Anda di halaman 1dari 9

pembiasan cahaya

http://asiiahw.blogspot.com/2013/11/pembiasan-cahaya.html

1. Latar Belakang
Banyak kejadian sehari-hari yang dapat dijelaskan dengan konsep pembiasan, seperti
dasar bak mandi yang berisi air terliht lebih dangkal, ikan-ikan dan karang dipantai terlihat
lebih jelas dari atas perahu, dan ssebagainya. Akan tetapi tiap lensa mempunyai jarak fokus
yang berbeda, sehingga perlu melakukan penelitian untuk menentukan jarak fokus dan titik
fokus lensa tersebut. Lensa adalah peralatan sangat penting dalam kehidupan manusia.
Mikroskop menggunakan susunan lensa untuk melihat jasad-jasad renik yang tak terlihat oleh
mata telanjang. Kamera menggunakan susunan lensa agar dapat merekam obyek dalam film.
Teleskop juga memanfaatkan lensa untuk melihat bintang-bintang yang jaraknya jutaan tahun
cahaya dari bumi.
Kuat lensa berkaitan dengan sifat konvergen (mengumpulkan berkas sinar) dan
divergen (menyebarkan sinar) suatu lensa. Untuk Lensa positif, semakin kecil jarak fokus,
semakin kuat kemampuan lensa itu untuk mengumpulkan berkas sinar. Untuk Lensa negatif,
semakin kecil jarak fokus semakin kuat kemampuan lensa itu untuk menyebarkan berkas
sinar. Oleh karenanya kuat lensa didefinisikan sebagai kebalikan dari jarak fokus.
Dalam fisika lensa juga berhubungan dengan alat optik. Alat Optik merupakan segala
sesuatu yang mempelajari tentang gejala atau sifat-sifatnya. Alat-alat optik tersebut misalnya
adalah kacamata, kamera, teleskop, teropong, dan lain sebagainya. Semua alat-alat optik
tersebut memilki lensa yang sangat canggih sehingga manusia benar-benar terkagum dengan
kecanggihan itu. Misalnya penggunaan kamera hp Lensa tersebut tentunya tidak terlepas dari
jarak objek, jarak bayangan,dan jarak fokus yang dihasilkan. Namun dalam hal ini, percobaan
yang dilakukan cukup sederhana yaitu percobaan dilakukan dengan lensa konvergen.
Kemudian dari itu akan diketahui hubungan antara ketiga jarak tersebut dan nantinya
menyangkut mengenai bayangan yang dihasilkan.

2. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum yang akan dicapai setelah melakukan praktikum adalah:
1. Memahami konsep pembiasan pada lensa.
2. Menentukn sifat-sifat bayangan yang dihasilkan oleh lensa.
3. Menentukan jarak fokus lensa.

3. Tinjauan Pustaka
Pembiasan cahaya adalah pembelokan cahaya ketika berkas cahaya melewati bidang
batas dua medium yang berbeda indeks biasnya. Indeks bias mutlak suatu bahan adalah
perbandingan kecepatan cahaya di ruang hampa dengan kecepatan cahaya di bahan tersebut.
Indeks bias relatif merupakan perbandingan indeks bias dua medium berbeda. Indeks bias
relatif medium kedua terhadap medium pertama adalah perbandingan indeks bias antara
medium kedua dengan indeks bias medium pertama. Pembiasan cahaya menyebabkan
kedalaman semu dan pemantulan sempurna.
Cahaya mempunyai sifat dapat dibiaskan, yaitu pembelokkan cahaya sehubungan
dengan perubahan kelajuan cahaya rambat dari satu medium yang lain. Pembiasan cahaya
dapat terjadi pada lensa. Lensa dalah benda bening yang dibatasi oleh dua bidang lengkung
atau satu bidang lengkung dan satu bidang datar (modul praktikum). Lensa dibedakan
menjadi dua yaitu:
1. Lensa Cembung (konveks)
Lensa cembung adalah lensa yang bagian tengahnya lebih tebal daripada bagian
pinggirnya. Lensa cembung disebut juga lensa positif. Lensa cembung memiliki sifat dapat
mengumpulkan cahaya (konvergen). Apabila ada berkas cahaya sejajar sumbu utama
mengenai permukaan lensa, maka berkas cahaya tersebut akan dibiaskan melalui satu titik.
Lensa cembung dibagi menjadi tiga:
1. Lensa cembung dua (bikonveks).
2. Lensa cembung datar (plan konveks).
3. Lensa cembung cekung (konkaf konveks).

