Anda di halaman 1dari 24

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Balita
2.1.1 Karakteristik Balita
Balita adalah anak usia kurang dari lima tahun sehingga bayi usia di bawah
satu tahun juga termasuk golongan ini. Balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu anak usia lebih dari satu tahun sampai tiga tahun yang dikenal
dengan batita dan anak usia lebih dari tiga tahun sampai lima tahun yang dikenal
dengan usia prasekolah.9
Anak usia 0-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima
makanan dari apa yang disediakan ibunya sehingga anak batita sebaiknya
diperkenalkan dengan berbagai bahan makanan. Laju pertumbuhan masa batita
lebih besar dari masa usia prasekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang
relatif besar. Pola makan yang diberikan sebaiknya dalam porsi kecil dengan
frekuensi sering karena perut balita masih lebih kecil sehingga tidak mampu
menerima jumlah makanan dalam sekali makan.9
Anak pada usia prasekolah akan menjadi konsumen aktif yang berarti
mereka sudah dapat memilih makanan yang disukainya. Perilaku makan sangat
dipengaruhi oleh keadaan psikologis, kesehatan dan sosial anak. Oleh karena itu
keadaan lingkungan dan sikap keluarga merupakan hal yang sangat penting dalam
pemberian makan pada anak agar anak tidak cemas dan khawatir terhadap
makanannya.9

2.1.2 Kebutuhan Gizi Balita


Pola makan pada balita berbeda dengan pola makan anak usia sekolah dan
orang dewasa. Persatuan Ahli Gizi Indonesia dalam bidang ilmu gizi dan
kesehatan menyatakan bahwa anak sehat meliputi anak prasekolah (1-6 tahun),
anak sekolah (7-12 tahun) dan golongan remaja (13-18 tahun). Tiap golongan
mempunyai kebutuhan gizi berbeda, sesuai dengan kecepatan tumbuh dan
aktivitas yang dilakukan. Jadwal pemberian makanan sama, yaitu 3 kali makanan

5
6

utama (pagi, siang, dan malam) dan 2 kali makanan selingan (diantara dua kali
makanan utama). Anjuran pola makanan balita dapat dilihat berdasarkan tabel
berikut:10
Tabel 2.1 Pola Pemberian Makan Balita10
Makanan Makanan
Umur (bulan) ASI Makanan Lumat
Lembek Keluarga
0-6
6-8
9-11
11-23
24-59

Keterangan :
- Usia 0-6 bulan: hanya diberikan ASI saja
- Usia 6-8 bulan: diberikan ASI dan Makanan lumat berseling
- Usia 9-11 bulan: diberikan ASI dan Makanan lembik berseling
- Usia 12-23 bulan: diberikan ASI dan makanan keluarga
- Usia 24-59 bulan: diberikan makanan keluarga

Anjuran makan untuk anak sesuai anjuran adalah sebagai berikut:10


1. Usia 0-6 bulan
Pada usia 0-6 bulan diberikan air susu (ASI) saja sesuai keinginan anak,
paling sedikit 8 kali sehari pada pagi, siang maupun malam hari.
2. Usia 6-9 bulan
Pemberian makan yang dianjurkan pada usia 6-9 bulan adalah:
a. Pemberian ASI masih diteruskan
b. Mulai memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI), seperti bubur
susu, pisang, papaya lumat halus, air jeruk, air tomat saring, dan lain-lain
secara bertahap sesuai pertambahan umur
c. Berikan bubur tim lumat dengan kuning telur/ayam/ikan/tempe/tahu/daging
sapi/wortel/bayam/kacang hijau/santan dan minyak

d. Setiap hari diberikan:


1) Usia 6 bulan: 2 x 6 sdm peres
2) Usia 7 bulan: 2-3 x 7 sdm peres
3) Usia 8 bulan: 3 x 8 sdm peres
3. Usia 9-12 bulan
Pemberian makan yang dianjurkan pada usia 9-12 bulan adalah:
7

a. Pemberian ASI masih diteruskan


b. MP ASI diberikan lebih padat dan kasar seperti bubur nasi, nasi tim, nasi
lembek
c. Tambahkan telur/ayam/ikan/tempe/tahu/bayam/santan/kacang hijau/minyak
d. Setiap hari diberikan:
1) Usia 9 bulan: 3 x 9 sdm peres
2) Usia 10 bulan: 3 x 10 sdm peres
3) Usia 11 bulanL 3 x 11 sdm peres
4) Berikan makanan selingan 2 kali sehari diantara waktu makan seperti
buah, biskuit, kue
4. Usia 12-24 bulan
Pemberian makan yang dianjurkan pada usia 12-24 bulan adalah
a. Pemberian ASI masih diteruskan
b. Berikan makanan keluarga secara bertahap sesuai dengan kemampuan anak
c. Porsi makan sebanyak 1/3 orang dewasa yang terdiri dari nasi, lauk pauk,
sayur dan buah
d. Berikan makanan selingan yang mengandung zat gizi sebanyak 2 kali sehari
diantara wkatu makan
e. Makanan sebaikya bervariasi
5. Usia lebih dari 24 bulan
Pemberian makan yang dianjurkan pada usia lebih dari 24 bulan adalah
a. Berikan makanan keluarga 3 kali sehari sebanyak 1/3-1/2 porsi makan
dewasa yang terdidi dari nasi, lauk paukm sayur dan buah
b. Berikan makanan selingan yang mengandung zat gizi sebanyak 2 kali sehari
diantara waktu makan
2.2 Status Gizi
2.2.1 Pengertian Status Gizi
Status gizi adalah status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan
antara kebutuhan dan masukan nutrisi. Status gizi didefinisikan sebagai suatu
keadaan tubuh akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi.11

