Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PENGARUH GLOBALISASI

Di susun oleh:
AGLI SANDRA SETIAWAN

SD Negeri 2 Maja
2016
Dampak Globalisasi dalam Berbagai Aspek
Kehidupan

Pengertian
Istilah globalisasi secara sempit sering dikaitkan dengan fenomena aktivitas
ekonomi berskala global. Sesungguhnya ada banyak dimensi dalam fenomena
globalisasi. Dalam lingkup ekonomi, globalisasi menunjuk ekonomi pasar (bisnis)
yang terintegrasi secara global. Globalisasi ekonomi ini dimungkinkan oleh adanya
perkembangan dan temuan tekhnologi jaringan komunikasi, akses internet,
tumbuhnya blok-blok kerjasama ekonomi regional (Uni Eropa, NAFTA, GATT,dsb),
runtuhnya komunisme, dan menguatnya gerakan pasar bebas.
Pengertian Globalisasi secra umum adalah proses interaksi antar individu, antar
kelompok, dan antar bangsa yang saling bergantung dan mempengaruhi satu sama
lain yang melintasi batas Negara.

Ciri-ciri globalisasi

Berikut ini beberapa ciri yang menandakan semakin berkembangnya fenomena


globalisasi di dunia,
Hilir mudiknya kapal-kapal
pengangkut barang antar negara
menunjukkan keterkaitan antar
manusia di seluruh dunia.
Perubahan dalam Konstantin ruang
dan waktu. Perkembangan barang-
barang seperti telepon genggam, televisi satelit, dan internet menunjukkan bahwa
komunikasi global terjadi demikian cepatnya, sementara melalui pergerakan massa
semacam turisme memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya yang
berbeda.
Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling
bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional,
peningkatan pengaruh perusahaan multinasional, dan dominasi organisasi semacam
World Trade Organization (WTO).
Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa (terutama
televisi, film, musik, dan transmisi berita dan olah raga internasional). saat ini, kita
dapat mengonsumsi dan mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-
hal yang melintasi beraneka ragam budaya, misalnya dalam bidang fashion,
literatur, dan makanan.
Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis
multinasional, inflasi regional dan lain-lain.
Kennedy dan Cohen menyimpulkan bahwa transformasi ini telah membawa kita
pada globalisme, sebuah kesadaran dan pemahaman baru bahwa dunia adalah satu.
Giddens menegaskan bahwa kebanyakan dari kita sadar bahwa sebenarnya diri kita
turut ambil bagian dalam sebuah dunia yang harus berubah tanpa terkendali yang
ditandai dengan selera dan rasa ketertarikan akan hal sama, perubahan dan
ketidakpastian, serta kenyataan yang mungkin terjadi. Sejalan dengan itu, Peter
Drucker menyebutkan globalisasi sebagai zaman transformasi sosial.

Dampak Globalisasi

Arus globalisasi memengaruhi selera, ekspresi, kepercayaan, media, nilai-nilai,


ilmu pengetahuan dan tekhnologi, atau kepariwisataan. Pada satu sisi globalisasi telah
menciptakan peluang yang dapat menguntungkan kehidupan manusia. Yaitu suasana
kehidupan manusia menjadi makin mudah, nyaman, praktis, berkualitas serta bekerja
makin cepat dan efisien.
Pada sisi lain, globalisasi dapat menimbulkan tantangan bagi seseorang. Orang
secara individu atau masyarakat dan lembaga menjadi sulit, makin menderita, makin
terpinggir, dan makin mempunyai masalah yang kompleks.
Secara garis besar, dampak globalisasi dapat berpengaruh pada aspek-aspek
ekonomi, politik, sosial-budaya, dan pertahanan-keamanan negara.

