PENDAHULUAN
1
pemimpin organisasi sekolah, sehingga dalam kaitannya dengan segala aktivitas
yang berhubungan dengan sekolah adalah merupakan aktivitas kepemimpinan,
dengan fungsi tertentu. Tentang fungsi kepemimpinan Koonts, dalam
(Wahjosumidjo, 2008:105), memberikan pendapat bahwa:
The function of leadership, therefore, is to induce or persuade all
subordinates of followers to contribute willingly to organizational goals in
accordance with their maximum capability.
Yang maknanya kurang lebih : Fungsi kepemimpinan, adalah untuk
mendorong atau membujuk semua bawahan pengikut untuk berkontribusi bersedia
untuk tujuan organisasi sesuai dengan kemampuan maksimal mereka. Mengacu
pada definisi dari Koonts, dapat dipahami bahwa agar para bawahan dengan penuh
kemauan serta sesuai dengn kemampuan secara maksimal berhasil mencapat tujuan
organisasi, pemimpin harus mampu membujuk dan meyakinkan bawahan
(Wahjosumidjo, 2008:118), lebih lanjut menjelaskan dalam salah satu dari
kesimpulan yang telah disusun, bahwa: agar guru, staf, dan siswa melaksanakan
tugas-tugas dengan penuh kesadaran, maka setiap Kepala Sekolah bertanggung
jawab untuk menyediakan segala dukungan, peralatan, fasilitas, berbagai peraturan
dan suasana yang mendukung kegiatan.
Di lain pihak terdapat faktor yang juga menjadi salah satu penentu
keberhasilan tujuan pendidikan di sekolah yaitu guru. Guru mempunyai tugas
untuk mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan
mengembangkan nilai-nilai hidup, mengajar berarti meneruskan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan, melatih berarti mengembangkan
keterampilan-keterampilan pada siswa. Dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawab tersebut, seorang guru dituntut memiliki beberapa kemampuan dan
keterampilan tertentu. Kemampuan dan keterampilan tersebut sebagai bagian dari
kualitas guru. Bahkan secara lebi luas (Kunandar, 2010:37) berpendapat Guru
sebagai komponen utama dalam dunia pendidikan dituntut untuk mampu
mengimbangi bahkan melampaui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang berkembang dalam masyarakat. Tinggi rendahnya kualitas pendidikan di
sekolah sebagian besar ditentukan oleh tingkat pelibatan guru dalam proses belajar
mengajar di sekolah (Sulthon, 2009:5). Bahkan kualitas pendidikan dan lulusan
dari suatu sekolah seringkali dipandang tergantung kepada peran guru dalam
pengelolaan komponen-komponen pengajaran yang digunakan pada proses belajar
mengajar, yang menjadi tanggung jawabnya.
2
masalah, yang mengakibatkan menurunnya motivasi kerja seperti : keamanan
kerja, kondisi kerja yang kurang menyenangkan, kurang adanya perlakuan yang
wajar dan jujur, serta kurang adanya pengakuan dan penghargaan.
Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut maka peran kepala
sekolah sangat besar dalam membantu mengurangi permasalahan yang dimiliki
oleh guru.
Kepemimpinan adalah suatu kekuatan penting dalam rangka pengelolaan,
oleh sebab itu kemampuan memimpin secara efektif merupakan kunci keberhasilan
sekolah (Wahyusumidjo, 2007:4). Kepemimpinan kepala sekolah akan sangat
berpengaruh bahkan sangat menentukan terhadap kemajuan sekolah.
Kepemimpinan kepala sekolah harus memiliki integritas tinggi, sebab seseorang
pemimpin akan selalu berada di tengah-tengah para anggota organisasi yang
dipimpinnya. Oleh karena itu dalam pendidikan modern kepemimpinan kepala
sekolah merupakan jabatan strategis dalam mencapai tujuan pendidikan.
