Anda di halaman 1dari 42

schizofrenia paranoid

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Schizoprenia adalah kekacauan jiwa yang serius ditandai dengan

kehilangan kontak pada kenyataan (psikosis), halusinasi, khayalan (kepercayaan

yang salah), pikiran yang abnormal dan mengganggu kerja dan fungsi sosial.

Schizophrenia adalah masalah kesehatan umum di seluruh dunia. Kejadian

schizophrenia di seluruh dunia adalah kurang dari 1 persen, walaupun angka

kejadian bisa lebih tinggi atau lebih rendah yang telah diketahui. Gangguan jiwa

skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang berat dan gawat yang dapat dialami

manusia sejak muda dan dapat berlanjut menjadi kronis dan lebih gawat ketika

muncul pada lanjut usia (lansia) karena menyangkut perubahan pada segi fisik,

psikologis dan sosial-budaya. Skizofrenia pada lansia angka prevalensinya sekitar

1% dari kelompok lanjut usia (lansia) (Dep.Kes.1992)

Banyak pembahasan yang telah dikeluarkan para ahli sehubungan dengan

timbulnya skizofrenia pada lanjut usia (lansia). Hal itu bersumber dari kenyataan

1
schizofrenia paranoid

yang terjadi pada lansia bahwa terdapat hubungan yang erat antara gangguan

parafrenia, paranoid dan skizofrenia.

Parafrenia lambat (late paraphrenia) digunakan oleh para ahli di Eropa

untuk pasien-pasien yang memiliki gejala paranoid tanpa gejala demensia atau

delirium serta terdapat gejala waham dan halusinasi yang berbeda dari gangguan

afektif.

Gangguan skizofrenia pada lanjut usia (lansia) ditandai oleh gangguan

pada alam pikiran sehingga pasien memiliki pikiran yang kacau. Hal tersebut juga

menyebabkan gangguan emosi sehingga emosi menjadi labil misalnya cemas,

bingung, mudah marah, mudah salah faham dan sebagainya. Terjadi juga

gangguan perilaku, yang disertai halusinasi, waham dan gangguan kemampuan

dalam menilai realita, sehingga penderita menjadi tak tahu waktu, tempat maupun

orang.

2
schizofrenia paranoid

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Schizophrenia Paranoid

Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang kronik, pada orang yang

mengalaminya tidak dapat menilai realitas dengan baik dan pemahaman diri buruk

(Kaplan dan Sadock, 1997). Schizoprenia adalah kekacauan jiwa yang serius

ditandai dengan kehilangan kontak pada kenyataan (psikosis), halusinasi,

3
schizofrenia paranoid

khayalan (kepercayaan yang salah), pikiran yang abnormal dan mengganggu kerja

dan fungsi sosial.

Gejalanya dibagi menjadi 2 kelompok yaitu primer yang meliputi

perubahan proses pikir, gangguan emosi, kemauan, dan otisme. Sedangkan gejala

sekunder meliputi waham, halusinasi, gejala katatonik. Gejala sekunder

merupakan manifestasi untuk menyesuaikan diri terhadap gangguan primer.

Skizofrenia dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu simplex, hebefrenik, katatonik,

paranoid, tak terinci, residual (Maslim, 2000).

Dari beberapa jenis skizofrenia diatas, terdapat skizofrenia paranoid. Jenis

ini ditandai oleh keasyikan (preokupasi) pada satu atau lebih waham atau

halusinasi, dan tidak ada perilaku pada tipe terdisorganisasi atau katatonik. Secara

klasik skizofrenia tipe paranoid ditandai terutama oleh adanya waham kebesaran

atau waham kejar, jalannya penyakit agak konstan (Kaplan dan Sadock, 1998).

Pikiran melayang (Flight of ideas) lebih sering terdapat pada mania, pada

skizofrenia lebih sering inkoherensi (Maramis, 1998). Kriteria waktunya

berdasarkan pada teori Townsend (1998), yang mengatakan kondisi klien jiwa

sulit diramalkan, karena setiap saat dapat berubah.

B. Proses Terjadinya Schizophrenia Paranoid

4
schizofrenia paranoid

Menurut Isaac (2005) schizophrenia merupakan sekelompok reaksi

psikotik yang mempengaruhi berbagai area fungsi individu termasuk berfikir dan

berkomunikasi, menerima, menginterpretasikan realitas, merasakan dan

menunjukkan emosi serta perilaku dengan sikap yang dapat diterima secara sosial.

Schizophrenia adalah suatu penyakit otak persisten dan serius yang melibatkan

perilaku psikotik, pemikiran kongkret, kesulitan dalam memperoleh informasi dan

hubungan interpersonal serta kesulitan dalam memecahkan masalah(Stuart,2007).

Meskipun penyebab spesifik schizophrenia tidak diketahui, kekacauan ini

jelas mempunyai dasar biologi. Namun dari sisi psikologispun mempengaruhi

terjadinya penyakit ini pada diri seseorang. Berikut ini faktor-faktor penyebab

seseorang mengidap schizophrenia:

1. Pengaruh Genetik

Perkiraan heritability dari schizophrenia cenderung bervariasi karena kesulitan

memisahkan pengaruh genetika dan lingkungan hidup. Walaupun telah diusulkan

studi kembar heritability tingkat tinggi. Kemungkinan bahwa schizophrenia

merupakan kondisi kompleks warisan, dengan beberapa gen mungkin berinteraksi

untuk menghasilkan resiko schizophrenia terpisah atau komponen yang dapat

terjadi mengarah diagnosa. Gen ini akan muncul untuk nonspesifik dimana

mereka dapat menimbulkan resiko gila lainnya. Seperti kekacauan gangguan

bipolar. Duplikasi dari urutan DNA dalam gen (dikenal sebagai menyalin nomor

varian) memungkinkan terjadi peningkatan resiko schizophrenia.