Globalisasi dalam dunia pendidikan Indonesia

Dalam proses globalisasi tidak terlepas dari suatu perubahan, yaitu perubahan yang
terjadi dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Apabila kebudayaan secara umum
merupakan suatu rangkaian kepercayaan, nilai-nilai, dan gaya hidup dari suatu
masyarakat tertentu didalam eksistensi kehidupan sehari-hari, maka dewasa ini didalam
era globalisasi mulai muncul apa yang disebut kebudayaan global. Kebudayaan global
bisa diartikan sebagai modernitas. Dalam hal ini modernitas mempunyai pengertian
masyarakat modern, gaya hidup modern, ekonomi modern, budaya modern, dan
pendidikan modern.
Proses globalisasi merupakan suatu rangkaian proses yang mengintegrasikan
kehidupan global didalam suatu ruang dan waktu melalui internasionalisasi
perdagangan, internasionalisasi pasar dari produksi dan keuangan, internasionalisasi
dari komoditas budaya yang ditopang oleh jaringan system telekomunikasi global yang
semakin canggih dan cepat.Intinya dari proses globalisasi yaitu terciptanya suatu
jaringan kehidupan yang semakin terintegrasi.
Kaitan antara globalisasi dan pendidikan menurut Giddens terletak didalam lahirnya
suatu masyarakat baru yaitu knowledge-based-society yang merupakan anak
kandung dari proses globalisasi. Karena globalisasi, ilmu pengetahuan berkembang
dengan pesat yang merupakan dasar dari globalisasi ekonomi dan politik di dunia ini.
Namun demikian suatuknowledge-based society yang didasarkan kepada ilmu
pengetahuan akan terus-menerus berubah dan merupakan subyek untuk revisi. hal ini
memerlukan apa yang disebutnya sikap refleksif dari manusia yaitu kemampuan untuk
merenungkan mengenai kehidupannya berdasarkan rasio.
Untuk itu pendidikan sangat penting didalam mewujudkan masyarakat masa depan
yang berdasarkan ilmu pengetahuan, melalui pendidikan proses transmisi serta
pengembangan ilmu pengetahuan akan terjadi.
Lahirnya globalisasi, yang kemudian disusul dengan penetrasi teknologi yang
sangat canggih, menjembatani bangsa-bangsa didunia ini menjadi global village.
Globalisasi berkembang melintasi batas-batas keelokan. Dalam kondisi seperti ini
dunia mengarah pada proses integrasi dan homogenisasi budaya. Akan tetapi proses
integrasi dan homogenisasi ini menimbulkan reaksi yang beragam.
Lahirnya budaya global bukan berarti hilangnya identitas suatu masyarakat, justru
globalisasi telah merangsang kesadaran individu, kesadaran etnis dari suatu komunitas
yang pluralistik. Artinya pendidikan nasional kita perlu mempunyai sikap didalam
menghadapi perubahan-perubahan global dalam era globalisasi dewasa ini.
Hal itu juga berimbas pada perkembangan dunia pendidikan di Indonesia yang tidak
dapat dilepaskan dari pengaruh perkembangan arus globalisasi, dimana ilmu
pengetahuan dan teknologi berkembang pesat. Era pasar bebas juga merupakan
tantangan bagi dunia pendidikan Indonesia, karena terbuka peluang lembaga
pendidikan dan tenaga pendidik dari mancanegara masuk ke Indonesia. Untuk
menghadapi pasar global maka kebijakan pendidikan nasional harus dapat
meningkatkan mutu pendidikan, baik akademik maupun non-akademik, dan
memperbaiki menejemen pendidikan agar lebih produktif dan efisien serta memberikan
akses seluas-luasnya bagi masyarakat untuk mendapatkan pendidikan.
Ketidaksiapan bangsa Indonesia dalam mencetak SDM yang berkualitas dan
bermoral yang dipersiapkan untuk terlibat dan berkiprah dalam kancah globalisasi,
menimbulkan dampak negative yang tidak sedikit jumlahnya bagi masyarakat, paling
tidak ada tiga dampak negative yang akan terjadi dalam dunia pendidikan Indonesia,
yaitu:
Pertama, dunia pendidikan akan menjadi objek komoditas dan komersil seiring
dengan kuatnya hembusan paham neoliberalisme yang melanda dunia. Paradigma
dalam dunia komersil adalah usaha mencari pasar baru dan memperluas bentuk-bentuk
usaha secara terus menerus. Globalisasi mampu memaksa liberalisasi berbagai sektor
yang dulunya non-komersial menjadi komoditas dalam pasar yang baru. Tidak heran
apabila sekolah masih membebani orang tua murid dengan sejumlah anggaran berlabel
uang komite atau uang sumbangan pembangunan institusi meskipun pemerintah sudah
menyediakan dan Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
Kedua, mulai melemahnya kekuatan kontrol pendidikan oleh Negara. Tuntutan
untuk berkompetisi dan tekanan institusi global, seperti International Monetary Fund
(IMF) dan World Bank, mau atau tidak, membuat dunia politik dan pembuat kebijakan
harus berkompromi untuk melakukan perubahan. Lahirnya UUD 1945 yang telah
diamandemenkan, UU Sisdiknas, dan PP no 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (SNP) setidaknya telah membawa perubahan paradigma pendidikan dari
corak sentralistis menjadi disentralistis.
Ketiga, globalisasi akan mendorong delokasi dan perubahan teknologi dan orientasi
pendidikan. Pemanfaatan teknologi baru, seperti komputer dan internet, telah
membawa perubahan yang sangat revolusioner dalam dunia pendidikan yang
tradisional. Pemanfaatan multimedia yang portable dan menarik sudah menjadi
pemandangan yang biasa dalam praktik pembelajaran didunia sekolah Indonesia.
Disinilah bahwa pendidikan menjadi agenda prioritas kebangsaan yang tidak bisa
ditunda-tunda lagi untuk dilakukan seoptimal mungkin.
Selain dampak negatif, pengaruh globalisasi juga membawa dampak yang positif.
Sebagian pakar telah melihat betapa besar impact/ imbas yang disebabkan oleh
pengaruh global ini sebagai suatu global revolution. Globalisasi telah menimbulkan
gaya hidup baru yang tampak dengan jelas dalam mempengaruhi kehidupan. Ada
berbagai dampak yang ditimbulkan oleh globalisasi terhadap dunia pendidikan, yaitu:

