BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
yang salah), pikiran yang abnormal dan mengganggu kerja dan fungsi sosial.
kejadian bisa lebih tinggi atau lebih rendah yang telah diketahui. Gangguan jiwa
skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang berat dan gawat yang dapat dialami
manusia sejak muda dan dapat berlanjut menjadi kronis dan lebih gawat ketika
muncul pada lanjut usia (lansia) karena menyangkut perubahan pada segi fisik,
timbulnya skizofrenia pada lanjut usia (lansia). Hal itu bersumber dari kenyataan
1
schizofrenia paranoid
yang terjadi pada lansia bahwa terdapat hubungan yang erat antara gangguan
untuk pasien-pasien yang memiliki gejala paranoid tanpa gejala demensia atau
delirium serta terdapat gejala waham dan halusinasi yang berbeda dari gangguan
afektif.
pada alam pikiran sehingga pasien memiliki pikiran yang kacau. Hal tersebut juga
bingung, mudah marah, mudah salah faham dan sebagainya. Terjadi juga
dalam menilai realita, sehingga penderita menjadi tak tahu waktu, tempat maupun
orang.
2
schizofrenia paranoid
BAB II
PEMBAHASAN
mengalaminya tidak dapat menilai realitas dengan baik dan pemahaman diri buruk
(Kaplan dan Sadock, 1997). Schizoprenia adalah kekacauan jiwa yang serius
3
schizofrenia paranoid
khayalan (kepercayaan yang salah), pikiran yang abnormal dan mengganggu kerja
perubahan proses pikir, gangguan emosi, kemauan, dan otisme. Sedangkan gejala
ini ditandai oleh keasyikan (preokupasi) pada satu atau lebih waham atau
halusinasi, dan tidak ada perilaku pada tipe terdisorganisasi atau katatonik. Secara
klasik skizofrenia tipe paranoid ditandai terutama oleh adanya waham kebesaran
atau waham kejar, jalannya penyakit agak konstan (Kaplan dan Sadock, 1998).
Pikiran melayang (Flight of ideas) lebih sering terdapat pada mania, pada
berdasarkan pada teori Townsend (1998), yang mengatakan kondisi klien jiwa
4
schizofrenia paranoid
psikotik yang mempengaruhi berbagai area fungsi individu termasuk berfikir dan
menunjukkan emosi serta perilaku dengan sikap yang dapat diterima secara sosial.
Schizophrenia adalah suatu penyakit otak persisten dan serius yang melibatkan
terjadinya penyakit ini pada diri seseorang. Berikut ini faktor-faktor penyebab
1. Pengaruh Genetik
terjadi mengarah diagnosa. Gen ini akan muncul untuk nonspesifik dimana
bipolar. Duplikasi dari urutan DNA dalam gen (dikenal sebagai menyalin nomor
5
schizofrenia paranoid
lain yang mempunyai kaitan kuat dengan penyakit ini. David St. Clair seorang
seperti awal dari jaman baru. Begitu peneliti memahami mekanisme kerja dari
Dalam penelitian, peneliti menganalisa gen dari 6.000 10.000 orang dari
mutasi pada kromosom 1, dua pada kromosom 15 dan menetapkan suatu jenis gen
yang terkait dengan kondisi schizophrenia pada kromosom 22. Perubahan ini
luar biasa lainnya. Mutasi ini terjadi pada sekitar 1 dari 10.000 orang dibanding 1
dari 10 juta. Peneliti tengah mencari apakah faktor lingkunganikut berperan dalam
mutasi ini. Langkah selanjutnya yang akan dilakukan peneliti adalah menentukan
2. Usia
6
schizofrenia paranoid
Schizophrenia umumnya terjadi pada akhir masa remaja dan awal masa
dewasa. Menurut data yang ditunjukkan pusat data schizophrenia AS, tiga
3. Sosial
diskriminasi ras, pengaruh keluarga atau kondisi rumah miskin. Pengalaman yang
menjadi trauma juga salah satu faktor resiko diagnosa schizophrenia dalam
kehidupan.
4. Obat
atau alkohol, yang jelas hubungan antara penggunaan narkoba dan schizophrenia
sulit untuk dibuktikan. Dengan adanya bukti kuat berdasarkan beberapa studi
schizophrenia. Namun, tak ada bukti cukup untuk alkohol atau narkoba lain. Di
7
schizofrenia paranoid
5. Psikologis
C. Faktor Predisposisi
tidak sehat, ujung ekstremitas sianosis, nafsu makan berkurang dan berat
badan menurun. Teori ini didukung oleh Adolf Meyer yang menyatakan
8
schizofrenia paranoid
piramidal dalam otak, dimana sel-sel otak tersusun rapi pada orang
normal.
dengan waham kebesaran terdapat perasaan yang tidak adekuat serta tidak
menjelaskan kepada orang lain. Apa yang seseorang pikirkan tentang suatu
9
schizofrenia paranoid
skizofrenia dan terutama anak kembar satu telur. Angka kesakitan bagi
saudara tiri sebesar 0,9 1,8%, saudara kandung 7 15%, anak dengan
salah satu orang tua yang mengalami skizofrenia 7 16%, bila kedua
1998).
