Anda di halaman 1dari 10

ISSN: 1410-0029

Agrin Vol. 17, No. 2, Oktober 2013

PENYIAPAN BENIH TANAMAN PAKAN BERMIKORIZA

Preparation of Micorrhizal Forage Seed

Oleh:
Taufan P. Daru dan Julinda R. Manullang
Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman, Samarinda
Gunung Kalua Samarinda

Alamat korespondensi: Taufan P. Daru (taufan.pd@gmail.com)

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji tingkat infeksi fungi mikoriza arbuskula (FMA) pada benih
tanaman pakan (Macroptilium atropurpureum) yang diselubungi oleh suspensi akar yang mengandung propagul
FMA yang dibandingkan terhadap FMA dalam bentuk granular (mycofer) maupun yang tidak diinokulasi oleh
FMA. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi Ternak, Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman dan
percobaan dilaksanakan di dalam gelas plastik yang berisi 100 g tanah pucuk per gelas plastik dan ditempatkan
dalam rumah kaca. Setiap gelas plastik terdiri atas 4 tanaman. Percobaan disusun dalam rancangan acak lengkap
(RAL), yang terdiri atas 3 perlakuan jenis inokulan FMA untuk legum siratro, yaitu: M0 = Tanpa inokulasi FMA
(kontrol), M1 = Inokulasi FMA dalam bentuk granular (mycofer) (5 g.gelas plastik-1), dan M2 = Inokulasi FMA
dalam bentuk coating benih. Setiap perlakuan diulang sebanyak 8 kali, sehingga setiap jenis tanaman masing-
masing terdiri atas 24 satuan percobaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inokulasi FMA dapat
meningkatkan kolonisasi FMA pada akar tanaman siratro, dimana aplikasi FMA dalam bentuk penyelubungan
benih dan FMA dalam bentuk granular tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Mycorrhizal inoculation effect
(MIE) pada kedua perlakuan inokulasi FMA tersebut tinggi, yang mencerminkan efektifnya FMA yang
bersimbiosis dengan akar siratro. Inokulasi FMA juga memiliki pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman siratro, dimana aplikasi FMA dalam bentuk penyelubungan benih dan FMA dalam bentuk
granular tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Hal ini ditunjukkan oleh berat kering tajuk, berat kering akar,
berat kering tanaman, dan panjang akar.

Kata kunci: Macroptilium atropurpureum, fungi mikoriza arbuskula, benih tanaman pakan

ABSTRACT
The purpose of this experiment was to examine the level of infection of arbuscular mycorrhizal fungi
(AMF) on forage seeds (Macroptilium atropurpureum) coated by root suspension containing propagules of
AMF. These seeds were compared to seeds planted on AMF in granular form (mycophere) and to seeds
uninoculated by the AMF. The experiment was conducted in the Laboratory of Animal Nutrition, Faculty of
Agriculture, Mulawarman University. It was conducted in a plastic cups containing 100 g of top soil per cup and
placed in the greenhouse. Each cup consisted of 4 plants. The experiment was arranged in completely
randomized design (CRD) comprising three treatments that were M0 = siratro seeds without AMF inoculation
(control), M1 = siratro seeds inoculated by AMF in granular form (mycophere) (5 g.cup - 1), and M2 = siratro
seeds inoculated by AMF in the form of seed coating. Each treatment was replicated eight times. The results
showed that AMF inoculation could increase the colonization of AMF on siratro roots, where the application in
the form of seed coating and granular form showed no significant differences . Mycorrhizal inoculation effect
(MIE) in both the AMF inoculation treatments were high, that was reflecting the effectiveness of AMF symbiosis
with the siratro roots. Inoculation of AMF also performed a great influence on the growth and yield of siratro,
where the application in the form of seed coating and in granular form showed no significant differences. This
was indicated by shoot dry weight, root dry weight, plant dry weight, and root length.