Kepala sekolah yang baik adalah kepala sekolah yang mempunyai sifat
dan perilaku kepemimpinan yang mampu menciptakan iklim sekolah yang baik
dan memberikan kepuasan kerja yang tinggi bagi para guru. Kepala sekolah dalam
perannya sebagai seorang pemimpin harus mampu mengarahkan orang lain untuk
melakukan tugas-tugas. Pemimpin yang baik adalah mereka yang mampu
memperhatikan kebutuhan dan tujuan orang- orang yang bekerja untuknya
(bawahannya) tidak terfokus pada kekuasaan yang dimilikinya saja sehingga
kepuasan kerja bawahan selalu terpenuhi. Seperti apa yang dinyatakan Follet
bahwa para pemimpin seharusnya berorientasi pada kelompok dan bukan
berorientasi pada kekuasaan (T. Hani Handoko, 2000:307).
Motivasi diartikan sebagai segala sesuatu yang menjadi pendorong
timbulnya suatu tingkah laku. artinya dengan motivasi guru mau bekerja
keras dengan menyumbangkan segenap kemampuan, pikiran, keterampilan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan. Adanya tujuan yang jelas dan disadari akan
mempengaruhi kebutuhan dan ini akan mendorong timbulnya motivasi (Oemar
Hamalik:161)
Adanya permasalahan yang timbul dari prilaku sebagian guru, seperti
konsisten waktu yang rendah, penyampaian materi yang tidak tuntas,
perkembangan siswa lambat dan tingkat kehadiran guru juga menurun, oleh karena
itu diperlukan upaya lebih lanjut dan lebih intensif, agar pendidikan sekolah tetap
dapat mencapai tujuan sebenarnya. Maka penting adanya motivasi kerja dalam
mengelola kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru.
3
Untuk mendapatkan informasi yang aktual tersebut maka perlu dilakukan
penelitian. Faktor kerja yang mana yang masih kurang dan faktor apa yang
dianggap sudah baik. Selain itu perlu juga untuk diketahui aspek apa sajra yang
berhubungan dengan motivasi kerja guru.
Perhatian yang diberikan kepala sekolah dapat membantu memotivasi kerja
guru, karena motivasi sangat penting dan harus dimiliki oleh setiap pribadi yang
bersangkutan. Dengan adanya motivasi kerja ini akan timbul rasa cinta
terhadap profesi yang di embannya, karena salah satu sikap professional guru
adalah memiliki semangat (motivasi) untuk memberikan layanan kepada siswa,
sekolah dan masyarakat. Motivasi kerja guru merupakan kekuatan yang dapat
menimbulkan semangat kerja pada diri guru yang mendorongnya untuk tugas-
tugasnya dalam dunia pendidikan yaitu aktifitas belajar mengajar.
Kepemimpinan kepala sekolah dalam pengembangan motivasi kerja yaitu
bagaimana kepala sekolah dapat menciptakan iklim kerja yang baik dilingkungan
sekolah, kerena hal ini dapat mengembangkan motivasi kerja guru.
Semua kegiatan yang ada didalam sekolah merupakan upaya pemenuhan
terhadap tercapainya tujuan sekolah, sehingga segala aktivitas organisasi sekolah
hendaknya dikelola lebih optimal. Demi mewujudkan tujuan tersebut maka
kualitas kerja guru perlu ditingkatkan.
Oleh karena itu diperlukan peran dari kepala untuk mendorong guru- guru
supaya bekerja lebih maksimal lagi. Salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai
pemimpin, yaitu memimpi segala aktivitas khususnya guru. Jika kepala sekolah
sebagai pemimpin dapat melakukan tugas, fungsi dan tanggung jawabnya dengan
baik serta melaksanakan kepemimpinannya secara efektif dan professional maka
logikanya kepemimpinan kepala sekolah dapat meningkat prestasi kerja guru.
Guru yang termotivasi dalam mengajar terlihat dalam ketekunanya
ketika melaksanakan tugas dengan ulet, penuh kreatif dan sebagainya. Hal ini
berdampak pada kepuasaan kerja guru yang akhirnya mampu menciptakan kinerja
yang baik. Berdasarkan teori-teori diatas dapat dikemukakan bahwa
pengembangan motivasi kerja guru dapat berpengaruh jika fungsi kepemimpinan
kepala sekolah telah terlaksana dengan baik.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang di paparkan di atas, ada beberapa masalah yang
dapat di identifikasi di antaranya adalah:
4
1. Rendahnya kepemimpinan kepala sekolah dalam menciptakan lingkungan
fisik yang kondusif.
