Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya
laporan tugas tutorial2 skenarioB ini dapat terselesaikan dengan baik. Salawat
beriring salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW
beserta para keluarga, sahabat, dan pengikut-pengikutnya sampai akhir zaman.
Laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas tutorial yang merupakan
bagian dari sistem pembelajaran PBL di Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya.
Dan tak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepadadr. Yan
Efendiselaku tutor kelompok 5 dalam tutorial ini serta semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan laporan tugas tutorial ini.
Kami menyadari laporan ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun dari pembaca akan sangat kami harapkan guna
perbaikan di masa yang akan datang.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang
diberikan kepada semua orang yang telah mendukung kami dan semoga laporan
tutorial ini bermanfaat bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga
kita selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin.
Kelompok 5
1
Daftar Isi
Kata Pengantar1
Skenario..3
I. Klarifikasi Istilah..4
II. Identifikasi Masalah..4
III. Analisis Masalah5
IV. Kerangka Konsep 19
V. Keterlibatan Learning Issue 20
VI. Identifikasi Topik Pembelajaran ..20
VII. Sintesis.20
Kesimpulan..49
Solusi 49
DaftarPustaka50
2
Skenario B Blok 4
James (45 years old) and Mary (40 years old) had five children. Their first
son, John (10 years old) had marked speech delay and was eventually diagnosed
as intellectual disability. Their second child was a daughter, Lynn(9 years old)
who was perfectly fine. Their third child, Jeremy (7 years old) also had major
speech difficulties and was also diagnosed as intellectual disability. Their fourth
child, Peter (6 years old)was born barely 10 months after their third child. He, too,
had marked speech delay, was late in walking (20 months), was subject to severe
tantrums, was hyperactive, flapped his hands frequently, and was thought to have
autistic behavior. Their fifth child, Rose (3 years old) seemed generally okay but
had considerable learning difficulties, especially in mathematics. Mary had left
school in 10th grade, and James worked in construction. Mary had two brothers
with mental retardation of unknown cause. One of her two sisters had no
children since her periods stopped when she was 32. Marys one maternal uncle,
was thought to have developed Parkinsons disease when he was 52. James had
only one sibling, a brother, who also had mental retardation, cause unknown.
Their pediatrician noted that Peters head was rather large (in the 90 th percentile),
and that he had large, prominent eras, a prominent forehead and law with a long
face, and obvious intellectual deficits, which included poor speech and autistic
behavior. He immediately suspected a diagnosis of the Fragile X syndrome.
3
I. KlarifikasiIstilah
1. Intellectual disability : ketidak mampuan dalam berpikir
2. Speech delay : keterlambatan dalam berbicara
3. Speech difficulties : sulit dalam berbicara
4. Tantrum : kelainan mental yang
menyebabkanemosimeledak-ledak
5. Hyperactive : aktivitas di atas orang normal
6. Autistic behavior : berhubungan dengan autism
7. Mental retardation : gangguan keterlambatan pada mental
8. Maternal : berkenaan dengan ibu
9. Parkinson : kelainan neurologis yang ditandai dengan
hipokinesia
10. Pediatrician : berhubungan dengan perawatan anak
11. Prominent ears : penonjolan pada telinga
12. Prominent forehead and jaw : penonjolan pada dahi dan rahang
13. Intellectual deficit : kekurangan dalam kemampuan berfikir
14. Learning difficulties : sulit dalam belajar
15. Poor speech :gangguan bicara yang disebabkan oleh
gangguan kendali otot akibat kerusakan system saraf pusat atau perifer
16. Fragile X syndrome : sindrom terkaitkromosom X
II. IdentifikasiMasalah
4
III. AnalisisMasalah
1. Peter didiagnosamengidap Fragile X syndrome
a. Bagaimana patofisiologi penyakit ini?
Jawab:
a) Definisi
Sindroma Fragile X (Sindroma Martin-Bell, Fragile X
Syndrome) adalah suatu kelain genetic pada kromosom X yang
menyebabkan terjadinya gangguan intelektual dan perilaku.