2.2.2 Indikator Penilaian Status Gizi Balita


Penentuan status gizi seseorang atau kelompok populasi dilakukan dengan
interpretasi informasi dari hasil beberapa metode penilaian status gizi, yaitu:
antropometri, penilaian konsumsi makanan, laboratorium/ biokimia dan klinis. Di
8

antara beberapa metode tersebut, pengukuran antropometri adalah relatif paling


sederhana dan banyak dilakukan.12
Antropometri dapat dilakukan dengan beberapa macam pengukuran yaitu
pengukuran berat badan (BB), tinggi badan (TB) dan lingkar lengan atas (LiLA).
Pengukuran BB, TB dan LiLA sesuai dengan umur adalah yang paling sering
digunakan untuk survei, sedangkan untuk perorangan dan keluarga, pengukuran
BB dan TB atau panjang badan (PB) adalah yang paling dikenal.12
Melalui pengukuran antropometri, status gizi anak dapat ditentukan apakah
anak tersebut tergolong status gizi baik, kurang atau buruk. Hal tersebut diperoleh
dengan membandingkan berat badan dan tinggi badan hasil pengukuran dengan
suatu standar internasional yang dikeluarkan oleh World Health Organization
(WHO). Status gizi tidak hanya diketahui dengan mengukur BB atau TB sesuai
dengan umur secara sendiri-sendiri, tetapi juga merupakan kombinasi antara
ketiganya. Masing-masing indikator mempunyai makna sendiri-sendiri. Berikut
gambar kurva tumbuh kembang balita usia 0-5 tahun oleh WHO: 12,13
9

Gambar 2.1 Kurva Berat Badan terhadap Usia untuk Anak Perempuan13

Gambar 2.2 Kurva Berat Badan terhadap Usia untuk Anak Laki-laki13
Indikator BB/U menunjukkan secara sensitif status gizi saat ini (saat
diukur) karena mudah berubah, namun tidak spesifik karena berat badan selain
dipengaruhi oleh umur juga dipengaruhi oleh tinggi badan. Indikator ini dapat
dengan mudah dan cepat dimengerti oleh masyarakat umum, sensitif untuk
melihat perubahan status gizi dalam jangka waktu pendek; dan dapat mendeteksi
kegemukan.14
Indikator TB/U dapat menggambarkan status gizi masa lampau atau
masalah gizi kronis. Seseorang yang pendek kemungkinan keadaan gizi masa lalu
tidak baik. Berbeda dengan berat badan yang dapat diperbaiki dalam waktu
singkat, baik pada anak maupun dewasa, maka tinggi badan pada usia dewasa
tidak dapat lagi dinormalkan. Kemungkinan untuk mengejar pertumbuhan tinggi
badan optimal pada anak balita masih bisa, sedangkan anak usia sekolah sampai
remaja kemungkinan untuk mengejar pertumbuhan tinggi badan masih bisa tetapi
kecil kemungkinan untuk mengejar pertumbuhan optimal. Secara normal tinggi
badan tumbuh bersamaan dengan bertambahnya umur. Pertambahan TB relatif
10