2. Kepala sekolah kurang melibatkan guru dalam menentukan kebijakan.
3. Rendahnya tanggung jawab guru dalam melaksanakan tugas dan peraturan.
4. Guru belum merasa puas terhadap hasil penilaian yang diberikan kepala
sekolah.
D. Tujuan Makalah
Makalah ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kepemimpinan kepala
sekolah dalam pengembangkan motivasi kerja guru.
E. Manfaat Makalah
Makalah ini diharapkan dapat memberi manfaat yang hendak dicapai yaitu:
1. Dapat menambah wawasan, pengalaman dan pengetahuan tentang materi atau
kajian yang dibahas bagi penulis.
2. Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi para kepala sekolah sebagai
masukan positif dalam menciptakan kondisi sekolah yang baik.
3. Sebagai bahan masukan atau input bagi para pembaca.
4. Makalah ini diharapka berguna bagi masyarakat untuk terus berkontribusi bagi
penciptaan yang mencerdaskan.
BAB II
5
TINJAUAN TEORITIS
A. Kepemimpinan
1) Pengertian Kepemimpinan
Pengertian kepemimpinan adalah mempengaruhi orang lain untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan, berkaitan dengan proses yang mempengaruhi
orang sehingga mereka mencapai sasaran dalam keadaan tertentu (Abdul Rahman
Saleh, 2006:110).
Leadership atau kepemimpinan dalam pengertian umum menunjukkan
suatu proses kegiatan dalam hal memimpin, membimbing, mengontrol perilaku,
perasaan serta tingkah laku terhadap orang lain yang ada dibawah pengawasannya.
Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang menggerakkan,
mengarahkan, sekaligus mempengaruhi pola fikir, cara kerja setiap anggota agar
bersikap mandiri dalam bekerja terutama dalam mengambil keputusan untuk
kepentinganpercepatan tujuan yang telah ditetapkan (Wahyudi, 2009:119)
Kepemimpinan berusaha untuk membuat perubahan dalam organisasi
dengan (1) menyusun visi masa depan dan strategi untuk membuat perubahan
yang dibutuhkan, (2) mengkomunikasikan dan menjelaskan visi (3) memotivasi
dan memberi inspirasi kepada orang lain untuk mencapai visi itu (Gary Yuki,
2005:7).
Kata memimpin mempunyai arti memberikan bimbingan, menuntun,
mengarahkan dan berjalan di depan (Precede). Pemimpin berprilaku untuk
membantu organisasi dengan kemampuan maksimal dalam mencapai tujuan
(Wahyosumidjo, 2007:104).
Berdasarkan dari beberapa definisi yang dikemukakan para ahli
kepemimpinan tersebut, dapat digaris bawahi bahwa kepemimpinan kepala
sekolah adalah pemimpin pendidikan yang mempunyai peranan yang sangat
besar dalam mengembangkan mutu pendidikan di sekolah, dengan melalui proses
menggerakkan, mempengaruhi, dan membimbing orang lain dalam rangka
mencapai tujuan organisasi. kepala sekolah sebagai pemimpin tertinggi di
sekolah. Pola kepemimpinannya akan sangat berpengaruh bahkan sangat
menentukan kamajuan sekolah. Oleh karena itu dalam pendidikan modern
kepemimpinan kepala sekolah merupakan jabatan strategis dalam mencapai tujuan
pendidikan. Bagaimana kepala sekolah untuk membuat orang lain bekerja untuk
mencapai tujuan sekolah.