Keywords: Macroptilium atropurpureum, arbuscular mycorrhizal fungi, forage seed

PENDAHULUAN pakan ternak yang sering digunakan


Legum siratro (Macroptilium sebagai tanaman penutup tanah (cover
atropurpureum) merupakan tanaman crop) pada lahan reklamasi paska tambang

140
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 17, No. 2, Oktober 2013

(Potro 2000). Jenis tanaman ini memiliki tanah liat, zeolit, atau pasir memerlukan
adaptasi yang tinggi terhadap kondisi ruang yang luas dan transportasi ekstra.
lingkungan yang buruk, terutama pada Selain itu, apabila dalam aplikasinya
kondisi keasaman tanah yang tinggi (pH dilakukan dengan cara disebar, maka besar
rendah). Agar tanaman ini memberikan kemungkinan akan kontak dengan sinar
penutupan lahan yang cepat dengan matahari secara langsung yang
produksi hijauan yang maksimal untuk mengakibatkan turunnya mutu inokulan
kepentingan ternak, maka perlu diberi sehingga tidak efektif.
pembenah tanah, diantaranya dengan Kolonisasi akar oleh FMA dapat
inokulasi fungi mikoriza arbuskula (FMA. berasal dari tiga sumber inokulum, yaitu
FMA adalah agen biologis yang spora, potongan akar yang terinfeksi, dan
banyak membantu tanaman, teruatama hifa; secara keseluruhan disebut propagul
dalam penyerapan nutrisi dari tanah. Sudah (Smith & Read 1997; Dalp &. Monreal
banyak penelitian yang menunjukkan 2004). Setiap potongan akar tanaman yang
bahwa FMA memberikan hasil yang cukup telah terkolonisasi oleh hifa FMA dapat
menggembirakan bagi tanaman pertanian dikembangkan sebagai sumber inokulum.
baik terhadap peningkatan produksi Infektifitas sumber inokulum yang berasal
maupun potensinya dalam dari akar yang terkolonisasi juga lebih
mengembangkan pertanian secara tinggi dibandingkan yang berasal dari
berkelanjutan (Smith & Read 1997; Turk spora. Infeksi dapat terjadi pada 1 2 hari
et al. 2006). Pertumbuhan dan produksi setelah inokulasi (Sieverding 1991).
bahan kering tajuk tanaman meningkat Apabila potongan akar yang mengandung
setelah diinokulasi dengan FMA. Hal ini hifa dirajang halus dengan menggunakan
berkaitan dengan efektifnya penyerapan blender sehingga membentuk suspensi
unsur hara seperti nitrogen, fosfor, kalium, kemudian dicampur dengan benih tanaman
kalsium dan seng (Osonubi et al. 1991; melalui tehnologi coating, maka ketika
Barea et al. 1992; Wetterauer & Killorn benih mulai meretas akar mudanya akan
1996). kontak langsung dengan potongan akar
Dalam skala yang luas, inokulasi pada suspensi yang menyelimuti benih,
FMA pada tanaman pertanian, termasuk sehingga hifa secara cepat akan
tanaman pakan ternak, masih dihadapkan menginfeksi akar tanaman. Berarti, dengan
pada kendala produksi inokulasi, menggunakan tehnologi coating ini
penyimpanan dan aplikasinya. Sediaan diharapkan dapat mengembangkan
FMA dalam bentuk jadi dengan media tanaman bermikoriza dengan lebih mudah.

141
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 17, No. 2, Oktober 2013