1. Dampak Positif globalisasi Pendidikan


Akan semakin mudahnya akses informasi.
Globalisasi dalam pendidikan akan menciptakan manusia yang
professional dan berstandar internasional dalam bidang pendidikan.
Globalisasi akan membawa dunia pendidikan Indonesiabisa bersaing
dengan Negara-negarara lain.
Globalisasi akan menciptakan tenaga kerja yang berkualitas dan mampu
bersaing
Adanya perubahan struktur dan system pendidikan yang meningkatkan
tujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan
2. Dampak negatif globalisasi dalam pendidikan
Globalisasi pendidikan tidak selamanya membawa dampak positive bagi dunia
pendidikan, melainkan globalisasi memiliki dampak negative yang perlu di
antisipasi, dampaknya antara lain:
1. Dunia pendidikan Indonesia bisa dikuasai oleh para pemilik modal.
2. Dunia pendidikan akan sangat tergantung pada teknologi, yang
berdampak munculnya tradisi serba instant.
3. Globalisasi akan melahirkan suatu golongan-golongan di dalam dunia
pendidikan.
4. Akan semakin terkikisnya kebudayaan bangsa akibat masuknya
budaya dari luar.

Globalisasi dunia pendidikan mampu memaksa liberalisasi berbagai sektor,


mengakibatkan melonggarnya kekuatan kontrol pendidikan oleh Negara karena
mengacu ke Standar Internasional, yang mana bahasa Inggris menjadi sangat penting
sebagai bahasa komunikasi, agar dapat bersaing di era globalisasi saat ini.
Globalisasi telah menciptakan dunia yang semakin terbuka dan saling
ketergantungan antarnegara dan antarbangsa. Negara atau bangsa dunia kini bukan
saja saling terbuka terhadap satu sama lain, tetapi juga saling ketergantungan satu
sama lain dan itu bersifat asimetris, artinya satu Negara lebih tergantung pada
Negara lain daripada sebaliknya. Karena saling ketergantungan dan saling
keterbukaan ini, semua Negara pada prinsipnya akan terbuka terhadap pengaruh
globalisasi. Dan efek yang ditimbulkan adalah akan masuknya secara bebas nilai-
nilai moral, sosial budaya, dan sebagainya yang akan berdampak pada ranah
pendidikan yang cenderung akan banyaknya nilai-nilai negative yang masuk tanpa
adanya penyaringan.

