Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas rahmatNya
laporan pendahuluan untuk pekerjaan Pemetaan Jalur Ganda Kereta Api
Kutoarjo Solo ini dapat selesai dengan baik. Laporan Pendahuluan ini dibuat
dalam rangka sebagai persiapan pelaksanaan pekerjaan Penetapan Batas
Ruang Prasarana Jalur Kereta Api Antara Pekalongan - Semarang Tawang,
berdasarkan Surat Perjanjian Nomer: 15/KTR/PPFP.KA/IV/2012, Tanggal 27
April 2012 dan Surat Perintah Mulai Kerja Nomer: 16/SPMK/SP3.KA/IV/2012
Tanggal 30 April 2012.
Jakarta, September
2015
PT. DWI ELTIS
KONSULTAN
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................1
I.I. LATAR BELAKANG..............................................................................1
I.II. MAKSUD DAN TUJUAN.......................................................................2
I.III. LOKASI KEGIATAN..............................................................................3
I.IV. RUANG LINGKUP PEKERJAAN.............................................................4
I.V. WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN.................................................18
I.VI. HASIL AKHIR PELAKSANAAN PEKERJAAN........................................18
BAB II METODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAAN............................20
II.II. PERSIAPAN......................................................................................23
II.II.I. PENENTUAN SISTIM KOORDINAT DAN REFERENSI PENGUKURAN
..................................................................................................23
II.II.II. INVENTARISASI DATA SEKUNDER...............................................24
II.II.III. SURVEY PENDAHULUAN.............................................................25
II.II.IV. PENYUSUNAN RENCANA KERJA.................................................25
II.II.V. PERSIAPAN ADMINISTRASI DAN PERALATAN..............................26
II.II.VI. PERSIAPAN DI LAPANGAN..........................................................27
II.III. SURVEY LAPANGAN.........................................................................29
II.III.I. MONUMENTASI/PEMASANGAN PATOK BETON............................29
II.III.II. PENGUKURAN KERANGKA KONTROL HORISONTAL....................30
II.III.III. PENGUKURAN KERANGKA KONTROL VERTIKAL (WATERPASSING)
..................................................................................................30
II.III.IV. PENGUKURAN SITUASI...............................................................30
II.III.V. PENGUKURAN POTONGAN MELINTANG (CROSSECTION)...........30
II.III.VI. PENGUKURAN PROFIL MEMANJANG...........................................30
II.III.VII. SURVEY JALUR KERETA API, JARINGAN UTILITAS DAN BANGUNAN
PELENGKAP...............................................................................30
II.IV. PENGOLAHAN DATA DAN PENGGAMBARAN....................................30
II.IV.II. INPUT DATA...............................................................................31
II.IV.III. DATA PROSESING......................................................................31
II.IV.IV. PENGGAMBARAN.......................................................................32
II.V. PENYAJIAN PETA DAN GAMBAR........................................................33
II.V.II. PENYAJIAN PETA SITUASI TOPOGRAFI........................................34
2
II.V.III. PENYAJIAN GAMBAR PROFIL MEMANJANG..................................34
II.V.IV. GAMBAR POTONGAN MELINTANG.............................................34
BAB III. . .RENCANA KERJA DAN ORGANISASI PELAKSANAAN KEGIATAN
35
III.I. PEMBUATAN PETA KERJA.................................................................35
III.II. VOLUME PEKERJAAN.......................................................................36
III.III. KAPASITAS TIM PELAKSANA............................................................37
III.IV. WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN.................................................37
III.V. JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN................................................38
III.VI. ORGANISASI PELAKSANA KEGIATAN................................................40
BAB IV.................................... KEGIATAN YANG SUDAH DILAKSANAKAN
44
IV.I. PENGUMPULAN DATA SEKUNDER....................................................44
IV.I.I. PETA RUPA BUMI BIG (BADAN INFORMASI GEOSPASIAL) ATAU
PETA TOPOGRAFI JANTOP DALAM SKALA 1 : 50.000 ATAU YANG
LEBIH BESAR;............................................................................44
IV.I.II. PETA GROUND KART..................................................................44
IV.I.III. DISKRIPSI PATOK REFERENSI ELEVASI.......................................44
IV.II. KOORDINASI DENGAN INSTANSI TERKAIT.......................................44
IV.III. SURVAI PENDAHULUAN...................................................................44
IV.IV. PENYUSUNAN PROGRAM KERJA.......................................................46
BAB V RENCANA KERJA SELANJUTNYA...........................................48
V.I. PERALATAN YANG AKAN DIPERGUNAKAN........................................48
V.II. PERSIAPAN LAPANGAN....................................................................48
V.III. SURVEI PENGUKURAN LAPANGAN...................................................48
V.IV. PEMBUATAN LAPORAN ANTARA.......................................................48
LAMPIRAN LAMPIRAN................................................................49
LAMPIRAN 1 ...................................................... KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)
49
LAMPIRAN 2 .............PETA RUPA BUMI BIG (BADAN INFORMASI GEOSPASIAL)
49
LAMPIRAN 3.......................................................................... PETA GROUND KART
49
LAMPIRAN 4.......................................... DOKUMENTASI SURVEY PENDAHULUAN
49
3
4
BAB I PENDAHULUAN
I.I. LATAR BELAKANG
A. Dasar Hukum
a.) Undang Undang No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian;
b.) Peraturan Pemerintah No. 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan
Perkeretaapian;
c.) Peraturan Pemerintah No 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Kereta Api;
d.) Peraturan Menteri No. 60 tahun 2012 tentang Persyaratan Teknis
Jalur Kereta Api.
e.) Peraturan-peraturan lainnya yang terkait.
B. Gambaran Umum
Kondisi saat ini belum tersedia data gambar maupun peta yang
menggambarkan secara detail batasan, topografi, jenis prasarana dan
fasilitas di dalam jaringan jalur kereta api, sehingga menimbulkan
kesulitan pada saat ada rencana pengembangan maupun pemanfaatan
lahan di sepanjang jalur kereta api.
1
2
I.II. MAKSUD DAN TUJUAN
A. Maksud Kegiatan
Maksud dari kegiatan pemetaan jalur ganda kereta api di lintas ini
adalah untuk menggambarkan/memetakan dan mendata jaringan jalur
ganda kereta api dan utilitas/bangunan pelengkap yang ada
didalamnya, termasuk memberikan/memasang patok-patok batas
RUMAJA dan RUMIJA lengkap dengan buku diskripsi dan dokumentasi di
tiap-tiap patok.
B. Tujuan Kegiatan
Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah menyediakan dokumen yang
berkualitas baik yang dapat dijadikan Pedoman/referensi teknis dalam
proses perencanaan pengembangan/peningkatan pembangunan
dimasa mendatang.
3
I.III.LOKASI KEGIATAN
Lokasi kegiatan Penetapan batas ruang jalur kereta api adalah pada lintas Pekalongan Semarang Tawang.