5
schizofrenia paranoid

Sekelompok peneliti internasional mengidentifikasi tiga variasi baik dari

DNA yang diperkirakan meningkatkan penyakit schizophrenia, serta beberapa gen

lain yang mempunyai kaitan kuat dengan penyakit ini. David St. Clair seorang

psikiater di University of Aberdeen di Scotlandia mengatakan, penemuan ini

seperti awal dari jaman baru. Begitu peneliti memahami mekanisme kerja dari

proses mutasi, maka obat dan pendekatan baru dapat dikembangkan.

Dalam penelitian, peneliti menganalisa gen dari 6.000 10.000 orang dari

seluruh dunia yang separuhnya menderita schizophrenia. Mereka menemukan satu

mutasi pada kromosom 1, dua pada kromosom 15 dan menetapkan suatu jenis gen

yang terkait dengan kondisi schizophrenia pada kromosom 22. Perubahan ini

dapat meningkatkan resiko berkembangnya schizophrenia hingga 15 kali lipat.

Varian-varian gen yang ditemukan amat berperan dibandingkan mutasi

luar biasa lainnya. Mutasi ini terjadi pada sekitar 1 dari 10.000 orang dibanding 1

dari 10 juta. Peneliti tengah mencari apakah faktor lingkunganikut berperan dalam

mutasi ini. Langkah selanjutnya yang akan dilakukan peneliti adalah menentukan

bagaimana penghapusan gen ini mempengaruhi fungsi otak.

2. Usia

6
schizofrenia paranoid

Schizophrenia umumnya terjadi pada akhir masa remaja dan awal masa

dewasa. Menurut data yang ditunjukkan pusat data schizophrenia AS, tiga

perempat pe3nderita schizophrenia berusia 16 25 tahun. Pada kelompok usia 16

25 tahun, schizophrenia mempengaruhi lebih banyak laki-laki dibanding

perempuan, sedangkan pada kelompok usia 26 32 tahun penyakit ini lebih

banyak menyerang perempuan. Semakin muda saat ditemukan semakin buruk.

3. Sosial

Tinggal di perkotaan secara konsisten telah menjadikan faktor resiko

mengidap schizophrenia. Keadaan sosial merugikan menjadi faktor resiko,

termasuk kemiskinan dan migrasi terkait dengan kesulitan bersosialisasi,

diskriminasi ras, pengaruh keluarga atau kondisi rumah miskin. Pengalaman yang

menjadi trauma juga salah satu faktor resiko diagnosa schizophrenia dalam

kehidupan.

4. Obat

Sekitar setengah dari semua pasien schizophrenia akibat penggunaan narkoba

atau alkohol, yang jelas hubungan antara penggunaan narkoba dan schizophrenia

sulit untuk dibuktikan. Dengan adanya bukti kuat berdasarkan beberapa studi

menunjukkan bahwa cannabis sativa berperan dalam perkembangan

schizophrenia. Namun, tak ada bukti cukup untuk alkohol atau narkoba lain. Di

7
schizofrenia paranoid

sisi lain, penderita schizophrenia diketahui menggunakan obat untuk mengatasi

depresi, gelisah dan kesendirian akibat dari kekacauan mereka.

5. Psikologis

Sejumlah mekanisme psikologis telah mempengaruhi orang menderita

schizophrenia. Ketika dibawah tekanan atau situasi membingungkan, termasuk

perhatian yang berlebihan dapat memunculkan penyakit ini. Banyak individu

penderita schizophrenia emosinya sangat responsif, itu dapat menyebabkan

kerentanan terhadap gejala kekacauan.

C. Faktor Predisposisi

1) Biologi Skizofrenia paranoid disebabkan kelainan susunan saraf pusat,

yaitu pada diensefalon/oleh perubahan-perubahan post mortem/

merupakan artefak pada waktu membuat sediaan. Gangguan endokrin juga

berpengaruh, pada teori ini dihubungkan dengan timbulnya skizofrenia

pada waktu pubertas, waktu kehamilan atau puerperium dan waktu

klimaterium. Begitu juga dengan gangguan metabolisme, hal ini

dikarenakan pada orang yang mengalami skizofrenia tampak pucat dan

tidak sehat, ujung ekstremitas sianosis, nafsu makan berkurang dan berat

badan menurun. Teori ini didukung oleh Adolf Meyer yang menyatakan

bahwa suatu konstitusi yang inferior/ penyakit badaniah dapat

8
schizofrenia paranoid

mempengaruhi timbulnya skizofrenia paranoid (Maramis, 1998). Menurut

Schebel (1991) dalam Townsend (1998) juga mengatakan bahwa

skizofrenia merupakan kecacatan sejak lahir, terjadi kekacauan dari sel-sel

piramidal dalam otak, dimana sel-sel otak tersusun rapi pada orang

normal.

Gangguan neurologis yang mempengaruhi sistem limbik dan ganglia

basalis sering berhubungan dengan kejadian waham. Waham oleh karena

gangguan neurologis yang tidak disertai dengan gangguan kecerdasan,

cenderung memiliki waham yang kompleks. Sedangkan waham yang

disertai dengan gangguan kecerdasan sering kali berupa waham sederhana

(kaplan dan Sadock, 1997).

2) Psikologis Menurut Carpenito (1998), klien dengan waham

memproyeksikan perasaan dasarnya dengan mencurigai. Pada klien

dengan waham kebesaran terdapat perasaan yang tidak adekuat serta tidak

berharga. Pertama kali mengingkari perasaannya sendiri, kemudian

memproyeksikan perasaannya kepada lingkungan dan akhirnya harus

menjelaskan kepada orang lain. Apa yang seseorang pikirkan tentang suatu

kejadian mempengaruhi perasaan dan perilakunya. Beberapa perubahan

dalam berpikir, perasaan atau perilaku akan mengakibatkan perubahan

yang lain. Dampak dari perubahan itu salah satunya adalah

9
schizofrenia paranoid

halusinasi,dapat muncul dalam pikiran seseorang karena secara nyata

mendengar, melihat, merasa, atau mengecap fenomena itu, sesuai dengan

waktu, kepercayaan yang irrasional menghasilkan ketidakpuasan yang

ironis, menjadi karakter yang Wajib dan Harus.