D. Faktor Presipitasi
10
schizofrenia paranoid
berdosa, penghukuman diri, rasa tidak mampu, fantasi yang tak terkendali,
nafsu kemurkaan yang hebat, hinaan dan sakit hati yang mendalam
(Kartono, 1981).
Paranoid
Delusi referensi: kepercayaan bahwa tingkah laku orang lain atau obyek
11
schizofrenia paranoid
Delusi nihilisme : merasa dirinya, orang lain mupun dunia tidak ada.
Delusi ketidak setiaan : kepercayaan yang salah bahwa orang yang dicintai
tidak setia.
Delusi lain bahwa pikiran dapat disiarkan, diubah atau ditarik dari pikiran
Proses kognitif tidak teratur dan tidak fungsional, sehingga tidak ada
Pengekspresian ide, piker dan bahasa begitu terganggu hingga tidak dapat
dimengerti.
3. Gangguan kognitif :
12
schizofrenia paranoid
menit)
13
schizofrenia paranoid
6. Gangguan psikomotor
untuk dipindahkan.
dan diulang-ulang.
tidak mampu berinteraksi dengan cara yang umum hidup dalam dunia
14
schizofrenia paranoid
9. Gangguan motivasi
Tidak ada motivasi karena kurang dorongan atau perhatian atau karena
Jika gangguan mitivasi dibarengi pikiran lacau dan obsesif maka orang
halusinasi, delusi, bicara dan tingkah laku tidak teratur serta tanda-
15
schizofrenia paranoid
adekuat. Perawatan yang intensif (rawat inap), tampaknya diperlukan bagi Sadid.
Electro Enceplalografi dan CT Scan, atau bahkan bila diperlukann MRI (Magnetic
16
schizofrenia paranoid
tertutup, menarik diri secara sosial, tidak bisa menikmati rasa senang, menantang
1. Gejala-gejala Positif
gejala ini disebut positif karena merupakan manifestasi jelas yang dapat
2. Gejala-gejala Negatif
kehilangan dari ciri khas atau fungsi normal seseorang. Termasuk kurang
bicara (alogia)
17
schizofrenia paranoid
penarikan diri.
3. Fase residual : simtom seperti pada fase sebelumnya ada, tetapi tidak parah
18
schizofrenia paranoid
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
a) thought eco = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan walaupun isinya
19
schizofrenia paranoid
pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya secara jelas
penginderaan khusus);
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat.
c) Halusinasi auditorik:
20
schizofrenia paranoid
(diantara berbagai suara yang berbicara) atau Jenis suara halusinasi lain
atas manusia biasa Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus
e) Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja apabila disertai baik
kandungan afektif yang jelas ataupun disertai oleh ide-ide yang berlebihan
f) Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan yang berakibat
21
schizofrenia paranoid
h) Gejala-gejala negatif seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang dan
kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan
waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
prodormal).
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri, dan
22
schizofrenia paranoid
tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau
masalah klien.
spiritual. Pengelompokan data pada pengakajian kesehatan jiwa dapat pula berupa
dan kemampuan kuping yang dimiliki klien (stant dan sunden, 1995). Cara
1. Identitas klien
3. Faktor predisposisi
5. Dimensi psikososial
6. Status mental
8. Mekanisme koping
23
schizofrenia paranoid
adanya data data sebagai berikut (Carpenito, L.J, 1998; 328 329)
mata yang cepat, pikiran yang berubah ubah dan konsentrasi rendah,
kadang tampak ketakutan, respon respon yang tidak sesuai (tidak mampu
24
schizofrenia paranoid
menyerangnya.
2) Data obyektif ; muka merah, mata melotot, rahang dan bibir mengatup
1) Data subyektif; mengkritik diri sendiri dan orang lain, perasaan dirinya
bersalah. Sikap negative pada diri sendiri, sikap pesimis pada kehidupan.
diri dari hubungan sosial, ekspresi wajah malu dan rasa bersalah,
25
schizofrenia paranoid
kontak mata, tampak sedih, afek datar, posisi meringkuk di tempat tidur
orang lain didekatnya, kurang aktifitas fisik dan verbal, tidak mampu
e. Waham
diguna guna, merasa sebagai orang hebat, merasa memiliki kekuatan luar
biasa, merasa sakit/ rusak organ tubuh, merasa sudah mati, merasa
26
schizofrenia paranoid
dalam alam pikirnya, merasa orang lain mengetahui isi pikirannya, merasa
orang lain menjauh, merasa tidak ada orang yang mau mengerti.
