Anda di halaman 1dari 68

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas rahmatNya
laporan pendahuluan untuk pekerjaan Pemetaan Jalur Ganda Kereta Api
Kutoarjo Solo ini dapat selesai dengan baik. Laporan Pendahuluan ini dibuat
dalam rangka sebagai persiapan pelaksanaan pekerjaan Penetapan Batas
Ruang Prasarana Jalur Kereta Api Antara Pekalongan - Semarang Tawang,
berdasarkan Surat Perjanjian Nomer: 15/KTR/PPFP.KA/IV/2012, Tanggal 27
April 2012 dan Surat Perintah Mulai Kerja Nomer: 16/SPMK/SP3.KA/IV/2012
Tanggal 30 April 2012.

Laporan pendahuluan menyajikan metoda pelaksanaan pekerjaan Penetapan


Batas Ruang Prasarana Jalur Kereta Api mulai dari pendahuluan, metodologi
pelaksanaan pekerjaan, rencana kerja dan kegiatan yang sudah dilaksanakan
baik di kantor maupun di lapangan atau di lokasi pekerjaan. Dalam laporan
ini dilampirkan beberapa data sekunder yang sudah dapat di inventarisasi
sebagai hasil pelaksanaan kegiatan inventarisasi data, koordinasi dan survey
pendahuluan di lokasi pekerjaan. Demikian laporan ini, tak lupa kami
mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan.

Jakarta, September
2015
PT. DWI ELTIS
KONSULTAN

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................1
I.I. LATAR BELAKANG..............................................................................1
I.II. MAKSUD DAN TUJUAN.......................................................................2
I.III. LOKASI KEGIATAN..............................................................................3
I.IV. RUANG LINGKUP PEKERJAAN.............................................................4
I.V. WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN.................................................18
I.VI. HASIL AKHIR PELAKSANAAN PEKERJAAN........................................18
BAB II METODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAAN............................20
II.II. PERSIAPAN......................................................................................23
II.II.I. PENENTUAN SISTIM KOORDINAT DAN REFERENSI PENGUKURAN
..................................................................................................23
II.II.II. INVENTARISASI DATA SEKUNDER...............................................24
II.II.III. SURVEY PENDAHULUAN.............................................................25
II.II.IV. PENYUSUNAN RENCANA KERJA.................................................25
II.II.V. PERSIAPAN ADMINISTRASI DAN PERALATAN..............................26
II.II.VI. PERSIAPAN DI LAPANGAN..........................................................27
II.III. SURVEY LAPANGAN.........................................................................29
II.III.I. MONUMENTASI/PEMASANGAN PATOK BETON............................29
II.III.II. PENGUKURAN KERANGKA KONTROL HORISONTAL....................30
II.III.III. PENGUKURAN KERANGKA KONTROL VERTIKAL (WATERPASSING)
..................................................................................................30
II.III.IV. PENGUKURAN SITUASI...............................................................30
II.III.V. PENGUKURAN POTONGAN MELINTANG (CROSSECTION)...........30
II.III.VI. PENGUKURAN PROFIL MEMANJANG...........................................30
II.III.VII. SURVEY JALUR KERETA API, JARINGAN UTILITAS DAN BANGUNAN
PELENGKAP...............................................................................30
II.IV. PENGOLAHAN DATA DAN PENGGAMBARAN....................................30
II.IV.II. INPUT DATA...............................................................................31
II.IV.III. DATA PROSESING......................................................................31
II.IV.IV. PENGGAMBARAN.......................................................................32
II.V. PENYAJIAN PETA DAN GAMBAR........................................................33
II.V.II. PENYAJIAN PETA SITUASI TOPOGRAFI........................................34

2
II.V.III. PENYAJIAN GAMBAR PROFIL MEMANJANG..................................34
II.V.IV. GAMBAR POTONGAN MELINTANG.............................................34
BAB III. . .RENCANA KERJA DAN ORGANISASI PELAKSANAAN KEGIATAN
35
III.I. PEMBUATAN PETA KERJA.................................................................35
III.II. VOLUME PEKERJAAN.......................................................................36
III.III. KAPASITAS TIM PELAKSANA............................................................37
III.IV. WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN.................................................37
III.V. JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN................................................38
III.VI. ORGANISASI PELAKSANA KEGIATAN................................................40
BAB IV.................................... KEGIATAN YANG SUDAH DILAKSANAKAN
44
IV.I. PENGUMPULAN DATA SEKUNDER....................................................44
IV.I.I. PETA RUPA BUMI BIG (BADAN INFORMASI GEOSPASIAL) ATAU
PETA TOPOGRAFI JANTOP DALAM SKALA 1 : 50.000 ATAU YANG
LEBIH BESAR;............................................................................44
IV.I.II. PETA GROUND KART..................................................................44
IV.I.III. DISKRIPSI PATOK REFERENSI ELEVASI.......................................44
IV.II. KOORDINASI DENGAN INSTANSI TERKAIT.......................................44
IV.III. SURVAI PENDAHULUAN...................................................................44
IV.IV. PENYUSUNAN PROGRAM KERJA.......................................................46
BAB V RENCANA KERJA SELANJUTNYA...........................................48
V.I. PERALATAN YANG AKAN DIPERGUNAKAN........................................48
V.II. PERSIAPAN LAPANGAN....................................................................48
V.III. SURVEI PENGUKURAN LAPANGAN...................................................48
V.IV. PEMBUATAN LAPORAN ANTARA.......................................................48
LAMPIRAN LAMPIRAN................................................................49
LAMPIRAN 1 ...................................................... KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)
49
LAMPIRAN 2 .............PETA RUPA BUMI BIG (BADAN INFORMASI GEOSPASIAL)
49
LAMPIRAN 3.......................................................................... PETA GROUND KART
49
LAMPIRAN 4.......................................... DOKUMENTASI SURVEY PENDAHULUAN
49

3
4
BAB I PENDAHULUAN
I.I. LATAR BELAKANG

A. Dasar Hukum
a.) Undang Undang No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian;
b.) Peraturan Pemerintah No. 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan
Perkeretaapian;
c.) Peraturan Pemerintah No 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Kereta Api;
d.) Peraturan Menteri No. 60 tahun 2012 tentang Persyaratan Teknis
Jalur Kereta Api.
e.) Peraturan-peraturan lainnya yang terkait.
B. Gambaran Umum

Jalur Kereta api sebagai salah satu jaringan transportasi angkutan


darat yang keberadaannya sudah ada dari tahun 1864, sudah
mengalami banyak perubahan dari segi luas dan penggunaan lahan.
Hal ini disebabkan oleh berkembangnya Kereta Api untuk memenuhi
kebutuhan angkutan penumpang, maupun akibat pembangunan
masyarakat di sekitar jalur kereta api.

Menurut Undang Undang nomor 23 tahun 2007 pasal 36, yang


dimaksud jalur kereta api meliputi ruang manfaat jalur (RUMAJA) kereta
api, ruang milik jalur (RUMIJA) kereta api dan ruang pengawasan jalur
(RUWASJA) kereta api.

Kondisi saat ini belum tersedia data gambar maupun peta yang
menggambarkan secara detail batasan, topografi, jenis prasarana dan
fasilitas di dalam jaringan jalur kereta api, sehingga menimbulkan
kesulitan pada saat ada rencana pengembangan maupun pemanfaatan
lahan di sepanjang jalur kereta api.

Sejalan dengan kebijakan pemerintah mengenai revitalisasi


perkeretaapian, dimana kereta api menjadi tulang punggung angkutan
penumpang dan barang skala nasional, maka diperlukan data yang
akurat dan terintegrasi dengan jaringan moda transportasi yang lain.
Guna memenuhi kebutuhan data jaringan jalur kereta api, maka perlu
dilakukan studi pemetaan jalur kereta api eksisting khususnya yang
sudah jalur ganda.

1
2
I.II. MAKSUD DAN TUJUAN

A. Maksud Kegiatan
Maksud dari kegiatan pemetaan jalur ganda kereta api di lintas ini
adalah untuk menggambarkan/memetakan dan mendata jaringan jalur
ganda kereta api dan utilitas/bangunan pelengkap yang ada
didalamnya, termasuk memberikan/memasang patok-patok batas
RUMAJA dan RUMIJA lengkap dengan buku diskripsi dan dokumentasi di
tiap-tiap patok.
B. Tujuan Kegiatan
Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah menyediakan dokumen yang
berkualitas baik yang dapat dijadikan Pedoman/referensi teknis dalam
proses perencanaan pengembangan/peningkatan pembangunan
dimasa mendatang.

3
I.III.LOKASI KEGIATAN

Lokasi kegiatan Penetapan batas ruang jalur kereta api adalah pada lintas Pekalongan Semarang Tawang.

Gambar I-1 Lokasi Kegiatan

4
I.IV. RUANG LINGKUP PEKERJAAN

A. Kegiatan Survey Sekunder


1. Instansional
a. Lingkup dan Ketentuan kegiatan
Adapun lingkup dari kegiatan ini adalah Pengumpulan data-data
yang relevan dari berbagai pihak/instansi yang terkait untuk
mendukung keberhasilan pelaksanaan kegiatan ini.
b. Ketentuan-ketentuan untuk kegiatan
Dalam Pengumpulan data sekunder, minimal konsultan
mendapatkan dan atau memiliki data-data sebagai berikut:
(1.) Peta rupa bumi BIG (Badan Informasi Geospasial) atau peta
Topografi Jantop dalam skala 1 : 50.000 atau yang lebih
besar;
(2.) Peta Ground Kart
(3.) Data-data utilitas, jembatan dan bangunan pelengkap.
(4.) Data sungai dan sistem drainase perkotaan/wilayah;
(5.) Data/gambar/Laporan Akhir dari pekerjaan pembuatan
desain yang pernah dilakukan sebelumnya dan terkait
dengan pekerjaan ini;
(6.) Data-data lain yang terkait dan relevan dalam menunjang
keberhasilan pelaksanaan kegiatan ini.

Data-data yang diperoleh yang kemudian diolah haruslah


representatif terhadap kondisi dilapangan dan dapat diverivikasi
kebenarannya.

2. Peninjauan Lapangan (Reconnaissance)


a.) Lingkup kegiatan
Adapun lingkup dari kegiatan ini adalah mengadakan
peninjauan awal/pendahuluan ke lapangan untuk mengadakan
evaluasi secara visual ke lokasi.
b.) Ketentuan kegiatan
Hal-hal yang dilakukan pada kegiatan peninjauan
awal/pendahuluan, minimal memenuhi ketentuan-ketentuan
sebagai berikut
Survey Topografi awal mencakup:
Mengamati kondisi topografi, dan mencatat daerah-daerah
yang perlu dilakukan pengukuran khusus atau lebih
mendetail.

5
Mencari titik tetap (BM= Bench Mark) hasil studi terdahulu
dan atau BM yang terdekat dengan lokasi/lintas yang akan
dipetakan;
Mengamati jalur KA, bangunan pelengkap dan jaringan
utilitas sepanjang Jalan Kereta Api eksisting,
Membuat dokumentasi hasil peninjauan awal
Membuat rencana kerja untuk survey detail pengukuran
topografi, survey jaringan Utilitas serta rencana pemasangan
Patok Rumija dan Rumaja, sampai penggambaran.
B. Kegiatan Survey Primer
(1.) Lingkup Kegiatan
Kondisi lokasi yang ada perlu survey secara teliti, sehingga dalam
pelaksanaan pekerjaan, hal-hal yang menjadi kendala sudah di
antisipasi, dari berbagai aspek pelaksanaan.
a) Survai topografi meliputi:
(1.) Penentuan metode pelaksanaan
(2.) Penentuan Referensi Pengukuran
(3.) Pengukuran situasi
(4.) Pengukuran profil memanjang dan melintang
(5.) Penentuan titik-titik BM, Rumija dan Rumaja
(6.) Penggambaran
b) Survey Jaringan Utilitas dan bangunan pelengkap yang berada
dalam jalur kereta api di sepanjang lintas.
(2.) Ketentuan kegiatan
a) Secara detail ketentuan kegiatan Survey Geodesi / Topografi
yang dilakukan secara lengkap dan sistematis, setidaknya
meliputi ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
(1.) Penentuan Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan pengukuran dilakukan dengan
peralatan digital otomatis atau di kombinasi dengan
peralatan manual.Pengolahan data ukur sampai
penggambaran dilakukan juga dengan metode digital.
Dalam pelaksanaan, minimal memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
(a.) Titik Kontrol Tanah
i. Titik Kontrol Horizontal ditentukan dengan metode
pengukuran poligon. Pertama kali pengukuran
poligon utama dilakukan di sepanjang lokasi
pekerjaan berupa kring tertutup. Untuk merapatkan
jaringan titik kontrol horizontal dapat dilakukan
dengan menggunakan poligon cabang.