Penelitian ini merupakan percobaan ke dalam gelas blender. Selanjutnya


tahap pertama dengan tujuan untuk ditambahkan air secukupnya. Suspensi
menguji tingkat infeksi fungi mikoriza dipindahkan ke dalam beaker glass dan
arbuskula (FMA) pada benih tanaman tambahkan soil fix sebanyak 1% dari berat
pakan (Macroptilium atropurpureum) yang suspensi kemudian aduk hingga merata.
diselubungi oleh suspensi akar yang Benih siratro dimasukkan ke dalam
mengandung propagul FMA yang suspensi bermikoriza dan diaduk selama
dibandingkan terhadap FMA dalam bentuk beberapa saat hingga suspensi benar-benar
granular (mycofer) maupun yang tidak menempel pada benih. Benih dikeringkan
diinokulasi oleh FMA. pada suhu ruang selama 2 hari. Setelah
kering, benih siap untuk diuji coba.
METODE PENELITIAN Percobaan dilaksanakan di dalam
Percobaan dilaksanakan di gelas plastik yang berisi 100 g tanah pucuk
Laboratorium Nutrisi Ternak dan per gelas plastik dan ditempatkan dalam
Laboratorium Agronomi, Fakultas rumah kaca. Setiap gelas plastik terdiri atas
Pertanian Universitas Mulawarman, 4 tanaman. Percobaan disusun dalam
Kampus Gunung Kelua. Benih legum rancangan acak lengkap (RAL), yang
siratro dan Sorghum sp. yang digunakan terdiri atas 3 perlakuan jenis inokulan
merupakan benih lokal yang berasal dari FMA untuk legum siratro, yaitu: M0 =
PT Kaltim Prima Coal, dan FMA dalam Tanpa inokulasi FMA (kontrol); M1 =
bentuk granular (mycofer) merupakan Inokulasi FMA dalam bentuk granular
produksi Laboratorium Bioteknologi (mycofer) (5 g.gelas plastik-1); M2 =
Hutan dan Lingkungan, Pusat Penelitian Inokulasi FMA dalam bentuk coating
Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor. benih. Setiap perlakuan diulang sebanyak 8
Akar Sorghum sp. umur 35 hari kali, sehingga setiap jenis tanaman masing-
yang telah diuji persentase kolonisasinya masing terdiri atas 24 satuan percobaan.
oleh FMA, diambil akarnya dan Data yang diamati meliputi berat kering
dibersihkan dengan air mengalir. Akar tajuk, berat kering akar, persentase
tanaman dirajang dengan ukuran sekitar 2 kolonisasi akar (Phillips & Hayman, 1970
cm. Sebagian rajangan akar digunakan yang dimodifikasi oleh Setiadi dkk., 1992),
untuk pembuatan suspensi akar, dan dan mycorrhizal inoculation effect (MIE)
sebagian lagi digunakan untuk perlakuan (Bagyaraj, 1992). Untuk mendapatkan
potongan akar. Potongan akar yang akan berat kering, bahan dioven pada suhu 70
o
dibuat suspensi ditimbang dan dimasukkan C selama 48 jam. Analisis data

142
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 17, No. 2, Oktober 2013

menggunakan sidik ragam, yang yang tidak diberi FMA)., namun diantara
dilanjutkan dengan uji jarak berganda tanaman yang mengandung FMA tidak
Duncan (DMRT) pada taraf 1%. menunjukkan perbedaan yang nyata (P >
0,05). Hal ini menunjukkan bahwa
HASIL DAN PEMBAHASAN tanaman yang mengandung FMA memiliki
Berdasarkan hasil percobaan peran yang penting bagi upaya penyerapan
menunjukkan bahwa benih siratro unsur hara.
bermikoriza memiliki kemampuan yang Mycorrhizal inoculation effect
besar dalam meningkatkan produksi (MIE), yang menunjukkan besarnya
tanaman pakan. Hal ditunjukkan oleh hasil pengaruh inokulasi FMA terhadap
berat kering tajuk, berat kering akar, dan produksi berat kering tanaman juga
berat kering tanaman yang tidak berbeda ditunjukkan oleh tanaman yang diberi
secara nyata (P < 0,05) pada perlakuan FMA. Untuk tanaman yang diberi mycofer
benih yang ditanam pada media mycofer (M1) besarnya MIE adalah 95,67% dan
(M1) dengan benih bermikoriza melalui benih yang diselubungi oleh FMA adalah
tehnik penyelubungan (M2). Namun 95,27%. Dengan demikian, sangat jelas
demikian kedua perlakuan tersebut berbeda bahwa perlakuan pemberian FMA pada
secara nyata (P , 0,05) terhadap benih yang siratro sangat berpengaruh terhadap
ditanam pada media tanah pucuk tanpa produksi tanaman. Keragaan tanaman
diberi imbuhan FMA (M0). Pada Tabel 1 berdasarkan perlakuan yang dicobakan
disajikan besarnya perbedaan antara disajikan pada Gambar 1, dan keragaan
perlakuan yang dicobakan. panjang akar berdasarkan perlakuan yang
Selain ditunjukkan oleh ketiga dicobakan disajikan pada Gambar 2.
indikator tersebut, panjang akar dan Dalam hal kolonisasi FMA pada akar
imbangan akar/tajuk tanaman siratro juga tanaman siratro, nampaknya memiliki pola
mendukung terhadap pentingnya kehadiran yang sama sebagaimana halnya pada berat
FMA dalam kaitannya terhadap kering tajuk, berat kering akar, maupun
penyerapan unsur hara. Pada Tabel 2 panjang akar. Pada tanaman yang tidak
disajikan bahwa panjang akar tanaman diberi FMA, rata-rata kolonisasinya pada
siratro yang bermikoriza, baik yang diberi akar hanya mencapai 20,88% yang berbeda
mycofer maupun melalui proses nyata terhadap tanaman yang diinokulasi
penyelubungan, berbeda nyata (P < 0,05) dengan FMA dalam bentuk mycofer
bila dibandingkan tanaman kontrol (benih maupun dalam bentuk penyelubungan

