TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Balita
2.1.1 Karakteristik Balita
Balita adalah anak usia kurang dari lima tahun sehingga bayi usia di bawah
satu tahun juga termasuk golongan ini. Balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu anak usia lebih dari satu tahun sampai tiga tahun yang dikenal
dengan batita dan anak usia lebih dari tiga tahun sampai lima tahun yang dikenal
dengan usia prasekolah.9
Anak usia 0-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima
makanan dari apa yang disediakan ibunya sehingga anak batita sebaiknya
diperkenalkan dengan berbagai bahan makanan. Laju pertumbuhan masa batita
lebih besar dari masa usia prasekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang
relatif besar. Pola makan yang diberikan sebaiknya dalam porsi kecil dengan
frekuensi sering karena perut balita masih lebih kecil sehingga tidak mampu
menerima jumlah makanan dalam sekali makan.9
Anak pada usia prasekolah akan menjadi konsumen aktif yang berarti
mereka sudah dapat memilih makanan yang disukainya. Perilaku makan sangat
dipengaruhi oleh keadaan psikologis, kesehatan dan sosial anak. Oleh karena itu
keadaan lingkungan dan sikap keluarga merupakan hal yang sangat penting dalam
pemberian makan pada anak agar anak tidak cemas dan khawatir terhadap
makanannya.9
5
6
utama (pagi, siang, dan malam) dan 2 kali makanan selingan (diantara dua kali
makanan utama). Anjuran pola makanan balita dapat dilihat berdasarkan tabel
berikut:10
Tabel 2.1 Pola Pemberian Makan Balita10
Makanan Makanan
Umur (bulan) ASI Makanan Lumat
Lembek Keluarga
0-6
6-8
9-11
11-23
24-59
Keterangan :
- Usia 0-6 bulan: hanya diberikan ASI saja
- Usia 6-8 bulan: diberikan ASI dan Makanan lumat berseling
- Usia 9-11 bulan: diberikan ASI dan Makanan lembik berseling
- Usia 12-23 bulan: diberikan ASI dan makanan keluarga
- Usia 24-59 bulan: diberikan makanan keluarga
Gambar 2.1 Kurva Berat Badan terhadap Usia untuk Anak Perempuan13
Gambar 2.2 Kurva Berat Badan terhadap Usia untuk Anak Laki-laki13
Indikator BB/U menunjukkan secara sensitif status gizi saat ini (saat
diukur) karena mudah berubah, namun tidak spesifik karena berat badan selain
dipengaruhi oleh umur juga dipengaruhi oleh tinggi badan. Indikator ini dapat
dengan mudah dan cepat dimengerti oleh masyarakat umum, sensitif untuk
melihat perubahan status gizi dalam jangka waktu pendek; dan dapat mendeteksi
kegemukan.14
Indikator TB/U dapat menggambarkan status gizi masa lampau atau
masalah gizi kronis. Seseorang yang pendek kemungkinan keadaan gizi masa lalu
tidak baik. Berbeda dengan berat badan yang dapat diperbaiki dalam waktu
singkat, baik pada anak maupun dewasa, maka tinggi badan pada usia dewasa
tidak dapat lagi dinormalkan. Kemungkinan untuk mengejar pertumbuhan tinggi
badan optimal pada anak balita masih bisa, sedangkan anak usia sekolah sampai
remaja kemungkinan untuk mengejar pertumbuhan tinggi badan masih bisa tetapi
kecil kemungkinan untuk mengejar pertumbuhan optimal. Secara normal tinggi
badan tumbuh bersamaan dengan bertambahnya umur. Pertambahan TB relatif
10
kurang sensitif terhadap kurang gizi dalam waktu singkat. Pengaruh kurang gizi
terhadap pertumbuhan TB baru terlihat dalam waktu yang cukup lama. Indikator
ini juga dapat dijadikan indikator keadaan sosial ekonomi penduduk.14
Indikator BB/TB merupakan pengukuran antropometri yang terbaik karena
dapat menggambarkan secara sensitif dan spesifik status gizi saat ini atau masalah
gizi akut. Berat badan berkorelasi linier dengan tinggi badan, artinya dalam
keadaan normal perkembangan berat badan akan mengikuti pertambahan tinggi
badan pada percepatan tertentu. Hal ini berarti berat badan yang normal akan
proporsional dengan tinggi badannya.15
Indikator IMT/U merupakan indikator yang paling baik untuk mengukur
keadaan status gizi yang menggambarkan keadaan status gizi masa lalu dan masa
kini karena berat badan memiliki hubungan linear dengan tinggi badan. Dalam
keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan
tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Indeks ini tidak menimbulkan kesan
underestimate pada anak yang overweight dan obese serta kesan berlebihan pada
anak gizi kurang.16
Agar penentuan klasifikasi dan penyebutan status gizi menjadi seragam dan
tidak berbeda maka Menteri Kesehatan (Menkes) RI mengeluarkan Keputusan