Sindroma fragile X paling sering terdiagnosa sebagai
penyebab gangguan intelektual sedang yang diturunkan. Kelainan
ini lebih sering mengenai anak laki-laki.Sindroma fragile X
merupakan penyebab nomor 2 tersering gangguan intelektual pada
anak laki-laki (setelah sindroma Down). Namun, tidak seperti
sindroma fragile X, sindroma Down biasanya tidak diturunkan.
b) Gejala
Anak-anak dan orang dewasa dengan sindroma ini bisa
memiliki gangguan fisik, intelektual, dan perilaku.Penampakan
fisik seringkali kurang jelas, yaitu berupa perkembangan yang
terlambat, telinga yang besar dan menonjol, dagu dan dahi yang
menonjol, dan testis yang besar pada anak laki-laki (paling jelas
terlihat saat pubertas). Selain itu, bisa juga ditemukan adanya
kelenturan sendi yang abnormal dan penyakit jantung
(prolapskatup mitral).
Anak-anak bisa memiliki gangguan intelektual ringan
sampai sedang. Bisa terjad iautisme, termasuk pengulangan kata-
kata dan perilaku, menghindari kontakmata, dan
kecemasandalambersosialisasi.Penderitawanitabisamengalami
menopause padapertengahanusia 30-an.
5
c) Penyebab
Sindroma fragile X
terjadipadasepertigakasusdarisemuaketerbelakangan mental yang
berkaitan dengan kromosom X pada pria dan sepersepuluh kasus
pada wanita. Keadaan ini terjadi pada 1 diantara 2.000 pria dan 1
diantara 4.000 wanita.
Gejala-gejala sindroma fragile X disebabkan oleh adanya
kelainan pada gen tertentu pada kromosom X. Sindroma fragile X
diturunkan dengan pola resesif X-linked, artinya anak laki-laki
lebih mungkin menderita sindroma ini dan gen yang bermutasi
dibawa oleh kedua orangtuanya.
d) Diagnosa
Sindroma fragile X bisa dideteksi melalui pemeriksaan
DNA setelah dilahirkan, biasanya ketika anak usia sekolah atau
saat remaja. Anak laki-laki dengan autism dengan gangguan
intelektual harus diperiksa apakah terkena sindroma fragile X atau
tidak.
e) Patogenesis
Patogenesis ataupun dasar mekanisme genetic dari kelainan
ini belum jelas diketahui. (Swaiman, 1999; Turner, 1997) Sindroma
fragile X merupakan suatu keadaan unik dimana terjadi
transmisigenetik MR secara terikat kromosom X (X link-ed),
sehingga laki-laki yang terkena mengalami fragilitas pada bagian
distal kromosom X.
6
Fragilitas ini tampak dengan frekuensi tinggi bila sel
dikultur pada media dengan defisiensitimidin, dan frekuensinya
bertambah bila pada media tersebut ditambahkan 5-fluoro-
deoxiuridin yang merupakan suatu timidilatsintetase inhibitor.
(Swaiman,1999).
Sindroma fragile X memperlihatkan pola herediter X
linked, dimana tidak pernah terjadi transmisi dari laki-laki kelaki-
laki. Tetapi berlainan dengan penyakit lain yang diturunkan secara
X linked resesif, pada sindroma ini baik laki-laki maupun wanita
dapat mengalami kelainan klinik. Juga terdapat pola transmisi yang
tidak biasa bila diobservasi pada suatu keluarga besar, di mana gen
ini akan ditransmisikan dari laki-laki asimptomatik kepada anak
perempuannya yang asimptomatik, dan kemudian pada generasi
ketiga baru timbul gejala. Pola ini tidak sesuai untuk kelainan X
linked, dimana biasanya fenotip akan manifest pada laki-laki yang
membawa gen mutan. Pola ini dikenal sebagai Sherman paradox.
(Swaiman, 1999).