1) Data subyektif; menyatakan malas mandi, tidak tahu cara makan yang
baik, tidak tahu cara dandan yang baik, tidak tahueliminasi yang baik,
tidak tahu cara berpakaian yang baik, merasa tak berguna, merasa tak perlu
BAB/ BAK sembarang tempat, rambut dan kuku panjang, badan bau, gigi
kotor, pakaian kotor, dan tidak terkancing dengan benar, menolak ketika
disarankan untuk makan, mandi dan berpakaian. Menolak buang air kecil
27
schizofrenia paranoid
g. Tatalaksana
1) Anti Psikotik
a) Chlorpromazine
b) Trifluoperazine
50mg/hari.
c) Haloperidol
28
schizofrenia paranoid
waham. Pada kondisi gawat darurat, klien yang teragitasi parah, harus diberikan
dengan obat pada dosis yang cukup dalam waktu 6 minggu, anti psikotik dari
kelas lain harus diberikan. Penyebab kegagalan pengobatan yang paling sering
adalah ketidakpatuhan klien minum obat. Kondisi ini harus diperhitungkan oleh
dokter dan perawat. Sedangkan terapi yang berhasil dapat ditandai adanya suatu
2) Anti Parkinson
Triheksipenydil (Artane)
mg/hari
Difehidamin
29
schizofrenia paranoid
3) Anti Depresan
Amitriptylin
Imipramin
mg/hari.
4) Anti Ansietas
30
schizofrenia paranoid
1. Terapi Individual
Suatu hubungan yang terstruktur yang terjalin antara perawat dan klien untuk
mengubah perilaku klien. Hubungan yang dijalin adalah hubungan yang disengaja
melalui hubungan ini terjadi perubahan tingkah laku klien sesuai dengan tujuan
menyelesaikan konflik yang dialaminya. Selain itu klien juga diharapkan mampu
- Tahapan orientasi
- Tahapan kerja
- Tahapan terminasi
31
schizofrenia paranoid
klien. Yang pertama harus dilakukan dalam tahapan ini adalah membina hubungan
saling percaya dengan klien. Hubungan saling percaya sangat penting untuk
dihadapi dan mau bekerja sama untuk mengatasi masalah tersebut sepanjang
selanjutnya adalah klien bersama perawat mendiskusikan apa yang menjadi latar
belakang munculnya masalah pada klien, apa konflik yang terjadi, juga
antara perawat dan klien untuk menentukan tujuan yang hendak dicapai dalam
sebagai terapis. Ini dilakukan di fase kerja, di mana klien melakukan eksplorasi
diri. Klien mengungkapkan apa yang dialaminya. Untuk itu perawat tidak hanya
bagaimana perasaan klien saat menceritakan masalahnya. Dalam fase ini klien
dibantu untuk dapat mengembangkan pemahaman tentang siapa dirinya, apa yang
terjadi dengan dirinya, serta didorong untuk berani mengambil risiko berubah
Setelah kedua fihak (klien dan perawat) menyepakati bahwa masalah yang
32
schizofrenia paranoid
maka perawat dapat melakukan terminasi dengan klien. Pertimbangan lain untuk
melakukan terminasi adalah apabila klien telah merasa lebih baik, terjadi
peningkatan fungsi diri, social dan pekerjaan, serta yang lebih penting adalah
2. Terapi Lingkungan
terjadi perubahan perilaku pada klien dari perilaku maladaptive menjadi perilaku
berubah perilaku dengan memfokuskan pada nilai terapeutik dalam aktivitas dan
interaksi.
keputusan, meningkatkan harga diri, belajar keterampilan dan perilaku yang baru.
Bahwa lingkungan rumah sakit adalah lingkungan sementara di mana klien akan
kembali ke rumah, maka tujuan dari terapi lingkungan ini adalah memampukan
33
schizofrenia paranoid
klien dapat hidup di luar lembaga yang diciptakan melalui belajar kompetensi
yang diperlukan untuk beralih dari lingkungan rumah sakit ke lingkungan rumah
tinggalnya.