Nomor 1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status
Gizi Anak. Keluarnya SK tersebut mempermudah analisis data status gizi yang
dihasilkan baik untuk perbandingan, kecenderungan maupun analisis hubungan.17
Menurut SK tersebut penentuan gizi status gizi tidak lagi menggunakan
persen terhadap median, melainkan nilai Z-score pada baku WHO-NCHS. Berikut
tabel kategori dan ambang batas status gizi pada anak:18
Tabel 2.2 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak18
Ambang Batas
Indeks Kategori Status Gizi
(Z-score)
Gizi Buruk <-3 SD
Berat badan menurut umur (BB/U) Gizi Kurang -3 SD sampai <-2 SD
Anak umur 0-60 bulan Gizi Baik -2 SD sampai 2 SD
Gizi Lebih > 2 SD
Sangat pendek < -3 SD
Panjang badan menurut umur (PB/U) atau
Pendek -3 SD sampai <-2 SD
tinggi badan menurut umur (TB/U)
Normal -2 SD sampai 2 SD
Anak umur 0-60 bulan
Tinggi > 2 SD
Berat badan menurut panjang badan Sangat kurus < -3 SD
11
behavior). Pengetahuan ibu balita yang baik mengenai Posyandu tentunya akan
terkait dengan cakupan penimbangan balita.24
Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai enam
tingkat, yakni:24
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut
secara benar.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat
diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain, sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
16
Salah satu cara untuk dapat mengukur atau menilai sikap seseorang dapat
menggunakan kuesioner. Skala penilaian sikap mengandung serangkaian
pertanyaan tentang permasalahan tertentu. Responden yang akan mengisi
diharapkan menentukan sikap setuju atau tidak terhadap pernyataan tertentu.
Skala pengukuran sikap oleh Likert dibuat dengan pilihan jawaban sangat setuju,
setuju, tidak setuju, atau sangat tidak setuju terhadap suatu pernyataan. 26
Penelitian terdahulu menyatakan adanya hubungan antara sikap ibu dengan
partisipasi ibu balita ke Posyandu.27
6. Persepsi Ibu tentang Kelengkapan Sarana di Posyandu
Penelitian terdahulu menunujukkan bahwa persepsi ibu terhadap
kelengkapan Posyandu dengan perilaku menimbangkan anak ke Posyandu
mempunyai hubungan yang bermakna, yang berarti semakin lengkap kelengkapan
Posyandu maka semakin sering ibu menimbangkan anaknya ke Posyandu.28
7. Persepsi Ibu tentang Kader Kesehatan
Kader adalah anggota masyarakat yang dipilih untuk menangani masalah
kesehatan, baik perseorangan maupun masyarakat, serta untuk bekerja dalam
17
hubungan yang amat dekat dengan tempat pelayanan kesehatan dasar. Jadi, kader
Posyandu sebagai penyelenggaraan utama kegiatan Posyandu mempunyai tugas
dan tanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan Posyandu.6
Keterampilan kader merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam sistem
pelayanan di Posyandu, karena dengan pelayanan kader yang terampil akan
mendapat respon positif dari ibu-ibu yang mempunyai balita sehingga terkesan
ramah dan baik serta pelayanannya teratur. Hal ini mendorong para ibu-ibu rajin
berkunjung ke Posyandu.26 Penelitian sebelumnya menemukan adanya hubungan
yang bermakna antara pembinaan dari kader dengan kunjungan ibu balita ke
Posyandu.29
2. Bagi Kader32
a. Mendapatkan berbagai informasi kesehatan lebih dahulu dan lebih lengkap.
b. Ikut berperan secara nyata dalam perkembangan tumbuh kembang anak
balita dan kesehatan ibu.
c. Citra diri meningkat di mata masyarakat sebagai orang yang terpercaya
dalam bidang kesehatan.
d. Menjadi panutan karena telah mengabdi demi pertumbuhan anak dan
kesehatan ibu.
2. Pelayanan Tambahan
Pelayanan tambahan yang diberikan Posyandu antara lain:33
a. Pelayanan bumil dan menyusui.
b. Program Pengembangan Anak Dini Usia (PADU) yang diintegenerasikan
dengan program Bina Keluarga Balita (BKB) dan kelompok bermain
lainnya.
c. Program dana sehat atau JPKM dan sejenisnya, seperti tabulin, tabunus
dan sebagainya.
d. Program penyuluhan dan penyakit endemis setempat.
e. Penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman.
f. Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD).
g. Program diversifikasi pertanian tanaman pangan.
h. Program sarana air minum dan jamban keluarga (SAMIJAGA) dan
perbaikan lingkungan pemukiman.
i. pemanfaatan pekarangan.
j. Kegiatan ekonomis produktif, seperti usaha simpan pinjam dan lain-lain.