143
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 17, No. 2, Oktober 2013

Tabel 1. Berat kering tajuk, berat kering akar, dan berat kering tanaman siratro umur 30 Hari
setelah tanam dengan sumber inokulasi FMA yang berbeda.
Komponen yang diukur Perlakuan
M0 M1 M2
b a
Berat kering tajuk (g) 0,19 0,557 0,520a
Berat kering akar (g) 0,009b 0,102a 0,089a
b a
Berat kering tanaman (g) 0,28 0,660 0,609a
Keterangan: M0 = Tanpa inokulasi FMA (kontrol) ; M1 = Inokulasi FMA dalam bentuk
granular (mycofer); M2 = Inokulasi FMA dalam bentuk penyelubungan
(coating) benih; Angka rata-rata yang didampingi superskrip yang sama dalam
baris menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (P > 0.05) (DMRT).

Tabel 2. Panjang Akar, dan Imbangan Akar/Tajuk Tanaman Siratro Umur 30 Hari Setelah
Tanam dengan Sumber Inokulasi FMA yang Berbeda.
Komponen yang diukur Perlakuan
M0 M1 M2
b a
Panjang akar (cm) 3,51 7,78 7,84a
Imbangan akar/tajuk 0,48b 0,19a 0,17a
Keterangan: M0 = Tanpa inokulasi FMA (kontrol) ; M1 = Inokulasi FMA dalam bentuk
granular (mycofer); M2 = Inokulasi FMA dalam bentuk penyelubungan
(coating) benih; Angka rata-rata yang didampingi superskrip yang sama dalam
baris menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (P > 0.05) (DMRT).

M0 M1 M3
Gambar 1. Keragaan tanaman percobaan berdasarkan jenis inokulan.

M0 M1 M3
Gambar 2. Keragaan panjang akar berdasarkan perlakuan inokulasi FMA

144
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 17, No. 2, Oktober 2013

benih masing-masing, dimana akar efektifitas inokulasi FMA terhadap


tanaman yang diinokulasi dengan mycofer produksi yang dihasilkan.
kolonisasinya pada akar sebesar 77,19% Efektifitas dalam hal ini menyangkut
dan yang diinokulasi dalam bentuk kemampuan FMA dalam memberikan
penyelubungan benih kolonisasinya keuntungan bagi tanaman inang (Abbot et
mencapai 70,88%. Kedua perlakuan al. 1992). Efektifitas dikelompokan
tersebut tidak menunjukkan perbedaan menjadi 4 kategori, yaitu tidak efektif,
yang nyata. Grafik pada Gambar 3 efektifitas rendah, efektifitas sedang
menyajikan besarnya kolonisasi FMA pada (moderat), dan efektifitas tinggi.
akar siratro berdasarkan perlakuan Pengelompokan ini didasarkan kepada
inokulasi FMA yang berbeda. hasil tanaman yang dibandingkan terhadap
Berdasarkan hasil percobaan tanaman yang tidak diinokulasi dan
menunjukkan bahwa kolonisasi FMA yang terhadap rata-rata hasil tanaman
tinggi diperoleh pada akar tanaman siratro (Sieverding 1991).
yang diinokulasi FMA baik dalam bentuk Dalam percobaan ini, tingginya
granular (mycofer) maupun dalam bentuk kolonisasi akar tanaman oleh FMA selaras
penyelubungan benih, meskipun tidak dengan efektifitas yang tinggi. Inokulasi
berbeda nyata pada kedua perlakuan FMA dalam bentuk granular maupun
inokulasi FMA tersebut. Tingginya penyelubungan benih memiliki nilai MIE
kolonisasi FMA ini selaras dengan yang tinggi, masing-masing 95,67 dan
tingginya berat kering tajuk, berat kering 95,27%. Dengan MIE yang tinggi tersebut
akar maupun berat kering seluruh tanaman. menjamin terjadinya pertumbuhan
Kondisi inipun dicerminkan oleh tanaman yang tinggi pula.