kurang sensitif terhadap kurang gizi dalam waktu singkat. Pengaruh kurang gizi
terhadap pertumbuhan TB baru terlihat dalam waktu yang cukup lama. Indikator
ini juga dapat dijadikan indikator keadaan sosial ekonomi penduduk.14
Indikator BB/TB merupakan pengukuran antropometri yang terbaik karena
dapat menggambarkan secara sensitif dan spesifik status gizi saat ini atau masalah
gizi akut. Berat badan berkorelasi linier dengan tinggi badan, artinya dalam
keadaan normal perkembangan berat badan akan mengikuti pertambahan tinggi
badan pada percepatan tertentu. Hal ini berarti berat badan yang normal akan
proporsional dengan tinggi badannya.15
Indikator IMT/U merupakan indikator yang paling baik untuk mengukur
keadaan status gizi yang menggambarkan keadaan status gizi masa lalu dan masa
kini karena berat badan memiliki hubungan linear dengan tinggi badan. Dalam
keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan
tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Indeks ini tidak menimbulkan kesan
underestimate pada anak yang overweight dan obese serta kesan berlebihan pada
anak gizi kurang.16
Agar penentuan klasifikasi dan penyebutan status gizi menjadi seragam dan
tidak berbeda maka Menteri Kesehatan (Menkes) RI mengeluarkan Keputusan
Nomor 1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status
Gizi Anak. Keluarnya SK tersebut mempermudah analisis data status gizi yang
dihasilkan baik untuk perbandingan, kecenderungan maupun analisis hubungan.17
Menurut SK tersebut penentuan gizi status gizi tidak lagi menggunakan
persen terhadap median, melainkan nilai Z-score pada baku WHO-NCHS. Berikut
tabel kategori dan ambang batas status gizi pada anak:18
Tabel 2.2 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak18
Ambang Batas
Indeks Kategori Status Gizi
(Z-score)
Gizi Buruk <-3 SD
Berat badan menurut umur (BB/U) Gizi Kurang -3 SD sampai <-2 SD
Anak umur 0-60 bulan Gizi Baik -2 SD sampai 2 SD
Gizi Lebih > 2 SD
Sangat pendek < -3 SD
Panjang badan menurut umur (PB/U) atau
Pendek -3 SD sampai <-2 SD
tinggi badan menurut umur (TB/U)
Normal -2 SD sampai 2 SD
Anak umur 0-60 bulan
Tinggi > 2 SD
Berat badan menurut panjang badan Sangat kurus < -3 SD
11

(BB/PB) atau berat badan menurut tinggi Kurus -3 SD sampai <-2 SD


badan (BB/TB) Normal -2 SD sampai 2 SD
Anak umur 0-60 bulan Gemuk > 2 SD
Sangat kurus < -3 SD
Indeks massa tubuh menurut umur
Kurus -3 SD sampai <-2 SD
(IMT/U)
Normal -2 SD sampai 2 SD
Anak umur 0-60 bulan
Gemuk > 2 SD
Sangat kurus < -3 SD
Indeks massa tubuh menurut umur
Kurus -3 SD sampai <-2 SD
(IMT/U)
Normal -2 SD sampai 2 SD
Anak umur 5-18 tahun
Gemuk > 2 SD

2.2.3 Penimbangan Berat Badan Balita


Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling
sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Berat badan digunakan untuk
mendiagnosis bayi normal atau BBLR. Dikatakan BBLR apabila berat bayi-balita,
berat bayi lahir di bawah 2500 gram atau di bawah 2,5 kg. Berat badan dapat
dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi. Di
samping itu pula berat badan dapat dipergunakan sebagai dasar perhitungan dosis
obat dan makanan.12
Berat badan merupakan pilihan utama karena berbagai perhitungan, antara
lain: parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat
karena perubahan-perubahan konsumsi makanan dan kesehatan, memberikan
gambaran status gizi sekarang, dan gambaran tentang pertumbuhan. Berat badan
merupakan ukuran antropometri yang sudah dipakai secara umum dan luas di
Indonesia sehingga tidak merupakan hal baru memerlukan penjelasan secara
meluas.12
KMS (Kartu Menuju Sehat) yang digunakan sebagai alat yang baik untuk
pendidikan dan memonitor kesehatan anak menggunakan berat badan sebagai
sebagai dasar pengisiannya. Karena masalah umur merupakan faktor terpenting
untuk penilaian status gizi, berat badan dan tinggi badan sudah dibuktikan
dimana-mana sebagai indeks yang tidak tergantung pada umur. Alat pengukur
dapat diperoleh di daerah pedesaan dengan ketelitian yang tinggi dan
menggunakan dacin yang sudah dikenal oleh masyarakat.12
Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang. Alat yang
digunakan di lapangan sebaliknya memenuhi beberapa persyaratan, yaitu:12
12

1. Mudah dibawa dari satu tempat ketempat yang lain.


2. Mudah diperoleh dan relatif murah harganya.
3. Ketelitian penimbangan sebaiknya maksimum 0,1 kg.
4. Skalanya mudah dibaca.
5. Cukup aman untuk menimbang anak balita.