Dasar dari Sherman paradox dan fragilitas kromosom X
telah menjadi jelas sejak gen penyebab sindroma fragile X berhasil
diklon. Gen ini adalah FMR-1 (fragile X mental retardation-1)
yang diekspresikan dengan level yang tinggi pada neuron. Gen
FMR-1 terletak pada regio promoter (padaregio 5 UTRs) di mana
triplet basa CGG berulang beberapa kali (antara 5 sampai 50 kali
pada populasiumum). Pengulangan dalam range yang normal tidak
mempunyai pengaruh terhadap ekspresi FMR-1 ataupun efek
fenotipik. Pengulangan ini lambatlaun bertambah dalam beberapa
generasi dan secara progresif menjadi tidak stabil, mungkin oleh
karena adanya slippage (duplikasi inakurat yang timbul pada
pengulangan identik yang terlalu banyak). Jadi transisi darialel
natural menjadialel mutan terjadi melalui tahap intermediate yang
disebut premutasi. Pada keadaan premutasi, jumlah pengulangan
ini meningkat sebanyak 50-200 pengulangan. Hal ini terjadi pada
7
wanita pembawa sifat atau laki-laki yang asimptomatik (Normal
Transmitting Male = NTM). Elongasi dari> 50 pengulangan dapat
secara mendadak mengalami ekspansi menjadi 200 dalam satu
generasi. Perubahan besar atau mutasi penuh ini akan
menghentikan promoter dan menghentikan produksi gen. Pada
individu dengan mutasi penuh, tampak daerah yang fragil pada
daerah X q27.3. Individu dengan pengulangan masif triplet CGG
sampai> 200 kali disertai penekanan ekspresi gen FMR-1 ini jika
laki-laki akan menderita RM, sedangkan wanita dapat bersifat
sebagai pembawa sifat ataupun menderita RM dengan derajat lebih
ringan.
Sherman paradox dapat dijelaskan dengan mekanisme
transisi dari melalui premutasi tadi. Alel premutasi bersifat tidak
stabil dan dapat mengalami ekspansi menjadi mutasi penuh pada
generasi berikutnya, dimana ekspansi menjadi mutasi penuh ini
tidak terjadi pada laki-laki. Jadi Sherman paradox dijelaskan
dengan adanya premutasi pada laki-laki asimptomatik yang
meneruskannya kepada anak perempuannya yang kemudian
menurunkan mutasi penuh kepada beberapa individu dari
keturunannya. (Swaiman,1999).
Walaupun mutasi gen FMR-1 diketahui berhubungan
dengan kelainan neurobehavioral spesifik, tetapi fungsi dari produk
gen tersebut yaitu FMRP (FMR Protein) belum jelas diketahui.
Dikatakan bahwa FMRP terdapat dalam jumlah banyak pada
neuron dari otak mamalia normal, sehingga diduga berperan
penting dalam perkembangan dan fungsi otak. (Abrams, 1999)
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa FMRP berhubungan
dengan jumlah dan panjang dendrit neuron hipokampus. Binatang
dengan FMRP yang jumlahnya sedikit ternyata neuron
hipokampusnya memiliki hubungan sinaptik yang lebih sedikit dari
pada kontrol.(Braun, 2000).
f) Pengobatan
8
Tidak ada pengobatan khusus untuk sindroma fragile X.
Penanganan dini yang bisa dilakukan berupa terapi bicara dan
berbahasa, serta terapiokupasi. Terapi ini dapat membantu anak-
anak dengan sindroma fragile X memaksimalkan kemampuan
mereka.
g) Pencegahan
Jika di dalam keluarga ada riwayat sindroma fragile X,
maka dianjurkan melakukan konsultasi genetic untuk mengetahui
resiko terjadinya sindroma yang sama pada keturunannya.