6
ii. Titik Kontrol Vertikal ditentukan dengan sipat datar.
(b.) Kerapatan Titik Kontrol
i. Kontrol Horizontal
Pada tiap spasi (5-10 cm) diatas bidang datar/peta
terdapat 1 titik kontrol, yaitu 1 titik kontrol pada tiap
:
i.) (50-100) meter untuk skala 1 : 1000
ii.) (100-200) meter untuk skala 1 : 2000
iii.) (250-500) meter untuk skala 1:5000
ii. Kontrol Vertikal
Pada tiap spasi (2,5-5 cm) diatas bidang datar/peta
terdapat 1 titik kontrol yaitu titik kontrol pada tiap :
i.) (50-100) meter untuk skala 1 : 1000
ii.) (100-200) meter untuk skala 1 : 2000
iii.) (250-500) meter untuk skala 1:5000
Jalur pengukuran poligon cabang sebaiknya diusahakan
berbentuk garis lurus, sehingga penyebaran titik-titik
kontrol yang didapatkan memenuhi batasan diatas.
(c.) Poligon
i. Jalur pengukuran poligon utama dilakukan
mengelilingi daerah survai serta dimulai dan
diakhirinya pada titik yang sama (kring tertutup).
Jika disekitar lokasi proyek terdapat titik tetap yang
telah diketahui koordinatnya maka jalur poligon
utama harus melalui titik tetap tersebut dan
pengukuran tetap dilakukan secara kring tertutup.
ii. Pengukuran poligon cabang dilakukan dengan kedua
ujungnya terikat pada titik-titik poligon utama atau
dilakukan secara kring tertutup pada 2 (dua) buah
bench mark yang saling kelihatan (sisi poligon
utama).
iii. Stasiun pengukuran poligon selain pada titik
permanen maupun semi permanen dapat terbuat
dari patok kayu dengan ukuran minimal sebagai
berikut :
i.) Panjang : 40 cm
ii.) Penampang : (5x7) cm
Sedangkan pada tanah yang lunak diperlukan patok
kayu yang panjang, sehingga patok tersebut tidak
mudah berubah kedudukannya setelah
ditancapkan.Patok kayu ditancapkan dengan bagian

7
atas menonjol setinggi 10 cm diatas permukaan
tanah.Untuk mendefinisikan titik secara pasti pada
penampang patok bagian atas harus dipasang paku.
iv. Titik-titik poligon diberi nomor dengan huruf dan
diikuti oleh angka. Penomoran ini dilakukan dengan
memakai cat.
v. Ketelitian pengukuran poligon utama minimal
0,0005 cm dan untuk poligon cabang minimal 0,001
cm.
(d.) Sudut Horizontal
i. Sudut horizontal diukur dengan teodolit 1 (Wild T2
atau yang sejenis)
ii. Pembacaan sudut horizontal pada pengkuran
poligon utama dilakukan sebanyak 2 seri ganda
sedangkan untuk poligon cabang sebanyak 1 seri
ganda. Bacaan 1 seri ganda didefinisikan sebagai
berikut :
i.) Teropong dalam keadaan luar biasa ke
target muka
ii.) Teropong dalam keadaan luar biasa ke
target belakang
Perbedaan maximum sudut-sudut horizontal hasil
bacaan adalah 10.
iii. Pengukuran sudut horizontal dalam 2 seri ganda

dilakukan dengan setting awal berbeda, yaitu 00


dan 900. Jika dirasa perlu setting awal dapat
dilakukan pada 450 dan 1350. Bagian sekon cukup
di baca sampai angka pasti (bulat).
iv. Sebelum pembacaan sudut dilakukan gelembung
nivo kotak dan nivo tabung harus diatur dengan
teliti.
v. Untuk memperkecil kesalahan ukuran sudut akibat
kesalahan centering, maka perpindahan alat ukur
pada titik atau stasiun pengukuran harus dilakukan
dengan metode centering paksaan.
vi. Tripod harus dipasang pada tanah yang stabil agar
ketelitian pengukuran terjamin.

8
vii. Jalur pengukuran poligon sebaiknya menghindari
lokasi yang sulit, sawah dan tanah yang tidak
stabil.
(e.) Sudut Vertikal
i. Sudut vertikal diukur dengan menggunakan alat
theodolith 1 (wild T2 atau yang sejenisnya)
ii. Pengukuran ini dilakukan dalam 2 kedudukan
teropong yaitu teropong dalam kedudukan biasa
dan luar biasa.
iii. Pengukuran sudut vertikal dilakukan dari tiap ujung
sisi poligon untuk mereduksi jarak ke jarak
horizontal.
(f.) Jarak
i. Jarak antara titik-titik poligon utama diukur dengan
jarak ukur elektromagnetik (EDM) yang mempunyai
ketelitian (5 mm + 3 ppmD).
ii. Jarak tersebut diukur 2 kali dari arah yang
berlawanan (pulang-pergi) dan pada tiap arah
minimal dilakukan 3 kali pembacaan.
iii. Jarak horizontal antara titik-titik poligon cabang
diukur dengan menggunakan meteran pegas dan
minimal dilakukan pembacaan 2 kali.
(g.) Sipat Datar
i. Alat ukur yang digunakan adalah waterpass (Wild
NAK-2 atau yang sejenis). Minimal seminggu sekali
kemiringan garis bidik alat ukur sipat datar ini
harus diperiksa, jika dirasa perlu kesalahan garis
bidik dapat dikoreksikan.
ii. Untuk menentukan beda tinggi antara 2 buah titik
yang berjauhan letaknya rambu ukur harus
diletakkan diatas plat besi atau patok kayu sebagai
titik perantara.
iii. Rambu ukur harus dilengkapi dengan nivo rambu,
dan kepada pemegang rambu harus agar
diinstruksikan untuk menjaga rambu tetap vertikal
pada saat pengukuran dilakukan.
iv. Jarak antara alat ukur terhadap rambu tidak boleh
melebihi 50 meter.

9
v. Jarak antara alat ukur ke rambu belakang dan jarak
alat ukur ke rambu muka diusahakan sama. Pada
waktu pelaksanaan, perbedaan jumlah jarak ke
rambu belakang dan jumlah jarak ke rambu muka
harus tidak lebih dari 5 meter.
vi. Pembacaan ke rambu dilakukan diantara (0,2-2,8)
meter dan ketiga benang dibaca penuh.
vii. Pengukuran harus dilakukan dengan jumlah slaak
genap dan rambu awal menjadi rambu akhir.
viii. Semua Bench Mark dan titk-titik tetap lainnya
diukur secara kring tertutup dan merupakan jalur
sipat datar utama. Pada tiap seksi (antara 2
pasang Bench Mark), pengukuran dilakukan dari 2
arah yang berlawanan (pulang-pergi). Jalur
pengukuran pulang dan jalur pengukuran pergi
tidak boleh sama. Pengukuran pulang pergi boleh
dilakukan oleh pengukur yang sama atau pengukur
yang berbeda.
ix. Jika disekitar lokasi proyek terdapat titk-titik tetap
lainnya yang telah diketahui ketinggiannya maka
jalur pengukuran sipat datar utama harus melalui
titik tetap tersebut dan tetap dilakukan pulang
pergi serta berupa kring tertutup.
x. Ketelitian pengukuran sipat datar utama adalah
12k km pada kring tertutup dimana k adalah
panjang jalur dalam satuan km.
xi. Pengukuran sipat datar cabang dimulai dan diakhiri
pada titik-titik sipat datar utama dengan kata lain
kedua ujung jalur sipat datar cabang terikat pada
titik-titik sipat datar utama.
xii. Ketelitian pengukuran sipat datar cabang adalah
20k km, dimana k adalah jalur satuan km.
(h.) Situasi
i. Jarak diukur dengan menggunakan meteran. Untuk
daerah yang relatif datar, beda tinggi diukur
dengan sipat datar sedangkan untuk daerah yang
curam beda tinggi dapat ditentukan dengan
theodolite (T). Dalam hal ini ketiga benag harus

10
dibaca penuh sebagai kontrol jarak yang diukur
dengan pita ukur.
ii. Kerapatan titik-titik detail situasi adalah tiap spasi
(2-2,5 ) cm pada bidang datar atau peta yaitu pada
setiap :
i.) (20-25) meter untuk skala 1:1000
ii.) (40-50) meter untuk skala 1 : 2000
iii.) (100-125) meter untuk skala 1 : 5000
iii. Semua titik-titik detail harus ditentukan posisinya (
X,Y,Z) sehingga dapat digambarkan pada peta
situasi, seperti :
i.) Pojok bangunan tetap
ii.) Titik penyelidikan tanah
iii.) Batas kampung
iv.) Detail jalan inspeksi dan perlintasan
v.) Dan lain-lain
iv. Lebar daerah pengukuran di sekitar jembatan
dapat diperbesar sesuai kebutuhan perencanaan.
(i.) Contour (Garis Ketinggian)
Contour dapat dilakukan dengan cara interpolasi atau
ditentukan dilapangan setelah posisi horizontal dan
ketinggian titik-titik kontrol di plot.
(j.) Plotting
i. Semua titik-titik kontrol di plot dengan cara
plotting koordinat.
ii. Plotting titik-titik detail situasi dapat dilakukan
dengan cara plotting koordinat dan atau cara grafis
dengan argumen sudut dan jarak datar.
iii. Pekerjaan sebaiknya dilakukan dilapangan sebelum
semua staf lapangan meninggalkan lokasi proyek.
(k.) Pengambilan dan Proses Data Lapangan
i. Semua formulir berukuran folio.
ii. Semua data lapangan ditulis dengan menggunakan
tinta hitam atau ballpoint hitam.
iii. Jika terjadi kesalahan dalam menulis data
lapangan, maka kesalahan tersebut dapat dicoret
dengan garis tunggal. Menghapus data dengan
menggunakan setip , dalam hal ini tidak
dibenarkan.
iv. Semua data lapangan harus dilengkapi nama
pengukur, tanggal pengukuran, nomor alat ukur
dan sebagainya.

11
v. Hitungan sebaiknya dilakukan 2 kali agar tidak
terjadi kesalahan dalam hitungan.
vi. Proses hitungan dilakukan di lapangan hal ini
dimaksudkan untuk mengetahui apakah hasil
ukuran telah memenuhi toleransi yang diijinkan.
Hitungan-hitungan tersebut antara lain meliputi :
i.) Untuk titik kontrol horizontal
(i.) Periksa hitungan sudut dan jarak rata-
rata.
(ii.) Periksa hitungan azimuth matahari.
(iii.) Periksa hitungan salah satu penutup
horizontal.
(iv.) Periksa hitungan salah satu penutup
absis dan ordinat.
(v.) Periksa hitungan ketelitian
pengukuran poligon.
ii.) Untuk titik kontrol vertikal
(i.) Periksa semua jumlah jarak ke muka
dan jumlah jarak ke belakang.
(ii.) Periksa hitungan beda tinggi ukuran
pulang dan pergi serta rata-ratanya
untuk tiap seksi.
(iii.) Periksa hitungan beda tinggi dan
salah satu penutupnya dalam kring
tertutup.
vii. Hitungan perataan untuk titik-titik
poligon dilakukan berbanding lurus
dengan jarak , yaitu sebagai berikut :

x d / D fx y d / D fy
dan

x
Dimana : = Koreksi untuk
absis

y
= Koreksi untuk ordinat
fx
= Salah satu penutup
absis

12
fy
= Salah satu penutup
ordinat
d
= Jarak sisi-sisi poligon
D = Jumlah jarak sisi-sisi
poligon
Hal yang sama berlaku juga untuk
hitungan perataan sipat datar. Semua
perhitungan-perhitungan
(Analisis/Interpretasi/Grafik/) harus
dibuat dan dilampirkan pada laporan.
(2.) Referensi Pengukuran koordinat X, Y dan elevasi
(a.) Untuk menentukan koordinat X dan Y, sedapatnya
dilakukan pengikatan kepada Titik GPS (orde 2 atau 3
dari BIG), orde 4 (BPN) atau titik referensi (BM) hasil
pekerjaan desain sebelumnya yang berada paling dekat
ke lokasi kegiatan;
(b.) Untuk ketinggian (elevasi), sedapatnya dilakukan
pengikatan kepada Titik Tinggi Geodetik (TTG) dari Badan
Informasi Geospasial (BIG) atau titik referensi hasil
pekerjaan desain sebelumnya yang berada paling dekat
ke lokasi kegiatan.
(3.) Pengukuran untuk pemetaan situasi
Untuk pemetaan situasi trase Jalur kereta api, dilakukan
dengan ketentuan, sebagi berikut:
(a.) Pengukuran situasi di lakukan pada jalan rel
minimum 50 m ke kiri dan 50 m ke kanan dari as jalur
jalan rel.
(b.) Pengukuran situasi di lokasi emplasemen, dilakukan
selebar minimum 100 m ke arah kiri dan 100 m ke arah
kanan dari as jalur jalan rel kereta api atau sampai batas
terluar area eplasemen (ROW).