4
I.IV. RUANG LINGKUP PEKERJAAN
5
Mencari titik tetap (BM= Bench Mark) hasil studi terdahulu
dan atau BM yang terdekat dengan lokasi/lintas yang akan
dipetakan;
Mengamati jalur KA, bangunan pelengkap dan jaringan
utilitas sepanjang Jalan Kereta Api eksisting,
Membuat dokumentasi hasil peninjauan awal
Membuat rencana kerja untuk survey detail pengukuran
topografi, survey jaringan Utilitas serta rencana pemasangan
Patok Rumija dan Rumaja, sampai penggambaran.
B. Kegiatan Survey Primer
(1.) Lingkup Kegiatan
Kondisi lokasi yang ada perlu survey secara teliti, sehingga dalam
pelaksanaan pekerjaan, hal-hal yang menjadi kendala sudah di
antisipasi, dari berbagai aspek pelaksanaan.
a) Survai topografi meliputi:
(1.) Penentuan metode pelaksanaan
(2.) Penentuan Referensi Pengukuran
(3.) Pengukuran situasi
(4.) Pengukuran profil memanjang dan melintang
(5.) Penentuan titik-titik BM, Rumija dan Rumaja
(6.) Penggambaran
b) Survey Jaringan Utilitas dan bangunan pelengkap yang berada
dalam jalur kereta api di sepanjang lintas.
(2.) Ketentuan kegiatan
a) Secara detail ketentuan kegiatan Survey Geodesi / Topografi
yang dilakukan secara lengkap dan sistematis, setidaknya
meliputi ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
(1.) Penentuan Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan pengukuran dilakukan dengan
peralatan digital otomatis atau di kombinasi dengan
peralatan manual.Pengolahan data ukur sampai
penggambaran dilakukan juga dengan metode digital.
Dalam pelaksanaan, minimal memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
(a.) Titik Kontrol Tanah
i. Titik Kontrol Horizontal ditentukan dengan metode
pengukuran poligon. Pertama kali pengukuran
poligon utama dilakukan di sepanjang lokasi
pekerjaan berupa kring tertutup. Untuk merapatkan
jaringan titik kontrol horizontal dapat dilakukan
dengan menggunakan poligon cabang.
6
ii. Titik Kontrol Vertikal ditentukan dengan sipat datar.
(b.) Kerapatan Titik Kontrol
i. Kontrol Horizontal
Pada tiap spasi (5-10 cm) diatas bidang datar/peta
terdapat 1 titik kontrol, yaitu 1 titik kontrol pada tiap
:
i.) (50-100) meter untuk skala 1 : 1000
ii.) (100-200) meter untuk skala 1 : 2000
iii.) (250-500) meter untuk skala 1:5000
ii. Kontrol Vertikal
Pada tiap spasi (2,5-5 cm) diatas bidang datar/peta
terdapat 1 titik kontrol yaitu titik kontrol pada tiap :
i.) (50-100) meter untuk skala 1 : 1000
ii.) (100-200) meter untuk skala 1 : 2000
iii.) (250-500) meter untuk skala 1:5000
Jalur pengukuran poligon cabang sebaiknya diusahakan
berbentuk garis lurus, sehingga penyebaran titik-titik
kontrol yang didapatkan memenuhi batasan diatas.
(c.) Poligon
i. Jalur pengukuran poligon utama dilakukan
mengelilingi daerah survai serta dimulai dan
diakhirinya pada titik yang sama (kring tertutup).
Jika disekitar lokasi proyek terdapat titik tetap yang
telah diketahui koordinatnya maka jalur poligon
utama harus melalui titik tetap tersebut dan
pengukuran tetap dilakukan secara kring tertutup.
ii. Pengukuran poligon cabang dilakukan dengan kedua
ujungnya terikat pada titik-titik poligon utama atau
dilakukan secara kring tertutup pada 2 (dua) buah
bench mark yang saling kelihatan (sisi poligon
utama).
iii. Stasiun pengukuran poligon selain pada titik
permanen maupun semi permanen dapat terbuat
dari patok kayu dengan ukuran minimal sebagai
berikut :
i.) Panjang : 40 cm
ii.) Penampang : (5x7) cm
Sedangkan pada tanah yang lunak diperlukan patok
kayu yang panjang, sehingga patok tersebut tidak
mudah berubah kedudukannya setelah
ditancapkan.Patok kayu ditancapkan dengan bagian
7
atas menonjol setinggi 10 cm diatas permukaan
tanah.Untuk mendefinisikan titik secara pasti pada
penampang patok bagian atas harus dipasang paku.
iv. Titik-titik poligon diberi nomor dengan huruf dan
diikuti oleh angka. Penomoran ini dilakukan dengan
memakai cat.
v. Ketelitian pengukuran poligon utama minimal
0,0005 cm dan untuk poligon cabang minimal 0,001
cm.
(d.) Sudut Horizontal
i. Sudut horizontal diukur dengan teodolit 1 (Wild T2
atau yang sejenis)
ii. Pembacaan sudut horizontal pada pengkuran
poligon utama dilakukan sebanyak 2 seri ganda
sedangkan untuk poligon cabang sebanyak 1 seri
ganda. Bacaan 1 seri ganda didefinisikan sebagai
berikut :
i.) Teropong dalam keadaan luar biasa ke
target muka
ii.) Teropong dalam keadaan luar biasa ke
target belakang
Perbedaan maximum sudut-sudut horizontal hasil
bacaan adalah 10.
iii. Pengukuran sudut horizontal dalam 2 seri ganda
8
vii. Jalur pengukuran poligon sebaiknya menghindari
lokasi yang sulit, sawah dan tanah yang tidak
stabil.
(e.) Sudut Vertikal
i. Sudut vertikal diukur dengan menggunakan alat
theodolith 1 (wild T2 atau yang sejenisnya)
ii. Pengukuran ini dilakukan dalam 2 kedudukan
teropong yaitu teropong dalam kedudukan biasa
dan luar biasa.
iii. Pengukuran sudut vertikal dilakukan dari tiap ujung
sisi poligon untuk mereduksi jarak ke jarak
horizontal.
(f.) Jarak
i. Jarak antara titik-titik poligon utama diukur dengan
jarak ukur elektromagnetik (EDM) yang mempunyai
ketelitian (5 mm + 3 ppmD).
ii. Jarak tersebut diukur 2 kali dari arah yang
berlawanan (pulang-pergi) dan pada tiap arah
minimal dilakukan 3 kali pembacaan.
iii. Jarak horizontal antara titik-titik poligon cabang
diukur dengan menggunakan meteran pegas dan
minimal dilakukan pembacaan 2 kali.
(g.) Sipat Datar
i. Alat ukur yang digunakan adalah waterpass (Wild
NAK-2 atau yang sejenis). Minimal seminggu sekali
kemiringan garis bidik alat ukur sipat datar ini
harus diperiksa, jika dirasa perlu kesalahan garis
bidik dapat dikoreksikan.
ii. Untuk menentukan beda tinggi antara 2 buah titik
yang berjauhan letaknya rambu ukur harus
diletakkan diatas plat besi atau patok kayu sebagai
titik perantara.
iii. Rambu ukur harus dilengkapi dengan nivo rambu,
dan kepada pemegang rambu harus agar
diinstruksikan untuk menjaga rambu tetap vertikal
pada saat pengukuran dilakukan.
iv. Jarak antara alat ukur terhadap rambu tidak boleh
melebihi 50 meter.