2) Fungsi Kepemimpinan
6
Kepala Sekolah sebagai seorang pemimpin dalam praktik sehari- hari
harus selalu berusaha memperhatikan dan mempraktikkan delapan fungsi
kepemimpinan didalam kehidupan sekolah (Wahyosumdjo:106) :
a) Menciptakan kebersamaan diantara guru dan orang-orang yang menjadi
bawahannya.
b) Menciptakan rasa aman didalam lingkungan sekolah sehingga para guru dan
orang-orang yang menjadi bawahan dalam melaksanakan tugasnya mereka
merasa aman, bebas dari segala perasaan gelisah, kekhawatiran serta
memperoleh jaminan keamanan (providing security).
c) Memberikan saran, anjuran dan sugesti untuk memelihara serta
meningkatan semangat para guru staff dan siswa, rela berkorban demi
menumbuhkan rasa kebersamaan dalam melaksanakan tugas masing-masing.
d) Bertanggung jawab memenuhi dan menyediakan dukungan yang
diperlukan oleh para guru.
e) Sebagai motivator, dalam arti mampu menimbulkan dan
menggerakkan semangat para guru, staf dan para siswa dalam pencapaian
tujuan yang telah di tetapkan.
f) Selalu menjaga penampilan dan integritas sebagai kepala sekolah, selalu
terpercaya, di hormati baik sikap, prilaku maupun perbuatannya.
g) Membangkitkan semangat, percaya diri terhadap para guru sehingga
mereka menerima dan memahami tujuan sekolah secara antusias, bekerja
secara bertanggung jawab kearah tercapainya tujuan sekolah (inspiring)
h) Selalu dapat memperhatikan, menghargai apapun yang dihasilkan oleh para
mereka yang menjadi tanggung jawabnya (Wahyosumodjo: 106).
4) Tipe Kepemimpinan
9
a. Tipe kepemimpinan otokratis: otokratis pemerasan dan otokratis bijak
Otokratik pemerasan adalah kepemimpinan diktator atau direktif. Orang
yang menganut pendekatan ini biasanya ia mengambil suatu keputusan
tanpa berkonsultasi kepada anggotanya dan mereka harus memenuhi
keputusan tersebut. Musyawarah tidak diperlukan, sedang rapat-rapat
diadakan hanya untuk menyampaikan intstruksi-instruksi atau perintah
yang harus dilaksanakan.
Otokratik bijak kurang lebih sama dengan otokratis pemerasan yaitu
keputusan tetap ditangan pemimpin, hanya saja disini pemimpin memberikan
sedikit kesempatan kepada anggota dalam memberikan komentar serta diberi
sedikit kelonggoran untuk melaksanakan tugasnya dengan batas-batas yang
telah ditentukan.
b. Tipe Kepemimpinan Konsultasi
Tipe ini merupakan gaya kepemimpinan yang menunjukan bahwa dalam
menetapkan tujuan, memberikan perintah-perintah, dan membuat
keputusan setelah berkonsultasi dengan bawahannya. Pemimpin memiliki
kepercayaan kepada bawahan sehingga setiap keputusan yang menyangkut
dengan tugas anggota, pemimpin memberikan kepercayaan untuk menentukan
keputusan tersebut. Dan untuk keputusan-keputusan penting tetap berada di
tangan pemimpin. Misalnya, kepala sekolah memberikan kebebasan kepada
guru dalam menentukan metode mengajar.
Pemimpin gaya ini lebih mengutamakan imbalan atau hadiah daripada
ancaman atau hukuman. Misalnya, setiap guru yang bersungguh-sungguh atau
bekerja dengan baik akan diberikan hadiah. Pemimpin dengan gaya ini juga
memberikan kebebasan kepada anggota untuk berdiskusi dengan atasan.
11
B. Kepala Sekolah
1) Pengertian Kepala Sekolah
Kepala sekolah merupakan gabungan kata yang dijadikan satu hingga
mempunyai makna tersendiri. Kedua kata tersebut adalah kepala dan
sekolah. Kata kepala adalah pemimpin dalam suatu lembaga. Adapun
sekolah adalah sebuah lembaga dimana menjadi tempat menerima dan
memberi pelajaran (Wahjosumidjo: 83).
Kepala sekolah adalah guru yang diberi tugas khusus untuk mengelola
sekolah, membuat kebijakan, mengatur tata tertib dan operasionalisasi
sekolah sehingga tidak terjadi kesemrawutan atau diberi kepercayaan untuk
menjadi pemimpin sekaligus manager sekolah (Aan Komariah:3).