Dalam pengukuran situasi, semua bentuk bangunan existing


yang ada pada sekitar jalur kereta api harus dimasukkan
dalam peta, meliputi:

(a.) Posisi jalan rel existing pada lintas

13
(b.) Jaringan sinyal, tiang sinyal bantu, semua tiang
rambu pada jalur kereta api, papan lengkung, dll.
(c.) Bangunan hikmat dan jalan perlintasan
(d.) Pagar, patok batas jalan KA termasuk bangunan
infrastruktur lainnya.
(e.) Tiang/jaringan listrik, tiang/jaringan listrik, tiang PJU,
jaringan kabel sinyal termasuk jaringan pipa/kabel bawah
tanah.
(f.) Bentuk bangunan yang ekstrim, seperti: turap, kolam,
tambak, rawa, bukit, dll

Untuk pemetaan situasi di area Jembatan (BH > 10 m)


kereta api, dilakukan dengan ketentuan, sebagai berikut:

(1.) Dilakukan minimun selebar 100 m ke arah hilir dan


100 m ke arah hulu sungai terhadap as jalur jalan kereta
api.
(2.) Bila dalam radius minimum 300 m ke arah hulu / hilir
ada belokan sungai atau bangunan sungai (misalnya
ambang bendung dan sebagainya), pengukuran harus
mencakup lokasi hal hal tersebut,
(4.) Pengukuran potongan memanjang
(1.) Pada as jalur kereta api
Dilakukan terhadap masing-masing as track jalur ganda
jalan kereta api di sepanjang lintas.
(2.) Pada as sungai di BH > 10m
Dilakukan terhadap as sungai dan atau titik terdalam
minimal sepanjang/mencakup 100 m s/d 300 mke arah
hulu dan 100 m s/d 300 m ke arah hilir dari as Jalur
ganda kereta api.
(5.) Pengukuran potongan melintang
(1.) Pada Jalur kereta api
(a.) Dilakukan setiap interval 50 m untuk bagian
lurus dan 25 m pada bagian lengkungan
(b.) Untuk area jembatan dilakukan pengukuran
profil melintang dengan interval 25 m sepanjang
jembatan dan ditambah ke belakang pangkal
masing-masing jembatan sejauh 100 m
(c.) Panjang setiap potongan (cross section) adalah
50 m ke kanan dan 50 m kekiri as jalur ganda jalan
kereta api

14
(2.) Pada sungai di BH > 10 m
(a.) Dilakukan sejauh 100 m s/d 300 mke arah hulu
dan 100 m s/d 300 mke arah hilir dari as Jalur ganda
dengan interval potongan setiap 50 meter.
(b.) Panjang setiap potongan minimal mencakup 50
m ke kanan dan 50 m ke kiri dari tepi sungai, (50 m
+ lebar sungai + 50 m)
(6.) Laporan survai topografi berikut gambar-gambar
hasil pengukuran dan dokumentasi hasil pekerjaan.

15
(7.) Monumentasi Benchmark (BM), Rumaja dan Rumija
(a.) Pemasangan Bench Mark (BM) pada awal dan akhir
lokasi proyek masing-masing dipasang 2 buah yang
saling terlihat dengan sejarak maksimum 75 m. Hal yang
sama juga dilakukan sepanjang lintas dengan interval+ 1
km,
(b.) Pemasangan Patok RUMAJA dan RUMIJA dilengkapi
keterangannya dengan interval +1km, pada kanan dan
kiri jalur ganda jalan kereta api, sepanjang lokasi proyek.
(c.) Daftar/diskripsi patok Benchmark (BM), RUMAJA dan
RUMIJA dan titik-titik tetap lainnya lengkap dengan
koordinat (x,y,z) harus dibuat secara terpisah dengan
titik-titik lainnya dalam formulir tersendiri, dibuat lengkap
dengan photo dan sketsa lokasinya disampaikan dalam
bentuk pelaporan tersendiri, sebagai lampiran laporan
akhir.
(d.) Patok Benchmark (BM), RUMIJA dan RUMAJA terbuat
dari konstruksi beton ukuran 20 x 20 x 125 cm. Dan
tertera logo Ditjen Perkeretaapian/ Kementerian
Perhubungan dan nomor urut serta kode/informasi lain
yang diperlukan, menggunakan bahan marmer putih
ukuran 12x15 cm.
(e.) Setiap Patok Benchmark (BM), RUMIJA dan RUMAJA
harus dipasang dengan kokoh dan tetap pada posisinya.

16
Gambar I-2 Contoh Konstruksi Patok Benchmark (BM), RUMIJA dan RUMAJA

b) Secara detail ketentuan kegiatan Survey Jalur kereta api,


jaringan utilitas dan bangunan pelengkap yang dilakukan
secara lengkap, sistematis serta mengidentifikasi hal-hal
sebagi berikut:
(1.) Jenis / identitas konstruksi dan alinyemen jalan rel
existing
(2.) Jenis / identitas bangunan Hikmat existing, misalnya:
Jembatan, Box culvert, siphon, dll
(3.) Jenis / identitas sistem persinyalan, telekomunikasi
dan instalasi listrik perkeretaapian existing
(4.) Jenis / identitas jaringan utilitas existing lainnya,
seperti pipa PDAM, pipa gas, kabel optic dan lain
sebagainya
(5.) Identitas stasiun/emplasemen existing
(6.) Jenis / identitas perlintasan sebidang dan tidak
sebidang,
(7.) Serta peralatan dan/atau bangunan pelengkap lain,
khususnya yang berada pada jalur kereta api
C. Kegiatan Pemetaan
Berdasarkan hasil pekerjaan survey lapangan, yang telah di kaji dan
didiskusikan dengan pemberi tugas kemudian penyedia jasa membuat
gambar pemetaan.

17
1.) Dalam kegiatan ini, konsultan (bila diperlukan) mengacu dari
peraturan/referensi yang berlaku antara lain:
a.) Peraturan Dinas No. 10 (PD 10) ;
b.) AVBP 1932 ;
c.) Peraturan Bahan Jalan Rel Indonesia (PBJRI) 1989 ;
d.) BMS ( Bridge Management System)
e.) Peraturan/referensi lainnya yang ada kaitannya dengan
kegiatan ini.
2.) Proses penggambaran Peta
Hasil akhir dari kegiatan ini adalah gambar pemetaan, dimana
dalam prosesnya, baik pengolahan data termasuk penggambaran
harus dilakukan secara digital menggunakan komputer dan
software, seperti Autodesk Land Desktop atau Autodesk AutoCAD
sehingga waktu pengerjaannya lebih efektif dan efisien.
Hal-hal tersebut diatas setidaknya harus mencakup:
a.) Gambar alinyemen horizontal, vertikal trase jalur ganda diatas
peta topografi
(1.) Skala : 1 : 1000
(2.) Interval kontur : 1.00 m
b.) Gambar / peta situasi sekitar jembatan
(1.) Skala : 1 : 500
(2.) Interval kontur : 0,5 m;
c.) Gambar potongan memanjang jalan rel dan memanjang as
sungai
(1.) Skala H : 1 : 1000
(2.) Skala V : 1 : 100
d.) Gambar potongan melintang jalan rel dan melintang sungai:
(1.) Skala H : 1 : 100
(2.) Skala V : 1 : 100
(3.) Interval : 50 m pada jalur lurus
(4.) Interval : 25 m pada jalur lengkungan.
e.) Semua gambar dicetak pada kertas HVS ukuran A.3 (semua
tulisan angka serta notasi dapat dibaca tanpa alat bantu).
f.) Format gambar dan tata letak disesuaikan dengan yang biasa
digunakan Ditjen Perkeretaapian

I.V. WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN

Jangka waktu pelaksanaan untuk menyelesaikan pekerjaan ini maksimal 6


(enam) bulan, terhitung sejak ditandatanganinya kontrak pekerjaan. Didalam
jangka waktu tersebut Konsultan harus menyerahkan semua hasil pekerjaan.

I.VI.HASIL AKHIR PELAKSANAAN PEKERJAAN

18
Hasil akhir atau produk akhir pelaksanaan pekerjaan Penetapan Batas Ruang
Prasarana Jalur Kereta Api antara Pekalongan - Semarang Tawang dapat
dibagi dua, yaitu : produk bentuk fisik di lokasi, dan produk akhir berupa
dokumen, sebagai berikut.

a. Produk Akhir Berupa bentuk Fisik Dilapangan


b. Produk Akhir Berupa Dokumen
1) Laporan Pendahuluan
Secara garis besar memuat:
(1.) Metode pelaksanaan pekerjaan
(2.) Rencana Kerja
(3.) Data sekunder yang telah dikumpulkan
(4.) Survey pendahuluan, hasil pendataan awal lapangan dan hasil
koordinasi atau pembahasan dengan pihak terkait.
(5.) Kemajuan pekerjaan yang telah dicapai
Laporan diserahkan sebanyak 15 (lima belas) buku, selambat-
lambatnya 1 (satu) bulan sejak ditandatanganinya kontrak pekerjaan.
2) Laporan Antara
Secara garis besar memuat:
(1.) kemajuan pekerjaan yang telah dicapai
(2.) Hasil kegiatan pengukuran dan pendataan di jalur kereta api
(3.) Metodologi/konsep penyajian Peta
(4.) Hasil pemasangan/pematokan Rumaja dan Rumija yang sudah
dilakukan
(5.) Hasil Koordinasi/pembahasan dengan pihak terkait.
(6.) Ketentuan pokok dalam penyusunan konsep laporan akhir.
Laporan diserahkan sebanyak 15 (lima belas) buku, selambat-
lambatnya : 3 (tiga) bulan sejak ditandatanganinya kontrak pekerjaan.
3) Konsep Laporan Akhir
Secara garis besar memuat:
(1.) Hasil pelaksanaan pekerjaan seperti hasil pengolahan data
(2.) Konsep penyajian peta
(3.) Hasil pekerjaan pemasangan/pematokan Rumaja dan Rumija.
Laporan diserahkan sebanyak 15 (lima belas) buku, selambat-
lambatnya : 5 (lima) bulan sejak ditandatanganinya kontrak pekerjaan
4) Laporan Akhir
Secara garis besar memuat:
(1.)Koreksi atas konsep laporan akhir sesuai dengan hasil
pembahasannya dengan pemberi tugas
(2.)Finalisasi laporan akhir termasuk gambar hasil pemetaan.
Laporan diserahkan sebanyak @ 5 (lima) rangkap, selambat-lambatnya
6 (enam) bulan sejak ditandatanganinya kontrak pekerjaan, termasuk
softcopy keseluruhan laporan, yang disimpan/direkam dalam flashdisk
sebanyak 2 (buah) buah/rangkap.
Secara keseluruhan buku-buku yang harus di sampaikan, antara lain:
1.) Buku 1 Laporan Akhir

19
2.) Buku 2 Ringkasan Eksekutif
3.) Buku 3 Laporan Survei Topografi (termasuk Deskripsi BM GPS,
Deskripsi BM & Deskripsi Rumaja-Rumija)
4.) Buku 4 Album Gambar Pemetaan (termasuk Situasi-Longsection &
Cross Section)
5.) Buku 5 Laporan Survei Track, Jaringan Utilitas & Bangunan
pendukung pada Jalur Kereta Api (termasuk track/alinyemen,
emplasemen, BH, JPL, sintelis & bangunan pendukung lainnya)

20
BAB II
METODOLOGI PELAKSANAAN
PEKERJAAN

Sesuai dengan maksud dan tujuan pekerjaan Penetapan Batas Ruang


Prasarana Kereta Api lintas Pekalongan - Semarang Tawang adalah kegiatan
pemasangan patok batas Rumaja dan Rumija yang di-ikuti dengan survey
pengukuran dan pemetaan topografi untuk dapat menggambarkan kondisi
jalur kereta api eksisting akurat dan lengkap dengan batas-batas Ruang
Manfaat Jalur dan Ruang Milik Jalur yang dipasang di lapangan, untuk
kemudian disajikan dalam bentuk peta topografi jalur kereta api eksisting
sehinga didapat suatu data yang baik dan layak untuk dapat digunakan
sebagai pedoman atau panduan teknis dalam proses perencanaan
pengembangan dan pembangunan jalur kereta api .

Agar maksud dan tujuan dari pekerjaan ini dapat dicapai dengan optimal,
maka peta situasi topografi jalur kereta api eksisting sebagai hasil akhir
pekerjaan ini harus memuat semua obyek penting yaitu antara lainya.

a. Semua posisi kop rel existing yang ada yang dapat menggambarkan
alinemen horizontal dan elinemen vertikal jalan rel kereta api
b. Semua bangunan pelengkap esisting lainya seperti ; patok piket atau
patok hektometer, patok KM, tiang sinyal bantu, semua tiang rambu
jalan KA, papan lengkung, dan lain sebagainya.
c. Semua bangunan hikmat existing, seperti jembatan, gorong-gorong,
saluran air, jalan perlintasan baik itu jalan setapak, jalan tanah, jalan
aspal/beton atau jalan raya, lengkap dengan palang pintu dan rambu-
rambu perlintasan
d. Pagar dan atau patok batas tanah milik kereta api (ROW), bangunan
infrasruktur yang ada disekitar jalan kereta api yaitu antara lain ; jalan,
saluran, box culvert/saluran melintang rel, dan lain sebagainya
e. Semua bangunan utilitas yang ada, seperti ; jaringan kawat sinyal,
tiang dan jaringan telepon, tiang dan jaringan listrik, tiang PJU, jaringan
pipa bawah tanah bila ada (pipa PAM, pipa Gas, Kabel listrik bawah
tanah dan lain sebagainya), jaringan kabel sinyal, dan lain sebagainya.