3) Genetik Faktor keturunan juga menentukan timbulnya skizofrenia. Hal ini

dibuktikan dengan penelitian pada keluarga-keluarga yang menderita

skizofrenia dan terutama anak kembar satu telur. Angka kesakitan bagi

saudara tiri sebesar 0,9 1,8%, saudara kandung 7 15%, anak dengan

salah satu orang tua yang mengalami skizofrenia 7 16%, bila kedua

orang tua mengalami skizofrenia 40 68%, kembar dua telur

(heterozygot) 2-15%, kembar satu telur (monozygot) 61-86% (Maramis,

1998).

D. Faktor Presipitasi

Faktor ini dapat bersumber dari internal maupun eksternal.

- Stresor sosiokultural Stres yang menumpuk dapat menunjang terhadap

awitan skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya (Stuart, 1998).

10
schizofrenia paranoid

- Stresor psikologis Intensitas kecemasan yang tinggi, perasaan bersalah dan

berdosa, penghukuman diri, rasa tidak mampu, fantasi yang tak terkendali,

serta dambaan-dambaan atau harapan yang tidak kunjung sampai,

merupakan sumber dari waham. Waham dapat berkembang jika terjadi

nafsu kemurkaan yang hebat, hinaan dan sakit hati yang mendalam

(Kartono, 1981).

Tanda dan gejala perilaku pada lansia dengan Skizofrenia

Paranoid

1. Gangguan isi pikiran, delusi: kepercayaan yang salah macamnya:

Delusi referensi: kepercayaan bahwa tingkah laku orang lain atau obyek

tertentu atau kejadian tertentu diacukan kepada dirinya.

Delusi persekusi : kepercayaan bahwa ada orang atau orang-orang akan

mencelakan dirinya, keluarganya atau kelompoknya.

Delusi grandeur : merasa dirinya penting.

Delusi kemiskinan : merasa tidak mempunyai hal yang berharga.

11
schizofrenia paranoid

Delusi menyalahkan diri.

Delusi control : merasa dirinya dikontrol oleh orang lain.

Delusi nihilisme : merasa dirinya, orang lain mupun dunia tidak ada.

Delusi ketidak setiaan : kepercayaan yang salah bahwa orang yang dicintai

tidak setia.

Delusi lain bahwa pikiran dapat disiarkan, diubah atau ditarik dari pikiran

oleh orang atau kekuatan luar.

Delusi somatic : kepercayaan yang keliru mengenai kerja badan, percaya

otaknya dimakan semut.

2. Gangguan gaya berfikir, berbahasa dan komunikasi :

Proses kognitif tidak teratur dan tidak fungsional, sehingga tidak ada

hubungan dan tidak logis.

Pengekspresian ide, piker dan bahasa begitu terganggu hingga tidak dapat

dimengerti.

3. Gangguan kognitif :

12
schizofrenia paranoid

Inkoherensi : bicara ngawur

Tidak ada asosiasi

Neologisme : membuat kata-kata baru atau pengrusakan kata-kata yang ada.

Bloking : tidak dapat melanjutkan pembicaraan (beberapa detik beberapa

menit)

Isi pembicaran yang sangat kurang.

Apa yang dikatakan atau yang ditulis tidak berarti.

Kadang mereka seperti bisu sampai berhari-hari.

4. Gangguan persepsi : halusinasi.

Halusinasi : persepsi palsu yang mencakup kelima pancaindera.

Bagi orangnya nampak nyata, terjadi secara spontan.

5. Gangguan afek. (afek : keadaan emosi)

Keadaan emosi yang berlawanan dengan rangsangnya.

13
schizofrenia paranoid

6. Gangguan psikomotor

Tingkah laku aneh

Menunjukkan gangguan katatonik berupa :

- Stupor katatonik : keadaan tidak respponsif terhadap rangsang luar.

- Kekakuan katatonik : sikap badan yang kaku dan menolak usaha

untuk dipindahkan.

- Excitement yang katatonik : gerakan badan yang tidak ada tujuannya

dan diulang-ulang.

7. Gangguan hubungan Interpersonal

Karena tingkah lakunya, orang tidak berinteraksi denagn penderita ia

tidak mampu berinteraksi dengan cara yang umum hidup dalam dunia

fantasi dan delusi.

8. Gangguan perasaan diri:

14
schizofrenia paranoid

Bingung mengenai siapa dirinya, percaya bahwa dirinya dikontrol

orang atau kekuatan luar.

9. Gangguan motivasi

Tidak ada motivasi karena kurang dorongan atau perhatian atau karena

kebingungan adanya pilihan-pilihan yang mungkin.

Jika gangguan mitivasi dibarengi pikiran lacau dan obsesif maka orang

ini tidak akan dapat digerakkan.

Gejala-gejala yang dialami dapat dikategorikan dalam psikotik. Psikotik

dapat muncul dalam beberapa bentuk, yaitu:

1. Skizofrenia adalah penyakit jiwa yang ditandai kemunduran atau

kemurungan kepribadian. Berdasarkan fase Sadid telah berada

pada fase aktif. Karena individu mengalami simtom psikotik,

halusinasi, delusi, bicara dan tingkah laku tidak teratur serta tanda-

tanda penarikan diri.

15
schizofrenia paranoid

2. Paranoid adalah gila kebesaran atau merasa lebih dari segalanya.

Individu yang mempunyai kepribadian paranoid kemungkinan

terdapat waham, namun gejala itu hanya sekilas.

3. Maniac depressive psychosis adalah kondisi inidividu di mana

perasaan gembira yang mendadak bisa berubah sebaliknya.