Kepala sekolah adalah jabatan pemimpin yang tidak bisa diisi oleh
orang-orang tanpa didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan. Siapa pun
yang akan diangkat menjadi kepala sekolah harus ditentukan melalui prosedur
serta persyaratan tertentu seperti : latar belakang pendidikan, pengalaman,
usia , pangkat dan integritas. Oleh sebab itu, kepala sekolah pada hakikatnya
adalah jabatan formal, sebab pengangkutannya melalui suatu proses dan
prosedur yang didasarkan atas peraturan yang berlaku.
Kemampuan yang harus diwujudkan kepala sekolah sebagai pemimpin
dapat di analisis dari kepribadian kepala sekolah akan tercermin dalam sifat-
sifat (1) Jujur, (2) Percaya diri, (3) Tanggung jawab, (4) Berani mengambil
resiko dan keputusan, (5) Berjiwa besar, (6) Emosi yang stabil, (7) Teladan
(Mulyasa, 2007:115).
Berdasarkan peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 38, bahwa criteria untuk
menjadi Kepala Sekolah meliputi:
a) Berstatus sebagai guru di sekolah
b) Memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
c) Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun di
sekolah
d) Memiliki kemampuan kepemimpinan dan kewirausahaan di bidang
pendidikan.
Dari beberapa definisi di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa kepala
sekolah adalah seseorang yang mempunyai jabatan yang tidak bisa digantikan
begitu saja tanpa ada prosedur ketentuan yang telah ditetapkan secara baku,
dan harus memenuhi ketentuan tersebut. Bertanggung jawab mempengaruhi,
12
mengajak, mengatur, mengkordinir para personil atau pegawai kearah
pelaksanaan dan perbaikan mutu pendidikan dan pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan.
2) Jenis-jenis motivasi
Dalam melakukan suatu perbuatan yang bersifat sendiri, seseorang
selalu didorong oleh motivasi tertentu baik yang objektif maupun yang
subyektif. Adapun motivasi kerja itu sendiri mempunyai jenis sebagai
berikut :
a) Motivasi intrinsik yakni dorongan yang terdapat dalam pekerjaan yang
dilakukan. Misalnya : bekerja karena pekerjaan itu sesuai dengan bakat
dan minat, dapat diselesaikan dengan baik karena memiliki
pengetahuan dalam menyelesaikan. Menurut Sardiman motif intrinsik
adalah motif yang berfungsi tidak perlu dirangsang dari luar, karena
dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan
16
sesuatu.
b) Motivasi ekstrinsik yakni dorongan yang kuat berasal dari pekerjaan
yang sedang dilakukan. Misalnya : bekerja karena upah atau gaji yang
tinggi, mempertahankan kedudukan yang baik dan lain-lain (Sardiman,
2000:87).
Kedua jenis motivasi tersebut merupakan satu kesatuan yang sangat
menentukan keberhasilan seseorang dalam memperoleh hasil kerja yang
optimal, walau bagaimanapun bakat dan keahlian seseorang dalam
melakukan suatu pekerjaan mesti dihargai karena penghargaan memiliki
arti dan pengaruh yang sangat besar bagi setiap orang pendorong dan
penunjang dalam mengeksplorasikan segala kemampuan dan keahliannya.
3) Teori motivasi kerja
Motivasi berawal dari adanya kekurangan dalam diri seseorang
atau kebutuahan yang belum terpenuhi. Seseorang dalam melakukan suatu
aktivitas tertentu selalu didorong oleh motif-motif tertentu, yaitu
merupakan upaya memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
Adapun tingkat kebutuhan manusia yang mendorong manusia
untuk bekerja menurut Maslow adalah (Abdul Rahman:83):
a) Kebutuhan aktualisasi diri ( Self actualization )
Kebutuhan aktualisasi diri dipenuhi dengan menggunakan kecakapan,
kemampuan, keterampilan, dan potensi optimal untuk mencapai prestasi
kerja yang sangat memuaskan atau luar biasa yang sangat sulit dicapai
orang lain.