21
f. Bangunan penguat seperti ; turap, pasangan batu, bronjong batu kali,
sheet pile, dan lain sebagainya.
g. Titik-titik ketinggian (spot height) yang menggambarkan kondisi
topografi di sepanjang jalur kereta api dan areal sekitarnya, yang
disajikan dalam bentuk garis kontur (garis ketinggian) dengan interval
1.0 meter. Secara garis besar lingkup pelaksanaan pekerjaan
penetapan batas ruang prasarana jalur kereta api terdiri atas kegiatan
sebagai berikut :
1. Persiapan :
- Inventarisasi data sekunder
- Survei pendahuluan atau survei awal
- Pembuatan rencana kerja
- Persiapan personel dan peralatan
2. Pekerjaan Lapangan :
- Persiapan Lapangan
- Pemasangan BM, Patok RUMAJA dan RUMIJA
- Pengukuran polygon/kerangka kontrol horizontal (poligon)
- Pengukuran waterpas/kerangka control vertical (waterpas)
- Pengukuran profil memanjang dan potongan melintang
- Pengukuran situasi topografi
- pengukuran jalur KA, jaringan utilitas dan bangunan pelengkap
3. Pengolahan data dan penggambaran :
- Input data
- Prosesing data
- Penggambaran
- Penyajian akhir peta dan data
4. Pembuatan laporan :
- Laporan Pendahuluan
- Laporan Antara
- Konsep Laporan Akhir
- Laporan Akhir
- Lampiran Laporan Akhir

Untuk lebih jelasnya proses dan urutan kegiatan pelaksanaan penetapan


batas ruang prasarana jalur kereta api lintas Jakarta Bogor, dapat disajikan
dalam bentuk diagram alir sebagai berikut:

22
Gambar II-3 Diagram Alir Pelaksanaan Pekerjaan

23
II.II.PERSIAPAN

Persiapan pelaksanaan pekerjaan penetapan batas ruang prasarana jalur


kereta api, adalah tahap awal dari pelaksanaan pekerjaan ini yang meliputi
kegiatan persiapan yang bersifat administratif dan persiapan teknis yang
dilakukan sebelum mobilisasi tim ke lapangan atau lokasi pekerjaan, yaitu
antara lain :

1. Penentuan sistim koordinat dan referensi pengukuran.


2. Inventarisasi data sekunder
3. Survey pendahuluan
4. Penyusunan rencana kerja
5. Persiapan administrasi dan Peralatan

II.II.I. PENENTUAN SISTIM KOORDINAT DAN REFERENSI


PENGUKURAN

Sebagaimana dijelaskan dalam diagram alir bahwasanya pekerjaan


penetapan batas ruang prasarana jalur kereta api adalah proses pekerjaan
survei dan pemetaan jalur kereta api. Dalam proses pemetaan topography
maupun jenis pemetaan yang lainya, sebelum pelaksanaan survey dilakukan,
terlebih dahulu harus ditentukan sistim koordinat dan proyeksi peta yang
akan digunaka disesuaikan dengan maksud dan tujuan pekerjaan pemetaan
tersebut. Sesuai dengan maksud dan tujuan dari pelaksanaan kegiatan
penetapan batas ruang prasaranakereta api adalah untuk membuat peta
topografi jalur kereta api existing, maka sebaiknya digunakan sistim proyeksi
peta dan sistim koordinat Nasional Indonesia, sebagaimana telah ditetapkan
oleh Bakosurtanal (Badan Koordinasi Pemetaan Nasional), yaitu :

Sistim Proyeksi Universal Tranvese Merkator (UTM) dengan Elepsoid


Referensi (WGS-1987).

Berdasarkan sistim koordinat yang akan dipakai dalam pekerjaan pemetaan


ini, maka dapat ditentukan referensi yang akan digunakan dalam
pengukuran dilapangan, baik itu referensi koordinat planimetris (x,y)
maupun elevasi atau ketinggian (z).

Untuk mendukung penggunaan sistim koordinat UTM tersebut maka dalam


survei pengukuran pemetaan ini akan digunakan sebagai referensi koordinat
(X,Y) yaitu stasiun GPS Bakosurtanal atau Jaring Kontrol Geodetik Nasional

24
yang terdekat dengan lokasi pekerjaan. Berdasarkan peta sebaran stasiun
GPS Jaringan Kontrol Geodetik Nasional dari Bakosurtanal, dapat ditentukan
beberapa titik stasiun GPS yang dapat digunakan sebagai referensi
pengukuran pemetaan jalur kereta api lintas Pekalongan Semarang
Tawang, sebagai berikut :

Titik GPS N.0001 - (Orde 0) : Kantor Bakosurtanal (BIG) Jl. Raya Bogor
Km.46 Cibinong Bogor
Titik GPS BCOL - (Orde I) : Jembatan Ancol Tanjung Priok Jakarta Utara.

Untuk parameter elevasi (z) agar sesuai dengan sistim koordinat yang
digunakan yaitu sistim koordinat UTM yang berlaku secara nasional, maka
untuk referensi vertical atau elevasi (Z), harus digunakan titik Jaring Kontrol
Vertikal Nasional yaitu titik TTG (titik tinggi geodesi), yang telah dibuat dan
dipasang oleh Bakosurtanal disepanjang jalan nasional.

Berdasarkan inventarisasi data yang telah dilakukan, untuk pelaksanaan


pekerjaan ini dipilih titik TTG dan Patok PP (Piel Priok) yang terdekat dengan
lokasi pekerjaan yang dapat dipakai sebagai referensi pengukuran elevasi,
yaitu antara lain :

a. PP.628A : Patok dipasang pada pilar tangga pintu air di tepi Jl.
Minangkabau, Manggarai Jakarta Selatan
b. TTG No.008 : Dipasang pada pagar sebelah kiri pintu masuk Gereja
Zebauth Jl. Ir. H. Juanda - Bogor
c. TTG No.009 : Dipasang didepan halaman Kantor Direktorat PHPA Jl.
Surya Kencana Bogor.

II.II.II. INVENTARISASI DATA SEKUNDER

Kegiatan inventarisasi data sekunder ini adalah kegiatan pengumpulan dan


inventarisasi data existing yang diperlukan dalam penyusunan rencana kerja
maupun data yang dapat dipakai dalam pelaksanaan pekerjaan pemetaan,
yaitu antara lain :

Data/gambar/laporan akhir dari studi-studi terdahulu yang tekait


dengan pekerjaan ini.
Peta rupa bumi dari BAKOSURTANAL skala 1: 25.000 atau Peta Jantop
(Jawatan Topografi Angkatan Darat).
Peta Ground-Kart

25
Data koordinat GPS dan Titik TTG yang akan digunakan sebagai
referensi
Data-data jaringan utilitas dan bangunan pelengkap

26
II.II.III. SURVEY PENDAHULUAN

Survey pendahuluan atau survey awal yaitu pengumpulan data lapangan


secara garis besar yang dilakukan dengan melakukan peninjauan langsung
di lapangan, yang tujuan adalah sebagai berikut :

Mengidentifikasi dan menentukan titik awal dan titik akhir pekerjaan


yang akan dilaksanakan.
Mengamati kondisi topografi, dan mencatat daerah-daerah yang perlu
dilakukan pengukuran khusus atau lebih mendetail.
Mencari titik tetap BM (Bench Mark) hasil pelaksanaaan pekerjaan
desain yang pernah dilakukan yang mungkin dapat digunakan sebagai
referensi.
Mencari Titik-titik BM eksisting yang akan digunakan sebagai referensi
pengukuran, seperti : titik GPS, titik PP atau TTG dan lain sebagainya.
Mengamati jalur KA, bangunan pelengkap dan jaringan utilitas
sepanjang Jalan Kereta Api eksisting, termasuk dokumentasinya.
Mengamati lokasi atau tempat yang tepat untuk dijadikan lokasi base
camp.
Membuat dokumentasi hasil peninjauan awal.

II.II.IV. PENYUSUNAN RENCANA KERJA

Rencana kerja atau program kerja dibuat sebagai pedoman dan acuan
pelaksanaan pekerjaan di lapangan, yang disusun berdasarkan data
sekunder yang didapat dan hasil survei pendahuluan, yaitu terdiri atas:

a. Pembuatan Peta Kerja


b. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
c. Jadwal Penugasan Personel

Penyusunan rencana kerja ini akan dibahas lebih detail pada bab III Rencana
Kerja dan organisasi pelaksanaan pekerjaan.

27
II.II.V. PERSIAPAN ADMINISTRASI DAN PERALATAN

A. Persiapan administrasi.
Persiapan administrasi dalam rangka persiapan pelaksanaan pekerjaan
penetapan batas ruang prasarana jalur kereta api, meliputi pengurusan
beberapa surat sebagai berikut:
Surat pengantar koordinasi dengan Instansi terkait, yaitu antara lain :
EVP DAOP 4 Semarang
Surat Keterangan dari Satuan Kerja Pengambangan dan
Peningkatan Prasarana Perkeretaapian, Direktorat Jenderal
Perkeretaapian
Surat tugas personel petugas lapangan
Surat Jalan untuk kendaraan dan tim petugas lapangan, dll
B. Persiapan Peralatan.

Persiapan peralatan dan perlengkapan yang akan dipergunakan dalam


pelaksanaan survey di lapangan atau dilokasi. Dalam persiapan peralatan
ini, dilakukan kalibrasi terhadap alat ukur yang akan dipergunakan
dilapangan, adapun persyaratan secara umum dalam melakukan
kalibrasi untuk masing-masing alat adalah sebagai berikut :

Kalibrasi Intrumen Teodolith Persyaratan yang harus dipenuhi dalam


kalibrasi untuk alat teodolith, adalah sebagai berikut :

- Sumbu I harus benar-benar vertical, dengan melakukan koreksi


terhadap nivo kotak dan nivo tabung.
- Sumbu II harus tegak lurus sumbu I, dengan melakukan koreksi
benang silang teropong kanan kiri,
- Garis bidik harus tegak lurus sumbu II, dengan melakukan terhadap
koreksi benang silang teropong atas bawah.
C. Kalibrasi Intrumen Waterpas

Persyaratan yang harus dipenuhi dalam kalibrasi untuk alat waterpass,


adalah sebagai berikut :

- Sumbu I harus vertical, dengan melakukan koreksi pada nivo kotak


- Garis bidik harus sejajar dengan garis arah nivo, dengan koreksi
teropong
D. Kalibrasi Instrumen EDM (Total Station)

Kalibrasi teodolith total station pada prinsipnya dilakukan sama seperti


melakukan kalibrasi teodolith pada umumnya, hanya untuk melakukan
kalibrasi EDM pada teodolith tosal station dengan cara

28
membandingkannya dengan hasil pengukuran menggunakan mistar
(meteran) baja, selisih harga jarak terukur harus sesuasi dengan
spesifikasi alat (10 ppm), dan koreksi dilakukan secara digital sesuai
manual alatnya. jika koreksi yang dilakukan pada alat dan spesifikasi alat
tidak bisa dipenuhi, maka kalibrasi harus dilakukan oleh agen pabrikan.

II.II.VI. PERSIAPAN DI LAPANGAN.

Persiapan di lapangan yaitu persiapan yang dilakukan di lapangan atau di


lokasi pekerjaan, yaitu antara lain :

1. Koordinasi Instansi terkait.


2. Pengadaan Base Camp
3. Pengadaan tenaga lokal
4. Pengadaan material

A. Koordinasi Instansi Terkait.

Sebagai persiapan di lapangan untuk pelaksanaan pekerjaan Penetapan


Batas Ruang Prasarana Kereta Api lintas Pekalongan - Semarang Tawang,
dilakukan koordinasi dengan instansi terkait, yaitu antara lain:

1.) Satuan Kerja Pengembangan dan Peningkatan Prasarana


Perkeretaapian
2.) DAOP 4 Semarang untuk pengurusan sarat ijin survei dan
inventarisasi data sekunder.
3.) Kepala Stasiun di lintasan Pekalongan Semarang Tawang, dan
4.) Kepala Sektor di lintasan Pekalongan Semarang Tawang.

Maksud dan tujuan koordinasi adalah pemberitahuan dan permohonan


ijin untuk melaksanakan survei di lintasan Pekalongan Semarang
Tawang, dengan melampirkan surat ijin survei dari DAOP 4 Semarang.

B. Pengadaan Base Camp

Pengadaan base camp sebagai tempat menginap dan tempat kerja para
petugas lapangan di lokasi pekerjaan, dilakukan dengan cara menyewa
rumah penduduk.

Mengingat lokasi pekerjaan adalah jalur kereta memanjang yang


membentang dari stasiun Jakarta Kota sampai dengan stasiun Bogor,
maka lokasi base camp dipilih 3 (tiga) lokasi yang memudahkan

29
mobilisasi dan transportasi dalam pelaksanaan survei pengukuran di
lapangan, yaitu:

1. Base Camp 1, lokasi disekitar Manggarai, Jakarta Selatan.


2. Base Camp 2, lokasi disekitar Depok, Jawa Barat.
3. Base Camp 3, lokasi disekitas Cilebut, Kabupaten Bogor.

Lokasi base camp ini ditentukan berdasarkan pertimbangan waktu


mobilisasi ke lokasi yang masih efisien, bahwa satu lokasi base camp
menjangkau 10 km ke arah hulu dan 10 km ke arah hilir lokasi pekerjaan
sebagaimana telah diplot pada peta kerja.

