a. Konsep al-Basyr
basyar adalah anak turun Adam, makhluk fisik yang suka makan dan
berjalan ke pasar. Aspek fisik itulah yang membuat pengertian basyar
mencakup anak turun Adam secara keseluruhan (Aisyah Bintu Syati, 1999:
2). Menurut Abdul Mukti Rouf (2008: 3), kata basyar disebutkan sebanyak 36
kali dalam bentuk tunggal dan hanya sekali dalam bentuk mutsanna.
manusia sebagai makhluk biologis, ditegaskan oleh Allah SWT dalam Al-
Quran, yaitu:
2. Post natal (sesudah lahir) proses perkembangan dari bayi, remaja, dewasa
basyar karena kulitnya yang tampak jelas dan berbeda dengan kulit-kulit
binatang yang lain. Dengan kata lain, kata basyar senantiasa mengacu pada
manusia dari aspek lahiriahnya, mempunyai bentuk tubuh yang sama,
makan dan minum dari bahan yang sama yang ada di dunia ini. Dan oleh
Basyr ini dapat berubah fisik, yaitu semakin tua fisiknya akan semakin lemah
dan akhirnya meninggal dunia. Dan dalam konsep al-Basyr ini juga dapat
b. Konsep Al-Insan
Kata insan bila dilihat asal kata al-nas, berarti melihat, mengetahui, dan
minta izin. Atas dasar ini, kata tersebut mengandung petunjuk adanya kaitan
apa yang benar dan apa yang salah, serta dapat meminta izin ketika akan
mendorong manusia untuk berkreasi dan berinovasi. Jelas sekali bahwa dari
c. Konsep Al-Nas
Dalam konsep an-naas pada umumnya dihubungkan dengan fungsi
Jika kita kembali ke asal mula terjadinya manusia yang bermula dari
pasangan laki-laki dan wanita (Adam dan Hawa), dan berkembang menjadi
masyarakat dengan kata lain adanya pengakuan terhadap spesis di dunia ini,
menunjukkan bahwa manusia harus hidup bersaudara dan tidak boleh saling
konsep an-naas.
Adapun kata bani adam dan zurriyat Adam, yang berarti anak Adam
atau keturunan Adam, digunakan untuk menyatakan manusia bila dilihat dari
asal keturunannya (Quraish Shihab, 1996: 278). Dalam Al-Quran istilah bani
bani Adam menunjuk pada arti manusia secara umum. Dalam hal ini
setidaknya ada tiga aspek yang dikaji, yaitu: Pertama, anjuran untuk
Adam agar jangan terjerumus pada bujuk rayu setan yang mengajak kepada
Adam, adalah sebuah usaha pemersatu (persatuan dan kesatuan) tidak ada
(2003: 28) memaparkan al-Isn adalah homonim dari al-Jins dan al-Nufur.
Lebih lanjut Quraish Shihab mengatakan bahwa dalam kaitannya dengan jin,
maka manusia adalah makhluk yang kasab mata. Sedangkan jin adalah
kata al-Ins dalam arti tidak liar atau tidak biadab, merupakan kesimpulan
yang jelas bahwa manusia yang insia itu merupakan kebalikan dari jin yang
menurut dalil aslinya bersifat metafisik yang identik dengan liar atau bebas.
[4]
manusia selalu di posisikan sebagai lawan dari kata jin yang bebas. bersifat
halus dan tidak biadab. Jin adalah makhluk bukan manusia yang hidup di
alam antah berantah dan alam yang tak terinderakan. Sedangkan manusia
jelas dan dapat menyesuaikan diri dengan realitas hidup dan lingkungan
yang ada.
potensi berperasaan dan berkehendak adalah Abd Allah dalam arti dimiliki
Allah. Selain itu kata Abd juga bermakna ibadah, sebagai pernyataan
kerendahan diri.
Allah baru dapat terwujud bila seseorang dapat memenuhi tiga hal, yaitu:
1. Menyadari bahwa yang dimiliki termasuk dirinya adalah milik Allah dan
3. Dalam mngambil keputusan selalu mengaitkan dengan restu dan izin Allah.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam konsep Abd Allah, manusia
[1] Jalaluddin. 2003. Teologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
[2] Abuddin Nata. 1997. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
[3] Abdul Mukti Rouf. 2008. Manusia Super. Pontianak: STAIN Pontianak
Press.
[4]Aisyah Bintu Syati. 1999. Manusia Dalam Perspektif AL-Quran.
Jakarta: Pustaka Firdaus.
BAB II
Pembahasan
)(QS. Al-Anfl 24
)(24
) (12 ) (13
)(14
) (28
)(30
Ada tiga kata yang digunakan Al-Quran untuk menunjuk kepada manusia,4 yaitu:
a. Menggunakan kata yang terdiri dari alif, nun dan sin semacam insan, ins, nas
atau unas.
Walaupun ketiga kata di atas menunjukkan arti pada manusia, tetapi secara khusus
memiliki pengertian yang berbeda:
1) Al-Insn
Al-Insn terbentuk dari kata yang berarti lupa. Kata al-insn dinyatakan
dalam al-Quran sebanyak 73 kali yang disebut dalam 43 surat. Penggunaan kata al-
insn pada umumnya digunakan pada keistimewaan manusia penyandang predikat
khalifah di muka bumi, sekaligus dihubungkan dengan proses penciptaannya.
Keistimewaan tersebut karena manusia merupakan makhluk psikis disamping
makhluk pisik yang memiliki potensi dasar, yaitu fitrah akal dan kalbu. Potensi ini
menempatkan manusia sebagai makhluk Allah SWT yang mulia dan tertinggi
dibandingkan makhluk-Nya yang lain.
Nilai psikis manusia sebagai al-insn yang dipadu wahyu Ilahiyah akan membantu
manusia dalam membentuk dirinya sesuai dengan nilai-nilai insaniah yang terwujud
dalam perpaduan iman dan amalnya. Sebagaimana firman Allah SWT Artinya :
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, Maka bagi mereka
pahala yang tiada putus-putusnya. (QS. At-Thiin: 6)
Dengan pengembangan nilai-nilai tersebut, akhirnya manusia mampu mengemban
amanah Allah SWT di muka bumi. Quraish Syihab dalam bukunya Wawasan Al-
Quran mengatakan bahwa kata insan terambil dari akar kata uns yang berarti jinak,
harmonis dan tampak. Menurutnya pendapat ini jika ditinjau dari sudut pandang Al-
Quran lebih tepat dari yang berpendapat bahwa ia terambil dari kata nasiya (lupa),
atau nasa-yanusu yang berarti (berguncang). Kata insan, digunakan Al-Quran untuk
menunjuk kepada manusia dengan seluruh totalitasnya, jiwa dan raga. Manusia
yang berbeda antara seseorang dengan yang lain, akibat perbedaan fisik, mental
dan kecerdasan.