9
v. Jarak antara alat ukur ke rambu belakang dan jarak
alat ukur ke rambu muka diusahakan sama. Pada
waktu pelaksanaan, perbedaan jumlah jarak ke
rambu belakang dan jumlah jarak ke rambu muka
harus tidak lebih dari 5 meter.
vi. Pembacaan ke rambu dilakukan diantara (0,2-2,8)
meter dan ketiga benang dibaca penuh.
vii. Pengukuran harus dilakukan dengan jumlah slaak
genap dan rambu awal menjadi rambu akhir.
viii. Semua Bench Mark dan titk-titik tetap lainnya
diukur secara kring tertutup dan merupakan jalur
sipat datar utama. Pada tiap seksi (antara 2
pasang Bench Mark), pengukuran dilakukan dari 2
arah yang berlawanan (pulang-pergi). Jalur
pengukuran pulang dan jalur pengukuran pergi
tidak boleh sama. Pengukuran pulang pergi boleh
dilakukan oleh pengukur yang sama atau pengukur
yang berbeda.
ix. Jika disekitar lokasi proyek terdapat titk-titik tetap
lainnya yang telah diketahui ketinggiannya maka
jalur pengukuran sipat datar utama harus melalui
titik tetap tersebut dan tetap dilakukan pulang
pergi serta berupa kring tertutup.
x. Ketelitian pengukuran sipat datar utama adalah
12k km pada kring tertutup dimana k adalah
panjang jalur dalam satuan km.
xi. Pengukuran sipat datar cabang dimulai dan diakhiri
pada titik-titik sipat datar utama dengan kata lain
kedua ujung jalur sipat datar cabang terikat pada
titik-titik sipat datar utama.
xii. Ketelitian pengukuran sipat datar cabang adalah
20k km, dimana k adalah jalur satuan km.
(h.) Situasi
i. Jarak diukur dengan menggunakan meteran. Untuk
daerah yang relatif datar, beda tinggi diukur
dengan sipat datar sedangkan untuk daerah yang
curam beda tinggi dapat ditentukan dengan
theodolite (T). Dalam hal ini ketiga benag harus
10
dibaca penuh sebagai kontrol jarak yang diukur
dengan pita ukur.
ii. Kerapatan titik-titik detail situasi adalah tiap spasi
(2-2,5 ) cm pada bidang datar atau peta yaitu pada
setiap :
i.) (20-25) meter untuk skala 1:1000
ii.) (40-50) meter untuk skala 1 : 2000
iii.) (100-125) meter untuk skala 1 : 5000
iii. Semua titik-titik detail harus ditentukan posisinya (
X,Y,Z) sehingga dapat digambarkan pada peta
situasi, seperti :
i.) Pojok bangunan tetap
ii.) Titik penyelidikan tanah
iii.) Batas kampung
iv.) Detail jalan inspeksi dan perlintasan
v.) Dan lain-lain
iv. Lebar daerah pengukuran di sekitar jembatan
dapat diperbesar sesuai kebutuhan perencanaan.
(i.) Contour (Garis Ketinggian)
Contour dapat dilakukan dengan cara interpolasi atau
ditentukan dilapangan setelah posisi horizontal dan
ketinggian titik-titik kontrol di plot.
(j.) Plotting
i. Semua titik-titik kontrol di plot dengan cara
plotting koordinat.
ii. Plotting titik-titik detail situasi dapat dilakukan
dengan cara plotting koordinat dan atau cara grafis
dengan argumen sudut dan jarak datar.
iii. Pekerjaan sebaiknya dilakukan dilapangan sebelum
semua staf lapangan meninggalkan lokasi proyek.
(k.) Pengambilan dan Proses Data Lapangan
i. Semua formulir berukuran folio.
ii. Semua data lapangan ditulis dengan menggunakan
tinta hitam atau ballpoint hitam.
iii. Jika terjadi kesalahan dalam menulis data
lapangan, maka kesalahan tersebut dapat dicoret
dengan garis tunggal. Menghapus data dengan
menggunakan setip , dalam hal ini tidak
dibenarkan.
iv. Semua data lapangan harus dilengkapi nama
pengukur, tanggal pengukuran, nomor alat ukur
dan sebagainya.
11
v. Hitungan sebaiknya dilakukan 2 kali agar tidak
terjadi kesalahan dalam hitungan.
vi. Proses hitungan dilakukan di lapangan hal ini
dimaksudkan untuk mengetahui apakah hasil
ukuran telah memenuhi toleransi yang diijinkan.
Hitungan-hitungan tersebut antara lain meliputi :
i.) Untuk titik kontrol horizontal
(i.) Periksa hitungan sudut dan jarak rata-
rata.
(ii.) Periksa hitungan azimuth matahari.
(iii.) Periksa hitungan salah satu penutup
horizontal.
(iv.) Periksa hitungan salah satu penutup
absis dan ordinat.
(v.) Periksa hitungan ketelitian
pengukuran poligon.
ii.) Untuk titik kontrol vertikal
(i.) Periksa semua jumlah jarak ke muka
dan jumlah jarak ke belakang.
(ii.) Periksa hitungan beda tinggi ukuran
pulang dan pergi serta rata-ratanya
untuk tiap seksi.
(iii.) Periksa hitungan beda tinggi dan
salah satu penutupnya dalam kring
tertutup.
vii. Hitungan perataan untuk titik-titik
poligon dilakukan berbanding lurus
dengan jarak , yaitu sebagai berikut :
x d / D fx y d / D fy
dan
x
Dimana : = Koreksi untuk
absis
y
= Koreksi untuk ordinat
fx
= Salah satu penutup
absis
12
fy
= Salah satu penutup
ordinat
d
= Jarak sisi-sisi poligon
D = Jumlah jarak sisi-sisi
poligon
Hal yang sama berlaku juga untuk
hitungan perataan sipat datar. Semua
perhitungan-perhitungan
(Analisis/Interpretasi/Grafik/) harus
dibuat dan dilampirkan pada laporan.
(2.) Referensi Pengukuran koordinat X, Y dan elevasi
(a.) Untuk menentukan koordinat X dan Y, sedapatnya
dilakukan pengikatan kepada Titik GPS (orde 2 atau 3
dari BIG), orde 4 (BPN) atau titik referensi (BM) hasil
pekerjaan desain sebelumnya yang berada paling dekat
ke lokasi kegiatan;
(b.) Untuk ketinggian (elevasi), sedapatnya dilakukan
pengikatan kepada Titik Tinggi Geodetik (TTG) dari Badan
Informasi Geospasial (BIG) atau titik referensi hasil
pekerjaan desain sebelumnya yang berada paling dekat
ke lokasi kegiatan.
(3.) Pengukuran untuk pemetaan situasi
Untuk pemetaan situasi trase Jalur kereta api, dilakukan
dengan ketentuan, sebagi berikut:
(a.) Pengukuran situasi di lakukan pada jalan rel
minimum 50 m ke kiri dan 50 m ke kanan dari as jalur
jalan rel.