Upaya yang perlu dilakukan adalah segera membawa Sadid ke fasilitas

psikiatri untuk menentukan diagnosis kemungkinan dan pengobatan yang

adekuat. Perawatan yang intensif (rawat inap), tampaknya diperlukan bagi Sadid.

Berbagai pemeriksaan akan dilakukan sesuai indikasi, misalnya pemeriksaan

Electro Enceplalografi dan CT Scan, atau bahkan bila diperlukann MRI (Magnetic

Resonance Imaging). Dokter yang memeriksa akan menentukan apakah gejala-

gejala psikotik yang ditampilkan merupakan bagian dari epilepsinya atau

merupakan gangguan yang terpisah.

Indikator premorbid (pra-sakit) pre-skizofrenia antara lain

ketidakmampuan seseorang mengekspresikan emosi: wajah dingin, jarang

tersenyum, acuh tak acuh. Penyimpangan komunikasi: pasien sulit melakukan

pembicaraan terarah, kadang menyimpang (tanjential) atau berputar-putar

(sirkumstantial). Gangguan atensi: penderita tidak mampu memfokuskan,

16
schizofrenia paranoid

mempertahankan, atau memindahkan atensi. Gangguan perilaku: menjadi pemalu,

tertutup, menarik diri secara sosial, tidak bisa menikmati rasa senang, menantang

tanpa alasan jelas, mengganggu dan tak disiplin.

Gejala-gejala skizofrenia pada umumnya bisa dibagi menjadi dua kelas:

1. Gejala-gejala Positif

Termasuk halusinasi, delusi, gangguan pemikiran (kognitif). Gejala-

gejala ini disebut positif karena merupakan manifestasi jelas yang dapat

diamati oleh orang lain.

2. Gejala-gejala Negatif

Gejala-gejala yang dimaksud disebut negatif karena merupakan

kehilangan dari ciri khas atau fungsi normal seseorang. Termasuk kurang

atau tidak mampu menampakkan/mengekspresikan emosi pada wajah

dan perilaku, kurangnya dorongan untuk beraktivitas, tidak dapat

menikmati kegiatan-kegiatan yang disenangi dan kurangnya kemampuan

bicara (alogia)

17
schizofrenia paranoid

E. Fase-Fase Schizophrenia, adalah:

1. Fase prodromal : periode sebelum periode aktif :

Individu menunjukkan gangguan- gangguan berfungsi social dan

interpersonal yang progresif.

Perubahan yang terjadi dapat berisi : penarikan sosial, ketidak

mampuan bekerja secara produktif, eksentrik, pakaian yang tidak rapi,

emosi myang tidak sesuai, perkembangan pikiran dan bicara yang

aneh, kepercayaan yang tidak biasa, pengalaman persepsi yang aneh,

hilangnya inisiatif dan energi.

2. Fase aktif : paling sedikit satu bulan.

Individu mengalami simtom psikotik : hakusinasi dan delusi, bicara

yang tidak teratur, demikian pula tingkah lakunya, tanda-tanda

penarikan diri.

3. Fase residual : simtom seperti pada fase sebelumnya ada, tetapi tidak parah

dan tidak mengganggu.

Diagnosis Skizofrenia Paranoid

Aksis I : skizofrenia paranoid (F20.0)

18
schizofrenia paranoid

Aksis II : Tipe kepribadian introvert.

Aksis III : Disfungsi seksual (N48)

Aksis IV : Adanya masalah keluarga

Aksis V : GAF Scale 40-31 (beberapa disabilitas dalam hubungan

dengan realita dan komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi).

F. Hubungan Dengan Gangguan Perkembangan Pervasif

Sedangkan menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis

Gangguan Jiwa (PPDGJ) di Indonesia yang ke-III sebagai berikut:

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua

gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang jelas):

a) thought eco = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema

dalam kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan walaupun isinya

sama tapi kualitasnya berbeda.

thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar

masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar

oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan

19
schizofrenia paranoid

thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang

lain atau umum mengetahuinya;

b) delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh

suatu kekuatan tertentu dari luar, atau

delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu

kekuatan tertentu dari luar

delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan

pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya secara jelas

merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau pikiran, tindakan atau

penginderaan khusus);

delusion perception = pengalaman inderawi yang tak wajar, yang

bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat.

c) Halusinasi auditorik:

Suara halusinasi yang berkomentar secara terus-menerus terhadap perilkau

pasien, atau Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri

20
schizofrenia paranoid

(diantara berbagai suara yang berbicara) atau Jenis suara halusinasi lain

yang berasal dari salah satu bagian tubuh pasien

d) Waham-waham menetap lainnya yang menurut budaya setempat

dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal

keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di

atas manusia biasa Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus

selalu ada secara jelas

e) Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja apabila disertai baik

oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa

kandungan afektif yang jelas ataupun disertai oleh ide-ide yang berlebihan

yang menetap atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu

atau berbulan-bulan terus menerus.

f) Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan yang berakibat

inkoherensi atau pembicaraannya tidak relevan atau neologisme.

21
schizofrenia paranoid

g) Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah, posisi tubuh tertentu

(porturing), fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme dan stupor;

h) Gejala-gejala negatif seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang dan

respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya

mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosialdan menurunnya

kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan

oleh depresi atau medikasi neuroleptika.

Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun

waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik

prodormal).

Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan

dari beberapa aspek perilaku pribadi, bermanifestasi sebagai hilangnya minat,

hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri, dan

penarikan diri secara sosial.

22
schizofrenia paranoid

Pengkajian merupakan awal dan dasar utama dari proses keperawatan

tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau

masalah klien.