2) Al-Basyar
Al-Basyar terambil dari akar kata yang pada mulanya berarti penampakan sesuatu
dengan baik dan indah. Dari akar kata yang sama lahir kata basyarah yang berarti
kulit. Manusia dinamai basyar karena kulitnya tampak jelas, dan berbeda dengan
kulit binatang yang lain.8
Kata Al-Basyar dinyatakan dalam al-Quran sebanyak 36 kali yang tersebut dalam 26
surat.9 Kata-kata tersebut diungkap dalam bentuk tunggal dan sekali dalam bentuk
mutsanna (dual) untuk menunjukkan manusia dari sudut lahiriahnya serta
persamaannya dengan manusia seluruhnya.
Artinya:
Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan
kepadaku (QS. Al-Kahfi 110)
Dengan demikian penggunaan kata al-basyar pada manusia menunjukkan
persamaan dengan makhluk Allah SWT lainnya pada aspek material atau dimensi
jasmaniahnya.
3) Al-ns
Kata al-ns menunjukkan pada hakikat manusia sebagai makhluk social dan
ditunjukkan kepada seluruh manusia secara umum tanpa melihat statusnya apakah
beriman atau kafir.11 Penggunaan kata al-ns lebih bersifat umum dalam
mendefinisikan hakikat manusia dibanding dengan kata al-insn.12
Kata al-ns juga dipakai dalam Al-Quran untuk menunjukkan bahwa karakteristik
manusia senantiasa berada dalam keadaan labil. Meskipun telah dianugerahkan
Allah SWT dengan berbagai potensi yang bisa digunakan manusia untuk mengenal
Tuhannya, namun hanya sebagian manusia saja yang mau mempergunakannya,
sementara sebagian yang lain tidak, justru mempergunakan potensi tersebut untuk
menentang ke-Mahakuasa-an Tuhan. Dari sini terlihat bahwa manusia mempunya
dimensi ganda, yaitu sebagai makhluk yang mulia dam yang tercela.
Dari uraian di atas, bahwa pendefinisian manusia yang diungkap dalam Al-Quran
dengan istilah Al-Insn, Al-Basyar dan al-ns menggambarkan tentang keunikan dan
kesempurnaan manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT. Hal ini memperlihatkan
bahwa manusia merupakan satu kesatuan yang utuh, antara aspek material
(fisik/jasmani), dan immaterial (psikis/ruhani) yang dipandu oleh ruh Ilahiah. Kedua
aspek tersebut saling berhubungan.
Dengan kelengkapan dua aspek material dan immaterial di atas, manusia dapat
melaksanakan tugas-tugasnya. Disini manusia memerlukan bimbingan, binaan dan
pendidikan yang seimbang, harmonis dan integral agar kedua aspek tersebut dapat
berfungsi dengan baik dan produktif.
Artinya:
Manusia adalah satu-satunya makhluk yang unsur penciptaannya terdapat ruh Illahi
sedang manusia tidak diberi pengetahuan tentang ruh kecuali sedikit.
Artinya:
Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: Roh itu Termasuk urusan
Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit. (QS. Al-Israa :
85)
Proses penciptaan manusia seperti yang dimuat pada Al-Quran Surat Ash-Shaad
ayat 71-72 dan Al-Mukminn ayat 12-13 di atas, penggunaan kata al-insn
mengandung dua dimensi, Pertama; dimensi tubuh / materiil (dengan berbagai
unsurnya). Kedua ; dimensi spiritual (ditiupkan-Nya ruh-Nya kepada manusia).13
Artinya:
Allah berfirman: Hai iblis, Apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang
telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri
ataukah kamu (merasa) Termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi ?. (QS. Shd: 75)
Tetapi ketika berbicara tentang reproduksi manusia secara umum, Yang Maha
Pencipta ditunjuk dengan menggunakan bentuk jamak.
Seperti telah disebutkan di atas bahwa Al-Quran juga menggunakan kata ath-thin
untuk unsur materiil asal manusia. Salah satunya menggunakan kata sullatin min
thn, dalam konteks kejadian manusia pada umumnya. Di bagian lain diungkap
menggunakan kata thnin lzib seperti yang termuat dalam Al-Quran Surat Ash-
Shfft ayat 11 :
Maka Tanyakanlah kepada mereka (musyrik Mekah) : Apakah mereka yang lebih
kukuh kejadiannya ataukah apa yang telah Kami ciptakan itu ? Sesungguhnya Kami
telah menciptakan mereka dari tanah liat. (QS. Ash-Shfft : 11)
Selain menggunakan kedua kata di atas (sullatin min thn dan thnin lzib), dalam
Al-Quran juga terdapat kata shalshl yang dirangkai dengan ungkapan min hamain
masnn seperti yang disebut dalam Surat Al-Hijr ayat 26 :
Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering
(yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk .
Artinya:
Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar (QS. Ar-Rahmn ; 14)
Dari uraian di atas, kata-kata yang digunakan untuk menjelaskan unsur materiil
asal-usul manusia adalah
Sullah artinya bagian yang ditarik dari sesuatu dengan pelan dan tersembunyi.
Bagian yang ditarik tersebut menurut Ath-thabarsyi disebut sebagai sari sesuatu
yang dikeluarkan darinya (shafwatusy-syayi al-lat yakhruju minh).16
Shalshl yang berarti tanah lempung, berasal dari kata shalshalah yang artinya
berbunyi, tanah lempung disebut dengan shalshalah karena ia mengeluarkan bunyi
bila sudah kering seperti tembikar (al-fakhkhr) yang mengeluarkan bunyi besi.
10
Lzib, para mufassir sering mengartikan thnun lzib dengan thnun lshiq yang
maksudnya tanah yang lengket.
Hamaun masnn, kata hama adalah kata lain yang menunjuk pada jenis tanah asal
manusia. Kata hamaun pada dasarnya berarti tanah hitam yang berbau busuk. Arti
tersebut tidak jauh berbeda dengan arti yang dikemukakan ath-Thabary sebagai
tanah yang berubah menjadi hitam.
Kata turb disebutkan sebagai unsur materiil asal manusia yang berarti juga
tanah atau debu. Semua kata tersebut menjelaskan unsur materiil dari ciptaan
manusia yang terdiri dari bermacam-macam jenis tanah yang boleh jadi
melambangkan komponen-komponen kimiawi pembentuk fisik manusia, dan inti
tanah yang berupa tanah lempung dan berbau, menggambarkan suatu unsur
materiil yang amat sederhana dan rendah. Unsur inilah yang digabungkan dengan
unsur yang amat sempurna dan mulia yakni ruh Tuhan.