C. Pengadaan Tenaga Lokal

Pengadaan tenaga lokal dilakukan dengan mengadakan perekrutan


terhadap tenaga kerja dan masyarakat di sekitar lokasi base camp,
melalui pengurus RT, pengurus RW atau Kepala Desa setempat. Adapun
kebutuhan tenaga lokal dalam pelaksanaan pekerjaan penetapan batas
ruang prasarana jalur kereta api ini diperuntukan sebagai :

a. Tenaga pembantu survei


b. Tenaga tukang dan pembantu tukang untuk pemasangan patok
beton (BM, GPS, Patok Rumaja dan patok Rumija).

Perekrutan tenaga lokal untuk pelaksanaan pekerjaan penetapan batas


ruang prasarana jalur kereta api ini dilakukan sebanyak 26 orang.

D. Pengadaan Material

Pengadaan material yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan


pemetaan ini dilakukan di sekitar lokasi base camp.

Pengadaan material dilakukan untuk material pembuatan dan


pemasangan patok beton, yaitu BM, BM GPS, patok Rumaja dan patok
Rumija, yaitu antara lain :

a. Besi cor (besi begel) untuk kerangka beton


b. Pasir
c. Semen
d. Plat besi Cashing beton, dan lain sebagainya

30
II.III. SURVEY LAPANGAN

Kegiatan survey lapangan adalah pelaksanaan pengambilan data primer


langsung di lapangan yang diawali dengan pemasangan patok beton BM dan
patok Rumaja dan Rumija, kemudian dilakukan pengukuran pemetaan jalur
kereta api secara lengkap dan menyeluruh.

Kegiatan survey lapangan ini dapat dirinci terdiri atas pekerjaan sebagai
berikut :

Monumentasi/Pemasangan Patok Beton


Pengukuran kerangka kontrol horisontal
Pengukuran Kerangka kontrol vertikal dan profil memanjang
Pengukuran situasi
Pengukuran potongan melintang
Pengukuran jalur KA, jaringan utilitas dan bangunan pelengkap
Pengolahan data dan penggambaran di lapangan

II.III.I. MONUMENTASI/PEMASANGAN PATOK BETON.

Monumentasi adalah merupakan salah satu kegiatan dalam pelaksanaan


pekerjaan penetapan batas ruang prasaranakereta api, yang meliputi
pemasangan batok beton yang baru dan inventarisasi patok BM existing
yang ada dilapangan yang telah dipasang dalam pelaksanaan pekerjaan
sebelumnya.

Kegiatan monumentasi atau pemasangan patok beton dalam rangka


pelaksanaan pekerjaan penetapan batas ruang prasaranakereta api
Pekalongan Semarang Tawang, meliputi 3 (tiga) jenis patok beton sebagai
berikut :

1. Patok BM Pemetaan, yaitu patok beton atau BM yang dipasang sebagai


jaringan kerangka kontrol peta yang selanjutnya akan dilakukan
pengukuran koordinatnya dengan sistim Satelit GPS dan sistim Poligon.

Patok BM pemetaan ini dipasang 2 (dua) buah pada setiap interval 1


kilometer, sehingga secara keseluruhan akan dipasang 110 buah BM.

Patok BM pemetaan ini diberikan dua sistim penomeran, sesuai dengan


sistim pengukuran koordinatnya, yaitu :

31
1.) BM GPS, adalah BM pemetaan yang dipasang setiap interval 5
km ini, dan pengukuran koordinatnya dilakukan dengan sistim
Satelit GPS.
Dari total panjang lokasi pekerjaan 88 km, akan dipasang BM
dengan Nomor GPS sebanyak (dua puluh empat) buah, mulai
dari GPS-01, GPS-02,...............dst hingga GPS-24.
2.) BM, yaitu patok BM pemetaan selain BM GPS yang pengukuran
koordinatnya dilakukan pengukuran poligon, yang jumlah
keseluruhannya 86 buah, mulai dari: BM-01, BM-02,
.dst hingga BM-86.
2. Patok RUMAJA, yaitu patok beton yang dipasang sebagai titik batas
Ruang Manfaat Jalur kereta api. Sesuai dengan Undang-undang No. 23
Tahun 2007, yang dimaksud Ruang Manfaat Jalur, yaitu terdiri dari jalan
rel pada permukaan tanah diukur dari sisi terluar jalan rel beserta bidang
tanah di kiri, kanan, atas dan bawah yang digunakan untuk konstruksi
jalan rel termasuk bidang tanah untuk penempatan fasilitas operasi
kereta api dan bangunan pelengkap lainnya. Batas ruang manfaat jalur
kereta api untuk jalan rel pada permukaan tanah yang masuk
terowongan, diukur di dari sisi terluar konstruksi terowongan.
Batas ruang manfaat jalur kereta api untuk jalan rel pada permukaan
tanah yang berada di jembatan, diukur di dari sisi terluar konstruksi
jembatan. Untuk itu patok Rumaja dipasang pada akhir konstruksi jalur
KA untuk jalan rel pada permukaan tanah pada sisi luar saluran drainase,
dan pada jembatan pada sisi luar konstruksi jembatan (pondasi), baik
pada sisi kanan dan kiri jalur ganda kereta api, dan dipasang setiap
interval 1 kilometer sejajar dengan patok kilometer (KM) jalur KA. Dari
seluruh areal pekerjaan 55 km akan dipasang sebanyak 110 buah patok
Rumaja. Patok Rumaja harus dicat dengan warna biru dengan label
dibuat dari marmer yang dipahat sesuai dengan Nomor Patok Rumaja
sesuai dengan nomor KM atau sta pada patok piket.
3. Patok RUMIJA, yaitu patok beton yang dipasang sebagai titik batas Ruang
Milik Jalur kereta api. Sesuai dengan Undang-undang No. 23 Tahun 2007
Ruang Milik Jalur kereta api adalah bidang tanah di kiri dan kanan batas
ruang manfaat jalur kereta api yang digunakan untuk pengamanan
konstruksi jalan rel.
Patok batas RUMIJA dipasang pada jarak 6 (enam) meter kesebelah kanan
dan kiri dari titik patok RUMAJA, dan dipasang setiap interval 1 kilometer

32
sejajar dengan patok kilometer (KM) jalur kereta api. Dari seluruh areal
pekerjaan 55 km akan dipasang sebanyak 110 buah patok Rumija.
Patok Rumija harus dicat dengan warna biru dengan label dibuat dari
marmer yang dipahat sesuai dengan Nomor Patok Rumija sesuai dengan
nomor KM atau sta pada patok piket.
Dalam hal jarak antara patok RUMAJA dan patok batas ROW kurang dari 6
meter, maka posisi patok Rumija ditempatkan pada batas ROW dan dicat
dengan warna kuning. Pemasangan patok Rumaja dan Rumija dilakukan
setelah gambar crosection pada lokasi pemasangan dibuat, sehingga
pemasangan patok Rumaja dan Rumija tidak terjadi kesalahan dalam
menentukan jarak antara patok dengan center line rel kereta.
Pemasangan patok Rumaja dan Rumija secara grafis dapat digambarkan
sebagai berikut.

Pelaksanaan pemasangan patok BM, Patok GPS, Patok RUMAJA dan patok
RUMIJA dilakukan dengan metoda kerja dan tata-cara sebagai berikut :

Patok BM, patok BM-GPS, patok RUMAJA dan patok RUMIJA dibuat
dengan ukuran 20cm x 20cm, tinggi 125 cm yang dipasang 75 cm
ditanam dalam tanah, dan 50 cm diatas permukaan tanah.
Patok beton dibuat dengan bahan beton cor dengan rangka besi
begel dengan konstruksi sebagai berikut:

Gambar II-4 Sketsa Kontruksi Pemasangan Patok dan BM

Agar konstruksi patok kuat dan kokoh, setiap patok dipasang


dengan cara melakukan penggalian dan pengecoran langsung

33
dilapangan, bukan dibuat di base camp kemudian ditanam di
lapangan.
Setiap PATOK dipasang pada lokasi dengan kondisi tanah yang
stabil atau tanah keras dan dipilih pada lokasi tanah datar dan
yang terlindung serta aman dari kemungkinan gangguan hewan
atau kendaraan.
Setiap PATOK dipasang baut yang diberi tanda silang diatasnya
dengan cara digergaji, sebagai titik point PATOK dalam
pelaksanaan pengukuran, dan dicat dengan cat besi atau atau cat
tembok dengan warna Biru.
Setiap PATOK dipasang Label PATOK yang menyertakan logo
Kementerian Perhubungan, Kode (BM, BM-GPS, RUMAJA atau
RUMIJA), serta Nomer patok secara berurutan, seperti contoh
berikut ini.
Setiap Patok harus dibuatkan diskripsinya, yang mencantumkan:
Nomer Patok, Tanggal dibuat, Koordinat Patok, Sketsa posisi patok
serta foto patok, untuk kemudian dijilid menjadi buku diskripsi
patok sebagai salah satu lampiran laporan akhir.

Untuk label penomeran patok BM, BM-GPS, Patok RUMAJA dan Patok RUMIJA
kami menggunakan bahan marmer dengan ukuran 12 cm x 10 cm yang
dipahat dan diberi cat warna biru, sebagai berikut:

Gambar II-5 Contoh pemasangan label dengan menggunakan bahan marmer

Penomeran BM, BM-GPS, patok RUMAJA dan patok RUMIJA, untuk pekerjaan
penetapan batas ruang prasarana jalur kereta api mulai dari Jakarta sampai
dengan Bogor, dapat dirinci sebagai berikut:

1) Penomeran BM, mulai dari BM-01, BM-02, .dst


sampai dengan BM-86.

34
2) Penomeran BM GPS, mulai dari BM GPS-01, GPS-02dst sampai
dengan GPS-24
3) Penomeran Patok RUMAJA, mulai dari RUMAJA-00 di stasiun Pekalongan
sampai dengan RUMAJA-55 di stasiun Semarang Tawang.
4) Penomeran Patok RUMIJA, mulai dari RUMIJA-00 di stasiun Pekalongan
sampai dengan RUMIJA-55 di stasiun Semarang Tawang Inventarisasi
Patok/BM Existing.
a. Inventarisasi Patok/BM eksisting dilakukan terhadap semua Patok dan
BM existing yang ada dilapangan hasil pelaksaaan pekerjaan DED yang
terdahulu, dilakukan dengan mencatat nama, kode dan nomer masing-
masing Patok/BM, untuk kemudian akan dilakukan pengukuran
koordinatnya dengan sistim koordinat yang baru yang digunakan
dalam pelaksanaan pekerjaan penetapan batas ruang prasarana ini.
b. Semua Patok/BM eksisting akan dibuat diskripsi Patok/BM eksisting,
sebagaimana dilakukan untuk patok yang baru dipasang. Untuk itu
harus dibuat sketsa lokasi Patok/BM terhadap obyek disekitar lokasi
Patok/BM dan didokumentasikan (difoto).

II.III.II. PENGUKURAN KERANGKA KONTROL HORISONTAL

Pengukuran kerangka kontrol horizontal adalah pengukuran untuk


menentukan koordinat titik-titik kerangka kontrol peta. Oleh karena lokasi
pekerjaan penetapan batas ruang prasarana kereta api antara Pekalongan
Semarang Tawang merupakan areal yang bentuknya memanjang (88 km x
50 s/d 100 meter),

maka idealnya kerangka kontrol horisontal ditentukan dengan dua sistim


pengukuran, yaitu :

Pengukuran GPS, yaitu untuk menentukan koordinat kerangka kontrol


peta untuk interval 5 s/d 6 km, dan selanjutnya digunakan sebagai
referensi atau kontrol dalam pengukuran kerangka kontrol jarak dekat
(pengukuran poligon).
Pengukuran Poligon, yaitu pengukuran untuk menentukan kerangka
kontrol peta yang langsung digunakan dalam pelaksanaan pengukuran
lainnya dalam pemetan (pengukuran potongan melintang, pengukuran
situasi dan pengukuran lainnya).
A. Pengukuran GPS

35
Pengukuran kerangka kontrol horisontal peta dengan metode pengukuran
satellit GPS dilakukan terhadap 24 titik BM yang telah dipasang 2 buah
setiap interval 5 km, dengan metoda kerja sebagai berikut:

1. Pengukuran GPS dilakukan dengan menggunakan reciever Geodetic


GPS presisi dengan sistim pengamatan Static Relative Positioning
dengan pengamatan Difference Carrier Beat Phase" dengan
menggunakan 4 buah reciever GPS.
2. Pengamatan GPS dilakukan dengan referensi koordinat GPS
Bakosurtanal yang terdekat dengan lokasi pekerjan, yaitu:
Titik GPS N.0001 - (Orde 0) : Bakosurtanal Cibinong
Titik GPS BCOL - (Orde I) : Ancol Jakarta Utara
2. Semua tugu GPS yang dipasang diukur dengan metode GPS setelah
antenna dicentering optis"kan diatas Tugu GPS serta diukur tinggi
antenanya terhadap tanda silang baut/mark.
3. Penentuan posisi adalah dengan cara relatif sehingga dihasilkan
baseline DX,DY dan DZ.
4. Waktu observasi yang telah dikerjakan minimal selama 120 menit
untuk empat alat secara simultan yang akan diproses dengan
mengambil hasil tiga non trivial baseline dengan minimal
menggunakan 6 satelit.
5. "Elevation Mask" tidak kurang dari 15 derajat di atas horizon.
6. Data Carrier Phase direkam dengan interval 15 detik setiap
epochnya.
B. Pengukuran Poligon

Pengukuran kerangka kontrol horisontal peta dengan menggunakan


pengukuran poligon dilakukan untuk menentukan kerangka kontrol
horizontal jarak dekat (100 s/d 200 m) yang akan digunakan langsung
dalam pengukuran situasi obyek dilapangan maupun pengukuran
potongan melintang.