(b.) Pengukuran situasi di lokasi emplasemen, dilakukan
selebar minimum 100 m ke arah kiri dan 100 m ke arah
kanan dari as jalur jalan rel kereta api atau sampai batas
terluar area eplasemen (ROW).
13
(b.) Jaringan sinyal, tiang sinyal bantu, semua tiang
rambu pada jalur kereta api, papan lengkung, dll.
(c.) Bangunan hikmat dan jalan perlintasan
(d.) Pagar, patok batas jalan KA termasuk bangunan
infrastruktur lainnya.
(e.) Tiang/jaringan listrik, tiang/jaringan listrik, tiang PJU,
jaringan kabel sinyal termasuk jaringan pipa/kabel bawah
tanah.
(f.) Bentuk bangunan yang ekstrim, seperti: turap, kolam,
tambak, rawa, bukit, dll
14
(2.) Pada sungai di BH > 10 m
(a.) Dilakukan sejauh 100 m s/d 300 mke arah hulu
dan 100 m s/d 300 mke arah hilir dari as Jalur ganda
dengan interval potongan setiap 50 meter.
(b.) Panjang setiap potongan minimal mencakup 50
m ke kanan dan 50 m ke kiri dari tepi sungai, (50 m
+ lebar sungai + 50 m)
(6.) Laporan survai topografi berikut gambar-gambar
hasil pengukuran dan dokumentasi hasil pekerjaan.
15
(7.) Monumentasi Benchmark (BM), Rumaja dan Rumija
(a.) Pemasangan Bench Mark (BM) pada awal dan akhir
lokasi proyek masing-masing dipasang 2 buah yang
saling terlihat dengan sejarak maksimum 75 m. Hal yang
sama juga dilakukan sepanjang lintas dengan interval+ 1
km,
(b.) Pemasangan Patok RUMAJA dan RUMIJA dilengkapi
keterangannya dengan interval +1km, pada kanan dan
kiri jalur ganda jalan kereta api, sepanjang lokasi proyek.
(c.) Daftar/diskripsi patok Benchmark (BM), RUMAJA dan
RUMIJA dan titik-titik tetap lainnya lengkap dengan
koordinat (x,y,z) harus dibuat secara terpisah dengan
titik-titik lainnya dalam formulir tersendiri, dibuat lengkap
dengan photo dan sketsa lokasinya disampaikan dalam
bentuk pelaporan tersendiri, sebagai lampiran laporan
akhir.
(d.) Patok Benchmark (BM), RUMIJA dan RUMAJA terbuat
dari konstruksi beton ukuran 20 x 20 x 125 cm. Dan
tertera logo Ditjen Perkeretaapian/ Kementerian
Perhubungan dan nomor urut serta kode/informasi lain
yang diperlukan, menggunakan bahan marmer putih
ukuran 12x15 cm.
(e.) Setiap Patok Benchmark (BM), RUMIJA dan RUMAJA
harus dipasang dengan kokoh dan tetap pada posisinya.
16
Gambar I-2 Contoh Konstruksi Patok Benchmark (BM), RUMIJA dan RUMAJA
17
1.) Dalam kegiatan ini, konsultan (bila diperlukan) mengacu dari
peraturan/referensi yang berlaku antara lain:
a.) Peraturan Dinas No. 10 (PD 10) ;
b.) AVBP 1932 ;
c.) Peraturan Bahan Jalan Rel Indonesia (PBJRI) 1989 ;
d.) BMS ( Bridge Management System)
e.) Peraturan/referensi lainnya yang ada kaitannya dengan
kegiatan ini.
2.) Proses penggambaran Peta
Hasil akhir dari kegiatan ini adalah gambar pemetaan, dimana
dalam prosesnya, baik pengolahan data termasuk penggambaran
harus dilakukan secara digital menggunakan komputer dan
software, seperti Autodesk Land Desktop atau Autodesk AutoCAD
sehingga waktu pengerjaannya lebih efektif dan efisien.
Hal-hal tersebut diatas setidaknya harus mencakup:
a.) Gambar alinyemen horizontal, vertikal trase jalur ganda diatas
peta topografi
(1.) Skala : 1 : 1000
(2.) Interval kontur : 1.00 m
b.) Gambar / peta situasi sekitar jembatan
(1.) Skala : 1 : 500
(2.) Interval kontur : 0,5 m;
c.) Gambar potongan memanjang jalan rel dan memanjang as
sungai
(1.) Skala H : 1 : 1000
(2.) Skala V : 1 : 100
d.) Gambar potongan melintang jalan rel dan melintang sungai:
(1.) Skala H : 1 : 100
(2.) Skala V : 1 : 100
(3.) Interval : 50 m pada jalur lurus
(4.) Interval : 25 m pada jalur lengkungan.
e.) Semua gambar dicetak pada kertas HVS ukuran A.3 (semua
tulisan angka serta notasi dapat dibaca tanpa alat bantu).
f.) Format gambar dan tata letak disesuaikan dengan yang biasa
digunakan Ditjen Perkeretaapian
18
Hasil akhir atau produk akhir pelaksanaan pekerjaan Penetapan Batas Ruang
Prasarana Jalur Kereta Api antara Pekalongan - Semarang Tawang dapat
dibagi dua, yaitu : produk bentuk fisik di lokasi, dan produk akhir berupa
dokumen, sebagai berikut.
19
2.) Buku 2 Ringkasan Eksekutif
3.) Buku 3 Laporan Survei Topografi (termasuk Deskripsi BM GPS,
Deskripsi BM & Deskripsi Rumaja-Rumija)
4.) Buku 4 Album Gambar Pemetaan (termasuk Situasi-Longsection &
Cross Section)
5.) Buku 5 Laporan Survei Track, Jaringan Utilitas & Bangunan
pendukung pada Jalur Kereta Api (termasuk track/alinyemen,
emplasemen, BH, JPL, sintelis & bangunan pendukung lainnya)
20
BAB II
METODOLOGI PELAKSANAAN
PEKERJAAN
Agar maksud dan tujuan dari pekerjaan ini dapat dicapai dengan optimal,
maka peta situasi topografi jalur kereta api eksisting sebagai hasil akhir
pekerjaan ini harus memuat semua obyek penting yaitu antara lainya.
a. Semua posisi kop rel existing yang ada yang dapat menggambarkan
alinemen horizontal dan elinemen vertikal jalan rel kereta api
b. Semua bangunan pelengkap esisting lainya seperti ; patok piket atau
patok hektometer, patok KM, tiang sinyal bantu, semua tiang rambu
jalan KA, papan lengkung, dan lain sebagainya.
c. Semua bangunan hikmat existing, seperti jembatan, gorong-gorong,
saluran air, jalan perlintasan baik itu jalan setapak, jalan tanah, jalan
aspal/beton atau jalan raya, lengkap dengan palang pintu dan rambu-
rambu perlintasan
d. Pagar dan atau patok batas tanah milik kereta api (ROW), bangunan
infrasruktur yang ada disekitar jalan kereta api yaitu antara lain ; jalan,
saluran, box culvert/saluran melintang rel, dan lain sebagainya
e. Semua bangunan utilitas yang ada, seperti ; jaringan kawat sinyal,
tiang dan jaringan telepon, tiang dan jaringan listrik, tiang PJU, jaringan
pipa bawah tanah bila ada (pipa PAM, pipa Gas, Kabel listrik bawah
tanah dan lain sebagainya), jaringan kabel sinyal, dan lain sebagainya.