Data yang dikupulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial dan

spiritual. Pengelompokan data pada pengakajian kesehatan jiwa dapat pula berupa

faktor predisposisi, faktor presipitasi, penilian terhadap stressoe, sumber keping

dan kemampuan kuping yang dimiliki klien (stant dan sunden, 1995). Cara

pengkajian lain berfokus pada 5 (lima) dimensi : fisik, emosional, intelektual,

sosial dan spiritual. Isi pengkajian meliputi :

1. Identitas klien

2. Keluhan utama/alasan masuk

3. Faktor predisposisi

4. Dimensi fisik / biologis

5. Dimensi psikososial

6. Status mental

7. Kebutuhan persiapan pulang

8. Mekanisme koping

9. Masalah psikososial dan lingkungan

10. Aspek medic

23
schizofrenia paranoid

Pada saat pengkajian focus pada penderita skizofrenia sering didapatkan

adanya data data sebagai berikut (Carpenito, L.J, 1998; 328 329)

a.Perubahan persepsi sensori ; halusinasi

1) Data subyektif: tidak mampu mengenal waktu, orang, tempat, tidak

mampu memecahkan masalah, mengungkapkan adanya halusinasi

(misalnya mendengar suara suara atau bayangan bayangan), mengeluh

cemas dan khawatir.

2) Data obyektif ; mudah tersinggung, apatis, dan cenderung menarik diri,

tampak gelisah, perubahan perilaku dan pola komunikasi, kadang berhenti

berbicara seolah olah mendengar sesuatu, menggerakkkan bibirnya tanpa

mengeluarkan suara, menyeringai dan tertawa yang tidak sesuai, gerakan

mata yang cepat, pikiran yang berubah ubah dan konsentrasi rendah,

kadang tampak ketakutan, respon respon yang tidak sesuai (tidak mampu

berespon terhadap petunjuk yang kompleks).

b. Perilaku kekerasan/ resiko perilaku kekerasan

1) Data subyektif: klien mengeluh perasaan terancam, marah, dendam,

klien mengungkapkan perasaan tidak berguna, klien mengungkapkan

perasaan jengkel, klien mengungkapkan keluhan adanya fisik seprti dada

24
schizofrenia paranoid

berdebar debar, rasa tercekik, dada terasa sesak, bingung, klien

mengatakan mendengar suara suara yang menyuruh melukai diri sendiri.

Orang lain dan lingkungan, klien mengatakan semua orang ingin

menyerangnya.

2) Data obyektif ; muka merah, mata melotot, rahang dan bibir mengatup

tangan dan kaki tegang, tangan mengepal, tampak mondar mandir,

tampak berbicara sendiri dan ketakutan, tampak bicara dengan suara

tinggi, tekanan darah meningkat, frekuensi denyut jantung meningkat,

banyak keluar keringat, napas pendek.

c. Gangguan konsep diri ; harga diri rendah

1) Data subyektif; mengkritik diri sendiri dan orang lain, perasaan dirinya

sangat penting yang berlebih lebihan, perasaan tidak mampu, rasa

bersalah. Sikap negative pada diri sendiri, sikap pesimis pada kehidupan.

2) Data obyektif; produktivitas menurun, perilaku destruktif pada diri

sendiri, perilaku destruktif pada orang lain, penyalahgunaan zat, menarik

diri dari hubungan sosial, ekspresi wajah malu dan rasa bersalah,

menunjukkkan tanda depresi (sukar makan dan sukar tidur), tampak

mudah tersinggung, mudah marah.

25
schizofrenia paranoid

d. Isolasi sosial : menarik diri

1) Data subyektif; mengungkapkan perasaan tidak berguna, penolakan oleh

lingkungan, mengungkapkan keraguan tentang kemampuan yang dimiliki.

2) Data obyektif; tampak menyendiri dalam ruangan, tidak berkomunikasi

dan tidak bisa memulai pembicaraan, menarik diri, tidak melakukan

kontak mata, tampak sedih, afek datar, posisi meringkuk di tempat tidur

dengan punggung menghadap ke pintu. Kegagalan berinteraksi dengan

orang lain didekatnya, kurang aktifitas fisik dan verbal, tidak mampu

membuat keputusan dan berkonsentrasi, mengekspresikan perasaan

kesepian dan penolakan di wajahnya.

e. Waham

1) Data subyektif : merasa curiga, merasa cemburu, merasa diancam/

diguna guna, merasa sebagai orang hebat, merasa memiliki kekuatan luar

biasa, merasa sakit/ rusak organ tubuh, merasa sudah mati, merasa

26
schizofrenia paranoid

perilakunya dikontrol orang lain, merasa pikiran orang lain masuk ke

dalam alam pikirnya, merasa orang lain mengetahui isi pikirannya, merasa

orang lain menjauh, merasa tidak ada orang yang mau mengerti.

2) Data obyekstif : marah marah tanpa sebab, banyak berbicara

(logorrhoe), menyendiri, sirkumtansial, inkoheren, flight of idea,

hipermotorik, euphoria (gembira berlebihan), disforia (sedih berlebihan),

marah marah karena alasan sepele, menyendiri.

f. Defisit perawatan diri

1) Data subyektif; menyatakan malas mandi, tidak tahu cara makan yang

baik, tidak tahu cara dandan yang baik, tidak tahueliminasi yang baik,

tidak tahu cara berpakaian yang baik, merasa tak berguna, merasa tak perlu

mengubah penampilan, merasa tidak ada yang peduli.

2) Data obyeksif ; badan kotor, dandanan tidak rapi, makan berantakan,

BAB/ BAK sembarang tempat, rambut dan kuku panjang, badan bau, gigi

kotor, pakaian kotor, dan tidak terkancing dengan benar, menolak ketika

disarankan untuk makan, mandi dan berpakaian. Menolak buang air kecil

dan buang air besar di tempat yang disediakan.