Pengukuran poligon dilakukan metoda dan tata-cara sebagai berikut :

1.) dengan mengadakan pengukuran poligon dengan system loop


terbuka terikat sempurna terhadap dua titik BM-GPS setiap interval 5
km.

36
Gambar II-6 Koordinat titik A,C, B dan D ditentukan melalui pengukuran GPS

2.) Jaringan pengukuran poligon kerangka peta diusahakan melewati


semua PATOK atau /BM yang baru dipasang maupun titik BM eksisting
yang ada dilapangan.
3.) Pengukuran sudut poligon dilakukan dengan Teodolith ketelitian sudut
5 second seperti Wild T-1 atau Total Station yang sederajat
ketelitiannya, dengan pembacaan sudut minimal 2 (dua) seri
pengukuran sudut.
4.) Sudut pada masing-masing titik poligon dihindarkan sudut lancip
(minimal 30 derajat) dan sudut yang terlampau besar (maksimal 330
derajat).
5.) Ketentuan kesalahan penutup pengukuran sudut poligon adalah 10
n detik, dimana n adalah jumlah titik-titik poligon dalam satu loop
pengukuran.
6.) Jarak antara dua titik poligon minimal 100 meter dan maksimal 200
meter disesuaikan dengan keadaan lapangan dan
mempertimbangkan kemudahan dalam pengukuran situasi topografi
maupun pengukuran potongan melintang.
7.) Pengukuran jarak poligon menggunakan alat ukur jarak elektronis
EDM (Electric Distance Measuremant), atau teodolith Total Station
dengan pembacaan jarak dilakukan minimal 4 (empat) kali, dan
Kesalahan linear setiap loop poligon adalah 1/10.000.
8.) Bilamana toleransi kesalahan penutup sudut dan kesalahan linear
tidak terpenuhi, tim survei harus melakukan pengukuran ulang, atau
mengadakan pengukuran ulang pada titik-titik yang diperkirakan
terdapat kesalahan pengukuran.
9.) Bilamana toleransi kesalahan penutup sudut dan kesalahan linear
tidak terpenuhi, tim survei harus melakukan pengukuran ulang.

37
II.III.III. PENGUKURAN KERANGKA KONTROL VERTIKAL
(WATERPASSING)

Pengukuran kerangka kontrol vertikal sebagai kelengkapan pengukuran


kerangka peta dilakukan dengan sistim waterpassing atau leveling, dengan
metoda kerja dan tata-cara sebagai berikut :

1. Pengukuran waterpas atau leveling harus dimulai dari titik ikat referensi
ketinggian atau elevasi yang telah ditentukan yaitu patok PP (Piel Priok)
atau TTG (titik tinggi geodesi) yang terdekat dengan lokasi.
2. Jaringan pengukuran waterpas/levelling harus melalui semua titik PATOK
dan BM , semua titik jaringan poligon, dan harus dilakukan dengan
menggunakan alat waterpass automatik level Wild NAK-2 atau yang
sederajat ketelitiannya.
3. Pengukuran levelling dilakukan dengan sistim double stand (setiap
kedudukan rambu diukur dari dua kedudukan berdiri alat), dan sistim
pulang pergi setiap hari kerja.
4. Pembacaan rambu ukur harus selalu dilakukan bacaan tiga benang
(benang atas, benang tengah, dan benang bawah) dengan keadaan
rambu beridiri tegak yang diatur dengan bantuan nivo rambu dan
diletakan diatas sepatu rambu (footstaf).
5. Setiap satu slag pengukuran, diusahakan jarak antara alat ke rambu
belakang sama dengan jarak alat ke rambu depan dan tidak lebih dari 60
meter.
6. Batas toleransi hasil pengukuran waterpas/levelling untuk setiap seksi
ditentukan maksimal tidak lebih dari 10D mm, dimana D adalah jumlah
jarak pengukuran dalam satuan Km, dan bilamana toleransi tersebut
tidak terpenuhi, maka tim survai harus melakukan pengukuran ulang.

II.III.IV. PENGUKURAN SITUASI

Pengukuran situasi adalah pengukuran yang harus dilakukan untuk


menentukan posisi dan bentuk semua bangunan existing atau obyek yang
ada dilapangan seperti : Rel KA, Batas badan jalan, semua bangunan hikmat
eksisting, semua bangunan pelengkap (rambu-rambu Jalan KA, Tiang Sinyal
dan lain sebagainya), serta semua utilitas yang ada, perlintasan, serta
semua titik-titik tinggi permukaan tanah yang dapat mewakili bentuk
topografi permukaan tanah yang ada di lapangan.

38
Dalam pelaksanaan pengukuran situasi dilakukan dengan metoda kerja dan
tata-cara sebagai berikut :

1. Pengukuran situasi harus dilakukan dengan menggunakan alat theodolith


total station, dan pengukuran dilakukan dari titik BM, atau titik poligon
yang terdekat, dan atau menggunakan titik bantu bila diperlukan.
2. Pengukuran situasi meliputi pengukuran untuk menentukan posisi dan
bentuk semua bangunan existing yang ada, serta posisi titik-titik tinggi
yang mewakili bentuk topografi dari permukaan tanah yang ada
dilapangan.
3. Pengukuran situasi harus dapat menentukan posisi dan bentuk semua
bangunan existing yang ada, meliputi ;
a. Semua posisi jalan rel existing yang ada,
b. Semua bangunan pelengkap esisting lainya seperti jaringan sinyal,
tiang sinyal bantu, semua tiang rambu jalan KA, papan lengkung,
dan lain sebagainya.
c. Semua bangunan hikmat existing, seperti jembatan, gorong-gorong,
saluran air, jalan perlintasan baik itu jalan setapak, jalan tanah, jalan
aspal/beton atau jalan raya,
d. Pagar dan patok batas tanah milik KA, bangunan infrasruktur yang
ada disekitar jalan KA yaitu antara lain ; jalan, saluran, box
culvert/saluran melintang rel, dan lain sebagainya
e. Semua bangunan utilitas yang ada, seperti ; tiang dan jaringan
telepon, tiang dan jaringan listrik, tiang PJU, jaringan pipa bawah
tanah bila ada (pipa PAM, pipa Gas, Kabel listrik bawa tanah dan lain
sebagainya), jaringan kabel sinyal, dan lain sebagainya.
f. Bentuk permukaan tanah yang ekstrim sperti ; turap, pasangan
batu, bronjong batu kali, kolam air, tambak, rawa, bukit dan lain
sebagainya.
4. Untuk melengkapi data tata guna lahan, harus dicatat jenis peruntukan
lahan disekitar areal jalan kereta api, seperti ; tambak, rawa, sawah,
ladang, hutan, kebun, alang-alang, makam, kampong atau pemukiman
dan lain sebagainya.
dan lain sebagainya), serta semua utilitas yang ada, perlintasan, serta
semua titik-titik tinggi permukaan tanah yang dapat mewakili bentuk
topografi permukaan tanah yang ada di lapangan.
Dalam pelaksanaan pengukuran situasi dilakukan dengan metoda kerja
dan tata-cara sebagai berikut :

39
1. Pengukuran situasi harus dilakukan dengan menggunakan alat
theodolith total station, dan pengukuran dilakukan dari titik BM, atau
titik poligon yang terdekat, dan atau menggunakan titik bantu bila
diperlukan.
2. Pengukuran situasi meliputi pengukuran untuk menentukan posisi
dan bentuk semua bangunan existing yang ada, serta posisi titik-titik
tinggi yang mewakili bentuk topografi dari permukaan tanah yang
ada dilapangan.
3. Pengukuran situasi harus dapat menentukan posisi dan bentuk
semua bangunan existing yang ada, meliputi ;
a. Semua posisi jalan rel existing yang ada,
b. Semua bangunan pelengkap esisting lainya seperti jaringan sinyal,
tiang sinyal bantu, semua tiang rambu jalan KA, papan lengkung,
dan lain sebagainya.
c. Semua bangunan hikmat existing, seperti jembatan, gorong-
gorong, saluran air, jalan perlintasan baik itu jalan setapak, jalan
tanah, jalan aspal/beton atau jalan raya,
d. Pagar dan patok batas tanah milik KA, bangunan infrasruktur yang
ada disekitar jalan KA yaitu antara lain ; jalan, saluran, box
culvert/saluran melintang rel, dan lain sebagainya
e. Semua bangunan utilitas yang ada, seperti ; tiang dan jaringan
telepon, tiang dan jaringan listrik, tiang PJU, jaringan pipa bawah
tanah bila ada (pipa PAM, pipa Gas, Kabel listrik bawa tanah dan
lain sebagainya), jaringan kabel sinyal, dan lain sebagainya.
f. Bentuk permukaan tanah yang ekstrim sperti ; turap, pasangan
batu, bronjong batu kali, kolam air, tambak, rawa, bukit dan lain
sebagainya.
4. Untuk melengkapi data tata guna lahan, harus dicatat jenis
peruntukan lahan disekitar areal jalan kereta api, seperti ; tambak,
rawa, sawah, ladang, hutan, kebun, alang-alang, makam, kampong
atau pemukiman dan lain sebagainya.

II.III.V. PENGUKURAN POTONGAN MELINTANG (CROSSECTION)

Pengukuran potongan atau cross section adalah pengukuran ketinggian


permukaan tanah untuk menggambarkan profil potongan melintang Trase
jalan rel KA, yaitu dengan melakukan pengukuran ketinggian permukaan
tanah pada satu garis lurus yang mempunyai arah tegak lurus terhadap

40
Centerline rel, pada setiap titik STA yang telah dipasang atau diberikan tanda
pada badan rel bagian luar.

Pengukuran cross section atau potongan melintang jalan rel dilakukan


dengan metoda kerja dan tata-cara sebagai berikut :

1. Untuk mendapatkan data yang akurat pengukuran cross section harus


dilakukan dengan menggunakan alat waterpas Wild Nak-2 untuk daerah
datar, dan pada daerah terjal dapat digunakan alat theodolith atau Total
Station, sedangkan untuk elevasi jalan rel tetap diukur menggunakan
waterpas.
2. Pengukuran cross section dilakukan setiap jarak 50 meter pada daerah
lurus, dan 25 meter pada daerah tikungan/lengkung, dan koridor
pengukuran adalah 50 meter ke-arah kanan dan kiri dari rel terluar yang
ada.
3. Bilamana pengukuran dilakukan dengan menggunakan waterpas,
pembacaan rambu ukur harus selalu dilakukan bacaan tiga benang
(benang atas, benang tengah, dan bebang bawah) dengan posisi rambu
keadaaan tegak dengan bantuan nivo rambu.
4. Pengukuran cross section dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat
menggambarkan keadaan tinggi rendah permukaan tanah sesungguhnya
dilapangan, dengan mengikuti profil tanah yang ada di lapangan, yaitu
antara lain ; kop rel, bagian atas badan jalan, bagian bawah badan jalan,
saluran drainase, batas tanah Kereta Api dan seterusnya hingga akhir
koridor pengukuran yang ditetapkan.
5. Arah pengukuran harus benar-benar membentuk garis lurus yang tegak
lurus terhadap jalan rel pada titik sta masing-masing, hal dimaksudkan
agar data yang didapat benar-benar mewakili profil melintang permukaan
tanah yang sesungguhnya.
6. Pengukuran cross section juga dilakukan pada titik perlintasan rel kereta
api dengan jalan baik itu perlintasan resmi maupun perlintasan tidak
resmi (liar).

II.III.VI. PENGUKURAN PROFIL MEMANJANG

Pengukuran profil memanjang dilakukan terhada kop rel kereta api, dilakukan
dengan metoda waterpassing atau menggunakan alat waterpas, sama persis
metoda dan cara melakukan pengukuran waterpass untuk kerangka kontrol
vertical pada sub bab 2.3.4.

