Gangguan Konsep Diri Lansia B
Gangguan Konsep Diri Lansia B
KONSEP DASAR
A. Definisi
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang
diketahui individu tentang dirinya sendiri dan untuk mempengaruhi individu dalam
berhubungan dengan orang lain serta cara individu memandang dirinya secara utuh
baik secara fisikal, emosional intelektual , sosial dan spiritual.
Konsep diri juga dapat didefinisikan sebagai keyakinan, pandangan atau
penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri dan kemampuan untuk menilai orang
atau benda lain seperti menilai dirinya sendiri.
Menurut Hurlock (1978:237), pemahaman atau gambaran seseorang mengenai
dirinya dapat dilihat dari dua aspek, yaitu aspek fisik dan aspek psikologis. Gambaran
fisik diri meliputi penampilan, kesesuaian dengan seks atau jenis kelamin, perilaku,
dan gengsi yang diberikan tubuhnya di mata orang lain. Sedangkan gambaran psikis
diri atau psikologis terdiri dari konsep individu tentang kemampuan dan
ketidakmampuan, harga diri dan bagaimana berhubungan dengan orang lain.
Konsep diri dapat berkembang menjadi 2 aspek yaitu positif dan negative.
Konsep diri akan berkembang positif jika seseorang dapat memperlakukan dirinya
secara positif dalam segi apapun, selalu berfikir positif tentang dirinya sendiri.
Misalnya yakin akan kemampuan dirinya sendiri, dengan seseorang itu yakin akan
dirinya sendiri maka seseorang akan terlihat optimis dan percaya diri dalam
menghadapi segala hal. Sedangkan jika konsep diri dikembangkan dengan sesuatu
yang negative akan berdampak negative pula pada diri sendiri. Misalnya, jika
seseorang selalu menanamkan rasa rendah diri dan tidak percaya diri maka konsep
diri yang muncul pada dirinya adalah selalu malu, merasa dirinya lemah, selalu gagal
dan terlihat menarik diri.
Jadi konsep diri merupakan persepsi seseorang terhadap dirinya secara
menyeluruh.
3. Harga diri
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisa seberapa jauh prilaku memenuhi ideal diri (Stuart and Sundeen, 1991).
4. Peran
Peran adalah sikap dan perilaku nilai serta tujuan yang diharapkan dari
seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat ( Keliat, 1992 ).
5. Identitas
Identitas adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan
penilaian yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sendiri sebagai satu
kesatuan yang utuh (Stuart and Sudeen, 1991).
4. Gangguan Peran
Gangguan peran adalah berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan
oleh penyakit, proses menua, putus sekolah, putus hubungan kerja. Pada lansia yang
mengalami gangguan peran ia merasa gagal karena ditinggal anaknya setelah
menikah. Perannya sebagai orang tua dianggapnya gagal ia merasa anaknya tidak mau
mengurus orangtuanya dan merasa anaknya menjauh darinya, hilangnya peran sebagai
pekerja, perubahan peran karena penyakit.
Tanda dan gejala yang dapat di kaji
1. Mengingkari ketidakmampuan menjalankan peran
2. Ketidakpuasan peran
3. Kegagalan menjalankan peran yang baru
5. Gangguan Identitas
Gangguan identitas adalah kekaburan/ketidakpastian memandang diri sendiri.
Penuh dengan keragu-raguan, sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu
mengambil keputusan. Lansia juga dapat mengalami gangguan identitas karena
biasanya pada lansia sulit untuk mengambil keputusan sendiri dan ragu dalam
mengambil keputusan sehingga biasanya keputusan diserahkan pada anaknya.
Tanda dan gejala yang dapat di kaji
1. Tidak ada percaya diri
2. Sukar mengambil keputusan
3. Ketergantungan
4. Masalah dalam hubungan interpersonal
5. Ragu/ tidak yakin terhadap keinginan
6. Projeksi (menyalahkan orang lain).
2. Ketegangan peran hubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana
individu mengalaminya sebagai frustasi. ada tiga jenis transisi peran :
a. Transisi peran perkembangan
b. Transisi peran situasi
6. Bakat Tertentu
7. Kecerdasan
9. Hubungan interpersonal
d. Mekanisme Doping
1. Pertahanan koping dalam jangka pendek
2. Pertahanan koping jangka panjang
Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan penampilan peran berhubungan dengan harga diri rendah.
2. Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra tubuh
Rencana Tindakan
1. Diagnosa keperawatan : perubahan penampilan peran berhubungan dengan harga
diri rendah.
Tujuan umum:
Klien dapat menunjukkan peran sesuai dengan tanggungjawabnya.
Tujuan khusus:
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
b. Dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
4. Mengatakana pada klien bertambah satu orang yang berharga dan bertanggung
jawab serta mampu menolong dirinya sendiri.
9. Merencanakan bersama oleh aktifitas yuang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan:kegiatan mandiri, kegiatan bantuan sebagian, kegiatan yang
membutuhkan bantuan total.
10. Meningkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi klien.
11. Memberi kesempatan cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
(sering klien takut melaukannya)
12. Memberi kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan.
14. Memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawt klien
harga diri rendah.
4. Percaya diri klien dengan mentpkan keinnginan atau tujuan yang realistis.
2. Diagnosa keperawatan: gangguan harga diri rendah berhubungan dengan
gangguan citra tubuh
Tujuan umum:
Klien menunjukkan peningkatan harga diri.
Tujuan khusus:
a. Klien dapat mennigkatkan keterbukaan dan hubungan saling percaya.
b. Klien mengidentifikasi perubahan citra tubuh.
d. Klien dapat menerima realita perubahan struktur, bebntuk atau fungsi tubuh.
Tindakan keperawatan
1. Membina hubungan perawat yang terpeutik
a. Salam terapeutik
b. Komunikasi terbuka, jujur dan empati.
c. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien. Beri kesempatan untuk
mengungkapkan perasaan klien terhadap perubahan tubuh.
d. Lakukan kontrak untuk program arahan keperawtan/pendapatan ksehatan,
dukungan dan konseling.
2. Mendiskusikan perubahan struktur tubuh dan fungsi tubuh
5. Memberi pujian terhadap aspek yang positif dan kemampuan yang masih
dimilki klien.
6. Mendorong klien untuk merawat diri dan berperan serta dalam asuhan
keperawatan secara bertahap.
7. Melibatkan klien dalam kelompok klien dengan masalah gangguan citra tubuh.
BAB III
KESIMPULAN
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Konsep diri berkaitan erat dengan individu termasuk ide, pikiran, kepercayaan
serta keyakinan yang diketahui dan dipahami oleh individu tentang dirinya. Hal ini
mempengaruhi kemampuan individu dalam membina hubungan dengan orang lain.
Setiap orang akan mendasarkan, membanding, merepon dan bentuk perlaku sesuai
dengan konsep dirinya. Konsep diri terbentuk melalui proses yang terjadi sejak lahir
kemudian secara bertahap mengalami perubahan seiring dengan tingkat pertumbuhan
dan perkembangan individu.
Pembentukan konsep diri sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Konsep diri
juga akan dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain termasuk
berbagai tekanan yang dialami individu. Hal ini akan membentuk persepsi individu
terhadap dirinya sendiri dan penilaian terhadap pengalaman akan situasi tertentu.
TUJUAN
1. Mengenal gangguan konsep diri pada lansia
2. Memutuskan tindakan yang tepat untuk megatasi gangguan konsep diri pada
lansia
3. Melakukan tindakan perawatan kesehatan pada anggota yang sakit sesuai
kemampuan
4. Memodifikasi lingkungan keluarga dengan lansia
5. Memanfaatkan sumber daya di masyarakat. : puskesmas, posyandu, RS dan
lain-lain
METODE PENULISAN
Metode penulisan yang digunakan dalam menyusun makalah ini adalah
metode literatur buku yaitu dengan membaca buku-buku tentang gangguan konsep
diri pada lansia. Selain dengan literatur buku juga menggunakan metode searching
internet.
SISTEMATIKA PENULISAN
Malakah ini memiliki sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I
Pendahuluan yang terdirindari Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Metode Penulisan
dan Sistemaika Penulisan. BAB II Konsep Dasar terdiri dari definisi, macam-cam
konsep diri, gangguan konsep diri dan asuhan keperawatan. BAB III Penutup tersiri
dari Kesimpulan