Panduan DNR
Panduan DNR
DEFINISI
A. DEFINISI.
Perintah DNR untuk pasien harus tertulis baik di catatan medis pasien maupun di
catatan yang dibawa pasien sehari hari, di rumah sakit atau keperawatan, atau
untuk pasien di rumah. Perintah DNR di rumah sakit memberitahukan kepada staf
medis untuk tidak berusaha menghidupkan pasien kembali sekalipun terjadi henti
jantung. Bila kasusnya terjadi di rumah, maka perintah DNR berarti bahwa staf
medis dan tenaga emergensi tidak boleh melakukan usaha resusitasi maupun
mentrarnsfer pasien ke rumah sakit untuk CPR.
B. TUJUAN
Untuk menyediakan suatu proses dimana pasien bisa memilih prosedur yang
nyaman dalam hal bantuan hidup oleh tenaga medis emergensi dalam kasus henti
jantung atau henti napas.
1
BAB II
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup keputusan penolakan resusitasi (DNR) meliputi pelayanan
bagi pasien-pasien di Unit Gawat Darurat, Unit Rawat Inap, Unit / Ruang ICU, dan
Kamar Operasi RS. Bhakti Yudha, dengan melibatkan petugas RS. Bhakti Yudha,
seperti, Dokter DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pasien), Dokter Jaga, Perawat dan
Bidan. Dengan melibatkan pasien, keluarga pasien dan penanggung jawab pasien.
BAB III
TATA LAKSANA
2
GUIDELINES :
Kecuali perintah DNR dituliskan oleh dokter untuk seorang pasien, maka dalam
kasus kasus henti jantung dan henti napas, tenaga emergensi wajib melakukan
tindakan resusitasi.
B. Kriteria DNR
1. Perintah DNR dapat diminta oleh pasien dewasa yang kompeten mengambil
keputusan, telah mendapat penjelasan dari dokternya, atau bagi pasien yang
dinyatakan tidak kompeten, keputusan dapat diambil oleh keluarga terdekat,
atau wali yang sah ditunjuk oleh pengadilan, atau oleh surrogate decision
maker.
2. Dengan pertimbangan tertentu, hal-hal dibawah ini dapat menjadi bahan
diskusi perihal DNR dengan pasien / walinya :
a. Kasus kasus dimana angka harapan keberhasilan pengobatan rendah atau
CPR hanya menunda proses kematian yang alami.
b. Pasien tidak sadar secara permanen.
c. Pasien berada pada kondisi terminal.
d. Ada kelainan atau disfungsi kronik dimana lebih banyak kerugian
dibanding keuntungan jika resusitasi dilakukan.
Ketika pasien sakit berat atau berada pada kondisi terminal, CPR bisa tidak
berhasil atau hanya berhasil sebagian, dan meninggalkan pasien dengan
kerusakan otak atau pada kondisi medis yang lebih buruk dari pada sebelum
jantungnya berhenti. Pada kasus kasus ini, beberapa pasien memilih untuk
dirawat tanpa usaha agresif resusitasi sampai kematian mereka terjadi secara
natural.
3
DNR sudah dikenal secara luas oleh tenaga kesehatan, kuasa hukum,
pengacara, dan lainnya bahwa DNR adalah sah secara medis dan etik dengan
ketentuan tertentu. Untuk beberapa pasien, CPR justru mendatangkan lebih
banyak daripada keuntungan, dan dapat bertentangan dengan keinginan atau
harapan pasien itu sendiri.
Jika seorang pasien tidak menginginkan CPR dan meminta DNR, seorang
dokter harus menyetujui atau jika tidak setuju, dokter dapat :
- Mentransfer pasien ke dokter lain.
- Memulai proses untuk menyelesaikan argumentasi atau perdebatan jika
pasien berada di rumah sakit atau ruang perawatan.
- Jika argumentasi atau perdebatan dalam kurun waktu waktu 72 jam, dokter
harus mentransfer pasien ke dokter lain.
4
Jika seorang pasien sudah dinilai tidak kompeten untuk memutuskan tentang
CPR dan tidka memberitahukan tentang keinginannya sebelumnya, perintah
DNR dapat ditulis dengan consent dari sesorang yang dipilih oleh pasien,
oleh anggota keluarga (pasangan hidup, orang tua, anak, maupun saudara
kandung) atau teman terdekat atau orang yang ditunjuk dari pengadilan secara
hukum.