21
f. Bangunan penguat seperti ; turap, pasangan batu, bronjong batu kali,
sheet pile, dan lain sebagainya.
g. Titik-titik ketinggian (spot height) yang menggambarkan kondisi
topografi di sepanjang jalur kereta api dan areal sekitarnya, yang
disajikan dalam bentuk garis kontur (garis ketinggian) dengan interval
1.0 meter. Secara garis besar lingkup pelaksanaan pekerjaan
penetapan batas ruang prasarana jalur kereta api terdiri atas kegiatan
sebagai berikut :
1. Persiapan :
- Inventarisasi data sekunder
- Survei pendahuluan atau survei awal
- Pembuatan rencana kerja
- Persiapan personel dan peralatan
2. Pekerjaan Lapangan :
- Persiapan Lapangan
- Pemasangan BM, Patok RUMAJA dan RUMIJA
- Pengukuran polygon/kerangka kontrol horizontal (poligon)
- Pengukuran waterpas/kerangka control vertical (waterpas)
- Pengukuran profil memanjang dan potongan melintang
- Pengukuran situasi topografi
- pengukuran jalur KA, jaringan utilitas dan bangunan pelengkap
3. Pengolahan data dan penggambaran :
- Input data
- Prosesing data
- Penggambaran
- Penyajian akhir peta dan data
4. Pembuatan laporan :
- Laporan Pendahuluan
- Laporan Antara
- Konsep Laporan Akhir
- Laporan Akhir
- Lampiran Laporan Akhir
22
Gambar II-3 Diagram Alir Pelaksanaan Pekerjaan
23
II.II.PERSIAPAN
24
yang terdekat dengan lokasi pekerjaan. Berdasarkan peta sebaran stasiun
GPS Jaringan Kontrol Geodetik Nasional dari Bakosurtanal, dapat ditentukan
beberapa titik stasiun GPS yang dapat digunakan sebagai referensi
pengukuran pemetaan jalur kereta api lintas Pekalongan Semarang
Tawang, sebagai berikut :
Titik GPS N.0001 - (Orde 0) : Kantor Bakosurtanal (BIG) Jl. Raya Bogor
Km.46 Cibinong Bogor
Titik GPS BCOL - (Orde I) : Jembatan Ancol Tanjung Priok Jakarta Utara.
Untuk parameter elevasi (z) agar sesuai dengan sistim koordinat yang
digunakan yaitu sistim koordinat UTM yang berlaku secara nasional, maka
untuk referensi vertical atau elevasi (Z), harus digunakan titik Jaring Kontrol
Vertikal Nasional yaitu titik TTG (titik tinggi geodesi), yang telah dibuat dan
dipasang oleh Bakosurtanal disepanjang jalan nasional.
a. PP.628A : Patok dipasang pada pilar tangga pintu air di tepi Jl.
Minangkabau, Manggarai Jakarta Selatan
b. TTG No.008 : Dipasang pada pagar sebelah kiri pintu masuk Gereja
Zebauth Jl. Ir. H. Juanda - Bogor
c. TTG No.009 : Dipasang didepan halaman Kantor Direktorat PHPA Jl.
Surya Kencana Bogor.
25
Data koordinat GPS dan Titik TTG yang akan digunakan sebagai
referensi
Data-data jaringan utilitas dan bangunan pelengkap
26
II.II.III. SURVEY PENDAHULUAN
Rencana kerja atau program kerja dibuat sebagai pedoman dan acuan
pelaksanaan pekerjaan di lapangan, yang disusun berdasarkan data
sekunder yang didapat dan hasil survei pendahuluan, yaitu terdiri atas:
Penyusunan rencana kerja ini akan dibahas lebih detail pada bab III Rencana
Kerja dan organisasi pelaksanaan pekerjaan.
27
II.II.V. PERSIAPAN ADMINISTRASI DAN PERALATAN
A. Persiapan administrasi.
Persiapan administrasi dalam rangka persiapan pelaksanaan pekerjaan
penetapan batas ruang prasarana jalur kereta api, meliputi pengurusan
beberapa surat sebagai berikut:
Surat pengantar koordinasi dengan Instansi terkait, yaitu antara lain :
EVP DAOP 4 Semarang
Surat Keterangan dari Satuan Kerja Pengambangan dan
Peningkatan Prasarana Perkeretaapian, Direktorat Jenderal
Perkeretaapian
Surat tugas personel petugas lapangan
Surat Jalan untuk kendaraan dan tim petugas lapangan, dll
B. Persiapan Peralatan.
28
membandingkannya dengan hasil pengukuran menggunakan mistar
(meteran) baja, selisih harga jarak terukur harus sesuasi dengan
spesifikasi alat (10 ppm), dan koreksi dilakukan secara digital sesuai
manual alatnya. jika koreksi yang dilakukan pada alat dan spesifikasi alat
tidak bisa dipenuhi, maka kalibrasi harus dilakukan oleh agen pabrikan.
Pengadaan base camp sebagai tempat menginap dan tempat kerja para
petugas lapangan di lokasi pekerjaan, dilakukan dengan cara menyewa
rumah penduduk.
29
mobilisasi dan transportasi dalam pelaksanaan survei pengukuran di
lapangan, yaitu:
D. Pengadaan Material
30
II.III. SURVEY LAPANGAN
Kegiatan survey lapangan ini dapat dirinci terdiri atas pekerjaan sebagai
berikut :
31
1.) BM GPS, adalah BM pemetaan yang dipasang setiap interval 5
km ini, dan pengukuran koordinatnya dilakukan dengan sistim
Satelit GPS.
Dari total panjang lokasi pekerjaan 88 km, akan dipasang BM
dengan Nomor GPS sebanyak (dua puluh empat) buah, mulai
dari GPS-01, GPS-02,...............dst hingga GPS-24.
2.) BM, yaitu patok BM pemetaan selain BM GPS yang pengukuran
koordinatnya dilakukan pengukuran poligon, yang jumlah
keseluruhannya 86 buah, mulai dari: BM-01, BM-02,
.dst hingga BM-86.
2. Patok RUMAJA, yaitu patok beton yang dipasang sebagai titik batas
Ruang Manfaat Jalur kereta api. Sesuai dengan Undang-undang No. 23
Tahun 2007, yang dimaksud Ruang Manfaat Jalur, yaitu terdiri dari jalan
rel pada permukaan tanah diukur dari sisi terluar jalan rel beserta bidang
tanah di kiri, kanan, atas dan bawah yang digunakan untuk konstruksi
jalan rel termasuk bidang tanah untuk penempatan fasilitas operasi
kereta api dan bangunan pelengkap lainnya. Batas ruang manfaat jalur
kereta api untuk jalan rel pada permukaan tanah yang masuk
terowongan, diukur di dari sisi terluar konstruksi terowongan.