Ruh Tuhan yang ditiupkan ke dalam unsur materi manusia itu merupakan ruh
kehidupan yang suci. Ungkapan yang digunakan Al-Quran adalah rhiy (ruh-Ku) dan
rhih (ruh-Nya).
Maka apabila aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan
kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, Maka tunduklah kamu kepadanya dengan
bersujud.19 (QS. Al-Hijr : 29)
Perpaduan antara dua unsur di atas (unsur materiil dan unsur ruh) menunjukkan
suatu perpaduan unsur yang bersih dan baik, namun mempunyai karakter yang
berlawanan, yaitu unsur yang rendah dan hina dengan unsur yang suci dan
mulia.20
Disamping dua unsur di atas, akal adalah salah satu aspek penting dalam hakikat
manusia. Banyak ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang akal. Akal adalah alat
untuk berpikir. Jadi salah satu hakikat manusia ialah ia ingin, ia mampu dan ia
berpikir.
Ahmad Tafsir dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam mengatakan bahwa menurut
Harun Nasution ada tujuh kata yang digunakan al-Quran untuk mewakili konsep
akal ; yaitu 21
Artinya:
Maka Apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka,
bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak
mempunyai retak-retak sedikitpun ? (QS. Qaaf: 6)
Keempat; kata faqiha. Kelima; kata tadzakkara. Keenam; kata fahima. dan Ketujuh;
kata aqala.
Kata aqala dalam Al-Quran kebanyakan digunakan dalam bentuk fiil (kata kerja),
hanya sedikit dalam bentuk ism (kata benda).
Ini menunjukkan bahwa pada akal yang penting ialah berpikir bukan akal sebagai
otak yang berupa benda.
Kesatuan wujud manusia antara fisik dan psikis serta didukung oleh potensi-potensi
yang ada membuktikan bahwa manusia sebagai ahsan al-taqwim. Dalam
hubungannya dengan Pendidikan Islam, menempatkan manusia pada posisi yang
strategis, yaitu:
Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas)
fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan
pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui
Artinya:
Dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia
meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat (QS
Al-Anam 165)
manusia meliputi pemaknaan yang bersifat umum, tanpa dibatasi oleh agama apa
yang mereka yakini. Artinya label kekhalifahan yang dimaksud diberikan kepada
semua manusia sebagai penguasa alam semesta.
Kedua, khalifah Syariyat; Dimensi ini wewenang Allah yang diberikan kepada
manusia untuk memakmurkan alam semesta. Hanya saja untuk melaksanakan
tugas dan tanggung jawab ini, predikat khalifah secara khusus ditujukan kepada
orang-orang mukmin. Hal ini dimaksudkan agar dengan keimanan yang dimilikinya,
mampu menjadi pilar dan control dalam mengatur mekanisme alam semesta,
sesuai dengan nilai-nilai ilahiyah yang telah digariskan Allah lewat ajaran-Nya.
Dengan prinsip ini, manusia akan senantiasa berbuat kebaikan dan memanfaatkan
alam semesta ini demi kemaslahatan umat manusia.
Makhluk paedagogik ialah makhluk Allah yang dilahirkan membawa potensi dapat
dididik dan dapat mendidik.40 Manusia adalah makhluk paedagogik, karena
memiliki potensi dapat dididik dan mendidik sehingga mampu menjadi khalifah di
bumi. Manusia dilengkapi dengan fitrah Allah, berupa bentuk atau wadah yang
dapat diisi dengan berbagai kecakapan dan keterampilan yang dapat berkembang,
sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk yang
Kata insan jika dilihat dari asalnya nasiya yang artinya lupa, menunjuk adanya kaitan dengan
kesadaran diri. Untuk itu, apabila manusia lupa terhadap seseuatu hal, disebabkan karena kehilangan
kesadaran terhadap hal tersebut. Maka dalam kehidupan agama, jika seseorang lupa sesuatu
kewajiban yang seharusnya dilakukannya, maka ia tidak berdosa, karena ia kehilangan kesadaran
terhadap kewajiban itu. Tetapi hal ini berbeda dengan seseorang yang sengaja lupa terhadap sesuatu
kewajiban. Sedangkan kata insan untuk penyebutan manusia yang terambil dari akar kata al-uns atau
anisa yang berarti jinak dan harmonis , karena manusia pada dasarnya dapat menyesuaikan dengan
realitas hidup dan lingkungannya. Manusia mempunyai kemampuan adaptasi yang cukup tinggi, untuk
dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi dalam kehidupannya, baik perubahan sosial
maupun alamiah. Manusia menghargai tata aturan etik, sopan santun, dan sebagai makhluk yang
berbudaya, ia tidak liar baik secara sosial maupun alamiah.
Kata basyar dipakai untuk menyebut semua makhluk baik laki-laki ataupun perempuan, baik satu
ataupun banyak. Kata basyar adalah jamak dari kata basyarah yang berarti kulit. "Manusia dinamai
basyar karena kulitnya tampak jelas, dan berbeda dengan kulit binatang yang lain". Al-Qur'an
menggunakan kata ini sebanyak 36 kali dalam bentuk tunggal dan sekali dalam bentuk mutsanna
[dual] untuk menunjukkan manusia dari sudut lahiriyahnya serta persamaannya dengan manusia
seluruhnya. Karena itu Nabi Muhammad SAW diperintahkan untuk menyampaikan bahwa "Aku adalah
basyar (manusia) seperti kamu yang diberi wahyu (QS. al-Kahf /18: 110). Di sisi lain diamati bahwa
banyak ayat-ayat al-Qur'an yang menggunakan kata basyar yang mengisyaratkan bahwa proses
kejadian manusia sebagai basyar, melalui tahapan-tahapan sehingga mencapai tahapan kedewasaan.
Firman allah (QS.al-Rum /3 : 20) "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya [Allah] menciptakan kamu
dari tanah, ketika kamu menjadi basyar kamu bertebaran". Bertebaran di sini bisa diartikan
berkembang biak akibat hubungan seks atau bertebaran mencari rezki
Penggunaan kata basyar di sini "dikaitkan dengan kedewasaan dalam kehidupan manusia, yang
menjadikannya mampu memikul tanggungjawab. Dan karena itupula, tugas kekhalifahan dibebankan
kepada (perhatikan QS al-Hijr /15: 28), yang menggunakan kata basyar, dan QS. al-Baqarah /2 : 30
yang menggunakan kata khalifah, yang keduanya mengandung pemberitahuan Allah kepada malaikat
tentang manusia .