Dalam kasus ini ada dua pendekatan yang dapat dilakukan, yaitu ;
Advance Directive ;
Ini adalah dokumen yang memuat keinginan dan keputusan pasien sekiranya
di kemudian hari ia tidak mampu melakukannya. Dokumen ini dapat
berbentuk surat wasiat yang menyebutkan keinginan atau keputusan pasien
dengan jelas, atau berbentuk penunjukan orang lain yang spesifik secara
khusus untuk mengambil keputusan medis atas diri pasien (durable power of
attorney for health care). Ada beberapa kontroversi tentang bagaimana surat
wasiat diinterpretasikan. Dalam beberapa kasus, surat wasiat bisa sudah
dibuat jauh hari di masa lalu dan pandangan pasien sudah banyak berubah.
5
Penulisan advance directive dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu ;
Sebaiknya segala sesuatu yang sudah ditullis dicek kembali oleh dokter
atau kuasa hukum untuk memastikan bahwa apa yang sudah pasien yang
ditulis dimengerti sebagaimana mestinya. (mencegah pengertian ganda
atau ambigu).
6
Dalam rumah sakit atau ruang perawatan, keluarga pasien dapat meminta
untuk memediasi ketidaksetujuan. Dokter dan meminta mediasi bila ia
menemukan adanya ketidak setujuan atau kesepakatan di antara anggota
keluarga pasien.
Perintah DNR dapat ditulis jika ada dua dokter yang memutuskan bahwa CPR
tidak akan berhasil atau jika pengadilan secara hukum mensahkan DNR
terhadap pasien tersebut. Oleh karena itu, sangat dianjurkan pada pasien
untuk mendiskusikan hal DNR ini terlebih dahulu dengan dokternya dari
awal.
Pasien atau siapapun yang memberikan consent tentang DNR tersebut dapat
membatalkan atau mencabut consentnya dengan memberitau dokter atau
perawat atau siapapun tentang keputusannya. Selama pada saat mengubah
keputusan tersebut, pasien dalam keadaan kompeten yang berarti mampu
berpikir rasional dan memberitahukan keinginan dengan jelas.
Perubahan itu sebaiknya disahkan secara hukum dan diketahui pula oleh
dokter dan anggota keluarga.
DNR tetap berlaku sampai dokter yang memeriksa memutuskan lain. Bila hal
itu terjadi, dokter tersebut wajib memberitahukan hal tersebut kepada pasien
atau siapapun yang berwenang memutuskan untuk pasien untuk mendapatkan
persetujuan.
D. PROSEDUR DNR
7
5. Tunjau kembali status DNR secara berkala dengan pasien atau walinya,
revisi bila ada perubahan keputusan yang terjadi dan catat dalam rekam
medis. Bila keputusan DNR dibatalkan, catat tanggal terjadinya dan gelang
DNR dimusnahkan.
6. Perintah DNR harus mencakup hal-hal dibawah ini ;
6.1. Diagnosis ;
6.2. Alasan DNR ;
6.3. Kemampuan Pasien untuk membuat Keputusan.
6.4. Dokumentasi bahwa status DNR telah ditetapkan dan oleh siapa ;
7. Perintah DNR dapat dibatalkan dengan keputusan pasien sendiri atau dokter
yang merawat, atau oleh wali yang sah. Dalam hal ini catatan DNR di rekam
medis harus pula dibatalkan dan gelang DNR (jika ada) harus dimusnahkan.
BAB IV
DOKUMENTASI
8
1. SPO Keputusan DNR.
2. Formulir Informed Consent.
3. Formulir DNR
4. Dokumen Rekam Medis Pasien.
5. Gelang pasien
6. Surat Wasiat atau surat lainnya.
Disyahkan di : DEPOK
Pada Tanggal : Oktober 2015
DIREKTUR,
KATA PENGANTAR
9
menyediakan suatu proses dimana pasien bisa memilih prosedur yang
nyaman dalam hal bantuan hidup oleh tenaga medis emergensi dalam
kasus henti jangtung atau henti napas, di RS. Bhakti Yudha. Panduan
dalam pelayanan pasien terminal yang terdiri dari Definisi, Ruang
Lingkup dan Tata Laksana dan Prosedur.
Semoga Panduan Keputusan Penolakan Resusitasi (DNR) ini
dapat bermanfaat dan dapat digunakan sebaik-baiknya oleh seluruh
unit pelayanan terkait di RS. Bhakti Yudha, serta mampu
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di RS. Bhakti Yudha.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
10
Panduan
Keputusan
Penolakan Resusitasi (DNR)
11
12