41
Adapun metoda kerja dan tata-cara pelaksanaan pengukuran profil
memanjang, adalah sebagai berikut :

1. Pengukuran profil memanjang harus dilakukan untuk menentukan elevasi


kop rel kereta api tepat pada titik sta yang telah dipasang sebelumnya,
yaitu tiap interval 50 meter pada daerah lurus, dan setiap interval 25
meter pada daerah lengkung dan pada area jembatan yang bentangnya
lebih dari 100 meter sampai dengan 100 meter dari masing-masing
pangkal jembatan.
2. Setiap seksi pengukuran waterpas profil memanjang harus dimulai dari
titik patok BM yang telah dipasang atau titik polygon terdekat dan
melalui semua titik sta yang telah dipasang, kemudian mengikat kembali
ke titik patok BM atau titik polygon terdekat pada akhir seksi pengukuran.
3. Pengukuran waterpas profil memanjang harus dilakukan dengan
menggunakan alat waterpass automatik level Wild NAK-2 atau yang
sederajat ketelitiannya.
4. Pengukuran levelling dilakukan dengan sistim double stand (setiap
kedudukan rambu diukur dari dua kedudukan berdiri alat), atau sistim
pulang pergi setiap hari kerja.
5. Pembacaan rambu ukur harus selalu dilakukan bacaan tiga benang
(benang atas, benang tengah, dan benang bawah) dengan keadaan
rambu beridiri tegak yang diatur dengan bantuan nivo rambu dan
diletakan diatas sepatu rambu (footstaf).
6. Setiap satu slag pengukuran, diusahakan jarak antara alat ke rambu
belakang sama dengan jarak alat ke rambu depan dan tidak lebih dari 60
meter.
7. Pengukuran waterpas profil memanjang, selain mengukur elevasi kop rel
pada patok sta, juga harus mengukur titik-titik penting lainnya seperti ;
titik awal lengkung, titik tengah dan titik akhir lengkung, dan titik posisi
wesel, titik ujung pangkal jembatan.
8. Batas toleransi hasil pengukuran waterpas/levelling untuk setiap seksi
ditentukan maksimal tidak lebih dari 10D mm, dimana D adalah jumlah
jarak pengukuran dalam satuan Km, dan bilamana toleransi tersebut
tidak terpenuhi, maka tim survai harus melakukan pengukuran ulang.

II.III.VII. SURVEY JALUR KERETA API, JARINGAN UTILITAS DAN


BANGUNAN PELENGKAP

42
Survey jalur kereta api, jaringan utilitas dan bangunan pelengkap dilakukan
dengan melakukan peninjauan atau survey lapangan untuk oleh tim (tenaga
ahli dan asisten tenaga ahli) untuk memeriksa kondisi existing jalur kereta
api, jaringan utilitas dan bangunan pelengkap lainya, untuk kemudian nanti
diperintahkan kepada tim pengukuran untuk melakukan pengukuran
penentuan posisi dan bentuk semua obyek yang penting, yaitu antara lain :

1. Konstruksi atau alinyemen jalan rel kereta api existing.


2. Bangunan Hikmat existing, misalnya ; jembatan, box culvert, siphon,
gorong-gorong dan lain sebagainya.
3. Jaringan dan system persinyalan, telekomunikasi dan instalasi listrik.
4. Jaringan utilitas existing lainya yang ada di lapangan ; seperti jaringan
saluran drainase, dan lain sebagainya.
5. Stasiun lengkap dengan emplasemen dan bangunan pelengkap lainya.
6. Semua peralatan dan atau bangunan pelengkap lainnya, khususnya
yang berada pada jalur kereta api, seperti ; posisi dan bentuk wesel,
semua rambu jalan kereta api, dan lain sebagainya.
7. Pengukuran jalur kereta api, jaringan utilitas, bangunan pelengkap dan
semua bangunan exsisting dilakukan sekaligus pada pelaksanaan
pengukuran situasi topografi.

II.IV. PENGOLAHAN DATA DAN PENGGAMBARAN

Pekerjaan pengolahan data atau data prosesing dan penggambaran ini


adalah pekerjaan studio yang dapat dilakukan di base camp (tempat
pemondokan) pada saat pekerjaan lapangan, serta dilanjutkan di kantor
setelah pekerjaan lapangan selesai dilakukan.

Pekerjaan ini terdiri atas 3 (tiga) kegiatan pokok sebagai berikut :

a. Input Data
b. Data Prosesing
c. Pengambaran

II.IV.II. INPUT DATA

Pekerjaan input data ini adalah pekerjaan melakukan key in atau memasukan
data (input) dari data hasil pengukuran di lapangan (data lapangan) ke
dalam media komputer untuk nantinya akan dilakukan proses perhitungan.
Pelaksanaan pekerjaan key-in data ke dalam komputer ini pada dasarnya
adalah sebagaimana memindahkan data manual lapangan ke dalam format
perhitungan data dalam software Microsoft Excel.

43
Input data atau Key in data lapangan dilakukan setiap hari setelah
survaior selesai melakukan pengukuran, sehingga data lapangan hasil
pengukuran hari itu, langsung dikey-in dan harus selesai pada malam hari itu
juga, sehingga proses perhitungan dapat dilakukan secara langsung.

Untuk validasi data, semua data yang telah di-input (key in) atau
pengetikan dalam media komputer harus dicetak dan dilakukan pengecekan
(checking) dan pemeriksaan berdasarkan data lapangan yang asli, dan
bilamana terdapat kesalahan maka diberikan tanda dan harus dilakukan
pembetulan atau editing data dalam komputer.

Bilamana pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat Total


Station, keyin data tidak diperlukan, karena data pengukuran dilapangan
sudah terekam pada alatnya, hingga dapat langsung dilakukan down-load ke
computer di base camp.

Setelah semua data lapangan dalam media komputer dilakukan validasi dan
editing pembetulan, maka baru dapat dilakukan data prosesing atau
perhitungan.

II.IV.III. DATA PROSESING

Data prosesing adalah pekerjaan pengolahan data dari data lapangan


menjadi data koordinat (X, Y, X) dengan melakukan perhitungan
menggunakan rumus rumus dan kaidah-kaidah perhitungan dalam ilmu
geodesi dengan menggunakan software Microsoft Excel.

Data prosesing dalam proses pemetaan topografi dilakukan secara bertahap,


sebagai berikut ;

a. Prosesing data poligon


b. Prosesing data waterpas (leveling)
c. Prosesing data crosection
d. Prosesing data situasi

Prosesing data poligon, dilakukan dengan menggunakan rumus


perhitungan poligon bouwdith untuk setiap loop pengukuran, dimana
kesalahan penutup sudut yang terjadi dikoreksikan secara proporsional
sesuai dengan besarnya sudut azimuth di titik masing-masing, sedangkan
koreksi linear dikoreksikan secara proporsional sesuai dengan panjang sisi
poligon.

44
Prosesing data waterpas/leveling, dilakukan menggunakan rumus least
square, yang mana kelalahan penutup dibagi rata untuk semua titik. Setelah
semua data poligon dan data waterpas selesai dilakukan, baru kemudian
dilakukan perthitungan data crosection dan data situasi, sehingga dihasilkan
data koordinat titik (x, y, z).

II.IV.IV. PENGGAMBARAN

Proses penggambaran dari semua data hasil pengukuran dilakukan secara


digital dengan mempergunakan software Autodesk Land Dekstop 2006 yang
berbasis pada software AutoCad.

Proses penggambaran dalam survey pemetaan topografi dapat dibagi


dalam 3 jenis penggambaran sebagai berikut :

1. Penggambaran peta situasi topografi


2. Penggambaran potongan memanjang/long profil
3. Penggambaran potongan melintang

Pelaksanaan penggambaran situasi topografi dilakukan secara bertahap,


sebagai berikut :

2. Ploting koordinat
3. Penggambaran situasi
4. Penggambaran garis kontur

Proses penggambaran peta situasi topografi dilakukan dengan


menggunakan software Autodesk Land Dekstop 2006. Proses penggambaran
peta situasi ini dimulai dengan melakukan pekerjaan ploting data koordinat
semua hasil pengukuran, untuk selanjutnya dilakukan penggambaran untuk
detail bangunan existing yaitu meliputi :

1. Bangunan jalan rel dan perlengkapanya (kop rel, wesel, rambu jalan,
tubuh baan, jaringan kawat/kabel sinyal, sinyal bantu, dan lain
sebagainya)
2. Infrastrukur existing : jalan, saluran, sungai, bangunan existing,
bangunan emplasemen stasiun, rumah penduduk, pagar tembok, pagar
besi, dan lain sebagainya.
3. Sarana utilitas yang ada : tiang telepon, tiang listrik, jaringan kabel
sinyal, jaringan kabel telekomunikasi, jaringan kabel yang lain yang ada,
jaringan pipa gas bila ada, dan lain sebagainya.

45
4. Khusus untuk penggambaran rel kereta api dan wesel harus dapat
disajikan dengan atribut yang menyertakan data jenis dan tipe Rel dan
Wesel yang ada.

Setelah semua detail bangunan existing semua digambar, baru


dilakukan proses penggambaran garis kontur, melalui proses pembuatan
break line pada bangunan atau detail khusus, seperti, rel kereta api, tubuh
baan, saluran, sungai, tebing, turap dan lain sebagainya. Untuk kemudian
dilakukan proses pembuatan surface dari semua titik detail yang telah diplot,
baru kemudian dilakukan proses pembuatan garis kontur secara otomatis.
Proses terakhir dari proses penggambaran situasi adalah finaslisasi editing,
yaitu meliputi ; penghalusan garis kontur, pembuatan legenda, pemasangan
grid, dan pembuatan format penyajian dalam kop.

Untuk pembuatan gambar potongan melintang maupun gambar


potongan memanjang (profil memanjang) dilakukan secara otomatis dalam
software autocad dengan input data potongan melintang yaitu ; nomer titik,
jarak antar titik, dan elevasi titik.

Lingkup kegiatan pengolahan data dan penggambaran adalah


pekerjaan pengolahan data ukur lapangan melalui perhitungan-perhitungan
dalam kaidah-kaidah ilmu geodesi menjadi titik-titik koordinat (X,Y,Z)
definitif, untuk kemudian diplot ke dalam sistim koordinat yang telah
ditetapkan, dan selanjutnya dilakukan penggambaran menjadi peta
topografi.

Pengolahan data harus dilakukan secara digital menggunakan komputer, dan


proses penggambaran dilakukan secara digital dengan menggunakan
software Autodesk Land Desktop 2006 yang berbasis kepada software
AutoCad.

II.V. PENYAJIAN PETA DAN GAMBAR

Peta topografi dan gambar-gambar lainnya sebagai hasil akhir dari


pelaksanaan survey lapangan setelah melalui proses pengolahan data dan
penggambaran, sedapat mungkin disajikan dalam format dan ketentuan
yang berlaku sebagai berikut:

a. Undang-undang No. 23 (TH-2007)

46
b. Peraturan Pemerintah No. 56 (TH-2009)
c. Peraturan Pemerintah No. 72 (TH-2009)
d. Peraturan Dinas No. 10 (PD 10)
e. Peraturan Menteri No.28
f. Peraturan Menteri No.36
g. Peraturan lainnya yang ada kaitanya dengan masalah ini,

Penyajian akhir Peta dan gambar sebagai produk akhir pelaksanaan kegiatan
survey penetapan batas ruang prasarana kereta api, dapat dirinci dalam
kegiatan sebagai berikut:

II.V.II. PENYAJIAN PETA SITUASI TOPOGRAFI

a. Peta situasi topografi harus dibuat secara digital dengan skala 1:1000
yang dibuat dalam format software yang berbasis kepada Software
AutoCad, yaitu Autodesk Land Dekstop 2006.
b. Peta situasi topografi harus dilengkapi dengan garis kontur dengan
interval 1 (satu) meter.
c. Peta situasi topografi harus disajikan dengan pengaturan layer dan
ketebalan garis yang baik agar semua obyek dapat ditampilkan dalam
printout peta dalam kertas HVS ukuran A-3, dan dapat dibaca tanpa
dengan alat bantu penglihatan.
d. Masing-masing obyek detail peta disajikan layer tersendiri dan diberi
nama layer sesuai obyek yang digambarkan dengan warna tersendiri
atau tidak sama dengan layer untuk obyek yang lain.
e. Peta situasi topografi harus disajikan dalam format , notasi dan KOP
Dirjen Perkeretaapian, dan dicetak pada kertas HVS ukuran A-3.

II.V.III. PENYAJIAN GAMBAR PROFIL MEMANJANG

a. Gambar profil memanjang jalan rel, yang menampilkan elevasi kop rel
setiap interval 25 meter, dan disajikan dengan skala Horisontal 1 : 1.000
dan skala Vertikal 1 : 100.
b. Gambar profil memanjang jalan rel juga disajikan data kelandaian dan
potongan jembatan atau bangunan hikmat yang ada sesuai dengan
keadaan lapangan.
c. Gambar profil memanjang harus dibuat secara digital dalam software
AutoCAD, dan dicetak pada kertas HVS ukuran A-3.

II.V.IV. GAMBAR POTONGAN MELINTANG

47
a. Gambar potongan melintang jalan KA, dibuat setiap interval 50 meter
pada daerah lurus dan interval 25 meter pada daerah lengkung, disajikan
dengan skala horisontal 1 : 100 dan skala vertical 1 : 100.
b. Gambar potongan melintang sungai dibuat setiap interval 25 meter
sampai dengan jarak 100 meter kearah hulu dan hilir sungai, disajikan
dengan skala horisontal 1 : 100 dan skala vertical 1 : 100.
c. Gambar potongan melintang harus dibuat secara digital dalam software
AutoCAD, dan dicetak pada kertas HVS ukuran A-3.

48
BAB III
RENCANA KERJA DAN
ORGANISASI PELAKSANAAN
KEGIATAN

Untuk dapat melaksanakan pekerjaan Penetapan Batas Prasarana Jalur


Kereta Api antara Pekalongan Semarang Tawang dengan baik sesuai
dengan waktu yang ditetapkan dalam Kerangka Acuan Kerja, diperlukan
program kerja atau rencana kerja yang memadai, sehingga maksud dan
tujuan serta sasaran akhir dari pelaksanaan kegiatan ini dapat dicapai
dengan optimal.

