Oleh:
Taufan P. Daru dan Julinda R. Manullang
Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman, Samarinda
Gunung Kalua Samarinda
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji tingkat infeksi fungi mikoriza arbuskula (FMA) pada benih
tanaman pakan (Macroptilium atropurpureum) yang diselubungi oleh suspensi akar yang mengandung propagul
FMA yang dibandingkan terhadap FMA dalam bentuk granular (mycofer) maupun yang tidak diinokulasi oleh
FMA. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi Ternak, Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman dan
percobaan dilaksanakan di dalam gelas plastik yang berisi 100 g tanah pucuk per gelas plastik dan ditempatkan
dalam rumah kaca. Setiap gelas plastik terdiri atas 4 tanaman. Percobaan disusun dalam rancangan acak lengkap
(RAL), yang terdiri atas 3 perlakuan jenis inokulan FMA untuk legum siratro, yaitu: M0 = Tanpa inokulasi FMA
(kontrol), M1 = Inokulasi FMA dalam bentuk granular (mycofer) (5 g.gelas plastik-1), dan M2 = Inokulasi FMA
dalam bentuk coating benih. Setiap perlakuan diulang sebanyak 8 kali, sehingga setiap jenis tanaman masing-
masing terdiri atas 24 satuan percobaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inokulasi FMA dapat
meningkatkan kolonisasi FMA pada akar tanaman siratro, dimana aplikasi FMA dalam bentuk penyelubungan
benih dan FMA dalam bentuk granular tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Mycorrhizal inoculation effect
(MIE) pada kedua perlakuan inokulasi FMA tersebut tinggi, yang mencerminkan efektifnya FMA yang
bersimbiosis dengan akar siratro. Inokulasi FMA juga memiliki pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman siratro, dimana aplikasi FMA dalam bentuk penyelubungan benih dan FMA dalam bentuk
granular tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Hal ini ditunjukkan oleh berat kering tajuk, berat kering akar,
berat kering tanaman, dan panjang akar.
Kata kunci: Macroptilium atropurpureum, fungi mikoriza arbuskula, benih tanaman pakan
ABSTRACT
The purpose of this experiment was to examine the level of infection of arbuscular mycorrhizal fungi
(AMF) on forage seeds (Macroptilium atropurpureum) coated by root suspension containing propagules of
AMF. These seeds were compared to seeds planted on AMF in granular form (mycophere) and to seeds
uninoculated by the AMF. The experiment was conducted in the Laboratory of Animal Nutrition, Faculty of
Agriculture, Mulawarman University. It was conducted in a plastic cups containing 100 g of top soil per cup and
placed in the greenhouse. Each cup consisted of 4 plants. The experiment was arranged in completely
randomized design (CRD) comprising three treatments that were M0 = siratro seeds without AMF inoculation
(control), M1 = siratro seeds inoculated by AMF in granular form (mycophere) (5 g.cup - 1), and M2 = siratro
seeds inoculated by AMF in the form of seed coating. Each treatment was replicated eight times. The results
showed that AMF inoculation could increase the colonization of AMF on siratro roots, where the application in
the form of seed coating and granular form showed no significant differences . Mycorrhizal inoculation effect
(MIE) in both the AMF inoculation treatments were high, that was reflecting the effectiveness of AMF symbiosis
with the siratro roots. Inoculation of AMF also performed a great influence on the growth and yield of siratro,
where the application in the form of seed coating and in granular form showed no significant differences. This
was indicated by shoot dry weight, root dry weight, plant dry weight, and root length.
140
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 17, No. 2, Oktober 2013
(Potro 2000). Jenis tanaman ini memiliki tanah liat, zeolit, atau pasir memerlukan
adaptasi yang tinggi terhadap kondisi ruang yang luas dan transportasi ekstra.
lingkungan yang buruk, terutama pada Selain itu, apabila dalam aplikasinya
kondisi keasaman tanah yang tinggi (pH dilakukan dengan cara disebar, maka besar
rendah). Agar tanaman ini memberikan kemungkinan akan kontak dengan sinar
penutupan lahan yang cepat dengan matahari secara langsung yang
produksi hijauan yang maksimal untuk mengakibatkan turunnya mutu inokulan
kepentingan ternak, maka perlu diberi sehingga tidak efektif.
pembenah tanah, diantaranya dengan Kolonisasi akar oleh FMA dapat
inokulasi fungi mikoriza arbuskula (FMA. berasal dari tiga sumber inokulum, yaitu
FMA adalah agen biologis yang spora, potongan akar yang terinfeksi, dan
banyak membantu tanaman, teruatama hifa; secara keseluruhan disebut propagul
dalam penyerapan nutrisi dari tanah. Sudah (Smith & Read 1997; Dalp &. Monreal
banyak penelitian yang menunjukkan 2004). Setiap potongan akar tanaman yang
bahwa FMA memberikan hasil yang cukup telah terkolonisasi oleh hifa FMA dapat
menggembirakan bagi tanaman pertanian dikembangkan sebagai sumber inokulum.