Pada lensa cembung terjadi tiga sinar istimewa yaitu :


1. Berkas sinar datang yang sejajar sumbu utama, akan dibiaskan menuju titik fokus di
seberang.
2. Berkas sinar datang melalui titik fokus, akan dibiaskan sejajar dengan sumbu utama.

3. Berkas sinar datang melalui titik pusat optik tidak mengalami pembiasan, akan tetapi
diteruskan.
Untuk melukiskan pembentukan bayangan pada lensa cembung cukup diperlukan
minimal dua sinar istimewa. Sifat bayangan yang dihasilkan bergantung pada letak benda.
Hubungan antara titik fokus dan jarak benda dapat dituliskan dalam bentuk:
(Modul praktikum).
2. Lensa Cekung (divergaen)
Lensa cekung adalah lensa yang bagian tengahnya lebih tipis daripada bagian pinggir.
Lensa cekung disebut juga lensa negatif. Lensa cekung memiliki sifat dapat menyebarkan
cahaya (divergen). Apabila seberkas cahaya sejajar sumbu utama mengenai permukaan lensa
cekung, maka berkascahaya tersebut akan dibiaskan menyebar seolah-olah berasal dari satu
titik. Lensa cekung dibagi lagi menjadi tiga:
1. lensa cekung dua (bikonkaf).
2. lensa cekung datar (plan konkaf).
3. lensa cekung cekung (koveks konkaf).

Pada lensa cekung terdapat tiga sinar istimewa yaitu :


1. Berkas sinar datang yang sejajar sumbu utama akan dibiaskan seolah-olah dari titik fokus
pertama.

2. Berkas sinar datang menuju titik fokus kedua akan dibiaskan sejajar dengan sumbu utama.

3. Berkas sinar datang melalui titik pusat optik tidak mengalami pembiasan, akan tetapi
diteruskan.

Untuk melukiskan pembentukan bayangan pada lensa cekung cukup diperlukan


minimal dua sinar istimewa. Sinar istimewa jika diwujudkan dalam bentuk gambar adalah:

3. Indeks Bias
Perbandingan cepat rambat cahaya di ruang hampa dan cepat rambat cahaya dalam
medium disebut indeks bias dan dirumuskan sebagai berikut.
n=c/v
keterangan:
n: indeks bias
c : cepat rambat cahaya di ruang hampa (3 x 108 m/s)
v : cepat rambat cahaya dalam medium (m/s)

4. Pembiasan Hukum Snell


Ketika cahaya melintas dari suatu medium lainnya, sebagian cahaya datang dipantulkan
pada perbatasaan. Sisanya lewat ke medium yang baru. Jika seberkas cahaya datang dan
membentuk sudut terhadap permukaan (bukan hanya tegak lurus), berkas tersebut dibelokkan
pada waktu memasuki medium yang baru. Pembelokan ini disebut pembiasan. Gambar A di
bawah ini menunjukkan sebuah berkas yang merambat dari udara ke air. Berkas dibelokkan
menuju normal ketika memasuki air. Hal ini selalu terjadi ketika berkas cahaya memasuki
medium dimana lajunya lebih kecil. Jika cahaya merambat dari satu medium ke medium
kedua dimana lajunya lebih besar berkas dibelokkan menjauh normal, ditunjukkan oleh
gambar B. (Giancoli. 2001)

Gejala-gejala fisis yang dialami oleh cahaya adalah:


1. Refleksi, merupakan proses pemantulan cahaya. Biasanya dipelajari untuk memahami
prinsip-prinsip cermin baik cermin datar ataupun cermin cekung dan cembung.
2. Refraksi, merupakan proses pembiasan cahaya. Mengapa pensil yang dimasukan ke dalam
segelas air terlihat bengkok. Hal tersebut karena pembiasan. Biasanya digunakan untuk
memahami prinsip-prinsip dari Lensa baik lensa cekung, cembung ataupun lensa tebal.
3. Dispersi, merupakan proses penguraian cahaya. Dispersi berhubungan dengan refraksi yang
menggunakan prinsip dari Hukum Snellius yang berhubungan dengan indeks bias cahaya
dalam medium. Biasanya dicontohkan melalui prisma yang disinari cahaya akan terurai
warna berupa pelangi.
4. Interferensi, merupakan proses perpaduan dua buah gelombang cahaya yang menghasilkan
pola terang dan gelap. Dikemukakan oleh Thomas Young melalui percobaan Celah Ganda
dengan syarat terjadinya interferensi sumber cahaya harus bersifat koheren yang berarti
cahaya yang digunakan harus memiliki frekuensi dan amplitudo yang sama serta beda fase
tetap. Selain itu terdapat pula interferensi pada lapisan tipis seperti yang terjadi pada minyak
tanah yang tercampur air akan terlihat berwarna, begitupula dengan busa sabun yang tampak
bewarna ketika terkena cahaya.
5. Difraksi, merupakan peristiwa pelenturan cahaya. Peristiwa ini berhubungan dengan
interferensi karena difraksi sendiri adalah kasus khusus dari interferensi dimana panjang
gelombang cahayanya minimal harus sama dengan lebar celahnya. Dalam kehidupan sehari-
hari peristiwa difraksi bisa kita lihat saat cahaya matahari masuk melalui lubang atap rumah
terlihat cahaya melebar serta membentuk pola terang gelap.
6. Polarisasi, merupakan proses pengkutuban atau penyerapan/pemfilteran cahaya sehingga
dihasilkan arah gelombang cahaya yang sesuai. Polarisasi bisa kita rasakan saat siang hari
yang cerah warna langit menjadi biru atau dalam dunia modern ini polarisasi dimanfaatkan
untuk pemakaian kacamata polarisasi atau juga untuk kacamata 3D.
7. Daya Urai Optik, merupakan pemisahan dua buah sumber cahaya yang terlihat bersatu.
Seperti saat melihat cahaya dari dua lampu mobil yang kita lihat makin jauh makin mendekat
dan bersatu, namun mata kita masih bisa melihat cahayanya terpisah. (Abdullah Renreng.
1985).
5. Persamaan Lensa
Persamaan ini akan membuat penentuan posisi bayangan lebih cepat dan lebih akurat
dibandikan dengan penelusuran berkas. Ini disebut persamaan lensa. Persamaan ini
menghubungkan jarak bayangan d denga jarak d awal dan panjang f.
Perbesaran lateral m, sebuah lensa didefinisikan sebagai perbandingan sebagai tinggi
bayangan dengan tinggi benda.
Untuk bayangan tegak, perbesaran positif dan untuk bayangan terbalik bernilai negatif.
Lensa konvergen, dalam dioptri adalah positif sementara daya lensa divergen negatif. Lensa
konvergen kadang-kadang disebut sebagai lensa positif, dan lensa divergen disebut sebagai
lensa negatif.(Giancoli.2001)

4. Alat dan Fungsinya


Alat dan fungsinya yang digunakan dalam praktikum adalah:
1. Lampu 18 watt 1 buah fungsinya sebagai sumber cahaya.
2. Rel presisi 2 buah fungsinya sebagai tempat meletakkan lensa, lampu, dan diafragma anak
panah.
3. Penyambung rel presisi 3 buah fungsinya untuk menyambung rel presisi.
4. Pemegangan kontak cahaya fungsinya untuk memegang kontak cahaya
5. Catu daya 1 buah fungsinya untuk memberikan energi listrik pada cahaya.
6. Kabel penghubung warna merah 1 buah dan warna hitam 1 buah fungsinya untuk
menghantarkan atau menyambungkan arus listrik.
7. Lensa cembung 2 buah 50 mm, dan 100 mm fungsinya untuk melukis pembentukan
bayangan.
8. Tumpakan berpenjepit 4 buah fungsinya untuk penjepit lensa.
9. Diafragma anak panah 1 buah fungsinya sebagai benda untuk pembentukan gambar.
10. Layar 1 buah fungsinya sebagai untuk melihat gambar yang dihasilkan atau untuk
menangkap bayangan yang terbentuk.