Batas ruang manfaat jalur kereta api untuk jalan rel pada permukaan
tanah yang berada di jembatan, diukur di dari sisi terluar konstruksi
jembatan. Untuk itu patok Rumaja dipasang pada akhir konstruksi jalur
KA untuk jalan rel pada permukaan tanah pada sisi luar saluran drainase,
dan pada jembatan pada sisi luar konstruksi jembatan (pondasi), baik
pada sisi kanan dan kiri jalur ganda kereta api, dan dipasang setiap
interval 1 kilometer sejajar dengan patok kilometer (KM) jalur KA. Dari
seluruh areal pekerjaan 55 km akan dipasang sebanyak 110 buah patok
Rumaja. Patok Rumaja harus dicat dengan warna biru dengan label
dibuat dari marmer yang dipahat sesuai dengan Nomor Patok Rumaja
sesuai dengan nomor KM atau sta pada patok piket.
3. Patok RUMIJA, yaitu patok beton yang dipasang sebagai titik batas Ruang
Milik Jalur kereta api. Sesuai dengan Undang-undang No. 23 Tahun 2007
Ruang Milik Jalur kereta api adalah bidang tanah di kiri dan kanan batas
ruang manfaat jalur kereta api yang digunakan untuk pengamanan
konstruksi jalan rel.
Patok batas RUMIJA dipasang pada jarak 6 (enam) meter kesebelah kanan
dan kiri dari titik patok RUMAJA, dan dipasang setiap interval 1 kilometer
32
sejajar dengan patok kilometer (KM) jalur kereta api. Dari seluruh areal
pekerjaan 55 km akan dipasang sebanyak 110 buah patok Rumija.
Patok Rumija harus dicat dengan warna biru dengan label dibuat dari
marmer yang dipahat sesuai dengan Nomor Patok Rumija sesuai dengan
nomor KM atau sta pada patok piket.
Dalam hal jarak antara patok RUMAJA dan patok batas ROW kurang dari 6
meter, maka posisi patok Rumija ditempatkan pada batas ROW dan dicat
dengan warna kuning. Pemasangan patok Rumaja dan Rumija dilakukan
setelah gambar crosection pada lokasi pemasangan dibuat, sehingga
pemasangan patok Rumaja dan Rumija tidak terjadi kesalahan dalam
menentukan jarak antara patok dengan center line rel kereta.
Pemasangan patok Rumaja dan Rumija secara grafis dapat digambarkan
sebagai berikut.
Pelaksanaan pemasangan patok BM, Patok GPS, Patok RUMAJA dan patok
RUMIJA dilakukan dengan metoda kerja dan tata-cara sebagai berikut :
Patok BM, patok BM-GPS, patok RUMAJA dan patok RUMIJA dibuat
dengan ukuran 20cm x 20cm, tinggi 125 cm yang dipasang 75 cm
ditanam dalam tanah, dan 50 cm diatas permukaan tanah.
Patok beton dibuat dengan bahan beton cor dengan rangka besi
begel dengan konstruksi sebagai berikut:
33
dilapangan, bukan dibuat di base camp kemudian ditanam di
lapangan.
Setiap PATOK dipasang pada lokasi dengan kondisi tanah yang
stabil atau tanah keras dan dipilih pada lokasi tanah datar dan
yang terlindung serta aman dari kemungkinan gangguan hewan
atau kendaraan.
Setiap PATOK dipasang baut yang diberi tanda silang diatasnya
dengan cara digergaji, sebagai titik point PATOK dalam
pelaksanaan pengukuran, dan dicat dengan cat besi atau atau cat
tembok dengan warna Biru.
Setiap PATOK dipasang Label PATOK yang menyertakan logo
Kementerian Perhubungan, Kode (BM, BM-GPS, RUMAJA atau
RUMIJA), serta Nomer patok secara berurutan, seperti contoh
berikut ini.
Setiap Patok harus dibuatkan diskripsinya, yang mencantumkan:
Nomer Patok, Tanggal dibuat, Koordinat Patok, Sketsa posisi patok
serta foto patok, untuk kemudian dijilid menjadi buku diskripsi
patok sebagai salah satu lampiran laporan akhir.
Untuk label penomeran patok BM, BM-GPS, Patok RUMAJA dan Patok RUMIJA
kami menggunakan bahan marmer dengan ukuran 12 cm x 10 cm yang
dipahat dan diberi cat warna biru, sebagai berikut:
Penomeran BM, BM-GPS, patok RUMAJA dan patok RUMIJA, untuk pekerjaan
penetapan batas ruang prasarana jalur kereta api mulai dari Jakarta sampai
dengan Bogor, dapat dirinci sebagai berikut:
34
2) Penomeran BM GPS, mulai dari BM GPS-01, GPS-02dst sampai
dengan GPS-24
3) Penomeran Patok RUMAJA, mulai dari RUMAJA-00 di stasiun Pekalongan
sampai dengan RUMAJA-55 di stasiun Semarang Tawang.
4) Penomeran Patok RUMIJA, mulai dari RUMIJA-00 di stasiun Pekalongan
sampai dengan RUMIJA-55 di stasiun Semarang Tawang Inventarisasi
Patok/BM Existing.
a. Inventarisasi Patok/BM eksisting dilakukan terhadap semua Patok dan
BM existing yang ada dilapangan hasil pelaksaaan pekerjaan DED yang
terdahulu, dilakukan dengan mencatat nama, kode dan nomer masing-
masing Patok/BM, untuk kemudian akan dilakukan pengukuran
koordinatnya dengan sistim koordinat yang baru yang digunakan
dalam pelaksanaan pekerjaan penetapan batas ruang prasarana ini.
b. Semua Patok/BM eksisting akan dibuat diskripsi Patok/BM eksisting,
sebagaimana dilakukan untuk patok yang baru dipasang. Untuk itu
harus dibuat sketsa lokasi Patok/BM terhadap obyek disekitar lokasi
Patok/BM dan didokumentasikan (difoto).
35
Pengukuran kerangka kontrol horisontal peta dengan metode pengukuran
satellit GPS dilakukan terhadap 24 titik BM yang telah dipasang 2 buah
setiap interval 5 km, dengan metoda kerja sebagai berikut:
36
Gambar II-6 Koordinat titik A,C, B dan D ditentukan melalui pengukuran GPS
37
II.III.III. PENGUKURAN KERANGKA KONTROL VERTIKAL
(WATERPASSING)
1. Pengukuran waterpas atau leveling harus dimulai dari titik ikat referensi
ketinggian atau elevasi yang telah ditentukan yaitu patok PP (Piel Priok)
atau TTG (titik tinggi geodesi) yang terdekat dengan lokasi.
2. Jaringan pengukuran waterpas/levelling harus melalui semua titik PATOK
dan BM , semua titik jaringan poligon, dan harus dilakukan dengan
menggunakan alat waterpass automatik level Wild NAK-2 atau yang
sederajat ketelitiannya.