3. Terapi Biologis
medical di mana gangguan jiwa dipandang sebagai penyakit. Ini berbeda dengan
model konsep yang lain yang memandang bahwa gangguan jiwa murni adalah
Ada beberapa jenis terapi somatic gangguan jiwa meliputi: pemberian obat
terapi, dan bedah otak. Beberapa terapi yang sampai sekarang tetap diterapkan
4. Terapi Kognitif
34
schizofrenia paranoid
mengidentifikasi pola berfikir dan keyakinan yang tidak akurat tentang stressor
tersebut. Gangguan perilaku terjadi akibat klien mengalami pola keyakinan dan
berfikir yang tidak akurat. Untuk itu salah satu memodifikasi perilaku adalah
dengan mengubah pola berfikir dan keyakinan tersebut. Fokus auhan adalah
membantu klien untuk reevaluasi ide, nilai yang diyakini, harapan-harapan, dan
negatif.
35
schizofrenia paranoid
5. Terapi Keluarga
keluarga sebagai unit penanganan (treatment unit). Tujuan terapi keluarga adalah
agar keluarga mampu melaksanakan fungsinya. Untuk itu sasaran utama terapi
jenis ini adalah keluarga yang mengalami disfungsi; tidak bisa melaksanakan
Dalam terapi keluarga semua masalah keluarga yang dirasakan diidentifikasi dan
mawas diri; apa masalah yang terjadi di keluarga, apa kontribusi masing-masing
Proses terapi keluarga meliputi tiga tahapan yaitu fase 1 (perjanjian), fase
ditetapkan bersama. Kegiatan di fase kedua atau fase kerja adalah keluarga
36
schizofrenia paranoid
dengan dibantu oleh perawat sebagai terapis berusaha mengubah pola interaksi di
yang selama ini ada. Terapi keluarga diakhiri di fase terminasi di mana keluarga
akan melihat lagi proses yang selama ini dijalani untuk mencapai tujuan terapi,
dan cara-cara mengatasi isu yang timbul. Keluarga juga diharapkan dapat
6. Terapi Kelompok
Terapi kelompok adalah bentuk terapi kepada klien yang dibentuk dalam
Terapi kelompok dimulai fase permulaan atau sering juga disebut sebagai
fase orientasi. Dalam fase ini klien diorientasikan kepada apa yang diperlukan
dalam interaksi, kegiatan yang akan dilaksanakan, dan untuk apa aktivitas tersebut
dilaksanakan. Peran terapis dalam fase ini adalah sebagai model peran dengan
37
schizofrenia paranoid
Di fase kerja terapis membantu klien untuk mengeksplorasi isu dengan berfokus
pada keadaan here and now. Dukungan diberikan agar masing-masing anggota
tujuan terapi. Fase kerja adalah inti dari terapi kelompok di mana klien bersama
dengan saling mendukung di antara satu sama lain anggota kelompok. Setelah
target tercapai sesuai tujuan yang telah ditetapkan maka diakhiri dengan fase
terminasi.
bertoleransi terhadap setiap perbedaan yang ada. Akhir dari terapi kelompok
7. Terapi Perilaku
38
schizofrenia paranoid
timbul akibat proses pembelajaran. Perilaku sehat oleh karenanya dapat dipelajari
dan disubstitusi dari perilaku yang tidak sehat. Teknik dasar yang digunakan
- Role model
- Kondisioning operan
- Desensitisasi sistematis
- Pengendalian diri
contoh perilaku adaptif untuk ditiru klien. Dengan melihat contoh klien
mampelajari melalui praktek dan meniru perilaku tersebut. Teknik ini biasanya
memberi penghargaan kepada klien terhadap perilaku yang positif yang telah
ditampilkan oleh klien. Dengan penghargaan dan umpan balik positif yang didapat
maka perilaku tersebut akan dipertahankan atau ditingkatkan oleh klien. Misalnya
seorang klien begitu bangun tidur langsung ke kamar mandi untuk mandi, perawat
memberikan pujian terhadap perilaku tersebut. Besok pagi klien akan mengulang
39
schizofrenia paranoid
perilaku segera mandi setelah bangun tidur karena mendapat umpan balik berupa
pujian dari perawat. Pujian dalam hal ini adalah reward atau penghargaan bagi
Terapi perilaku yang cocok untuk klien fobia adalah teknik desensitisasi sistematis
yaitu teknik mengatasi kecemasan terhadap sesuatu stimulus atau kondisi dengan
dengan toleransi klien terhadap stimulus tersebut. Hasil akhirnya adalah klien
mengubah kata-kata negatif menjadi kata-kata positif. Apabila ini berhasil maka
maladaptive tersebut. Dengan ini klien akan belajar untuk tidak mengulangi
40
schizofrenia paranoid
DAFTAR PUSTAKA
1 Kaplan H.I, Sadok B.J. Sinopsis Psikiatri, Edisi ketujuh, Jilid I, Binarupa
41
schizofrenia paranoid
1993.
42