Program kerja atau Rencana kerja ini disusun sebagai pedoman dan
acuan dalam pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan baik pekerjaan di
kantor maupun pekerjaan survei lapangan hingga penyelesaian akhir
pekerjaan, terdiri atas:

1) Pembuatan Peta Kerja


2) Jadwal pelaksanaan pekerjaan atau time schedule,
3) Organisasi tim pelaksana,
4) Jadwal Penugasanan Personel
5) Uraian tugas dan tanggung jawab personel.

III.I.PEMBUATAN PETA KERJA

Peta kerja adalah peta yang memuat semua rencana kegiatan pelaksanaan
pekerjaan yang disajikan dalam bentuk peta atau gambar kerja, yang
selanjutnya akan digunakan sebagai pedoman dan acuan dalam
pelaksanaan pekerjaan di lapangan maupun di kantor.

Pembuatan peta kerja dilakukan dengan menggunnakan Peta Rupa


Bumi (Bakosurtanal) atau Peta Topografi (Jantop) existing sebagai peta dasar,
yang memuat seluruh lokasi pekerjaan, dan dibuat atau digambarkan
seluruh rencana kegiatan yang harus dilaksanakan di lapangan, untuk
selanjutnya digunakan sebagai media dalam pembagian tugas tim, panduan

49
petugas lapangan dalam pelaksanaan pekerjaan serta monitoring kemajuan
pekerjaan yang sudah dilaksanakan.

Peta kerja harus memuat hal-hal penting dan semua rencana kegiatan yang
akan dilaksanakan di lapangan, yaitu antara lain :

1.) Posisi Titik Ikat sebagai referensi pengukuran, baik itu untuk referensi
koordinat (X,Y) misalnya Titik GPS (Bakosurtanal atau BPN) dan referensi
ketinggian atau elevasi (Z) misalnya Titik Tinggi Geodesi (TTG).
2.) Rencana posisi monumentasi atau pemasangan Bench Mark, Patok
RUMAJA, Patok RUMIJA, Patok STA,
3.) Rencana jalur pengukuran waterpas (jaringan kerangka kontrol vertical).
4.) Rencana Jalur pengukuran poligon (jaringan kerangka kontrol horizontal),
dan jaringan pengukuran GPS
5.) Rencana Jalur pengukuran Potongan Melintang atau Cros Section.
6.) Rencana posisi Base Camp
7.) dan lain sebagainya.

III.II. VOLUME PEKERJAAN

Salah satu parameter yang sangat penting dalam pembuatan atau


penyusunan Jadwal pelaksanaan pekerjaan, adalah parameter volume
pekerjaan untuk masing-masing kegiatan.

Untuk itu Tabel volume pekerjaan pada tiap item kegiatan dibuat atau
dihitung berdasarkan ketentuan teknis dalam Kerangka Acuan Kerja yang
telah di-plot pada peta kerja.

Berdasarkan analisa dan perhitungan semua rencana kegiatan yang sudah


dituangkan dalam peta kerja, ditentukan dan dihitung jumlah volume
pekerjaan untuk setiap item pekerjaan yang harus dilaksanakan dalam
pelaksanaan pekerjaan.

50
Tabel III-1 Volume Pekerjaan Penetapan Batas Ruang Prasarana Jalur Kereta Api antara Pekalongan -
Semarang Tawang

III.III. KAPASITAS TIM PELAKSANA

Parameter lain yang sangat menentukan dalam pembuatan Jadwal


pelaksanaan pekerjaan, selain volume pekerjaan adalah kapasitas tim
pelaksana dalam satu hari kerja. Satu tim pelaksana pengukuran terdiri dari
: 1 orang surveyor, 2 orang asisten surveyor dan 4 orang tenaga lokal.
Parameter kapasitas tim pelaksana ditentukan berdasarkan pengalaman
melaksanakan pekerjaan sejenis. Berdasarkan pengalaman kapasitas tim
pelaksana dalam satu hari kerja, dapat disajikan dalam bentuk tabel sebagai
berikut :

III.IV. WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN

51
Sesuai dengan KAK waktu pelaksanaan Penetapan Batas Prasarana Jalur
Kereta Api Lintas Pekalongan Semarang Tawang 180 (seratus delapan
puluh) hari Kalender.

III.V. JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN

Jadwal pelaksanaan kegiatan disusun berdasarkan daftar volume pekerjaan


yang telah dibuat, dan kapasitas Personil per hari masing-masing pekerjaan,
dengan mempertimbangkan waktu pelaksanaan yang telah ditetapkan.
Jadwal pelaksanaan harus dibuat dengan ketentuan sebagai berikut :

a) Jadwal pelaksanaan dibuat sesuai dengan urutan tahapan pekerjaan


mulai dari kegiatan persiapan, pekerjaan lapangan, proses pengolahan
data dan penggambaran, hingga penyerahan produk akhir.
b) Masing-masing jenis kegiatan harus ditabulasikan, jumlah volume
pekerjaan, jumlah Personil tim pelaksana, kapasitas tim, dan durasi
waktu pelaksnaan.
c) Jadwal waktu pelaksanaan disusun dengan mempertimbangkan
ketentuan waktu pelaksanaan dan tidak boleh melebihi waktu yang
telah ditetapkan dalam kerangka acuan kerja.

Dengan memperhatikan waktu yang disediakan maka dapat ditentukan


jumlah tim yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan
waktu yang ditetapkan. Dengan ditetapkannya jumlah tim pelaksana untuk
tiap item pekerjaan maka dapat ditentukan jenis peralatan dan jumlah
peralatan yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan
waktu yang ditetapkan.

Berdasarkan perhitungan volume pekerjaan, jumlah waktu yang disediakan,


kapasitas kerja tim/hari, maka dapat disusun jadwal pelaksanaan Penetapan
Batas Ruang Prasarana Jalur Kereta Api antara Pekalongan - Semarang
Tawang, sebagai berikut.

52
Tabel III-2 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan

53
III.VI. ORGANISASI PELAKSANA KEGIATAN

A. Deskripsi Tugas Anggota Tim

Rincian tugas-tugas pokok anggota Tim Pelaksana ini adalah sebagai berikut:

1) Pemimpin Tim Pelaksana :


- Bertanggung jawab secara keseluruhan atas pelaksanaan pekerjaan
ini.
- Mengkoordinir dan mengontrol tenaga-tenaga dalam Tim Pelaksana.
- Menyusun schedule pelaksanaan dan memonitor/mengontrol jalannya
pelaksanaan pekerjaan ini.
- Menyelenggarakan hubungan kerja pada tingkat Tim Pendamping
maupun Pemimpin Proyek.
2) Ahli Jalan Kereta Api :
- Melaksanakan survai teknis dalam menentukan jarak as track existing
terhadap track baru
- Melaksanakan evaluasi data survai teknis
- Membuat usulan desain untuk mendapatkan persetujuan Pemberi
Tugas.
- Merencanakan Geometri jalan rel dan membuat perhitungan-
perhitungan
- Mengkoordinir dan memeriksa penggambaran desain alinyemen
- Bertanggung jawab kepada Pemimpin Tim.
3) Ahli Struktur/Jembatan KA :
- Melaksanakan survai teknis
- Melaksanakan evaluasi data survei teknis
- Membuat usulan desain untuk mendapatkan persetujuan Pemberi
Tugas.
- Menetapkan metoda dan melaksanakan perhitungan-perhitungan
jembatan.
- Mengkoordinir dan memeriksa penggambaran Desain jembatan/
struktur.
- Bertanggung jawab kepada Pemimpin Tim.
4) Ahli Geodesi :
- Mereview dan mempelajari data-data yang ada dan berhubungan
dengan pekerjaan pengukuran/pemetaan.
- Mengkoordinir tenaga-tenaga dalam Tim Survai Topografi
- Melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan survai topografi
- Mempersiapkan dan menyusun laporan survai
- Bertanggung jawab kepada Pemimpin Tim.
5) Ahli Sinyal Perkeretaapian :
- Mengkoordinir tenaga-tenaga dalam Tim Survei Sinyal
- Melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan Survai sinyal di lapangan
- Melaksanakan survai teknis
- Memeriksa contoh hasil survai

54
- Memeriksa hasil penggambaran
- Memberi saran-saran kepada ahli Geodesi
- Bertanggung jawab kepada Pemimpin Tim.
6) Ahli Telekomunikasi :
- Melaksanakan survai teknis Jaringan Telkomunikasi
- Melaksanakan evaluasi data survai teknis
- Membuat masukan kepada ahli geodesi.
- Bertanggung jawab kepada Pemimpin Tim.

B. Bagan Organisasi Proyek

Untuk dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik, efektif dan efisien perlu
direncanakan organisasi pelaksana yang jelas, teratur dan terkoordinasi
secara baik, sehingga alur perintah atau alur koordinasi kerja antara
komponen tidak saling menghambat.

Bagan organisasi untuk melaksanakan/menyelesaikan pekerjaan survai


teknis dan desain ini, sebagaimana ditunjukkan dalam gambar dibawah ini;

55
Laporan Pendahuluan
Penetapan Batas Ruang Prasarana Jalur Kereta Api antara Pekalongan - Semarang Tawang

Gambar III-7 Struktur Organisasi Pekerjaan

56
Laporan Pendahuluan
Penetapan Batas Ruang Prasarana Jalur Kereta Api antara Pekalongan - Semarang Tawang

Tabel III-3 Jadwal Penugasan Personil Penetapan Batas Ruang Prasarana Jalur Kereta Api antara Pekalongan - Semarang Tawang

57
BAB IV

KEGIATAN YANG SUDAH


DILAKSANAKAN

Hasil dari pelaksanaan kegiatan yang telah dilakukan dalam rangka


pelaksanaan Penetapan Batas Ruang Prasarana Jalur Kereta Api antara
Pekalongan - Semarang Tawang, dalam kurun waktu 30 (tiga) puluh hari
pertama sejak diterbitkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK), adalah
pekerjaan persiapan yang meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a) Pengumpulan data sekunder/Inventarisasi data eksisting


b) Survai pendahuluan
c) Koordinasi dengan Instansi Terkait
d) Penyusunan program kerja

IV.I. PENGUMPULAN DATA SEKUNDER

Data-data eksisting yang dapat di-inventarisasi dalam rangka persiapan


pelaksanaan Penetapan Batas Ruang Prasarana Jalur Kereta Api antara
Pekalongan - Semarang Tawang, yaitu antara lain:

IV.I.I. PETA RUPA BUMI BIG (BADAN INFORMASI GEOSPASIAL)


ATAU PETA TOPOGRAFI JANTOP DALAM SKALA 1 : 50.000
ATAU YANG LEBIH BESAR;

IV.I.II. PETA GROUND KART

IV.I.III. DISKRIPSI PATOK REFERENSI ELEVASI.

58
IV.II. KOORDINASI DENGAN INSTANSI TERKAIT

Koordinasi dengan Instansi terkait dalam rangka pelaksanaan pekerjaan


Penetapan Batas Ruang Prasarana Jalur Kereta Api Antara Pekalongan -
Semarang Tawang adalah dengan DAOP 4 Semarang PT. KAI.

IV.III. SURVAI PENDAHULUAN

Survey pendahuluan telah dilakukan mulai tanggal 7 Mei 2012 sampai


dengan tanggal 13 Mei 2015. Adapun hasil yang signifikan dalam
pelaksanaan survey pendahuluan, yaitu:

59
IV.IV. PENYUSUNAN PROGRAM KERJA

Penyusunan program kerja sebagai persiapan dan acuan pelaksanaan


pekerjaan di lapangan atau di lokasi, telah dilakukan yaitu antara lain:

1. Peta Kerja (lampiran 2)


2. Jadwal Pelaksanaan ( Bab III)
3. Jadwal Penugasan Personil (Bab III)

Hasil pelaksanaan Penetapan Batas Ruang Prasarana Jalur Kereta Api antara
Pekalongan - Semarang Tawang sampai dengan tanggal 3 September 2015,
secara keseluruhan dapat disajikan dalam bentuk mapping progress dalam
halaman berikut.

60
Tabel IV-4 Mapping Progress Penetapan Batas Ruang Prasarana Jalur Kereta Api antara Pekalongan - Semarang Tawang

61
BAB V

RENCANA KERJA SELANJUTNYA

Rencana kerja selanjutnya dalam rangka pelaksanaan pekerjaan penetapan


batas ruang prasarana kereta api Jakarta - Bogor, adalah sebagai berikut :

- Persiapan peralatan
- Persiapan lapangan
- Survei pengukuran lapangan
- Pembuatan Laporan Antara

V.I. PERALATAN YANG AKAN DIPERGUNAKAN

Peralatan yang akan dipergunakan di lapangan dalam pelaksanaan


pekerjaan ini, yaitu antara lain:
Tabel V-1 Daftar peralatan yang dipergunakan

62
V.II. PERSIAPAN LAPANGAN.

V.III. SURVEI PENGUKURAN LAPANGAN

V.IV. PEMBUATAN LAPORAN ANTARA

63
LAMPIRAN LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

LAMPIRAN 2 PETA RUPA BUMI BIG (BADAN


INFORMASI GEOSPASIAL)

LAMPIRAN 3 PETA GROUND KART

LAMPIRAN 4 DOKUMENTASI SURVEY PENDAHULUAN

64

Anda mungkin juga menyukai