Responsifitas dalam Menghadapi Globalisasi Pendidikan


Setelah mengkaji globalisasi pendidikan terutama problematika dan pengaruh atau
dampak yang ditimbulkannya, dalam hal ini berkaitan tentang ranah pendidikan, kita
tidak akan mungkin terlepas dari elemen-elemen yang sangat berpengaruh
didalamnya dan saling berkaitan satu sama lainnya. Yaitu, pendidik (guru), peserta
didik (siswa), orang tua ( keluarga), dan lingkungan.
Telah kita ketahui bersama bahwa globalisasi bisa berdampak positif dalam
melakukan perubahan yang lebih baik, namun disisi lain mempunyai dampak negatif
yang dapat menjadi boomerang bagi dunia pendidikan khususnya di Indonesia. Hal
itu semua akan tergantung bagaimana elemen-elemen yang sangat berpengaruh
dalam pendidikan mampu bersikap responsive dalam menghadapi arus globalisasi
yang tidak bisa kita hindari, artinya dalam menghadapi arus globalisasi ini kita tidak
akan pernah menemukan suatu penyelesaian dengancara menghindari dan berpura-
pura tidak tahu apa-apa.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh semua elemen diatas tadi dalam
menghadapi arus globalisasi dalam dunia pendidikan.

1) Pendidik (Guru)
Menurut undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen telah ditegaskan bahwa yang dimaksud Guru adalah pendidik
professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik dijalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Disamping itu, di era global saat ini dituntut adanya fungsi dari
keberadaan guru sebagai tenaga professional, yang mampu meningkatkan
martabat serta mampu melaksanakan system pendidikan nasional dan
mewujudkan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa.
Maka dari itu, masalah guru merupakan topik yang tidak pernah habis
dibahas dan selalu aktual seiring dengan perubahan zaman dan pengaruh
globalisasi dalam pendidikan, karena permasalahan guru sendiri dan dunia
pendiidkan yang menyangkutnya selalu diperbincangkan. Pada dasarnya
persoalan etika dan moral anak bangsa, bukan hanya permasalahan guru
namun jika yang dituju adalah moral peserta didik (siswa), maka tidak ada
alasan untuk guru dilibatkan. Guru sebagai pengajar dan pendidik, memang
tidak hanya harus membina para murid segi kognitif dan psikomotoriknya
demi peningkatan nilai angka. Akan tetapi, seorang guru sangat dituntut agar
apa yang ia kerjakan dipraktekan oleh para muridnya dalam kehidupan.
Guru adalah orang yang bertanggung jawab atas peningkatan moral
pelajar dan juga kemerosotannya. Untuk itu tugas guru tidak terbatas pada
pengajaran mata pelajaran, tapi yang paling penting adalah pencetakan
karakter murid. Tantangan persoalan ini memang sangat sulit bagi seorang
guru karena keterbatasan kontrolling pada murid kerap membuatnya
kecolongan.
Disamping itu, dalam menghadapi era globalisasi guru dituntut
meningkatkan profesionalitasnya sebagai pengajar dan pendidik. Guru juga
harus siap menghadapi kata kunci dunia pendidikan, seperti: kompetisi,
transparansi, efisiensi, dan kualitas tinggi. Dengan demikian kualitas mutu
pendidikan harus sangat diperhatikan oleh para guru untuk menyelamatkan
profesinya.
Untuk itu dalam peningkatan kualitas pengajaran, guru harus bisa
mengembangun tiga intelegensi dasar siswa. Yaitu: intelektual, emosional,
dan moral. Tiga unsur itu harus ditanamkan pada diri murid sekuat-kuatnya
agar terpatri dalam dirinya. Kemudian system pembelajaran yang kreatif dan
inovatif juga menjadi penting bagi guru, sehingga dapat megembangkan
seluruh potensi diri siswa, dan memunculkan keinginan bagi siswa untuk
maju yang diikuti ketertarikan untuk menemukan hal-hal baru pada bidang
yang diminati melalui belajr mandiri (self study) yang kuat. Dengan
perkembangan bidang teknologi informasi semakin mendorong dalam
kemajuan bidang ilmu pengetahuan, sehingga dunia pendidikan harus
memiliki kemampuan untuk memanfaatkan semaksimal mungkin.

