.
Luka bakar adalah luka yang terjadi bila sumber panas bersentuhan dengan
tubuh atau jaringan dan besarnya luka ditentukan oleh tingkat panas atau suhu dan
lamanya terkena.
Luka bakar disebabkan oleh :
1. Luka Bakar Suhu Tinggi(Thermal Burn)
2. Luka Bakar Bahan Kimia (hemical Burn)
3. Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn)
4. Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury)
Fase Luka Bakar
A.Fase akut.
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal
penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas),
brething (mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi).
B.Fase sub akut.
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah
kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas.
C.Fase lanjut.
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut
akibat luka dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional.
Klasifikasi Luka Bakar :
A.Dalamnya luka bakar.
B.Luas luka bakar
C.Berat ringannya luka bakar
Indikasi Rawat Inap Luka Bakar
35

A.Luka bakar grade II.


B.Luka bakar grade III.
C.Luka bakar dengan komplikasi.

Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala luka bakar berdasarkanderajat luka bakar:
1. Luka bakar derajat 1
(superficial thickness burn) Yaitu jika luka bakar hanya mengenai lapisan
kulit paling luar (epidermis). Tanda dan gejalanya hanya berupa kemerahan
(eritema), pembengkakan dan disertai rasanyeri pada lokasi luka.

2.Luka bakar derajat 2


(partial thickness burn) Yaitu jika luka bakar mengenai epidermis hingga
lapisan kulit di bawahnya (dermis).
Luka bakar derajat 2 dibagi menjadi:
a. Luka bakar derajat 2 dangkal
(superficial partial thickness burn), jika luka bakar mengenai hingga lapisan
dermis bagian atas
b. Luka bakar derajat 2 dalam
(deep partial thickness burn), jika luka bakar mengenaihingga lapisan dermis
bagian bawah.
3. Luka bakar derajat 3
(full thickness burn) Yaitu jika luka bakar mengenai seluruh lapisan kulit
(epidermis, dermis dan jaringan subkutan).

Anda mungkin juga menyukai