77.19a
80,00 70.88a
70,00
Kolonisasi FMA (%)

60,00
50,00
40,00
30,00 20.88b
20,00
10,00
0,00
M0 M1 M2
Perlakuan inokulasi FMA

Gambar 3. Kolonisasi FMA pada akar siratro berdasarkan perlakuan inokulasi FMA yang
berbeda.

145
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 17, No. 2, Oktober 2013

Tinggi atau rendahnya efektifitas dengan tanaman inang (Barker & Tagu
FMA dalam memberikan keuntungan bagi 2000). Hasil percobaan Fitze et al. (2005)
tanaman, dalam hal ini berat kering tajuk, menunjukkan bahwa auxin bebas maupun
berat kering akar, maupun panjang akar, yang berkonyugasi, secara lokal dan
nampaknya dipengaruhi oleh kecepatan sistematis menginduksi tahap awal
FMA dalam kolonisasi akar tanaman pembentukan simbiosis FMA dengan
inang. Kolonisasi akar oleh FMA diawali tanaman. Fitohormon ini dapat berasal dari
saat hifa memfiksasi akar melalui eksudat akar tanaman atau dari bakteri
apresoria. Tahapan ini diikuti oleh Paenibacillus validus (Hildebrandt et al.
kolonisasi hifa secara internal, baik 2002).
interseluler maupun intraseluler, yang Perlakuan inokulasi FMA dalam
dalam perkembangan berikutnya akan bentuk penyelubungan benih nampaknya
membentuk vesikel dan arbuskula memiliki kemampuan yang sama dengan
(Sieverding 1991; Barker et al. 1998). inokulasi FMA dalam bentuk granular
Sebelum terjadinya fiksasi hifa ke dalam (mycofer) dalamhal kolonisasi akar
akar tanaman, perlu adanya signaling yang maupun efektifitasnya. Selanjutnya
membantu pengenalan hifa terhadap akar kolonisasi terjadi seiring dengan kecepatan
yang akan diinfeksi. Sinyal ini berasal dari pertumbuhan akar (Sylvia 1992), yang
eksudat akar, berupa metabolit yang dalam perkembangan berikutnya
diperlukan untuk menggertak pertumbuhan membentuk vesikel. Selain itu juga
dan perkembangan FMA. Tahapan ini terbentuk sel-sel auxilliary. Dengan adanya
merupakan prasyarat agar terjadi vesikel dan sel-sel auxilliary, menunjukkan
kolonisasi pada akar tanaman inang. adanya perluasan kontak antara tanaman
Menurut Buee et al. (2000) eksudat akar dan FMA sekaligus menggambarkan
tanaman inang mengandung beberapa adanya perkembangan FMA untuk
senyawa lipolitik yang disebut branching membentuk spora (Smith & Read 1997).
factor, yang memiliki aktivitas dalam Panjang akar tanaman siratro yang
proliferasi sel FMA. Branching faktor diinokulasi FMA memiliki panjuang akar
inilah yang kemudian menjadi sinyal yang yang lebih panjang dibandingkan akar
diperlukan dalam menggertak siratro yang tidak diinokulasi oleh FMA.
perkembangan FMA sebelum terjadinya Hal ini menunjukkan bahwa hadirnya
kolonisasi. Selain itu, fitohormon juga FMA dalam sistem pertumbuhan tanaman
berperan penting selaku molekul sinyal bedrpengaruh terhadap morfologi akar.
selama pembentukan simbiosis FMA Morfologi akar tanaman penting untuk