2.2.4 Pemantauan Pertumbuhan Balita


Pemantauan pertumbuhan balita dilakukan melalui Posyandu. Hal tersebut
merupakan salah satu upaya penanggulangan gizi buruk yang dapat dilakukan di
tingkat individu ataupun kelompok melalui penimbangan berat badan balita secara
rutin tiap bulan dan mencatat hasilnya pada kartu menuju sehat. Pemantauan
pertumbuhan balita melalui penimbangan berat badan di Posyandu mempunyai
tujuan, yaitu:19
1. Mengetahui status pertumbuhan balita dari bulan ke bulan
2. Mengetahui secara lebih dini (awal) terjadinya gangguan pertumbuhan pada
balita sebagai upaya deteksi dini balita gizi buruk
3. Memberikan tindakan penanggulangan (intervensi) segera pada anak yang
mengalami gangguan pertumbuhan agar dapat dikembalikan ke jalur
pertumbuhan normal
4. Memberikan konseling pada ibu/pengasuh anak dalam upaya
mempertahankan atau meningkatkan keadaan gizi dan kesehatan anak
Hasil penimbangan balita di Posyandu yang dilakukan setiap bulan
menghasilkan data penimbangan, yaitu:19
1. Jumlah balita (S) yang ada di wilayah desa.
2. Jumlah balita yang memiliki KMS (K).
3. Jumlah balita yang datang ditimbang (D) pada bulan penimbangan.
4. Jumlah balita yang naik berat badannya (N) pada bulan penimbangan.
5. Jumlah anak balita Bawah Garis Merah (BGM).
6. Jumlah balita yang tidak naik berat badannya (T).
7. Jumlah balita yang datang bulan ini,tetapi bulan lalu tidak datang (O).
8. Jumlah balita baru yang datang (B).
13

Dari data hasil penimbangan tersebut dapat dihasilkan cakupan kinerja


program gizi, yaitu:19
1. Cakupan penimbangan balita meliputi cakupan program (K/S): Memantau
balita yang telah mendapat KMS.
2. Cakupan partisipasi masyarakat (D/S): Memantau partisipasi masyarakat
untuk menimbang balitanya ke Posyandu.
3. Cakupan kelangsungan penimbangan (D/K): Memantau balita yang
memiliki KMS dan ditimbang di Posyandu.
4. Cakupan hasil penimbangan (N/D): Memantau efektifitas perbaikan gizi
dengan melihat jumlah balita yang naik berat badannya selama 2 kali
berturut-turut datang ke Posyandu.

2.3 Karakteristik Ibu yang Berhubungan dengan Partisipasi dalam


Penimbangan Balita (D/S) di Posyandu
Cakupan penimbangan balita di Posyandu dipengaruhi oleh faktor internal
ibu balita (karakteristik ibu) antara lain usia ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu,
pengetahuan ibu, sikap ibu, persepsi ibu tentang kelengkapan sarana di Posyandu,
dan persepsi ibu terhadap kader kesehatan. Karakteristik ibu yang merupakan
bagian dari karakteristik individu seseorang mempunyai peranan penting terhadap
pertumbuhan balita. Hal ini sesuai dengan beberapa pernyataan dan pendapat para
peneliti sebelumnya.
1. Usia Ibu
Umur dapat mempengaruhi seseorang berperilaku. Kematangan dalam
mengambil keputusan salah satunya dipengaruhi oleh faktor umur, semakin
bertambah umur secara psikologis maka kedewasaan seseorang dalam bertindak
semakin baik. Umur orang tua terutama ibu yang relatif muda, cenderung untuk
mendahulukan kepentingan sendiri. Sebagian besar ibu yang masih muda
14

memiliki sedikit sekali pengetahuan tentang gizi dan pengalaman dalam


mengasuh anak.20
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, didapatkan adanya hubungan
bermakna antara umur ibu dengan pemanfaatan pelayanan Posyandu balita. Dari
hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu balita yang berusia >30 tahun
memiliki tingkat pemanfaatan posyandu baik dibandingkan dengan kelompok usia
ibu 30 tahun.21
2. Pendidikan Ibu
Pendidikan adalah segala usaha untuk membina kepribadian dan
mengembangkan kemampuan manusia Indonesia, jasmani dan rohani yang
berlangsung seumur hidup, baik di dalam maupun di luar sekolah dalam rangka
pembangunan persatuan Indonesia dan masyarakat adil dan makmur berdasarkan
Pancasila.22

Hasil studi kuantitatif yang dilakukan Pusat Penyuluhan Kesehatan


Masyarakat Depkes RI dan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
menyatakan bahwa faktor pendidikan ibu balita yang baik akan mendorong ibu-
ibu balita untuk membawa anaknya ke Posyandu.23
3. Pekerjaan Ibu
Pekerjaan adalah kegiatan atau aktivitas utama yang dilakukan secara rutin
sebagai upaya untuk membiayai keluarga serta menunjang kebutuhan rumah
tangga. Salah satu alasan yang paling sering dikemukakan bila ibu tidak
membawa balitanya ke Posyandu adalah karena mereka harus bekerja.23
Hasil penelitian menyatakan bahwa penggunaan Posyandu terkait dengan
status pekerjaan ibu. Ibu balita yang mempunyai pekerjaan tetap akan
memengaruhi kesempatan untuk menimbangkan anaknya ke Posyandu.21
4. Pengetahuan (Knowledge) Ibu
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt
15

behavior). Pengetahuan ibu balita yang baik mengenai Posyandu tentunya akan
terkait dengan cakupan penimbangan balita.24
Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai enam
tingkat, yakni:24
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut
secara benar.