27
schizofrenia paranoid

g. Tatalaksana

Tatalaksana pengobatan skizofrenia paranoid mengacu pada

penatalaksanaan skizofrenia secara umum menurut Townsend (1998),

Kaplan dan Sadock (1998) antara lain :

1) Anti Psikotik

Jenis- jenis obat antipsikotik antara lain :

a) Chlorpromazine

Untuk mengatasi psikosa, premidikasi dalam anestesi, dan

mengurangi gejala emesis. Untuk gangguan jiwa, dosis awal : 325

mg, kemudian dapat ditingkatkan supaya optimal, dengan dosis

tertinggi : 1000 mg/hari secara oral.

b) Trifluoperazine

Untuk terapi gangguan jiwa organik, dan gangguan psikotik

menarik diri. Dosis awal : 31 mg, dan bertahap dinaikkan sampai

50mg/hari.

c) Haloperidol

28
schizofrenia paranoid

Untuk keadaan ansietas, ketegangan, psikosomatik, psikosis,dan

mania. Dosis awal : 30,5 mg sampai 3 mg.

Obat antipsikotik merupakan obat terpilih yang mengatasi gangguan

waham. Pada kondisi gawat darurat, klien yang teragitasi parah, harus diberikan

obat antipsikotik secara intramuskular. Sedangkan jika klien gagal berespon

dengan obat pada dosis yang cukup dalam waktu 6 minggu, anti psikotik dari

kelas lain harus diberikan. Penyebab kegagalan pengobatan yang paling sering

adalah ketidakpatuhan klien minum obat. Kondisi ini harus diperhitungkan oleh

dokter dan perawat. Sedangkan terapi yang berhasil dapat ditandai adanya suatu

penyesuaian sosial, dan bukan hilangnya waham pada klien.

2) Anti Parkinson

Triheksipenydil (Artane)

Untuk semua bentuk parkinsonisme, dan untuk menghilangkan

reaksi ekstrapiramidal akibat obat. Dosis yang digunakan : 1-15

mg/hari

Difehidamin

Dosis yang diberikan : 10- 400 mg/hari

29
schizofrenia paranoid

3) Anti Depresan

Amitriptylin

Untuk gejala depresi, depresi oleh karena ansietas, dan keluhan

somatik. Dosis : 75-300 mg/hari.

Imipramin

Untuk depresi dengan hambatan psikomotorik, dan depresi

neurotik. Dosis awal : 25 mg/hari, dosis pemeliharaan : 50-75

mg/hari.

4) Anti Ansietas

Anti ansietas digunakan untuk mengotrol ansietas, kelainan

somatroform, kelainan disosiatif, kelainan kejang, dan untuk

meringankan sementara gejala-gejala insomnia dan ansietas. Obat-

obat yang termasuk anti ansietas antara lain:

Fenobarbital : 16-320 mg/hari

Meprobamat : 200-2400 mg/hari

Klordiazepoksida : 15-100 mg/hari

30
schizofrenia paranoid

G. Terapi Modalitas Keperawatan Jiwa

1. Terapi Individual

Terapi individual adalah penanganan klien gangguan jiwa dengan

pendekatan hubungan individual antara seorang terapis dengan seorang klien.

Suatu hubungan yang terstruktur yang terjalin antara perawat dan klien untuk

mengubah perilaku klien. Hubungan yang dijalin adalah hubungan yang disengaja

dengan tujuan terapi, dilakukan dengan tahapan sistematis (terstruktur) sehingga

melalui hubungan ini terjadi perubahan tingkah laku klien sesuai dengan tujuan

yang ditetapkan di awal hubungan.

Hubungan terstruktur dalam terapi individual bertujuan agar klien mampu

menyelesaikan konflik yang dialaminya. Selain itu klien juga diharapkan mampu

meredakan penderitaan (distress) emosional, serta mengembangkan cara yang

sesuai dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.

Tahapan hubungan dalam terapi individual meliputi:

- Tahapan orientasi

- Tahapan kerja

- Tahapan terminasi

31
schizofrenia paranoid

Tahapan orientasi dilaksanakan ketika perawat memulai interaksi dengan

klien. Yang pertama harus dilakukan dalam tahapan ini adalah membina hubungan

saling percaya dengan klien. Hubungan saling percaya sangat penting untuk

mengawali hubungan agar klien bersedia mengekspresikan segala masalah yang

dihadapi dan mau bekerja sama untuk mengatasi masalah tersebut sepanjang

berhubungan dengan perawat. Setelah klien mempercayai perawat, tahapan

selanjutnya adalah klien bersama perawat mendiskusikan apa yang menjadi latar

belakang munculnya masalah pada klien, apa konflik yang terjadi, juga

penderitaan yang klien hadapi. Tahapan orientasi diakhiri dengan kesepakatan

antara perawat dan klien untuk menentukan tujuan yang hendak dicapai dalam

hubungan perawat-klien dan bagaimana kegiatan yang akan dilaksanakan untuk

mencapai tujuan tersebut.

Perawat melakukan intervensi keperawatan setelah klien mempercayai perawat

sebagai terapis. Ini dilakukan di fase kerja, di mana klien melakukan eksplorasi

diri. Klien mengungkapkan apa yang dialaminya. Untuk itu perawat tidak hanya

memperhatikan konteks cerita klien akan tetapi harus memperhatikan juga

bagaimana perasaan klien saat menceritakan masalahnya. Dalam fase ini klien

dibantu untuk dapat mengembangkan pemahaman tentang siapa dirinya, apa yang

terjadi dengan dirinya, serta didorong untuk berani mengambil risiko berubah

perilaku dari perilaku maladaptive menjadi perilaku adaptif.

Setelah kedua fihak (klien dan perawat) menyepakati bahwa masalah yang

mengawali terjalinnya hubungan terapeutik telah mereda dan lebih terkendali

32
schizofrenia paranoid

maka perawat dapat melakukan terminasi dengan klien. Pertimbangan lain untuk

melakukan terminasi adalah apabila klien telah merasa lebih baik, terjadi

peningkatan fungsi diri, social dan pekerjaan, serta yang lebih penting adalah

tujuan terapi telah tercapai.