Dijelaskan bahwa manusia dalam pengertian basyar tergantung sepenuhnya pada alam, pertumbuhan
dan perkembangan fisiknya tergantung pada apa yang dimakan. Sedangkan manusia dalam
pengertian insan mempunyai pertumbuhan dan perkembangan yang sepenuhnya tergantung pada
kebudayaan, pendidikan, penalaran, kesadaran, dan sikap hidupnya. Untuk itu, pemakaian kedua kata
insan dan basyar untuk menyebut manusia mempunyai pengertian yang berbeda. Insan dipakai untuk
menunjuk pada kualitas pemikiran dan kesadaran, sedangkan basyar dipakai untuk menunjukkan pada
dimensi alamiahnya, yang menjadi ciri pokok manusia pada umumnya, makan, minum dan mati .
Dari pengertian insan dan basyar, manusia merupakan makhluk yang dibekali Allah dengan potensi
fisik maupun psikis yang memiliki potensi untuk berkembang. Al-Qur'an berulangkali mengangkat
derajat manusia dan berulangkali pula merendahkan derajat manusia. Manusia dinobatkan jauh
mengungguli alam surga, bumi dan bahkan para malaikat. Allah juga menetapkan bahwa manusia
dijadikan-Nya sebagai makhluk yang paling sempurna keadaannya dibandingkan dengan makhluk-
makhluk lain (Q.S. At Tiin/95: 4). Allah sendirilah yang menciptakan manusia yang proporsional (adil)
susunannya (Q.S. Al Infithaar/82: 7).
Manusia diciptakan Allah sebagai makhluk berpribadi, sebagai makhluk yang hidup bersama-sama
dengan orang lain, sebagai makhluk yang hidup di tengah-tengah alam dan sebagai makhluk yang
diciptakan dan diasuh oleh Allah. Manusia sebagai makhluk berpribadi, mempunyai fungsi terhadap
diri pribadinya. Manusia sebagai anggota masyarakat mempunyai fungsi terhadap masyarakat.
Manusia sebagai makhluk yang hidup di tengah-tengah alam, berfungsi terhadap alam. Manusia
sebagai makhluk yang diciptakan dan diasuh, berfungsi terhadap yang menciptakan dan yang
mengasuhnya. Selain itu manusia sebagai makhluk pribadi terdiri dari kesatuan tiga unsur yaitu :
unsur perasaan, unsur akal, dan unsur jasmani .
Al-Qur'an menggambarkan manusia sebagai makhluk pilihan Tuhan, sebagai khalifah-Nya di muka
bumi, serta sebagai makhluk semi-samawi dan semi duniawi, yang di dalam dirinya ditanamkan sifat-
sifat : mengakui Tuhan, bebas, terpercaya, rasa tanggungjawab terhadap dirinya maupun alam
semesta; serta karunia keunggulan atas alam semesta, lagit dan bumi. Manusia dipusakai dengan
kecenderungan jiwa ke arah kebaikan maupun kejahatan. Kemaujudan mereka dimulai dari kelemahan
dan ketidakmampuan, yang kemudian bergerak ke arah kekuatan. Tetapi itu tidak akan menghapuskan
kegelisahan psikis mereka, kecuali jika mereka dekat dengan Tuhan dan selalu mengingat-Nya.
Manusia terbagi pada dua unsur, jasmani dan rohani. Unsur jasmani sudahlah jelas, sedangkan unsur
rohani ini terbagi pada empat bagian. Empat bagian itu adalah ruh, nafs/jiwa , qalbu/hati , akal/daya
fikir .
RUH, sekilas mungkin ruh bisa dipahami sebagai nyawa, karena apabila ruh diambil maka manusia itu
dikatakan tidak bernyawa. Namun sesungguhnya ruh tidaklah hanya sebatas nyawa, ketika manusia
dicabut nyawanya, seketika itu juga itu fisiknya mati, namun ruh tetaplah hidup. Ia kembali ke hadhirat
Illahi, untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Lalu apabila dipertanyakan tentang penjelasan
ruh, tiada seorangpun bisa menjawabnya, bahkan Nabi Muhammad SAW sekalipun.
Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh, katakanlah ruh itu termasuk urusan Tuhanku dan
tidaklah kamu dberi pengetahuan melainkan sedikit (Q.S. Al Israa/17: 85)
Sedikit mengutip Cak Nur, bahwa manusia menurutnya merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang
mengagumkan dan penuh misteri. Dia tersusun dari perpaduan dua unsur ; segenggam tanah bumi,
dan ruh Allah, maka siapa yang hanya mengenal aspek tanahnya dan melalaikan aspek tiupan ruh
Allah, maka dia tidak akan mengenal lebih jauh hakikat manusia . Selanjutnya, ketika manusia
menyadari hakikat penciptaannya maka hendaknya ia sadar apa tugas penciptaannya,
Kembali kepada unsur rohani manusia, setelah ruh maka unsur selanjutnya adalah jiwa/nafs. Jenis-jenis
derivat nafsiyah dalam ilmu nafsiologi terdiri dari nafs Ammarah (yang cenderung jahat), nafs
Musawwilah (yang menipu diri sendiri, setingkat dengan nafs Ammarah), nafs Lawwamah (nafsu yang
bisa mengarah pada kebaikan dan juga kejahatan) dan nafs Muthmainnah (nafsu yang sudah
dikendalikan oleh iman hingga tidak mudah mengarah kepada perbuatan tercela) .
Dalam wadah nafs terdapat hati . Hati dan akal bekerja sama dengan jiwa dalam mencapai kebutuhan
akan kesejahteraan dan kesenangan hidup. Jiwa adalah pendorong bagi hati dan akal untuk bersinergi
mencapai keinginan. Bila suatu keinginan telah diraih, maka jiwa akan segera beralih pada keinginan
dan hasrat yang lain. William Stren, mengatakan bahwa manusia adalah Unitas yaitu jiwa dan raga
merupakan suatu kesatuan yang tak terpisahkan dalam bentuk dan perbuatan. jika jiwa terpisah dari
raga, maka sebutan manusia tidak dapat dipakai dalam arti manusia yang hidup. Jika manusia
berbuat, bukan hanya raganya saja yang berbuat atau jiwanya saja, melainkan keduanya sekaligus.
Secara lahiriyah memang raganya yang berbuat yang tampak melakukan perbuatan, tetapi perbuatan
raga ini didorong dan dikendalikan oleh jiwa . Jiwa takkan pernah berhenti melakukan perbuatan apa
saja demi mengejar keinginannya sampai benar-benar ada halangan yang membuat suatu keinginan
itu tidak mampu teraih.