146
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 17, No. 2, Oktober 2013

memaksimalkan penyerapan hara, sebab dari fungi mikoriza dapat menyebar


sistem perakaran dengan ratio area hingga lebih dari 25 cm dari akar, dengan
permukaan dan volume yang tinggi akan demikian akan meningkatkan kemampuan
lebih efisien menjelajah volume tanah eksplorasi tanah untuk mendapatkan hara.
yang luas. Oleh karena itu mikoriza Oleh karena itu aliran P pada akar yang
penting pada tanaman, terutama dalam hal berkoloni dengan fungi mikoriza 3 5 kali
penyerapan P, karena mikoriza ini lebih cepat dibandingkan dengan akar yang
meningkatkan kemampuan akar tidak berkoloni dengan mikoriza dengan
mengeksplorasi tanah lebih luas. laju 10-11 mol m-1.s-1 (Smith & Read 1997).
Rambut akar merupakan struktur Pengambilan P oleh FMA selanjutnya
akar umum, dan peningkatan panjang serta ditranslokasikan melalui hifa, arbuskula
jumlah rambut akar merupakan adaptasi ke sel-sel akar tanaman.
tanaman dalam meningkatkan Tanaman bermikoriza mampu
pengambilan P dan kompetisi tanaman mengambil P lebih efisien, bahkan mampu
ketika P tanaman terbatas untuk mentransport P dengan jarak yang lebih
pertumbuhan. Peningkatan penyerapan P jauh dari sistem perakaran terlebih pada
pada tanaman diperoleh dari adanya kondisi deplesi P di rhizosfer. Hal ini
asosiasi dengan FMA (Brundrett, 2004). karena hifa eksternal FMA dapat mencapai
Perkembangan hifa ekstraradikal FMA 1 20 m per gram tanah (Sylvia 2005).
meningkatkan penyerapan P oleh akar. Simbiosis mutualistik FMA dan tanaman
FMA meningkatkan pengambilan P memberikan keuntungan bagi tanaman
melalui hifa ekstraradikal, sehingga yaitu pertumbuhan dan hasil meningkat,
meningkatkan efisiensi penggunaan nutrisi. memperbaiki kebugaran tanaman atau
FMA simbiosis biasanya meningkatkan kemampuan bereproduksi, dan
fotosintesis dan biomasa tanaman, juga meningkatkan luas permukaan absorbsi
membantu transport dan penyerapan P di hara oleh tanaman karena diameter hifa
samping membantu pertumbuhan tanaman FMA lebih kecil daripada akar tanaman
dan terlebih meningkatkan biomasa dan (Sylvia 2005).
hasil.
Kebanyakan tanaman pertanian, KESIMPULAN
rumput-tumputan, tanaman perkebunan, 1. Inokulasi FMA dapat meningkatkan
dan beberapa spesies tanaman hutan dapat kolonisasi FMA pada akar tanaman
berasosiasi dengan mikoriza dalam siratro ((Macroptilium atropurpureum),
meningkatkan pertumbuhan tanaman. Hifa dimana aplikasi FMA dalam bentuk

147
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 17, No. 2, Oktober 2013