2. Terapi Lingkungan

Terapi lingkungan adalah bentuk terapi yaitu menata lingkungan agar

terjadi perubahan perilaku pada klien dari perilaku maladaptive menjadi perilaku

adaptif. Perawat menggunakan semua lingkungan rumah sakit dalam arti

terapeutik. Bentuknya adalah memberi kesempatan klien untuk tumbuh dan

berubah perilaku dengan memfokuskan pada nilai terapeutik dalam aktivitas dan

interaksi.

Dalam terapi lingkungan perawat harus memberikan kesempatan,

dukungan, pengertian agar klien dapat berkembang menjadi pribadi yang

bertanggung jawab. Klien juga dipaparkan pada peraturan-peraturan yang harus

ditaati, harapan lingkungan, tekanan peer, dan belajar bagaimana berinteraksi

dengan orang lain. Perawat juga mendorong komunikasi dan pembuatan

keputusan, meningkatkan harga diri, belajar keterampilan dan perilaku yang baru.

Bahwa lingkungan rumah sakit adalah lingkungan sementara di mana klien akan

kembali ke rumah, maka tujuan dari terapi lingkungan ini adalah memampukan

33
schizofrenia paranoid

klien dapat hidup di luar lembaga yang diciptakan melalui belajar kompetensi

yang diperlukan untuk beralih dari lingkungan rumah sakit ke lingkungan rumah

tinggalnya.

3. Terapi Biologis

Penerapan terapi biologis atau terapi somatic didasarkan pada model

medical di mana gangguan jiwa dipandang sebagai penyakit. Ini berbeda dengan

model konsep yang lain yang memandang bahwa gangguan jiwa murni adalah

gangguan pada jiwa semata, tidak mempertimbangkan adanya kelaianan

patofisiologis. Tekanan model medical adalah pengkajian spesifik dan

pengelompokkasn gejala dalam sindroma spesifik. Perilaku abnormal dipercaya

akibat adanya perubahan biokimiawi tertentu.

Ada beberapa jenis terapi somatic gangguan jiwa meliputi: pemberian obat

(medikasi psikofarmaka), intervensi nutrisi,electro convulsive therapy (ECT), foto

terapi, dan bedah otak. Beberapa terapi yang sampai sekarang tetap diterapkan

dalam pelayanan kesehatan jiwa meliputi medikasi psikoaktif dan ECT.

4. Terapi Kognitif

34
schizofrenia paranoid

Terapi kognitif adalah strategi memodifikasi keyakinan dan sikap yang

mempengaruhi perasaan dan perilaku klien. Proses yang diterapkan adalah

membantu mempertimbangkan stressor dan kemudian dilanjutkan dengan

mengidentifikasi pola berfikir dan keyakinan yang tidak akurat tentang stressor

tersebut. Gangguan perilaku terjadi akibat klien mengalami pola keyakinan dan

berfikir yang tidak akurat. Untuk itu salah satu memodifikasi perilaku adalah

dengan mengubah pola berfikir dan keyakinan tersebut. Fokus auhan adalah

membantu klien untuk reevaluasi ide, nilai yang diyakini, harapan-harapan, dan

kemudian dilanjutkan dengan menyusun perubahan kognitif.

Ada tiga tujuan terapi kognitif meliputi:

Mengembangkan pola berfikir yang rasional. Mengubah pola berfikir tak

rasional yang sering mengakibatkan gangguan perilaku menjadi pola

berfikir rasional berdasarkan fakta dan informasi yang actual.

Membiasakan diri selalu menggunakan pengetesan realita dalam

menanggapi setiap stimulus sehingga terhindar dari distorsi pikiran.

Membentuk perilaku dengan pesan internal. Perilaku dimodifikasi dengan

terlebih dahulu mengubah pola berfikir.

Bentuk intervensi dalam terapi kognitif meliputi mengajarkan untuk mensubstitusi

pikiran klien, belajar penyelesaian masalah dan memodifikasi percakapan diri

negatif.

35
schizofrenia paranoid

5. Terapi Keluarga

Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota

keluarga sebagai unit penanganan (treatment unit). Tujuan terapi keluarga adalah

agar keluarga mampu melaksanakan fungsinya. Untuk itu sasaran utama terapi

jenis ini adalah keluarga yang mengalami disfungsi; tidak bisa melaksanakan

fungsi-fungsi yang dituntut oleh anggotanya.

Dalam terapi keluarga semua masalah keluarga yang dirasakan diidentifikasi dan

kontribusi dari masing-masing anggota keluarga terhadap munculnya masalah

tersebut digali. Dengan demikian terleih dahulu masing-masing anggota keluarga

mawas diri; apa masalah yang terjadi di keluarga, apa kontribusi masing-masing

terhadap timbulnya masalah, untuk kemudian mencari solusi untuk

mempertahankan keutuhan keluarga dan meningkatkan atau mengembalikan

fungsi keluarga seperti yang seharusnya.

Proses terapi keluarga meliputi tiga tahapan yaitu fase 1 (perjanjian), fase

2 (kerja), fase 3 (terminasi). Di fase pertama perawat dan klien mengembangkan

hubungan saling percaya, isu-isu keluarga diidentifikasi, dan tujuan terapi

ditetapkan bersama. Kegiatan di fase kedua atau fase kerja adalah keluarga

36
schizofrenia paranoid

dengan dibantu oleh perawat sebagai terapis berusaha mengubah pola interaksi di

antara anggota keluarga, meningkatkan kompetensi masing-masing individual

anggota keluarga, eksplorasi batasan-batasan dalam keluarga, peraturan-peraturan

yang selama ini ada. Terapi keluarga diakhiri di fase terminasi di mana keluarga

akan melihat lagi proses yang selama ini dijalani untuk mencapai tujuan terapi,

dan cara-cara mengatasi isu yang timbul. Keluarga juga diharapkan dapat

mempertahankan perawatan yang berkesinambungan.

6. Terapi Kelompok

Terapi kelompok adalah bentuk terapi kepada klien yang dibentuk dalam

kelompok, suatu pendekatan perubahan perilaku melalui media kelompok. Dalam

terapi kelompok perawat berinteraksi dengan sekelompok klien secara teratur.