Dari beberapa penjelasan di atas, dapat difahami manusia sebagai salah satu makhluk ciptaan Allah
dari semua ciptaan-Nya, tetapi hanya manusialah yang paling sempurna, sehingga kepadanya
dipercayakan untuk mengelola alam ini. Memang manusia telah dipersiapkan Allah sedemikian rupa,
dengan dimensi jasmani dan rohani yang tidak bisa terlepas dari ketergantungan terhadap alam,
terutama untuk memenuhi kebutuhan dimensi jasmaninya. Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah
memiliki tanggung jawab dan juga potensi yang sangat besar sebagai khalifah di bumi, namun begitu
manusia membutuhkan ikatan yang kuat dengan penciptanya agar hidupnya terarah dan bahagia
secara psikologis.
R PUSTAKA
http://muhfathurrohman.wordpress.com/2012/09/19/proses-kejadian-manusia-dan-nilai-
nilai-pendidikan-di-dalamnya/
http://nyaknurul.blogspot.com/2011/03/asal-mula-kejadian-manusia.html
http://www.gudangmateri.com/2010/12/proses-penciptaan-manusia-menurut-islam.html
http://alhayaat.wordpress.com/2009/05/28/proses-penciptaan-manusia-menurut-islam-
dan-iptek/
http://hanykpoespyta.wordpress.com/2008/04/19/manusia-antara-pandangan-
antropologi-dan-agama-islam/
Dr. Bucaille, Maurice. (1984). Asal-Usul Manusia Menurut Bibel, Al-Quran dan Sains.
Bandung: Penerbit Mizan.
Syueb, Sudono. Buku Pintar Agama Islam. (2011). Percetakan Bushido Indonesia: Delta Media
Prof. DR. Daradjat, Zakiah. dkk. (1986). Dasar-dasar Agama Islam. Jakarta.
[1] Prof. DR. Zakiah Daradjat. dkk, Dasar-dasar Agama Islam (Jakarta : 1986), hal : 48.
[2] Sudono Syueb, Buku Pintar Agama Islam, (Percetakan Bushido Indonesia: Delta Media,
2011), hal: 70.
[5] Dr. Maurice Bucaille, Asal-Usul Manusia Menurut Bibel, Al-Quran dan Sains, (Bandung:
Penerbit Mizan, 1984, edisi ke-3), hal: 169.
[6] Ahliana Afifati, Proses Penciptaan Manusia Menurut Islam dan Iptek,
(http://alhayaat.wordpress.com/2009/05/28/proses-penciptaan-manusia-menurut-islam-
dan-iptek/ diposting : 28 Mei 2009).
[7] Prof. DR. Zakiah Daradjat. dkk, Dasar-dasar Agama Islam (Jakarta : 1986), hal : 48
Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Mereka berkata: Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal
kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau? Tuhan berfirman:
Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.. (QS Al Baqarah : 30)
a. Kandungan ayat
Allah SWT menciptakan manusia di muka bumi agar manusia dapat menjadi kalifah di muka bumi tersebut.
Yang dimaksud dengan khalifah ialah bahwa manusia diciptakan untuk menjadi penguasa yang mengatur
apa-apa yang ada di bumi, seperti tumbuhannya, hewannya, hutannya, airnya, sungainya, gunungnya,
lautnya, perikanannya dan seyogyanya manusia harus mampu memanfaatkan segala apa yang ada di bumi
untuk kemaslahatannya. Jika manusia telah mampu menjalankan itu semuanya maka sunatullah yang
menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi benar-benar dijalankan dengan baik oleh manusia tersebut,
terutama manusia yang beriman kepada Allah SWT dan Rasulullah SWT.
1. Allah memberitahu kepada malaikat bahwa Allah akan menciptakan khalifah (wakil Allah) di bumi
1. malaikat menyangsikan kemampuan manusia dalam mengemban tugas sebagai manusia. Menurut
2. Malaikat beranggapan bahwa yang pantas menjadi khalifah di bumi adalah dirinya. Malaikat merasa
Bacalah Surat Al Mukminun ayat 12-14 berikut dengan fasih dan benar! Teks lihat google Al-Quran onlines
Artinya: 12. Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.
13. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). 14.
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal
daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus
dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah,
Dalam surat Al Mukminun ayat 12-14 Allah SWT menerangkan tentang proses penciptaan manusia. Sebelum
para ahli dalam bidang kedokteran modern mengetahui proses asal usul kejadian penciptaan manusia dalam
rahim ibunya, Allah SWT sudah terlebih dahulu mejelaskan perihal kejadian tersebut dalam Al Quran seperti
dalam surat Al Mukminun ayat 12-14, dan diperkuat oleh ayat lainnya diantaranya Surat Al Hasyr ayat 24
Artinya : Dialah Allah yang Menciptakan, yang Mengadakan, yang membentuk Rupa, yang mempunyai
asmaaul Husna. bertasbih kepadanya apa yang di langit dan bumi. dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha
Pada surat Al Mukminun ayat 12 -14 Allah SWT menjelaskan bahwa proses penciptaan manusia dalam rahim
Yang masing-masing fasenya memakan waktu 40 hari, hal ini dijelaskan dalam sebuah hadits yang di
Artinya :
Dari Abdullah bin Masud ra.,ia berkata : Rasululla saw bercerita kepada kami, beliaulah yang benar dan
dibenarkan : Sesungguhnva penciptaan perseoranganmu terkumpul dalam perut ibunva empat puluh hari
dan empat puluh malam atau empat puluh malam, kemudian menjadi segumpal darah, semisal itu (40 hari
= pen) kemudian menjadi segumpal daging, semisal itu (40 hari = pen), kemudian Allah mengutus
Malaikat, kemudian dipermaklumkan dengan empat kata, kemudian malaikat mencari rizkinya, ajalnya
(batas hidupnya), amalnya serta celaka dan bahagianya kemudian Malaikat meniupkan ruh padanya.
Sesungguhnya salah seorang di antaramu niscaya beramal dengan amal ahli (penghuni) sorga, sehingga
jarak antara sorga dengan dia hanya satu hasta, namun catatan mendahuluinya, maka ia beramal dengan
penghuni neraka, maka ia masuk neraka. Dan sesungguhnya salah seorang diantaramu, beramal dengan
amal ahli neraka, sehingga jarak antara neraka dengan dia hanya satu hasta, namun catatan mendahuinya,
maka ia beramal dengan amal penghuni sorga, maka ia masuk sorga. (Hadits ditakhrij oleh Bukhari).