3. Pengukuran levelling dilakukan dengan sistim double stand (setiap
kedudukan rambu diukur dari dua kedudukan berdiri alat), dan sistim
pulang pergi setiap hari kerja.
4. Pembacaan rambu ukur harus selalu dilakukan bacaan tiga benang
(benang atas, benang tengah, dan benang bawah) dengan keadaan
rambu beridiri tegak yang diatur dengan bantuan nivo rambu dan
diletakan diatas sepatu rambu (footstaf).
5. Setiap satu slag pengukuran, diusahakan jarak antara alat ke rambu
belakang sama dengan jarak alat ke rambu depan dan tidak lebih dari 60
meter.
6. Batas toleransi hasil pengukuran waterpas/levelling untuk setiap seksi
ditentukan maksimal tidak lebih dari 10D mm, dimana D adalah jumlah
jarak pengukuran dalam satuan Km, dan bilamana toleransi tersebut
tidak terpenuhi, maka tim survai harus melakukan pengukuran ulang.
38
Dalam pelaksanaan pengukuran situasi dilakukan dengan metoda kerja dan
tata-cara sebagai berikut :
39
1. Pengukuran situasi harus dilakukan dengan menggunakan alat
theodolith total station, dan pengukuran dilakukan dari titik BM, atau
titik poligon yang terdekat, dan atau menggunakan titik bantu bila
diperlukan.
2. Pengukuran situasi meliputi pengukuran untuk menentukan posisi
dan bentuk semua bangunan existing yang ada, serta posisi titik-titik
tinggi yang mewakili bentuk topografi dari permukaan tanah yang
ada dilapangan.
3. Pengukuran situasi harus dapat menentukan posisi dan bentuk
semua bangunan existing yang ada, meliputi ;
a. Semua posisi jalan rel existing yang ada,
b. Semua bangunan pelengkap esisting lainya seperti jaringan sinyal,
tiang sinyal bantu, semua tiang rambu jalan KA, papan lengkung,
dan lain sebagainya.
c. Semua bangunan hikmat existing, seperti jembatan, gorong-
gorong, saluran air, jalan perlintasan baik itu jalan setapak, jalan
tanah, jalan aspal/beton atau jalan raya,
d. Pagar dan patok batas tanah milik KA, bangunan infrasruktur yang
ada disekitar jalan KA yaitu antara lain ; jalan, saluran, box
culvert/saluran melintang rel, dan lain sebagainya
e. Semua bangunan utilitas yang ada, seperti ; tiang dan jaringan
telepon, tiang dan jaringan listrik, tiang PJU, jaringan pipa bawah
tanah bila ada (pipa PAM, pipa Gas, Kabel listrik bawa tanah dan
lain sebagainya), jaringan kabel sinyal, dan lain sebagainya.
f. Bentuk permukaan tanah yang ekstrim sperti ; turap, pasangan
batu, bronjong batu kali, kolam air, tambak, rawa, bukit dan lain
sebagainya.
4. Untuk melengkapi data tata guna lahan, harus dicatat jenis
peruntukan lahan disekitar areal jalan kereta api, seperti ; tambak,
rawa, sawah, ladang, hutan, kebun, alang-alang, makam, kampong
atau pemukiman dan lain sebagainya.
40
Centerline rel, pada setiap titik STA yang telah dipasang atau diberikan tanda
pada badan rel bagian luar.
Pengukuran profil memanjang dilakukan terhada kop rel kereta api, dilakukan
dengan metoda waterpassing atau menggunakan alat waterpas, sama persis
metoda dan cara melakukan pengukuran waterpass untuk kerangka kontrol
vertical pada sub bab 2.3.4.
41
Adapun metoda kerja dan tata-cara pelaksanaan pengukuran profil
memanjang, adalah sebagai berikut :
42
Survey jalur kereta api, jaringan utilitas dan bangunan pelengkap dilakukan
dengan melakukan peninjauan atau survey lapangan untuk oleh tim (tenaga
ahli dan asisten tenaga ahli) untuk memeriksa kondisi existing jalur kereta
api, jaringan utilitas dan bangunan pelengkap lainya, untuk kemudian nanti
diperintahkan kepada tim pengukuran untuk melakukan pengukuran
penentuan posisi dan bentuk semua obyek yang penting, yaitu antara lain :
a. Input Data
b. Data Prosesing
c. Pengambaran
Pekerjaan input data ini adalah pekerjaan melakukan key in atau memasukan
data (input) dari data hasil pengukuran di lapangan (data lapangan) ke
dalam media komputer untuk nantinya akan dilakukan proses perhitungan.
Pelaksanaan pekerjaan key-in data ke dalam komputer ini pada dasarnya
adalah sebagaimana memindahkan data manual lapangan ke dalam format
perhitungan data dalam software Microsoft Excel.
43
Input data atau Key in data lapangan dilakukan setiap hari setelah
survaior selesai melakukan pengukuran, sehingga data lapangan hasil
pengukuran hari itu, langsung dikey-in dan harus selesai pada malam hari itu
juga, sehingga proses perhitungan dapat dilakukan secara langsung.
Untuk validasi data, semua data yang telah di-input (key in) atau
pengetikan dalam media komputer harus dicetak dan dilakukan pengecekan
(checking) dan pemeriksaan berdasarkan data lapangan yang asli, dan
bilamana terdapat kesalahan maka diberikan tanda dan harus dilakukan
pembetulan atau editing data dalam komputer.
Setelah semua data lapangan dalam media komputer dilakukan validasi dan
editing pembetulan, maka baru dapat dilakukan data prosesing atau
perhitungan.
44
Prosesing data waterpas/leveling, dilakukan menggunakan rumus least
square, yang mana kelalahan penutup dibagi rata untuk semua titik. Setelah
semua data poligon dan data waterpas selesai dilakukan, baru kemudian
dilakukan perthitungan data crosection dan data situasi, sehingga dihasilkan
data koordinat titik (x, y, z).
II.IV.IV. PENGGAMBARAN
2. Ploting koordinat
3. Penggambaran situasi
4. Penggambaran garis kontur
1. Bangunan jalan rel dan perlengkapanya (kop rel, wesel, rambu jalan,
tubuh baan, jaringan kawat/kabel sinyal, sinyal bantu, dan lain
sebagainya)
2. Infrastrukur existing : jalan, saluran, sungai, bangunan existing,
bangunan emplasemen stasiun, rumah penduduk, pagar tembok, pagar
besi, dan lain sebagainya.
3. Sarana utilitas yang ada : tiang telepon, tiang listrik, jaringan kabel
sinyal, jaringan kabel telekomunikasi, jaringan kabel yang lain yang ada,
jaringan pipa gas bila ada, dan lain sebagainya.
45
4. Khusus untuk penggambaran rel kereta api dan wesel harus dapat
disajikan dengan atribut yang menyertakan data jenis dan tipe Rel dan
Wesel yang ada.