9
simptomnya lebih berat) sehingga lebih banyak laki-laki yang didiagnosa sebagai
penderita sindroma fragile X, sedangkan perempuan hanya sedikit yang
teridentifikasi. (Gillberg,1995)
Di Indonesia, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sultana MH
Faradzh dari Semarang, ditemukan sekitar 2% sindroma Fragile-X di antara
seluruh anak laki-laki dengan gangguan perkembangan di Jawa Tengah, dan 2,5%
di antara anak laki-laki dengan gangguan perkembangan di SLB-C di Kotamadya
Semarang, Kabupaten Purbalingga, dan Kabupaten Cilacap. (Faradzh,2002).
Etiologi retardasi mental dapat terjadi mulai dari fase pranatal, perinatal
dan postnatal. Beberapa penulis secara terpisah menyebutkan lebih dari
1000 macam penyebab terjadinya retardasi mental, dan banyak
diantaranya yang dapat dicegah.Ditinjau dari penyebab secara langsung
dapat digolongkan atas penyebab biologis dan psikososial.
Penyebab biologis atau sering disebut retardasi mental tipe klinis
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
Pada umumnya merupakan retardasi mental sedang sampai
sangat berat
10
Tampak sejak lahir atau usia dini
Secara fisis tampak berkelainan/aneh
Mempunyai latar belakang biomedis baik pranatal, perinatal
maupun postnatal
Tidak berhubungan dengan kelas social
Etiologic retardasi mental tipe klinis atau biological dapat dibagi dalam:
1. Penyebab prenatal
a. Kelainan kromosom
Kelainan koromosom penyebab retardasi mental yang
terbanyak adalah sindrom Down. Sebagian besar dari
golongan ini termasuk retardasi mental sedang. Risiko
timbulnya sindrom Down berkaitan dengan umur ibu saat
melahirkan. Ibu yang berumur 20-25 tahun saat melahirkan
mempunyai risiko 1:2000, sedangkan ibu yang berumur 45
tahun mempunyai risiko 1:30 untuk timbulnya sindrom
Down.
Kelainan kromosom lain yang bermanifestasi sebagai
retardasi mental adalah trisomi-18 atau sindrom Edward,
dan trisomi-13 atau sindrom Patau, sindrom Cri-du-chat,
sindrom Klinefelter, dan sindrom Turner. Berdasarkan
pengamatan ternyata kromatin seks, yang merupakan
kelebihan kromosom -X pada laki-laki lebih banyak
ditemukan di antara penderita retardasi mental dibandingkan
laki-laki normal.Diperkirakan kelebihan kromosom-X pada
laki-laki memberi pengaruh tidak baik pada kesehatan jiwa,
termasuk timbulnya psikosis, gangguan tingkah laku dan
kriminalitas.
11
Kelainan kromosom-X yang cukup sering menimbulkan
retardasi mental adalah Fragile-X syndrome, yang
merupakan kelainan kromosom X pada band q27.Kelainan
ini merupakan x-linked dan dibawa oleh ibu.Penampilan
klinis yang khas pada kelainan ini adalah dahi yang tinggi,
rahang bawah yang besar, telinga panjang dan pembesaran
testis.
b. Kelainan metabolic
Kelainan metabolik yang sering menimbulkan retardasi
mental adalah:
Phenylketonuria (PKU), yaitu suatu gangguan metabolik
dimana tubuh tidak mampu mengubah asam amino
fenilalanin menjadi tirosin karena defisiensi enzim
hidroksilase. Penderita laki-laki tenyata lebih besar
dibandingkan perempuan dengan perbandingan 2:1.
Kelainan ini diturunkan secara autosom resesif.
Penderita retardasi mental pada PKU 66,7% tergolong
retardasi mental berat dan 33,3% retardasi mental
sedang.
Galaktosemia adalah suatu gangguan metabolisme
karbohidrat disebabkan karena tubuh tidak mampu
menggunakan galaktosa yang dimakan. Dengan diet
bebas galaktosa bayi akan bertambah berat badannya dan
fungsi hati akan membaik, tetapi menurut beberapa
penulis perkembangan mental tidak mengalami
perubahan.