5. Prosedur Praktikum
1. Persiapkan semua peralatan yang dibutuhkan (konsultasikan dengan dosen pengasuh atau
asisten).
2. Susun rangkaian seperti pada skema gambar dibawah ini :

3. Hidupkan catudaya, berikan tegangan masukkan 12 volt.


4. Tentukanlah jarak antara lensa dengan benda (s).
5. Geser-geserlah layar mendekati atau menjauhi lensa untuk mendapatkan bayangan yang
jelas.
6. Catat jarak antara lensa ke layar (s).
7. Ulangi langkah 3, 4, 5, dan 6 untuk s yang lain sebanyak 5 kali.

6. Hasil dan pembahasan


6.1 Hasil
Table Hasil Pengamatan.
No Jarak Fokus S s fprak
Lensa (f)
1 7 cm 23 cm 30 cm 161 cm 5,37 cm
2 9 cm 14 cm 23 cm 126 cm 5,47 cm
3 50 mm 11 cm 10,5 cm 21,5 cm 115,5 cm 5,37 cm
4 13 cm 9 cm 22 cm 117 cm 5,31 cm
5 15 cm 8 cm 23 cm 120cm 5,21 cm
= 26,73
cm

f`praktek =

= 5,346 cm

Presentasi Kesalahan

= 6,92%

N Jarak Fokus S s Fprak


o Lensa (f)
1 14 cm 59 cm 73 cm 826 cm 11,31 cm
2 16 cm 44 cm 60 cm 704 cm 11,73 cm
3 100 mm 18 cm 34 cm 52 cm 612 cm 11,76 cm
4 20 cm 27 cm 47 cm 540 cm 11,48 cm
5 22 cm 24 cm 46 cm 528 cm 11,47 cm
= 57,75
cm