baik terhadap peningkatan produksi Infektifitas sumber inokulum yang berasal
maupun potensinya dalam dari akar yang terkolonisasi juga lebih
mengembangkan pertanian secara tinggi dibandingkan yang berasal dari
berkelanjutan (Smith & Read 1997; Turk spora. Infeksi dapat terjadi pada 1 2 hari
et al. 2006). Pertumbuhan dan produksi setelah inokulasi (Sieverding 1991).
bahan kering tajuk tanaman meningkat Apabila potongan akar yang mengandung
setelah diinokulasi dengan FMA. Hal ini hifa dirajang halus dengan menggunakan
berkaitan dengan efektifnya penyerapan blender sehingga membentuk suspensi
unsur hara seperti nitrogen, fosfor, kalium, kemudian dicampur dengan benih tanaman
kalsium dan seng (Osonubi et al. 1991; melalui tehnologi coating, maka ketika
Barea et al. 1992; Wetterauer & Killorn benih mulai meretas akar mudanya akan
1996). kontak langsung dengan potongan akar
Dalam skala yang luas, inokulasi pada suspensi yang menyelimuti benih,
FMA pada tanaman pertanian, termasuk sehingga hifa secara cepat akan
tanaman pakan ternak, masih dihadapkan menginfeksi akar tanaman. Berarti, dengan
pada kendala produksi inokulasi, menggunakan tehnologi coating ini
penyimpanan dan aplikasinya. Sediaan diharapkan dapat mengembangkan
FMA dalam bentuk jadi dengan media tanaman bermikoriza dengan lebih mudah.
141
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 17, No. 2, Oktober 2013
142
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 17, No. 2, Oktober 2013
menggunakan sidik ragam, yang yang tidak diberi FMA)., namun diantara
dilanjutkan dengan uji jarak berganda tanaman yang mengandung FMA tidak
Duncan (DMRT) pada taraf 1%. menunjukkan perbedaan yang nyata (P >
0,05). Hal ini menunjukkan bahwa
HASIL DAN PEMBAHASAN tanaman yang mengandung FMA memiliki
Berdasarkan hasil percobaan peran yang penting bagi upaya penyerapan
menunjukkan bahwa benih siratro unsur hara.
bermikoriza memiliki kemampuan yang Mycorrhizal inoculation effect
besar dalam meningkatkan produksi (MIE), yang menunjukkan besarnya
tanaman pakan. Hal ditunjukkan oleh hasil pengaruh inokulasi FMA terhadap
berat kering tajuk, berat kering akar, dan produksi berat kering tanaman juga
berat kering tanaman yang tidak berbeda ditunjukkan oleh tanaman yang diberi
secara nyata (P < 0,05) pada perlakuan FMA. Untuk tanaman yang diberi mycofer
benih yang ditanam pada media mycofer (M1) besarnya MIE adalah 95,67% dan
(M1) dengan benih bermikoriza melalui benih yang diselubungi oleh FMA adalah
tehnik penyelubungan (M2). Namun 95,27%. Dengan demikian, sangat jelas
demikian kedua perlakuan tersebut berbeda bahwa perlakuan pemberian FMA pada
secara nyata (P , 0,05) terhadap benih yang siratro sangat berpengaruh terhadap
ditanam pada media tanah pucuk tanpa produksi tanaman. Keragaan tanaman
diberi imbuhan FMA (M0). Pada Tabel 1 berdasarkan perlakuan yang dicobakan
disajikan besarnya perbedaan antara disajikan pada Gambar 1, dan keragaan
perlakuan yang dicobakan. panjang akar berdasarkan perlakuan yang
Selain ditunjukkan oleh ketiga dicobakan disajikan pada Gambar 2.
indikator tersebut, panjang akar dan Dalam hal kolonisasi FMA pada akar
imbangan akar/tajuk tanaman siratro juga tanaman siratro, nampaknya memiliki pola
mendukung terhadap pentingnya kehadiran yang sama sebagaimana halnya pada berat
FMA dalam kaitannya terhadap kering tajuk, berat kering akar, maupun
penyerapan unsur hara. Pada Tabel 2 panjang akar. Pada tanaman yang tidak
disajikan bahwa panjang akar tanaman diberi FMA, rata-rata kolonisasinya pada
siratro yang bermikoriza, baik yang diberi akar hanya mencapai 20,88% yang berbeda
mycofer maupun melalui proses nyata terhadap tanaman yang diinokulasi
penyelubungan, berbeda nyata (P < 0,05) dengan FMA dalam bentuk mycofer
bila dibandingkan tanaman kontrol (benih maupun dalam bentuk penyelubungan
143
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 17, No. 2, Oktober 2013
Tabel 1. Berat kering tajuk, berat kering akar, dan berat kering tanaman siratro umur 30 Hari
setelah tanam dengan sumber inokulasi FMA yang berbeda.