Sedangkan dalam surat Al Hasyr Allah menjelaskan bahwa janin sebelum menjadi manusia sempurna juga
4. Manusia diperintahkan untuk memikirkan proses kejadiannya agar tidak sombong kepada Allah dan
sesama manusia
Bacalah surat Az Zariyat berikut ini dengan fasih dan benar! Teks lihat google Al-Quran onlines
Artinya: Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk menyembah kepadaku. (QS Adz
Zariyat : 56)
a. Kandungan ayat
Surat Adz dzariyat ayat 56 mengandung makna bahwa semua makhluk Allah, termasuk jin dan manusia
diciptakan oleh Allah SWT agar mereka mau mengabdikan diri, taat, tunduk, serta menyembah hanya
kepada Allah SWT. Jadi selain fungsi manusia sebagai khalifah di muka bumi (fungsi horizontal), manusia
juga mempunya fungsi sebagai hamba yaitu menyembah penciptanya (fungsi vertikal), dalam hal ini adalah
menyembah Allah karena sesungguhnya Allah lah yang menciptakan semua alam semesta ini.
Seperti diutarakan pada surat Al Mukminun ayat 12-14 bahwa Allah SWT yang menciptakan manusia dari
saripati tanah yang terkandung dalam tetesan air yang hina, yaitu air mani, oleh karenanya merupakan
suatu keharusan bagi manusia untuk menyembah penciptanya, yang telah menjadikan manusia sebagai
Bacalah surat Al Hajj ayat 5 berikut ini dengan fasih, tartil, dan benar! Teks lihat google Al-Quran onlines
Artinya: Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah)
sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari
segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna,
agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu
yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-
angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di
antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang
dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di
atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang
Manusia dalam pandangan Islam tediri atas dua unsur, yaitu jasmani dan rohani. Jasmani manusia bersifat
materi yang berasal dari unsur-unsur sari pati tanah. Sedangkan roh manusia merupakan substansi
immateri, yang keberadaannya dia alam baqa nanti merupakan rahasia Allah SWT. Proses kejadian manusia
Tentang proses kejadian manusia, Allah SWT telah berfirman dalam Al Quran surat Al Mukminun ayat 12
Artinya: Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu sari pati (berasal) dari tanah.
Kemudian kami jadikan sari pati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudain
airmani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan
segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging.
Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci Allah, Pencipta yang paling
Tentang proses kejadian manusia ini juga dapat dilihat dalam pada QS As Sajadah ayat 7 9 yang berbunyi:
manusia dari tanah. 8. kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina. 9. kemudian Dia
menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. (QS As Sajadah : 7 9)
Dalam hadits Rasulullah SAW tentang kejadian manusia, beliau bersabda yang artinya: Sesungguhnya
setiap kalian dikumpulkan kejadiannya dalam perut ibunya 40 hari sebagai nutfah, kemudain sebagai alaqah
seperti itu pula (40 hari), lalu sebagai mudgah seperti itu, kemudian diutus malaikat kepadanya, lalu
malaikat itu meniupkan ruh kedalam tubuhnya. (Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari r.a dan muslim)
Ketika masih berbentuk janin sampai umur empat bulan, embrio manusia belum mempunyai ruh, karena
baru ditiupkan ke janin itu setelah berumur 4 bulan (4X30 hari). Oleh karena itu, yang menghidupkan tubuh
manusia itu bukan roh, tetapi kehidupan itu sendiri sudah ada semenjak manusia dalam bentuk nutfah. Roh
yang bersifat immateri mempunyai dua daya, yaitu daya pikir yang disebut dengan akal yang berpusat
diotak, serta daya rasa yang disebut kalbu yang berpusat di dada. Keduanya merupakan substansi dai roh
manusia.
Ketika memerankan fungsinya sebagai khalifah Allah di muka bumi, ada dua peranan penting yang
diamanahkan dan dilaksanakan manusia sampai hari kiamat. Pertama, memakmurkan bumi (al imarah).
Kedua, memelihara bumi dari upaya-upaya perusakan yang datang dari pihak manapun (ar riayah).
1. Memakmurkan Bumi
Manusia mempunyai kewajiban kolektif yang dibebankan Allah SWT. Manusia harus mengeksplorasi
kekayaan bumi bagi kemanfaatan seluas-luasnya umat manusia. Maka sepatutnyalah hasil eksplorasi itu
dapat dinikmati secara adil dan merata, dengan tetap menjaga kekayaan agar tidak punah. Sehingga
2. Memelihara Bumi
Melihara bumi dalam arti luas termasuk juga memelihara akidah dan akhlak manusianya sebagai SDM
(sumber daya manusia). Memelihara dari kebiasaan jahiliyah, yaitu merusak dan menghancurkan alam demi
kepentingan sesaat. Karena sumber daya manusia yang rusak akan sangata potensial merusak alam. Oleh
dijadikan sebagai khalifah atau penguasa (pengatur) bumi. Maksudnya, manusia diciptakan oleh Allah agar
memakmurkan kehidupan di bumi sesuai dengan petunjukNya. Petunjuk yang dimaksud adalah agama
(Islam).
Mengapa Allah memerintahkan umat nabi Muhammad SAW untuk memelihara bumi dari kerusakan?, karena
sesungguhnya manusia lebih banyak yang membangkang dibanding yang benar-benar berbuat shaleh
sehingga manusia akan cenderung untuk berbuat kerusakan, hal ini sudah terjadi pada masa nabi nabi
sebelum nabi Muhammad SAW dimana umat para nabi tersebut lebih senang berbuat kerusakan dari pada
berbuat kebaikan, misalnya saja kaum bani Israil, seperti yang Allah sebutkan dalam firmannya dalam surat
Artinya : dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab itu: Sesungguhnya kamu akan
membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan
Sebagai seorang muslim dan hamba Allah yang taat tentu kita akan menjalankan fungsi sebagai khalifah
dimuka bumi dengan tidak melakukan pengrusakan terhadap Alam yang diciptakan oleh Allah SWT karena
sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. Seperti firmannya dalam surat Al
Artinya: dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan
janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka)
bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS AL Qashash : 7)
Manusia diciptakan oleh Allah SWT agar menyembah kepadanya. Kata menyembah sebagai terjemahan dari
lafal abida-yabudu-ibadatun. Beribadah berarti menyadari dan mengaku bahwa manusia merupakan
hamba Allah yang harus tunduk mengikuti kehendaknya, baik secara sukarela maupun terpaksa.