k. Dan kegiatan lainnya seperti: TPA, pengajian, taman bermain.
dimaksudkan untuk memantau pertumbuhan anak secara teratur setiap bulan dan
dicatat dalam Kartu Menuju Sehat (KMS) yang berfungsi sebagai instrumen
penilaian pertumbuhan anak. Pada tahun 2014 rata-rata nasional cakupan D/S
sebesar 80,8% lebih rendah dari target sebesar 85%. Bila dibanding dengan tahun
2013, capaian pada tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar 0,3%.7
Berdasarkan data series selama 5 (lima) tahun terakhir, menggambarkan
adanya peningkatan. Secara komulatif bila dibandingkan dengan awal tahun
Pembangunan Jangka Menengah (2010), maka sampai tahun 2014 terdapat
peningkatan cakupan sebesar 12,9% atau rata-rata meningkat sebesar 2,58% per
tahun. Secara nasional, dalam sebaran cakupan D/S juga terdapat disparitas antar
wilayah antar provinsi. Nilai rentang antar provinsi tertinggi sebesar 91,2% (Nusa
Tenggara Barat) dan terendah 30,5% (Papua), serta tercatat 19 (55,9%) provinsi
dengan capaian di bawah rata-rata nasional. Bila dibanding target (85%) maka
terdapat 29 (85,3%) provinsi yang tidak dapat mencapai target. Sementara itu,
cakupan D/S di Kalimantan Barat masih di bawah target nasional, yaitu hanya
63,5%
Berikut gambaran grafik distribusi cakupan D/S menurut provinsi pada
tahun 2014:4
Data geografis pada dasarnya tersusun oleh dua komponen penting yaitu
data spasial dan data atribut. Perbedaan antara dua jenis data tersebut adalah
sebagai berikut:34
1. Data Spasial
26
Data spasial adalah data yang bereferensi geografis atas representasi objek
di bumi. Data spasial pada umumnya berdasarkan peta yang berisikan interpretasi
dan proyeksi seluruh fenomena yang berada di bumi. Sesuai dengan
perkembangan, peta tidak hanya merepresentasikan objek-objek yang ada di muka
II-4 bumi, tetapi berkembang menjadi representasi objek di atas muka bumi (di
udara) dan di bawah permukaan bumi. Data spasial dapat diperoleh dari berbagai
sumber dalam berbagai format. Sumber data spasial antara lain mencakup: data
grafis peta analog, foto udara, citra satelit, survei lapangan, pengukuran theodolit,
pengukuran dengan menggunakan global positioning systems (GPS) dan lain-lain.
Data spasial memiliki dua macam penyajian, yaitu:
a. Model Vektor
Model vektor menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data
spasial dengan menggunakan titik-titik, garis-garis, dan kurva atau poligon
beserta atribut-atributnya. Bentuk dasar model vektor didefinisikan oleh
sistem koordinat Kartesius dua dimensi (x,y).
Dengan menggunakan model vektor, objek-objek dan informasi di
permukaan bumi dilambangkan sebagai titik, garis, atau poligon. Masing-
masing mewakili tipe objek tertentu sebagaimana dijelaskan sebagai
berikut:Titik (point):merepresentasikan objek spasial yang tidak memiliki
dimensi panjang dan/atau luas. Fitur spasial direpresentasikan dalam satu
pasangan koordinat x,y. Contohnya stasiun curah hujan, titik ketinggian,
observasi lapangan, titik-titik sampel.
Garis (line/segment): merepresentasikan objek yang memiliki dimensi
panjang namun tidak mempunyai dimensi area, misalnya jaringan jalan,
pola aliran, garis kontur. Poligon: merepresentasikan fitur spasial yang
memiliki area, contohnya adalah unit administrasi, unit tanah, zona
penggunaan lahan.
27
2. Data Atribut
Data atribut adalah data yang mendeskripsikan karakteristik atau fenomena
yang dikandung pada suatu objek data dalam peta dan tidak mempunyai hubungan
dengan posisi geografi. Data atribut dapat berupa informasi numerik, foto, narasi,
dan lain sebagainya, yang diperoleh dari data statistik, pengukuran lapangan dan
sensus, dan lain-lain. Atribut dapat dideskripsikan secara kualitatif dan kuan-
titatif. Pada pendeskripsian secara kualitatif, kita mendeskripsikan tipe, klasifi-
kasi, label suatu objek agar dapat dikenal dan dibedakan dengan objek lain,
misalnya: sekolah, rumah sakit, hotel, dan sebagainya. Bila dilakukan secara
kuantitatif, data objek dapat diukur atau dinilai berdasarkan skala ordinat atau
tingkatan, interval atau selang, dan rasio atau perbandingan dari suatu titik
tertentu. Contohnya, populasi atau jumlah siswa di suatu sekolah 500-600
siswa, berprestasi, jurusan, dan sebagainya.35