b) Kebutuhan akan penghargaan diri/status (Esteem needs)
Merupakan kebutuhan akan pengakuan serta penghargaan prestise timbul
karena adanya prestasi, tetapi selamanya tidak demikian.
c) Kebutuhan akan cinta (love) atau afiliasi (social needs)
Kebutuhan afiliasi adalah kebutuhan sosial misalnya berteman, mencintai
serta diterima dalam pergaulan lingkungan kerjanya. Manusia pada dasar
nya selalu ingin berkelompok dan tidak seorang pun manusia ingin hidup
menyendiri
d) Kebutuahan akan keamanan dan keselamatan (Savety needs)
Kebutuhan ini merupakan rasa aman dari kecelakaan dan keselamatan
dalam melaksanakan pekerjaan. Kebutuhan ini mengarah pada bentuk
kebutuhan akan keamanan dan keselamatan jika di tempat kerja pada saat
mengerjakan pekerjaan pada waktu jam-jam tertentu.
e) Kebutuhan fisik (Phisical needs)
17
Kebutuhan fisik adalah kebutuhan yang diperlukan untuk mempertahankan
kelangsungan hidup seorang seperti sandang, pangan, papan. Organisasi
membantu indiviu dengan menyediakan gaji yang baik, keuntungan serta
kondisi kerja untuk memuaskan kebutuhannya.
Dengan demikian hierarki kebutuhan dari Maslow dapat di ubah
ke dalam tatanan model motivasi kerja seperti yang dilukiskan pada
gambar berikut (Miftah Toha, 2007:228) :
Aktualisasi diri
Penghargaan misalnya: status,
title, symbol-simbol, promosi,
penjamuan, dsb.
18
d. Lebih senang bekerja sendiri
e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin
f. Dapat mempertahankan pendapatnya.
g. Tidak pernah mudah melepaskan hal yang diyakini.
h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seseoarng yang
memiliki motivasi kerja, memiliki ciri-ciri-di atas, apabila seseorang
memiliki ciri-ciri tersebut, berarti orang itu mempunyai motivasi kerja
yang cukup tinggi. Ciri- ciri motivasi sangat penting dalam kegiatan
sekolah karena setiap kegiatan akan berhasil dengan dengan baik.
Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya (Sardiman, 2006:86) :
a. Motif bawaan
Yang dimaksud motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak
lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari. Sebagai contoh misalnya:
dorongan untuk makan, dorongan untuk minum, dorongan untuk bekerja,
untuk beristirahat, dan dorongan seksual. Motif-motif ini sering kali
disebut motif-motif yang diisyaratkan secara biologis.
b. Motif yang dipelajari
Maksudnya motif-motif yang timbul karena dipelajari. Sebagai
contoh : dorongan untuk mengajar sesuatu dalam masyarakat. Motif-motif
ini seringkali disebut dengan motif-motif yang diisyaratkan secara social.
Sebab manusia hidup dalam lingkungan social dengan sesama manusia
yang lain, sehingga motivasi itu terbentuk. Sebab justru dengan
kemampuan berhubungan, kerjasama didalam masyarakat tercapailah
suatu kepuasan diri. Sehingga manusia perlu mengembangkan sifat-sifat
ramah, koperatif, membina hubungan baik dengan sesama, apalagi orang
tua dan guru. Dalam kegiatan belajar mengajar , hal ini dapat membantu
dalam usaha mencapai prestasi.
20
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam bab-bab yang terdahulu
maka dapat dijelaskan beberapa temuan sebagai berikut :
21
Berdasarkan temuan tersebut, maka dapat disimpulkan kepemimpinan
kepala sekolah dalam pengembangan motivasi kerja guru berada dalam
kategori cukup baik.
B. Saran-saran
Berdasarkan paparan dan kesimpulan diatas, maka penulis
menyampaikan saran semoga bermanfaat guna memperbaiki dimasa yang akan
datang khususnya kepemimpinan kepala sekolah dalam pengembangan
motoivasi kerja guru, sebagai berikut :
22
DAFTAR PUSTAKA
23