Komponen yang diukur Perlakuan
M0 M1 M2
b a
Berat kering tajuk (g) 0,19 0,557 0,520a
Berat kering akar (g) 0,009b 0,102a 0,089a
b a
Berat kering tanaman (g) 0,28 0,660 0,609a
Keterangan: M0 = Tanpa inokulasi FMA (kontrol) ; M1 = Inokulasi FMA dalam bentuk
granular (mycofer); M2 = Inokulasi FMA dalam bentuk penyelubungan
(coating) benih; Angka rata-rata yang didampingi superskrip yang sama dalam
baris menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (P > 0.05) (DMRT).
Tabel 2. Panjang Akar, dan Imbangan Akar/Tajuk Tanaman Siratro Umur 30 Hari Setelah
Tanam dengan Sumber Inokulasi FMA yang Berbeda.
Komponen yang diukur Perlakuan
M0 M1 M2
b a
Panjang akar (cm) 3,51 7,78 7,84a
Imbangan akar/tajuk 0,48b 0,19a 0,17a
Keterangan: M0 = Tanpa inokulasi FMA (kontrol) ; M1 = Inokulasi FMA dalam bentuk
granular (mycofer); M2 = Inokulasi FMA dalam bentuk penyelubungan
(coating) benih; Angka rata-rata yang didampingi superskrip yang sama dalam
baris menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (P > 0.05) (DMRT).
M0 M1 M3
Gambar 1. Keragaan tanaman percobaan berdasarkan jenis inokulan.
M0 M1 M3
Gambar 2. Keragaan panjang akar berdasarkan perlakuan inokulasi FMA
144
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 17, No. 2, Oktober 2013
77.19a
80,00 70.88a
70,00
Kolonisasi FMA (%)
60,00
50,00
40,00
30,00 20.88b
20,00
10,00
0,00
M0 M1 M2
Perlakuan inokulasi FMA
Gambar 3. Kolonisasi FMA pada akar siratro berdasarkan perlakuan inokulasi FMA yang
berbeda.
145
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 17, No. 2, Oktober 2013
Tinggi atau rendahnya efektifitas dengan tanaman inang (Barker & Tagu
FMA dalam memberikan keuntungan bagi 2000). Hasil percobaan Fitze et al. (2005)
tanaman, dalam hal ini berat kering tajuk, menunjukkan bahwa auxin bebas maupun
berat kering akar, maupun panjang akar, yang berkonyugasi, secara lokal dan
nampaknya dipengaruhi oleh kecepatan sistematis menginduksi tahap awal
FMA dalam kolonisasi akar tanaman pembentukan simbiosis FMA dengan
inang. Kolonisasi akar oleh FMA diawali tanaman. Fitohormon ini dapat berasal dari
saat hifa memfiksasi akar melalui eksudat akar tanaman atau dari bakteri
apresoria. Tahapan ini diikuti oleh Paenibacillus validus (Hildebrandt et al.
kolonisasi hifa secara internal, baik 2002).
interseluler maupun intraseluler, yang Perlakuan inokulasi FMA dalam
dalam perkembangan berikutnya akan bentuk penyelubungan benih nampaknya
membentuk vesikel dan arbuskula memiliki kemampuan yang sama dengan
(Sieverding 1991; Barker et al. 1998). inokulasi FMA dalam bentuk granular
Sebelum terjadinya fiksasi hifa ke dalam (mycofer) dalamhal kolonisasi akar
akar tanaman, perlu adanya signaling yang maupun efektifitasnya. Selanjutnya
membantu pengenalan hifa terhadap akar kolonisasi terjadi seiring dengan kecepatan
yang akan diinfeksi. Sinyal ini berasal dari pertumbuhan akar (Sylvia 1992), yang
eksudat akar, berupa metabolit yang dalam perkembangan berikutnya
diperlukan untuk menggertak pertumbuhan membentuk vesikel. Selain itu juga
dan perkembangan FMA. Tahapan ini terbentuk sel-sel auxilliary. Dengan adanya
merupakan prasyarat agar terjadi vesikel dan sel-sel auxilliary, menunjukkan
kolonisasi pada akar tanaman inang. adanya perluasan kontak antara tanaman
Menurut Buee et al. (2000) eksudat akar dan FMA sekaligus menggambarkan
tanaman inang mengandung beberapa adanya perkembangan FMA untuk
senyawa lipolitik yang disebut branching membentuk spora (Smith & Read 1997).
factor, yang memiliki aktivitas dalam Panjang akar tanaman siratro yang
proliferasi sel FMA. Branching faktor diinokulasi FMA memiliki panjuang akar
inilah yang kemudian menjadi sinyal yang yang lebih panjang dibandingkan akar
diperlukan dalam menggertak siratro yang tidak diinokulasi oleh FMA.
perkembangan FMA sebelum terjadinya Hal ini menunjukkan bahwa hadirnya
kolonisasi. Selain itu, fitohormon juga FMA dalam sistem pertumbuhan tanaman
berperan penting selaku molekul sinyal bedrpengaruh terhadap morfologi akar.
selama pembentukan simbiosis FMA Morfologi akar tanaman penting untuk
146
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 17, No. 2, Oktober 2013
147
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 17, No. 2, Oktober 2013
148
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 17, No. 2, Oktober 2013
149