c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat
diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain, sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
16

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi


atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-
kriteria yang telah ada.
5. Sikap Ibu
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup terhadap suatu
stimulus atau objek. Sikap menggambarkan kecenderungan yang berasal dari
dalam diri individu untuk berkelakuan dengan pola-pola tertentu, terhadap suatu
objek akibat pendirian dan perasaan terhadap objek tertentu.25

Salah satu cara untuk dapat mengukur atau menilai sikap seseorang dapat
menggunakan kuesioner. Skala penilaian sikap mengandung serangkaian
pertanyaan tentang permasalahan tertentu. Responden yang akan mengisi
diharapkan menentukan sikap setuju atau tidak terhadap pernyataan tertentu.
Skala pengukuran sikap oleh Likert dibuat dengan pilihan jawaban sangat setuju,
setuju, tidak setuju, atau sangat tidak setuju terhadap suatu pernyataan. 26
Penelitian terdahulu menyatakan adanya hubungan antara sikap ibu dengan
partisipasi ibu balita ke Posyandu.27
6. Persepsi Ibu tentang Kelengkapan Sarana di Posyandu
Penelitian terdahulu menunujukkan bahwa persepsi ibu terhadap
kelengkapan Posyandu dengan perilaku menimbangkan anak ke Posyandu
mempunyai hubungan yang bermakna, yang berarti semakin lengkap kelengkapan
Posyandu maka semakin sering ibu menimbangkan anaknya ke Posyandu.28
7. Persepsi Ibu tentang Kader Kesehatan
Kader adalah anggota masyarakat yang dipilih untuk menangani masalah
kesehatan, baik perseorangan maupun masyarakat, serta untuk bekerja dalam
17

hubungan yang amat dekat dengan tempat pelayanan kesehatan dasar. Jadi, kader
Posyandu sebagai penyelenggaraan utama kegiatan Posyandu mempunyai tugas
dan tanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan Posyandu.6
Keterampilan kader merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam sistem
pelayanan di Posyandu, karena dengan pelayanan kader yang terampil akan
mendapat respon positif dari ibu-ibu yang mempunyai balita sehingga terkesan
ramah dan baik serta pelayanannya teratur. Hal ini mendorong para ibu-ibu rajin
berkunjung ke Posyandu.26 Penelitian sebelumnya menemukan adanya hubungan
yang bermakna antara pembinaan dari kader dengan kunjungan ibu balita ke
Posyandu.29

8. Faktor Lain yang Berhubungan dengan Partisipasi dalam Penimbangan


Balita (D/S) di Posyandu
a. Jarak Tempuh dari Rumah ke Posyandu
Yang dimaksud dengan jarak dalam penelitian ini adalah ukuran jauh
dekatnya dari rumah atau tempat tinggal seseorang ke Posyandu dimana
adanya kegiatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di wilayahnya.26
Dari beberapa hasil penelitian, bahwa faktor jarak ternyata memberikan
kontribusi terhadap seseorang dalam melakukan suatu tindakan, seperti yang
dikemukakan dalam hasil penelitian sebelumnya bahwa responden yang jarak
tempuhnya dekat dari rumah ke Posyandu (<10 menit) berpeluang baik untuk
berkunjung ke Posyandu dibandingkan yang jarak tempuhnya jauh ( 10
menit).29
b. Dukungan Tokoh Masyarakat
Keterlibatan tokoh masyarakat (ketua RW/RT) sebagai pendukung
kegiatan Posyandu sangat dibutuhkan. Menurut hasil penelitian sebelumnya
didapatkan bahwa pada daerah dimana tokoh masyarakatnya berpartisipasi
18

aktif dan memberikan perhatian terhadap kader menghasilkan kegiatan


Posyandu yang maju.21

2.4 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)


Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.30

2.5 Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)


2.5.1 Definisi Posyandu
Posyandu adalah wadah pemeliharaan kesehatan yang dilakukan dari, oleh
dan untuk masyarakat yang dibimbing petugas terkait.31 Posyandu merupakan
salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang
dikelola dan diselenggarakan dari, oleh untuk dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan
memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan
kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.6

2.5.2 Tujuan Posyandu


1. Tujuan umum6
Tujuan umum Posyandu adalah menunjang percepatan penurunan Angka
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia melalui
pembedayaan masyarakat.
2. Tujuan khusus6
a. Meningkatkan peran masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan
dasar, terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.
b. Meningkatkan peran lintas sektor dalam penyelenggaraan Posyandu,
terurama berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.
c. Meningkatkan cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar tertama
yang berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.
19

2.5.3 Manfaat Posyandu


1. Bagi Masyarakat31
a. Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan
b. kesehatan bagi ibu, bayi, dan anak balita.
c. Pertumbuhan anak balita terpantau sehingga tidak menderita gizi kurang
d. atau gizi buruk.
e. Bayi dan anak balita mendapatkan kapsul Vitamin A
f. Bayi memperoleh imunisasi lengkap.
g. Ibu hamil akan terpantau berat badannya dan memperoleh tablet tambah
h. darah (Fe) serta imunisasi Tetanus Toksoid (TT).
i. Ibu nifas memperoleh kapsul Vitamin A dan tablet tambah darah (Fe).
j. Memperoleh penyuluhan kesehatan terkait tentang kesehatan ibu dan anak.
k. Apabila terdapat kelainan pada bayi, anak balita, ibu hamil, ibu nifas dan
ibu menyusui dapat segera diketahui dan dirujuk ke puskesmas.
l. Dapat berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang kesehatan ibu, bayi,
dan anak balita.