1. Ibadah muhdah (murni), yaitu ibadah yang telah ditentukan waktunya, tata caranya, dan syarat-syarat
pelaksanaannya oleh nas, baik Al Quran maupun hadits yang tidak boleh diubah, ditambah atau dikurangi.
aktivitas dan kegiatan hidup yang dilaksanakan dalam konteks mencari keridhaan Allah SWT
Jadi, setiap insan tujuan hidupnya adalah untuk mencari keridhaan Allah SWT, karena jiwa yang
memperoleh keridhaan Allah adalah k=jiwa yang berbahagia, mendapat ketenangan, terjauhkan dari
kegelisahan dan kesengsaraan bathin. Sedankan diakhirat kelak, kita akan memperoleh imbalan surga dan
dimasukkan dalam kelompok hamba-hamba Allah SWT yang istimewa. Sebagaimana firman Allah SWT yang
artinya: Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhainya. Maka
masuklah dalam jamaah hamba-hambaku. Dan masuklah ke dalam surgaku. (QS Al Fajr : 27-30)
Selama hidup di dunia manusia wajib beribadah, menghambakan diri kepada Allah. Seluruh aktivitas
hidupnya harus diarahkan untuk beribadah kepadanya. Islam telah memberi petunjuk kepada manusia
tentang tata cara beribadah kepada Allah. Apa-apa yang dilakukan manusia sejak bangun tidur samapai
Jin dan manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT mempunayi tugas pokok di muka bumi, yaitu untuk
mengabdi kepada Allah SWT. Pengabdian yang dikehendaki oleh Allah SWT adlah bertauhid kepadanya,
yakni bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah. Jin dan manusia wajib mengesakan Allah dalam segala situasi
Petunjuk Allah hanya akan diberikan kepada manusia yang taat dan patuh kepada Allah dan rasulnya, serta
berjihad dijalannya. Taat kepada Allah dibuktikan dengan menjalankan perintahnya dan menjauhi segala
larangannya. Taat kepada rasul berarti bersedia menjalankan sunah-sunahnya. Kesiapan itu lalu ditambah
dengan keseriusan berjihad, berjuang di jalan Allah dengan mengorbankan harta, tenaga, waktu, bahkan
jiwa
Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak
pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.
Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk
mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik
untuk ditempati.
Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan
baik dan jahat.
Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan terutama lingkungan sosial,
bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusiaannya
tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.
2.2 Asal Usul Manusia
2.2.1 Manusia dalam Pandangan Antropologi
Pada awalnya di dunia ini hanya ada satu sel yang kemudian berkembang dan mengalami
percabangan-percabangan. Percabangan ini mengakibatkan adanya variasi mahluk hidup di dunia
ini. Menurut Charles Darwin dalam teori Evolusinya, manusia merupakan hasil evolusi dari kera
yang mengalami perubahan secara bertahap dalam waktu yang sangat lama. Dalam perjalanan
waktu yang sangat lama tersebut terjadi seleksi alam. Semua mahluk hidup yang ada saat ini
merupakan organisme-organisme yang berhasil lolos dari seleksi alam dan berhasil
mempertahankan dirinya. Dalam teorinya ia mengatakan : Suatu benda (bahan) mengalami
perubahan dari yang tidak sempurna menuju kepada kesempurnaan. Kemudian ia
memperluas teorinya ini hingga sampai kepada asal-usul manusia.
Dapat disimpulkan bahwa manusia dalam pandangan Antropologi terbentuk dari satu sel sederhana
yang mengalami perubahan secara bertahap dengan waktu yang sangat lama (evolusi).
Berdasarkan teori ini, manusia dan semua mahluk hidup di dunia ini berasal dari satu moyang yang
sama. Nenek moyang manusia adalah kera. Teori Evolusi yang dikenalkan oleh Charles Darwin ini
akhirnya meluas dan terus dipakai dalam antropologi.[3]
Teori ini mempunyai kelemahan karena ada beberapa jenis tumbuhan dan hewan yang tidak
mengalami evolusi dan tetap dalam keadaan seperti semula. Misalnya sejenis biawak/komodo yang
telah ada sejak berjuta-juta tahun yang lalu dan hingga kini tetap ada. Jadi dapat kita katakan bahwa
teori yang dianggap ilmiah itu ternyata tidak mutlak karena antara teori dengan kenyataan tidak
dapat dibuktikan.
Terwujudnya alam semesta ini berikut segala isinya diciptakan oleh Allah dalam waktu enam masa.
Keenam masa itu adalah Azoikum, Ercheozoikum, Protovozoikum, Palaeozoikum,
Mesozoikum, dan Cenozoikum. Dari penelitian para ahli, setiap periode menunjukkan perubahan
dan perkembangan yang bertahap menurut susunan organisme yang sesuai dengan ukuran dan
kadarnya masing-masing (tidak berevolusi).[4]
Manusia dikaruniakan oleh Allah akal untuk berfikir. Dengan akal, manusia mampu membedakan
antara yang haq (benar) dengan yang bathil (salah). Dengan akal pula, manusia mampu
merenungkan dan mengamalkan sesuatu yang benar tersebut. Dengan karunia akal, manusia
diharapkan dapat memilah dan memilih nilai-nilai kebenaran, kebaikan dan keindahan.
Disamping memiliki akal, manusia selalu terlahir dengan 3 naluri yang pasti ada dalam dirinya,
yaitu :
1. Manusia tidak diciptakan dari mani yang lengkap, tetapi dari sebagian kecilnya
(spermazoa).
2. Sel kelamin laki-lakilah yang menentukan jenis kelamin bayi.
3. Janin manusia melekat pada rahim sang ibu bagaikan lintah.
4. Manusia berkembang di tiga kawasan yang gelap di dalam rahim.
5. Setetes Mani
Sebelum proses pembuahan terjadi, 250 juta sperma terpancar dari si laki-laki pada satu waktu dan
menuju sel telur yang jumlahnya hanya satu setiap siklusnya. Sperma-sperma melakukan
perjalanan yang sulit di tubuh si ibu sampai menuju sel telur karena saluran reproduksi wanita yang
berbelok2, kadar keasaman yang tidak sesuai dengan sperma, gerakan menyapu dari dalam
saluran reproduksi wanita, dan juga gaya gravitasi yang berlawanan. Sel telur hanya akan
membolehkan masuk satu sperma saja.
Artinya, bahan manusia bukan mani seluruhnya, melainkan hanya sebagian kecil darinya. Ini
dijelaskan dalam Al-Quran :
Apakah manusia mengira akan dibiarkan tak terurus? Bukankah ia hanya setitik mani
yang dipancarkan? (QS Al Qiyamah:36-37).
1. Segumpal Darah Yang Melekat di Rahim
Setelah lewat 40 hari, dari air mani tersebut, Allah menjadikannya segumpal darah yang disebut
alaqah.
Tapi, zigot tersebut tidak melewatkan tahap pertumbuhannya begitu saja. Ia melekat pada dinding
rahim seperti akar yang kokoh menancap di bumi dengan carangnya. Melalui hubungan semacam
ini, zigot mampu mendapatkan zat-zat penting dari tubuh sang ibu bagi pertumbuhannya. Pada
bagian ini, satu keajaiban penting dari Al Quran terungkap. Saat merujuk pada zigot yang sedang
tumbuh dalam rahim ibu, Allah menggunakan kata alaq dalam Al Quran. Arti kata alaq dalam
bahasa Arab adalah sesuatu yang menempel pada suatu tempat. Kata ini secara harfiah
digunakan untuk menggambarkan lintah yang menempel pada tubuh untuk menghisap darah.