46
b. Peraturan Pemerintah No. 56 (TH-2009)
c. Peraturan Pemerintah No. 72 (TH-2009)
d. Peraturan Dinas No. 10 (PD 10)
e. Peraturan Menteri No.28
f. Peraturan Menteri No.36
g. Peraturan lainnya yang ada kaitanya dengan masalah ini,
Penyajian akhir Peta dan gambar sebagai produk akhir pelaksanaan kegiatan
survey penetapan batas ruang prasarana kereta api, dapat dirinci dalam
kegiatan sebagai berikut:
a. Peta situasi topografi harus dibuat secara digital dengan skala 1:1000
yang dibuat dalam format software yang berbasis kepada Software
AutoCad, yaitu Autodesk Land Dekstop 2006.
b. Peta situasi topografi harus dilengkapi dengan garis kontur dengan
interval 1 (satu) meter.
c. Peta situasi topografi harus disajikan dengan pengaturan layer dan
ketebalan garis yang baik agar semua obyek dapat ditampilkan dalam
printout peta dalam kertas HVS ukuran A-3, dan dapat dibaca tanpa
dengan alat bantu penglihatan.
d. Masing-masing obyek detail peta disajikan layer tersendiri dan diberi
nama layer sesuai obyek yang digambarkan dengan warna tersendiri
atau tidak sama dengan layer untuk obyek yang lain.
e. Peta situasi topografi harus disajikan dalam format , notasi dan KOP
Dirjen Perkeretaapian, dan dicetak pada kertas HVS ukuran A-3.
a. Gambar profil memanjang jalan rel, yang menampilkan elevasi kop rel
setiap interval 25 meter, dan disajikan dengan skala Horisontal 1 : 1.000
dan skala Vertikal 1 : 100.
b. Gambar profil memanjang jalan rel juga disajikan data kelandaian dan
potongan jembatan atau bangunan hikmat yang ada sesuai dengan
keadaan lapangan.
c. Gambar profil memanjang harus dibuat secara digital dalam software
AutoCAD, dan dicetak pada kertas HVS ukuran A-3.
47
a. Gambar potongan melintang jalan KA, dibuat setiap interval 50 meter
pada daerah lurus dan interval 25 meter pada daerah lengkung, disajikan
dengan skala horisontal 1 : 100 dan skala vertical 1 : 100.
b. Gambar potongan melintang sungai dibuat setiap interval 25 meter
sampai dengan jarak 100 meter kearah hulu dan hilir sungai, disajikan
dengan skala horisontal 1 : 100 dan skala vertical 1 : 100.
c. Gambar potongan melintang harus dibuat secara digital dalam software
AutoCAD, dan dicetak pada kertas HVS ukuran A-3.
48
BAB III
RENCANA KERJA DAN
ORGANISASI PELAKSANAAN
KEGIATAN
Program kerja atau Rencana kerja ini disusun sebagai pedoman dan
acuan dalam pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan baik pekerjaan di
kantor maupun pekerjaan survei lapangan hingga penyelesaian akhir
pekerjaan, terdiri atas:
Peta kerja adalah peta yang memuat semua rencana kegiatan pelaksanaan
pekerjaan yang disajikan dalam bentuk peta atau gambar kerja, yang
selanjutnya akan digunakan sebagai pedoman dan acuan dalam
pelaksanaan pekerjaan di lapangan maupun di kantor.
49
petugas lapangan dalam pelaksanaan pekerjaan serta monitoring kemajuan
pekerjaan yang sudah dilaksanakan.
Peta kerja harus memuat hal-hal penting dan semua rencana kegiatan yang
akan dilaksanakan di lapangan, yaitu antara lain :
1.) Posisi Titik Ikat sebagai referensi pengukuran, baik itu untuk referensi
koordinat (X,Y) misalnya Titik GPS (Bakosurtanal atau BPN) dan referensi
ketinggian atau elevasi (Z) misalnya Titik Tinggi Geodesi (TTG).
2.) Rencana posisi monumentasi atau pemasangan Bench Mark, Patok
RUMAJA, Patok RUMIJA, Patok STA,
3.) Rencana jalur pengukuran waterpas (jaringan kerangka kontrol vertical).
4.) Rencana Jalur pengukuran poligon (jaringan kerangka kontrol horizontal),
dan jaringan pengukuran GPS
5.) Rencana Jalur pengukuran Potongan Melintang atau Cros Section.
6.) Rencana posisi Base Camp
7.) dan lain sebagainya.
Untuk itu Tabel volume pekerjaan pada tiap item kegiatan dibuat atau
dihitung berdasarkan ketentuan teknis dalam Kerangka Acuan Kerja yang
telah di-plot pada peta kerja.
50
Tabel III-1 Volume Pekerjaan Penetapan Batas Ruang Prasarana Jalur Kereta Api antara Pekalongan -
Semarang Tawang
51
Sesuai dengan KAK waktu pelaksanaan Penetapan Batas Prasarana Jalur
Kereta Api Lintas Pekalongan Semarang Tawang 180 (seratus delapan
puluh) hari Kalender.
52
Tabel III-2 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
53
III.VI. ORGANISASI PELAKSANA KEGIATAN
Rincian tugas-tugas pokok anggota Tim Pelaksana ini adalah sebagai berikut:
54
- Memeriksa hasil penggambaran
- Memberi saran-saran kepada ahli Geodesi
- Bertanggung jawab kepada Pemimpin Tim.
6) Ahli Telekomunikasi :
- Melaksanakan survai teknis Jaringan Telkomunikasi
- Melaksanakan evaluasi data survai teknis
- Membuat masukan kepada ahli geodesi.
- Bertanggung jawab kepada Pemimpin Tim.
Untuk dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik, efektif dan efisien perlu
direncanakan organisasi pelaksana yang jelas, teratur dan terkoordinasi
secara baik, sehingga alur perintah atau alur koordinasi kerja antara
komponen tidak saling menghambat.
55
Laporan Pendahuluan
Penetapan Batas Ruang Prasarana Jalur Kereta Api antara Pekalongan - Semarang Tawang
56
Laporan Pendahuluan
Penetapan Batas Ruang Prasarana Jalur Kereta Api antara Pekalongan - Semarang Tawang
Tabel III-3 Jadwal Penugasan Personil Penetapan Batas Ruang Prasarana Jalur Kereta Api antara Pekalongan - Semarang Tawang
57
BAB IV
58
IV.II. KOORDINASI DENGAN INSTANSI TERKAIT
59
IV.IV. PENYUSUNAN PROGRAM KERJA
Hasil pelaksanaan Penetapan Batas Ruang Prasarana Jalur Kereta Api antara
Pekalongan - Semarang Tawang sampai dengan tanggal 3 September 2015,
secara keseluruhan dapat disajikan dalam bentuk mapping progress dalam
halaman berikut.
60
Tabel IV-4 Mapping Progress Penetapan Batas Ruang Prasarana Jalur Kereta Api antara Pekalongan - Semarang Tawang
61
BAB V
- Persiapan peralatan
- Persiapan lapangan
- Survei pengukuran lapangan
- Pembuatan Laporan Antara
62
V.II. PERSIAPAN LAPANGAN.
63
LAMPIRAN LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)
64