2. Bagi Kader32
a. Mendapatkan berbagai informasi kesehatan lebih dahulu dan lebih lengkap.
b. Ikut berperan secara nyata dalam perkembangan tumbuh kembang anak
balita dan kesehatan ibu.
c. Citra diri meningkat di mata masyarakat sebagai orang yang terpercaya
dalam bidang kesehatan.
d. Menjadi panutan karena telah mengabdi demi pertumbuhan anak dan
kesehatan ibu.

2.5.4 Sasaran Posyandu


Sasaran Posyandu adalah seluruh masyarakat, utamanya:6
1. Bayi
2. Anak balita
3. Ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas dan ibu menyusui
4. Pasangan Usia Subur (PUS)

2.5.5 Kegiatan Posyandu


20

Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan pengembangan/


pilihan.6
1. Kegiatan utama
a. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
1) Ibu hamil
Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu hamil mencakup:
a) Penimbangan berat badan dan pemberian tablet besi yang dilakukan
oleh kader kedehatan.
b) Untuk lebih meningkatkan kesehatan ibu hamil. Kegiatan kelompok
ibu hamil antara lain:
i. Penyuluhan: tanda bahaya ibu hamil, persiapan persalinan,
persiapan menyusui, KB dan gizi.
ii. Perawatan payudara dan pemberian ASI
iii. Peragaan pola makan ibu hamil
iv. Peragaan perawatan bayi baru lahir
v. Senam ibu hamil
2) Ibu nifas dan menyusui
Pelayanan yang diselenggarakan mencakup:
a) Penyuluhan kesehatan, KB, ASI dan gizi, ibu nifas, perawatan
kebersihan vagina.
b) Pemberian vitamin A dan tablet besi
c) Perawatan payudara
d) Senam ibu nifas.
3) Bayi dan Anak balita
Jenis pelayanan yang diselenggarakan adalah:
a) Penimbangan berat badan
b) Penentuan status pertumbuhan
c) Penyuluhan
d) Pemeriksaan kesehatan, imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang.
b. Keluarga Berencana (KB)
Pelayanan KB di Posyandu yang dapat diselenggarakan oleh kader adalah
pemberian kondom dan pemberian pil ulangan.
c. Imunisasi
Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan apabula ada petugas
puskesmas.
d. Gizi
21

Jenis pelayanan yang diberikan meliputi penimbangan berat badan, deteksi


dini gangguan pertumbuhan, penyuluhan gizi, pemberian PMT, pemberian
vitamin A dan pemberian sirup Fe.
e. Penanggulangan diare
Pencegahan diare di Posyandu dilakukan antara lain dengan penyuluhan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

2. Pelayanan Tambahan
Pelayanan tambahan yang diberikan Posyandu antara lain:33
a. Pelayanan bumil dan menyusui.
b. Program Pengembangan Anak Dini Usia (PADU) yang diintegenerasikan
dengan program Bina Keluarga Balita (BKB) dan kelompok bermain
lainnya.
c. Program dana sehat atau JPKM dan sejenisnya, seperti tabulin, tabunus
dan sebagainya.
d. Program penyuluhan dan penyakit endemis setempat.
e. Penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman.
f. Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD).
g. Program diversifikasi pertanian tanaman pangan.
h. Program sarana air minum dan jamban keluarga (SAMIJAGA) dan
perbaikan lingkungan pemukiman.
i. pemanfaatan pekarangan.
j. Kegiatan ekonomis produktif, seperti usaha simpan pinjam dan lain-lain.
k. Dan kegiatan lainnya seperti: TPA, pengajian, taman bermain.