Tujuannya adalah meningkatkan kesadaran diri klien, meningkatkan hubungan

interpersonal, dan mengubah perilaku maladaptive. Tahapannya meliputi: tahap

permulaan, fase kerja, diakhiri tahap terminasi.

Terapi kelompok dimulai fase permulaan atau sering juga disebut sebagai

fase orientasi. Dalam fase ini klien diorientasikan kepada apa yang diperlukan

dalam interaksi, kegiatan yang akan dilaksanakan, dan untuk apa aktivitas tersebut

dilaksanakan. Peran terapis dalam fase ini adalah sebagai model peran dengan

37
schizofrenia paranoid

cara mengusulkan struktur kelompok, meredakan ansietas yang biasa terjadi di

awal pembentukan kelompok, dan memfasilitasi interaksi di antara anggota

kelompok. Fase permulaan dilanjutkan dengan fase kerja.

Di fase kerja terapis membantu klien untuk mengeksplorasi isu dengan berfokus

pada keadaan here and now. Dukungan diberikan agar masing-masing anggota

kelompok melakukan kegiatan yang disepakati di fase permulaan untuk mencapai

tujuan terapi. Fase kerja adalah inti dari terapi kelompok di mana klien bersama

kelompoknya melakukan kegiatan untuk mencapai target perubahan perilaku

dengan saling mendukung di antara satu sama lain anggota kelompok. Setelah

target tercapai sesuai tujuan yang telah ditetapkan maka diakhiri dengan fase

terminasi.

Fase terminasi dilaksanakan jika kelompok telah difasilitasi dan dilibatkan

dalam hubungan interpersonal antar anggota. Peran perawat adalah mendorong

anggota kelompok untuk saling memberi umpan balik, dukungan, serta

bertoleransi terhadap setiap perbedaan yang ada. Akhir dari terapi kelompok

adalah mendorong agar anggota kelompok berani dan mampu menyelesaikan

masalah yang mungkin terjadi di masa mendatang.

7. Terapi Perilaku

38
schizofrenia paranoid

Anggapan dasar dari terapi perilaku adalah kenyataan bahwa perilaku

timbul akibat proses pembelajaran. Perilaku sehat oleh karenanya dapat dipelajari

dan disubstitusi dari perilaku yang tidak sehat. Teknik dasar yang digunakan

dalam terapi jenis ini adalah:

- Role model

- Kondisioning operan

- Desensitisasi sistematis

- Pengendalian diri

- Terapi aversi atau releks kondisi

Teknik role model adalah strategi mengubah perilaku dengan memberi

contoh perilaku adaptif untuk ditiru klien. Dengan melihat contoh klien

mampelajari melalui praktek dan meniru perilaku tersebut. Teknik ini biasanya

dikombinasikan dengan teknik kondisioning operan dan desensitisasi.

Kondisioning operan disebut juga penguatan positif di mana terapis

memberi penghargaan kepada klien terhadap perilaku yang positif yang telah

ditampilkan oleh klien. Dengan penghargaan dan umpan balik positif yang didapat

maka perilaku tersebut akan dipertahankan atau ditingkatkan oleh klien. Misalnya

seorang klien begitu bangun tidur langsung ke kamar mandi untuk mandi, perawat

memberikan pujian terhadap perilaku tersebut. Besok pagi klien akan mengulang

39
schizofrenia paranoid

perilaku segera mandi setelah bangun tidur karena mendapat umpan balik berupa

pujian dari perawat. Pujian dalam hal ini adalah reward atau penghargaan bagi

perilaku positif klien berupa segera mandi setelah bangun.

Terapi perilaku yang cocok untuk klien fobia adalah teknik desensitisasi sistematis

yaitu teknik mengatasi kecemasan terhadap sesuatu stimulus atau kondisi dengan

secara bertahap memperkenalkan/memaparkan pada stimulus atau situasi yang

menimbulkan kecemasan tersebut secara bertahap dalam keadaan klien sedang

relaks. Makin lama intensitas pemaparan stimulus makin meningkat seiring

dengan toleransi klien terhadap stimulus tersebut. Hasil akhirnya adalah klien

akan berhasil mengatasi ketakutan atau kecemasannya akan stimulus tersebut.

Untuk mengatasi perilaku dorongan perilaku maladaptive klien dapat

dilatih dengan teknik pengendalian diri. Bentuk latihannya adalah berlatih

mengubah kata-kata negatif menjadi kata-kata positif. Apabila ini berhasil maka

klien sudah memiliki kemampuan untuk mengendalikan perilaku yang lain

sehingga menghasilkan terjadinya penurunan tingkat distress klien tersebut.

Mengubah perilaku dapat juga dilakukan dengan memberi penguatan

negatif. Caranya adalah dengan memberi pengalaman ketidaknyamanan untuk

merusak perilaku yang maladaptive. Bentuk ketidaknyamanan ini dapat berupa

menghilangkan stimulus positif sebagai punishment terhadap perilaku

maladaptive tersebut. Dengan ini klien akan belajar untuk tidak mengulangi

40
schizofrenia paranoid

perilaku demi menghindari konsekuensi negatif yang akan diterima akibat

perilaku negatif tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

1 Kaplan H.I, Sadok B.J. Sinopsis Psikiatri, Edisi ketujuh, Jilid I, Binarupa

Aksara, Jakarta, 1997

2 Kaplan H.I, Sadok B.J. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat, Cetakan I,

Widya Medika, Jakarta, 1998

41
schizofrenia paranoid

3 Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa (PPDGJ III),

Direktorat Kesehatan Jiwa Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

1993.

4 Maslim R, Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkasan dari

PPGDJ-III, Jakarta, 1996 : 65

5 Kaplan H.I, Sadok B.J. Comprensive Textbook Of Psychiatry, William &

Walkins. 5th Edition, USA, 1998 : 1285

42

Anda mungkin juga menyukai