2) Peserta didik (Siswa)


Selain tugas utama seorang siswa yaitu belajar, seorang siswa juga
harus mampu memilah dan memilih segala pengaruh yang masuk dalam
dirinya, baik itu pengaruh dari teman sebayanya, lingkungannya, maupun
media masa. Dampak dari pengaruh globalisasi terhadap siswa akan sangat
mungkin berdampak negatif dan menghancurkan dirinya jika tidak segera
ditanggulangi.
Baik pengaruh positif maupun negatif dari globalisasi akan sangat
terlihat jelas bagi siswa dalam perilaku dan tingkah lakunya sehari-hari. Hal
itu dikarenakan mereka masih dalam masa-masa labil, dan masa-masa
dimana selalu ingin mencoba sesuatu hal yang dianggap baru. Hal ini yang
perlu diperhatikan bagi orang-rang dewasa yang ada disekitarnya.
Akses internet yang terbuka seluas-luasnya akan berdampak buruk
bagi siswa jika digunakan untuk mengakses video porno, maupun gambar-
gambar lainnya yang tidak sepantasnya mereka akses. Namun akan sangat
baik jika akses interet digunakan oleh mereka untuk mencari informasi dan
pengetahuan sebanyak-banyaknya karena dunia ini akan terasa sempit
melaui dunia maya.
Dua hal yang saling kontradiktif namun sangat dekat sekali, sehingga
tidak jarang yang menyalahgunkan dalam pemanfaatan kemajuan teknologi
bagi siswa. Maka dari itu tiga unsur dasar bagi siswa, yaitu intelektual,
emosional, dan moral sangat penting untuk mereka miliki.
Intelektual murid harus luas, agar ia bisa menghadapi arus globalisasi
dan tidak ketinggalan zaman, apalagi sampai terbawa arus. Selain itu,
dimensi emosional dan spiritual siswa juga harus terdidik dengn baik, agar
bisa melahirkan perilaku yang baik dan bisa bertahan diantara
pengaruh demoralisasi di era globalisasi dengan prinsip spiritualnya.

3) Orang tua (keluarga)


Orang tua atau keluarga dianggap sebagai pendidikan pertama bagi
anak sebelum mereka dikenalkan dengan dunia luar. Pengaruh keluarga juga
sangat besar dalam pertumbuhan seorang anak, karena disamping
mempunyai kedekatan secara emosional, mereka juga mempunyai tingkat
kebersamaan yang lebih karena tinggal dalam satu atap atau satu rumah.
Peran orang tua untuk mencari tau segala kegiatan yang dilakukan
oleh anak-anaknya sangat penting, dimana jika keluarga sedikit mengbaikan
itu maka akan berdampak pada kepribadian dan perilaku anak-anaknya yang
tidak terkontrol. Orang tua terkadang memberikan sepenuhnya kepada
sekolah dalam mendidik dan mengembangkan potensi anak, padahal tidak
sampai disitu saja karena kontrol dari sekolah terbatas hanya dalam jam
pelajaran sekolah.
Mencari tau segala kegiatan anak tidak harus dengan mengikutinya
setiap detik dan setiap waktu. Namun bisa dilakukan dengan banyak hal dan
cara, seperti dengan memberikan perhatian, menanyakan dengan siapa
teman bermain, menanyakan keadaan anak kepada guru-guru nya di
sekolah, dan lain sebagainya. Hal seperti ini sangat mudah dilakukan,
namun terkadang orang tua sibuk dengan kegiatannya masing-masing bahan
tidak mau tahu sehingga anak seringkali terabaikan.