2.5.6 Keberhasilan Posyandu


Keberhasilan Posyandu tergambar melalui cakupan SKDN.33
- S : Semua balita di wilayah kerja Posyandu.
- K: Semua balita yang memiliki KMS.
- D: Balita yang ditimbang.
- N: Balita yang Berat Badannya naik
Keberhasilan Posyandu berdasarkan:
\
22

2.5.7 Indikator Tingkat Perkembangan Posyandu


Untuk mengetahi tingkat perkembangan Posyandu, ditetapkan seperangkat
indikator yang digunakan sebagai penyaring atau penentu tingkat perkembangan
Posyandu. Jenis indikator yang digunakan untuk setiap program disesuaikan
dengan prioritas program tersebut.6 Secara sederhana indikator untuk tiap
peringkat Posyandu dapat diuraikan sebagai berikut:6

Gambar 2.3 Indikator Peringkat Posyandu6

2.6 Persentase Balita Ditimbang Berat Badannya (D/S)


Indikator persentase balita ditimbang berat badannya (D/S) adalah jumlah
balita yang ditimbang di seluruh Posyandu yang melapor di suatu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu. Indikator ini menunjukkan tingkat kesadaran
masyarakat terhadap pentingnya pemantauan pertumbuhan dan perkembangan
balita. Kunjungan balita ke Posyandu juga merupakan realisasi dari upaya
kesehatan dalam bentuk promotif sekaligus preventif guna meningkatkan status
gizi dan kesehatan balita.7
Cakupan D/S menggambarkan tingkat motivasi/partisipasi masyarakat
dalam memantau pertumbuhan dan perkembangan, serta kesehatan balita di
Posyandu. Indikator ini menjadi penting karena selain menunjukkan pelayanan
gizi pada balita, juga memiliki korelasi yang kuat dengan peningkatan cakupan
pemberian vitamin A, Imunisasi dan penemuan kasus kurang gizi di Posyandu. 7
Penimbangan balita di Posyandu (D/S) merupakan dasar strategi
pemberdayaan masyarakat yang telah dikembangkan sejak awal 1980-an,
23

dimaksudkan untuk memantau pertumbuhan anak secara teratur setiap bulan dan
dicatat dalam Kartu Menuju Sehat (KMS) yang berfungsi sebagai instrumen
penilaian pertumbuhan anak. Pada tahun 2014 rata-rata nasional cakupan D/S
sebesar 80,8% lebih rendah dari target sebesar 85%. Bila dibanding dengan tahun
2013, capaian pada tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar 0,3%.7
Berdasarkan data series selama 5 (lima) tahun terakhir, menggambarkan
adanya peningkatan. Secara komulatif bila dibandingkan dengan awal tahun
Pembangunan Jangka Menengah (2010), maka sampai tahun 2014 terdapat
peningkatan cakupan sebesar 12,9% atau rata-rata meningkat sebesar 2,58% per
tahun. Secara nasional, dalam sebaran cakupan D/S juga terdapat disparitas antar
wilayah antar provinsi. Nilai rentang antar provinsi tertinggi sebesar 91,2% (Nusa
Tenggara Barat) dan terendah 30,5% (Papua), serta tercatat 19 (55,9%) provinsi
dengan capaian di bawah rata-rata nasional. Bila dibanding target (85%) maka
terdapat 29 (85,3%) provinsi yang tidak dapat mencapai target. Sementara itu,
cakupan D/S di Kalimantan Barat masih di bawah target nasional, yaitu hanya
63,5%
Berikut gambaran grafik distribusi cakupan D/S menurut provinsi pada
tahun 2014:4

Gambar 2.4 Grafik Trend Capaian D/S Tahun 2010-20144


24

Gambar 2.5 Grafik Cakupan D/S Menurut Provinsi Tahun 20144

Berdasarkan program upaya perbaikan gizi masyarakat di UPTD Puskesmas


Pontianak Timur, capaian target penimbangan berat badan balita (D/S) di wilayah
kerja UPTD Puskesmas Pontianak Timur diketahui masih belum mencapai target
yang telah ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kota Pontianak yaitu 52,75% dari
70%. Angka capaian tersebut bahkan mengalami penurunan jika dibandingkan
dengan angka capaian pada tahun 2014 yaitu 53,88% dari 70%.8

2.7 Sistem Informasi Geografis (SIG)


Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan suatu sistem yang
mengorganisasi perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), dan data,
serta dapat mendayagunakan sistem penyimpanan, pengolahan maupun analisis
data secara simultan, sehingga dapat diperoleh informasi yang berkaitan dengan
aspek keruangan. Sistem informasi geografis merupakan suatu sistem berbasis
komputer untuk menangkap, menyimpan, mengecek, mengintegrasikan,
memanipulasi, dan menampilkan data dengan peta digital.34
25

SIG dapat merepresentasikan dunia nyata pada monitor komputer


sebagaimana lembaran peta dapat merepresentasikan dunia nyata di atas kertas.
Namun SIG memiliki kelebihan dan flexibilitas daripada lembaran kertas karena
dapat menyimpan semua informasi deskriptif unsur-unsur peta sebagai atribut-
atribut di dalam suatu basis data. Sebagian besar data yang akan ditangani dalam
SIG merupakan data spasial yaitu sebuah data yang berorientasi geografis,
memiliki sistem koordinat tertentu sebagai dasar referensinya dan mempunyai dua
bagian penting yang membuatnya berbeda dari data lain, yaitu informasi lokasi
(spatial) dan informasi deskriptif (attribute) yang dijelaskan berikut ini:35
1. Informasi lokasi (spatial), berkaitan dengan suatu koordinat baik koordinat
geografi (lintang dan bujur) dan koordinat XYZ, termasuk diantaranya
informasi datum dan proyeksi.
2. Informasi deskriptif (attribute) atau informasi non spasial, suatu lokasi yang
memiliki beberapa keterangan yang berkaitan dengannya, contohnya jenis
vegetasi, populasi, luasan, kode pos, dan sebagainya.