penyelubungan benih dan FMA dalam mycorrhizal fungi in nitrogen-fixing


systems. Di dalam: Norris JR, Read
bentuk granular tidak menunjukkan
DJ, Varma AK, editor. Methods in
perbedaan yang nyata. Mycorrhizal microbiology volume ke-24,
Techniques for the study
inoculation effect (MIE) pada kedua
mycorrhiza. London: Academic
perlakuan inokulasi FMA tersebut Press.
tinggi, yang mencerminkan efektifnya Barker SJ, D. Tagu, and G. Delp. 1998.
Regulation of root and fungal
FMA yang bersimbiosis dengan akar morphogenesis in mycorrhizal
siratro. symbioses. Plant Physiology 116:
1201-1207.
2. Inokulasi FMA memiliki pengaruh yang
Barker SJ, and D. Tagu . 2000. The roles
besar terhadap pertumbuhan dan of auxin and cytokinins in
produksi tanaman siratro (Macroptilium mycorrhizal symbioses. Journal of
Plant Regulator 19: 144-154.
atropurpureum), dimana aplikasi FMA
Brundrett M. 2004. Diversity and
dalam bentuk penyelubungan benih dan classification of mycorrhizal
FMA dalam bentuk granular tidak associations. Biology Review 79:
473-495.
menunjukkan perbedaan yang nyata.
Buee M, M. Rossignol, A.Jauneau, R.
Hal ini ditunjukkan oleh berat kering Ranjeva, and G. Bcard. 2000. The
tajuk, berat kering akar, berat kering pre-symbiotic growth of arbuscular
mycorrhizal fungi is induced by
tanaman, dan panjang akar. branching factor partially purified
from plant root exudates. Molecular
Plant-Microbe Interactions 13: 693-
DAFTAR PUSTAKA 698.
Abbot LK, A.D. Robson, and C. Dalp, Y., and M. Monreal. 2004.
Gazey. 1992. Selection of inoculant Arbuscular mycorrhiza inoculum to
vesicular-arbuscular mycorrhizal support sustainable cropping
fungi. Di dalam: Norris JR, Read DJ, systems.
Varma AK, editor. Methods in http://www.plantmanagementnetwor
microbiology volume ke-24, k.org/pub/cm/review/2004/ inoculant
techniques for the study of [25 Nov. 2005].
mycorrhiza. London: Academic
press. Fitze D, A. Wiepning, M. Kaldorf, and J.
Ludwig-Mller. 2005. Auxins in the
Bagyaraj DJ. 1992. Vesicular-arbuscular development of an arbuscular
mycorrhiza: Apllication in mycorrhizal symbiosis in maize.
agriculture. Di dalam: Norris JR, Journal of plant physiology 162:
Read DJ, Varma AK, editor. 1210-1219.
Methods in microbiology volume ke-
24, techniques for the study of Hildebrandt U, K. Janetta, and H. Bothe.
mycorrhiza. London: Academic 2002. Towards growth of arbuscular
press. mycorrhizal fungi independent of a
plant test. Applied Environmental
Barea JM, R. Azcon, and C. Azcon- Microbiology 68: 1919-1924.
Aguilar. 1992. Vesicular-arbuscular

148
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 17, No. 2, Oktober 2013

Osonubi O, K. Mulongoy, O.O. Awotoye, Sieverding E. 1991. Vesicular-arbuscular


M.O. Atayese, and D.U. Okali. 1991. mycorrhizas management in tropical
Effects of ectomycorrhizal and agrosystem. Eschborn: Deutsche
vesicular-arbuscular mycorrhizal Gessellschaft fr technische
fungi on drought tolerance of four zusammenarbeit (GTZ).
leguminous woody seedlings. Plant Smith SE,and D.J. Read. 1997.
and Soil 136: 131-143. Mycorrhizal symbiosis. San Diego:
Phillips JM, and D.S. Hayman. 1970. Academic Press.
Improved procedures for clearing Sylvia DM. 1992. Quantification of
roots and staining parasitic and external hyphae of vesicular-
vesicular-arbuscular mycorrhizal arbuscular mycorrhizal fungi. Di
fungi for rapid assesment of dalam: Norris JR, Read DJ, Varma
infection. Transactions of British AK, editor. Methods in microbiology
Mycologia Society 55: 158-160. volume ke-24, techniques for the
Potro S. 2000. Pengelolaan Lingkungan study of mycorrhiza. London:
di PT KPC. Sangatta: Departemen Academic press.
Lingkungan PT KPC. Turk MA, T.A. Assaf, K.M. Hameed, and
Pusat Penelitian Tanah. 1983. Term of A.M. Al-Tawaha. 2006. Significance
reference type AS. Bogor: P3MT of Micorrhizae. World Journal of
PPT. Agricultural Sciences 2: 16-20.
Setiadi Y, I. Mansur, S.W. Budi, dan Wetterauer DG,and R.J. Killorn. 1996.
Ahmad. 1992. Petunjuk Fallow- and flooded soil syndromes,
Laboratorium mikrobiologi tanah effects on crop production. Journal
hutan. Bogor: PAU-Bioteknologi of Production Agriculture 9: 39-41.
IPB.

149

Anda mungkin juga menyukai