fpraktek =
=

= 11,55 cm

Presentasi Kesalahan

= 15,5%

6.2 Pembahasan
Berdasarkan data dan hasil yang diperoleh, pada jarak fokus lensa 50 mm, dengan
jarak benda 7 cm dan ruang bayangan benda berada di ruang 2. Sedangkan pada jarak
bayangan 23 cm ruang bayangan benda berada di ruang 4. Seharusnya menurut teori ruang
bayangan berada di ruang 3. Pada jarak fokus lensa 50 mm, dengan jarak benda 9 cm dan
ruang bayangan benda berada di ruang 2. Sedangkan pada jarak bayangan 14 cm ruang
bayangan benda di ruang 3. Pada jarak fokus lensa 50 mm, dengan jarak benda 11 cm ruang
bayangan benda berada di ruang 3. Sedangkan pada jarak bayangan 10,5 cm ruang bayangan
benda berada di ruang 3. Pada jarak fokus lensa 50 mm, dengan jarak benda 13 cm ruang
bayangan benda berada di ruang 3. Sedangkan pada jarak bayangan 9 cm ruang bayangan
benda di ruang 2. Pada jarak fokus lensa 50 mm, dengan jarak benda 15 cm, dan ruang
bayangan benda di ruang 3. Sedangkan pada jarak bayangan 8 cm ruang bayangan benda
berada di ruang 2.
Pada jarak fokus lensa 100 mm, dengan jarak benda 14 cm dan ruang bayangan benda
berada di ruang 2. Sedangkan pada jarak bayangan 59 cm ruang bayangan benda berada di
ruang 4. Seharusnya menurut teori ruang bayangan benda berada di ruang 3. Pada jarak fokus
lensa 100 mm, dengan jarak benda 16 cm, ruang bayangan benda berada di ruang 2.
Sedangkan pada jarak bayangan 44 cm ruang bayangan benda berada di ruang 4. Seharusnya
menurut teori ruang bayangan benda berada di ruang 3. Pada jarak fokus lensa 100 mm,
dengan jarak benda 18 cm ruang bayangan benda berada di ruang 2. Sedangkan pada jarak
bayangan 34 cm ruang bayangan benda berada di ruang 3. Pada jarak fokus lensa 100 mm,
dengan jarak benda 20 cm dan ruang bayangan benda berada di ruang 3. Sedangkan pada
jarak 27 cm ruang bayangan benda berada di ruang 3. Seharusnya menurut teori ruang
bayangan benda berada di ruang 2. Pada jarak fokus lensa 100 mm, dengan jarak benda 22
cm, ruang bayangan benda berada di ruang 3. Sedangkan pada jarak bayangan 24 ruang
bayangan benda berada di ruang 2.
Dari beberapa data hasil percobaan paktikum ada beberapa titik
yang jika dibandingkan dengan teori hasil yang diperoleh berbeda atau
tidak sesuai dengan teori tersebut. Contohnya pada jarak 7 cm
didapatkan bayangan benda terdapat pada jarak 23 cm berada pada
ruang 4. Namun seharusnya jika berdasarkan teori bayangan tersebut
harus berada pada ruang 3. Perbedaan tersebut dapat disebabkan karena
kurangnya adanya kualitas cahaya yang dihasilkan oleh lampu, juga tidak
akuratnya diafragma anak panah. Maka hal tersebut yang menyebabkan
adanya perbedaan antara hasil percobaan dengan hasil teori.
Adapun sifat sifat bayangan yang terbentuk.
No Jarak Fokus Lensa s (cm) s (cm) Sifat bayangan
1 7 cm 23 cm Nyata, terbalik, diperbesar
9 cm 14 cm Nyata, terbalik, diperbesar
50 mm 11 cm 10,5 cm Nyata, terbalik, diperbesar
13 cm 9 cm Nyata, terbalik, diperkecil
15 cm 8 cm Nyata, terbalik, diperkecil
2 14 cm 59 cm Nyata, terbalik, diperbesar
16 cm 44 cm Nyata, terbalik, diperbesar
100 mm 18 cm 34 cm Nyata, terbalik, diperbesar
20 cm 27 cm Nyata, terbalik, diperbesar
22 cm 24 cm Nyata, terbalik, diperbesar

7. Kesimpulan

1. Pada pembiasan lensa cembung berkas sinar datang yang sejajar sumbu utama, akan
dibiaskan menuju titik fokus di seberang, dan berkas sinar datang melalui titik fokus,
akan dibiaskan sejajar dengan sumbu utama, selanjutnya berkas sinar datang melalui
titik pusat optik tidak mengalami pembiasan, akan tetapi diteruskan. Sedangkan pada
pembiasan lensa cekung berkas sinar datang yang sejajar sumbu utama akan dibiaskan
seolah-olah dari titik fokus pertama, dan berkas sinar datang menuju titik fokus kedua
akan dibiaskan sejajar dengan sumbu utama, selanjutnya berkas sinar datang melalui
titik pusat optik tidak mengalami pembiasan, akan tetapi diteruskan.

2. Dari hasil praktikum dengan menggunakan lensa 50 mm hasilnya jika gambar yang
dihasilkan oleh layar semakin dekat maka gambar yang dihasilkan semakin jelas dan
berukuran kecil, sifatnya nyata, terbalik, diperbesar dan juga nyata, terbalik, diperkecil.
Sedangkan dengan lensa 100 mm hasilnya jika gambar yang dihasilkan oleh layar dijauhkan
maka gambar akan terlihat lebih jelas dan berukuran besar, sifatnya nyata, terbalik,
diperbesar.
3. Untuk menentukan jarak fokus lensa menggunakan Persamaan yang menghubungkan jarak
bayangan d denga jarak d awal dan panjang f.
Perbesaran lateral m, sebuah lensa didefinisikan sebagai perbandingan sebagai tinggi
bayangan dengan tinggi benda.

Anda mungkin juga menyukai