Gambar 2.6 Komponen Dasar GIS28

Data geografis pada dasarnya tersusun oleh dua komponen penting yaitu
data spasial dan data atribut. Perbedaan antara dua jenis data tersebut adalah
sebagai berikut:34

1. Data Spasial
26

Data spasial adalah data yang bereferensi geografis atas representasi objek
di bumi. Data spasial pada umumnya berdasarkan peta yang berisikan interpretasi
dan proyeksi seluruh fenomena yang berada di bumi. Sesuai dengan
perkembangan, peta tidak hanya merepresentasikan objek-objek yang ada di muka
II-4 bumi, tetapi berkembang menjadi representasi objek di atas muka bumi (di
udara) dan di bawah permukaan bumi. Data spasial dapat diperoleh dari berbagai
sumber dalam berbagai format. Sumber data spasial antara lain mencakup: data
grafis peta analog, foto udara, citra satelit, survei lapangan, pengukuran theodolit,
pengukuran dengan menggunakan global positioning systems (GPS) dan lain-lain.
Data spasial memiliki dua macam penyajian, yaitu:
a. Model Vektor
Model vektor menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data
spasial dengan menggunakan titik-titik, garis-garis, dan kurva atau poligon
beserta atribut-atributnya. Bentuk dasar model vektor didefinisikan oleh
sistem koordinat Kartesius dua dimensi (x,y).
Dengan menggunakan model vektor, objek-objek dan informasi di
permukaan bumi dilambangkan sebagai titik, garis, atau poligon. Masing-
masing mewakili tipe objek tertentu sebagaimana dijelaskan sebagai
berikut:Titik (point):merepresentasikan objek spasial yang tidak memiliki
dimensi panjang dan/atau luas. Fitur spasial direpresentasikan dalam satu
pasangan koordinat x,y. Contohnya stasiun curah hujan, titik ketinggian,
observasi lapangan, titik-titik sampel.
Garis (line/segment): merepresentasikan objek yang memiliki dimensi
panjang namun tidak mempunyai dimensi area, misalnya jaringan jalan,
pola aliran, garis kontur. Poligon: merepresentasikan fitur spasial yang
memiliki area, contohnya adalah unit administrasi, unit tanah, zona
penggunaan lahan.
27

Gambar 2.7 Tampilan Data Titik, Garis dan Luasan33

b. Model Data Raster


Model data raster menampilkan, menempatkan, dan menyimpan
data spasial dengan menggunakan struktur matriks atau piksel-piksel yang
membentuk grid (bidang referensi horizontal dan vertikal yang terbagi
menjadi kotak-kotak). Piksel adalah unit dasar yang digunakan untuk
menyimpan informasi secara eksplisit. Setiap piksel memiliki atribut
tersendiri, termasuk koordinatnya yang unik. Akurasi model ini sangat
tergantung pada resolusi atau ukuran piksel suatu gambar. Model raster
memberikan informasi spasial apa saja yang terjadi di mana saja dalam
bentuk gambaran yang digeneralisasi. Dengan model raster, data
geografi ditandai oleh nilai-nilai elemen matriks dari suatu objek yang
berbentuk titik, garis, maupun bidang.

Gambar 2.8 Tampilan Model Data Vektor dan Raster34


28

2. Data Atribut
Data atribut adalah data yang mendeskripsikan karakteristik atau fenomena
yang dikandung pada suatu objek data dalam peta dan tidak mempunyai hubungan
dengan posisi geografi. Data atribut dapat berupa informasi numerik, foto, narasi,
dan lain sebagainya, yang diperoleh dari data statistik, pengukuran lapangan dan
sensus, dan lain-lain. Atribut dapat dideskripsikan secara kualitatif dan kuan-
titatif. Pada pendeskripsian secara kualitatif, kita mendeskripsikan tipe, klasifi-
kasi, label suatu objek agar dapat dikenal dan dibedakan dengan objek lain,
misalnya: sekolah, rumah sakit, hotel, dan sebagainya. Bila dilakukan secara
kuantitatif, data objek dapat diukur atau dinilai berdasarkan skala ordinat atau
tingkatan, interval atau selang, dan rasio atau perbandingan dari suatu titik
tertentu. Contohnya, populasi atau jumlah siswa di suatu sekolah 500-600
siswa, berprestasi, jurusan, dan sebagainya.35

Anda mungkin juga menyukai