4) Lingkungan
Lingkungan tempat tinggal akan berdampak besar pada perilaku dan
kepribadian seseorang, karena seringkali pengaruh teman sebayanya dapat
mengalahkan pengaruh guru maupun orang tua.
Gaya hidup lingkungan sekitar juga mampu merusak tatanan yang
sudah diajarkan disekolah, yaitu yang berkaitan dengan moral seperti
tingkah laku dan menghormati orang yang lebih tua seringkali diabaikan
karena pengaruh kebiasaan orang-orang yang ada disekitar kita.
Untuk itu pemilihan lingkungan sangat penting dalam menghadapi
arus globalisasi yang akan berdampak pada dunia pendidikan. Karena
kewajiban kita adalah bagaimana berinteraksi dengannya secara
positif. Realitas (globalisasi) ini tidak semuanya buruk, dan tidak pula
semuanya baik. Karena itu kita harus menyikapinya lewat berbagai bentuk
artikulasi yang kritis namun proporsional.
Pangkal dari arus globalisasi yaitu berada pada kemajuan teknologi
informasi dan komunikasi yang mampu membawa kepada perubahan-
perubahan dalam bidang pendidikan baik perubahan positif maupun
perubahan negatif.

Kesimpulan :
Globalisasi ini mempunyai dampak positif dan negatif bagi semua orang. Sebagai
dampak positifnya yaitu diantaranya kita bisa merasakan manfaat dari kemajuan IPTEK dan
menigkatkan kemampuan bangsa dan Negara untuk berkompetisi secara internasional.
Namun globalisasi juga memberikan dampak negatif bagi bangsa kita yakni bangsa kita
menjadi terpengaruh budaya luar yang tidak sesuai dengan moral dan keperibadian bangsa
kita.
Globalisasi sangat erat kaitannya dengan pendidikan yang didalamnya terdapat proses
mempengaruhi dalam segala bidang terutama dalam ranah pendidikan, yang berimbas pada
nlai-nilai moral, sosial, budaya dan kepribadian yang dapat berdampak positif dan negatif.
Pendidikan tidak mungkin menisbikan proses globalisasi yang akan mewujudkan masyarakat
global ini. Dalam menuju era globalisasi, Indonesia harus melakukan reformasi dalam proses
pendidikan, dengan tekanan menciptakan sistem pendidikan yang lebih komperensif dan
fleksibel. Dan dalam merespon globalisasi, kita hendaknya tidak terjebak ke dalam sikap-
sikap ekstrem, mendukung dan menerimanya tanpa reserve atau menolaknya mentah-mentah.
Akan tetapi, hendaknya kita bisa bersikap lebih kritis dan kreatif dengan melakukan
penelaahan terhadap setiap sisi dari globalisasi.
Dalam konteks Global, UU nomor 17 tahun 2007 merumuskan misi agar Indonesia ikut
berperan penting dalam pergaulan dunia Internasional. Misi ini tidak mungkin bisa dicapai
tanpa adanya sensitifitas global yang dimiliki oleh Warga Negara Indonesia. Karena itu
melalui pendidikan lah yang mampu menumbuhkan sensitifitas atau kesadaran global ini.
Bukan malah menjadikan arus globalisasi yang menggrogoti pendidikan di Indonesia.
Pembentukan karakter bangsa yang memiliki kepedulian terhadap dunia global menjadi
cukup penting. Melalui karakter ini generasi muda diharapkan mampu mengikuti
perkembangan dunia global secara kritis. Tidak semata-mata larut dalam berbagai perubahan
dan perkembangan yang terjadi. Apalagi sampai ikut sebagai pelaku berbagai kejahatan
Internasional. Sebaliknya yang diharapkan adalah generasi yang mampu memberikan solusi
bagi masa depan dunia yang lebih adil dan damai.

Anda mungkin juga menyukai