1. Pembungkusan Tulang oleh Otot
Disebutkan dalam ayat-ayat Al Quran bahwa dalam rahim ibu, mulanya tulang-tulang terbentuk, dan
selanjutnya terbentuklah otot yang membungkus tulang-tulang ini.
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang belulang itu
Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka
Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik (QS Al Muminun:14)
Para ahli embriologi beranggapan bahwa tulang dan otot dalam embrio terbentuk secara
bersamaan. Karenanya, sejak lama banyak orang yang menyatakan bahwa ayat ini bertentangan
dengan ilmu pengetahuan. Namun, penelitian canggih dengan mikroskop yang dilakukan dengan
menggunakan perkembangan teknologi baru telah mengungkap bahwa pernyataan Al-Quran
adalah benar kata demi katanya.[6]
Penelitian di tingkat mikroskopis ini menunjukkan bahwa perkembangan dalam rahim ibu terjadi
dengan cara persis seperti yang digambarkan dalam ayat tersebut. Pertama, jaringan tulang rawan
embrio mulai mengeras. Kemudian sel-sel otot yang terpilih dari jaringan di sekitar tulang-tulang
bergabung dan membungkus tulang-tulang ini.
Selayaknya ilmu perakitan komputer, maka Allah telah merakit manusia dengan sistem hardware
dan software, lengkap, berkualitas tinggi dan multifungsi. Kesemua perangkat ini bekerja secara
sinergis dan dinamis agar manusia bisa menjalankan fungsinya sebagai khalifah Allah di bumi.
Manusia diciptakan Allah sebagai makhluk berpribadi, sebagai makhluk yang hidup bersama-sama
dengan orang lain, sebagai makhluk yang hidup di tengah-tengah alam dan sebagai makhluk yang
diciptakan dan diasuh oleh Allah. Manusia sebagai makhluk berpribadi, mempunyai fungsi terhadap
diri pribadinya. Manusia sebagai anggota masyarakat mempunyai fungsi terhadap masyarakat.
Manusia sebagai makhluk yang hidup di tengah-tengah alam, berfungsi terhadap alam. Manusia
sebagai makhluk yang diciptakan dan diasuh, berfungsi terhadap yang menciptakan dan yang
mengasuhnya. Selain itu manusia sebagai makhluk pribadi terdiri dari kesatuan tiga unsur yaitu :
unsur perasaan, unsur akal, dan unsur jasmani. Al-Quran menggambarkan manusia sebagai
makhluk pilihan Tuhan, sebagai khalifah-Nya di muka bumi, serta sebagai makhluk semi-samawi
dan semi duniawi, yang di dalam dirinya ditanamkan sifat-sifat : mengakui Tuhan, bebas, terpercaya,
rasa tanggungjawab terhadap dirinya maupun alam semesta, serta karunia keunggulan atas alam
semesta, langit dan bumi. Manusia dipusakai dengan kecenderungan jiwa ke arah kebaikan maupun
kejahatan. Kemaujudan mereka dimulai dari kelemahan dan ketidakmampuan, yang kemudian
bergerak ke arah kekuatan. Tetapi itu tidak akan menghapuskan kegelisahan psikis mereka, kecuali
jika mereka dekat dengan Tuhan dan selalu mengingat-Nya.
Sedangkan fungsi dari penciptaan manusia ini secara global kami menyebutkan tiga kalsifikasi,
yaitu:
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengertian manusia menurut pandangan Islam, manusia itu makhluk yang mulia
dan terhormat di sisi-Nya, yang diciptakan Allah dalam bentuk yang amat baik.
Manusia diberi akal dan hati, sehingga dapat memahami ilmu yang diturunkan
Allah, berupa al-Quran menurut sunah rasul. Dengan ilmu manusia mampu
berbudaya. Allah menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya (at-Tiin :
95:4).
Manusia adalah makhluk yang sadar diri. Ini berarti bahwa ia adalah satu-
satunya makhluk hidup yang mempunyai pengetahuan atas kehadirannya
sendiri. Ia mampu mempelajari, manganalisis, mengetahui dan menilai dirinya.
Terdapat dua pendapat mengenai asal usul manusia, yaitu bahwa asal usul
manusia dari nabi Adam a.s yang merupakan pendapat para ahli agama sesuai
dengan kitab-kitab suci sebagai dasar (termasuk agama Islam). Pendapat kedua
berdasarkan penemuan fosil-fosil oleh para ilmuan yang berpendapat bahwa asal
usul manusia sesuai dengan teori evolusi merupakan hasil evolusi dari kera-kera
besar selama bertahun-tahun dan telah mencapai bentuk yang paling sempurna.
Teori kedua yang dianggap ilmiah itu ternyata tidak mutlak karena antara teori
dengan kenyataan tidak dapat dibuktikan.
Proses kejadian manusia berdasarkan Al-Quran dan As Sunnah terjadi dalam dua
tahap. Pertama, tahapan primordial, yakni proses penciptaan nabi Adam a.s
sebagai manusia pertama. Kedua, tahapan biologi, yakni manusia diciptakan dari
inti sari tanah yang dijadikan air mani (nuthfah) yang tersimpan dalam tempat
yang kokoh (rahim). Kemudian nuthfah itu dijadikan darah beku (alaqah) yang
menggantung dalam rahim. Darah beku tersebut kemudian dijadikan-Nya
segumpal daging (mudghah) dan kemudian dibalut dengan tulang belulang lalu
kepadanya ditiupkan ruh.
Allah menciptakan manusia dalam sebaik-baik bentuk, sehingga tidak ada satu
makhlukpun yang lebih tinggi derajatnya dari manusia. Selayaknya ilmu
perakitan komputer, maka Allah telah merakit manusia dengan sistem hardware
dan software, lengkap, berkualitas tinggi dan multifungsi. Kesemua perangkat ini
bekerja secara sinergis dan dinamis agar manusia bisa menjalankan fungsinya
sebagai khalifah Allah di bumi.
Tujuan utama penciptaan manusia adalah agar manusia menyembah dan
mengabdi kepada Allah swt. Sedangkan fungsi penciptaan manusia ke dunia,
diklasifikasikan ke dalam tiga (3) pokok, yaitu:
1. Manusia sebagai Khalifah Allah di muka bumi
2. Manusia sebagai Warosatul Anbiya
3. Manusia sebagai Abd (Pengabdi Allah)