Penyakit Tay-Sachs atau infantile amaurotic idiocy
adalah suatu gangguan metabolisme lemak, dimana
tubuh tidak bisa mengubah zat-zat pralipid menjadi lipid
yang diperlukan oleh sel-sel otak. Manifestasi klinis
adalah nistagmus, atrofi nervus optikus, kebutaan, dan
retardasi mental sangat berat.
Hipotiroid kongenital adalah defisiensi hormon tiroid
bawaan yang disebabkan oleh berbagai faktor (agenesis
12
kelenjar tiroid, defek pada sekresi TSH atau TRH, defek
pada produksi hormon tiroid). Kadang-kadang gejala
klinis tidak begitu jelas dan baru terdeteksi setelah 6-12
minggu kemudian, padahal diagnosis dini sangat penting
untuk mencegah timbulnya retardasi mental atau paling
tidak meringankan derajat retardasi mental. Gejala klasik
hipotiroid kongenital pada minggu pertama setelah lahir
adalah miksedema, lidah yang tebal dan menonjol, suara
tangis yang serak karena edema pita suara, hipotoni,
konstipasi, bradikardi, hernia umbilikalis.
c. Infeksi
Infeksi rubela pada ibu hamil triwulan pertama dapat
menimbulkan anomali pada janin yang dikandungnya.Risiko
timbulnya kelainan pada janin berkurang bila infeksi timbul
pada triwulan kedua dan ketiga.Manifestasi klinis rubela
kongenital adalah berat lahir rendah, katarak, penyakit
jantung bawaan, mikrosefali, dan retardasi mental.
Infeksi cytomegalovirus tidak menimbulkan gejala pada
ibu hamil tetapi dapat memberi dampak serius pada janin
yang dikandungnya.Manifestasi klinis antara lain
hidrosefalus, kalsifikasi serebral, gangguan motorik, dan
retardasi mental.
d. Intoksikasi
Fetal alcohol syndrome (FAS) merupakan suatu sindrom
yang diakibatkan intoksikasi alkohol pada janin karena ibu
hamil yang minum minuman yang mengandung alkohol,
terutama pada triwulan pertama. Di negara Amerika Serikat
FAS merupakan penyebab tersering dari retardasi mental
setelah sindrom Down.
2. Penyebab perinatal
Menurut Koch, 15-20% dari anak retardasi mental disebabkan
karena prematuritas. Asfiksia, hipoglikemia, perdarahan
intraventrikular, kernikterus, meningitis dapat menimbulkan
13
kerusakan otak yang ireversibel, dan merupakan penyebab
timbulnya retardasi mental.
3. Penyebab postnatal
Faktor-faktor postnatal seperti infeksi, trauma, malnutrisi,
intoksikasi, kejang dapat menyebabkan kerusakan otak yang pada
akhirnya menimbulkan retardasi mental.
Jawab:
14
sebagian masih bisa belajar dasar-dasar membaca, menulis, dan
berhitung.
3. Retardasi mental berat (severe retardation, IQ 20-34)
Kelompok retardasi mental berat ini hampir sama dengan
retardasi mental sedang dalam hal gambaran klinis, penyebab
organik, dan keadaan-keadaan yang terkait. Perbedaan utama
adalah pada retardasi mental berat ini biasanya mengalami
kerusakan motor yang bermakna atau adanya defisit neurologis.
4. Retardasi mental sangat berat (profound retardation, IQ<20)
Retardasi mental sangat berat berarti secara praktis anak sangat
terbatas kemampuannya dalam mengerti dan menuruti permintaan
atau instruksi.Umumnya anak sangat terbatas dalam hal mobilitas,
dan hanya mampu pada bentuk komunikasi nonverbal yang sangat
elementer.
Jawab:
Hingga saat ini penyebab pasti penyakit Parkinson masih belum diketahui,
namun diduga ada kaitan dengan faktor genetik, usia dan keracunan
menahun oleh pestisida dan herbisida.
15
1. Genetik
2. Paparan zat toksin
3. Infeksi
4. Diet
5. Trauma kepala
6. Stress dan depresi
16
hilangnya gerakan fisik (akinesia). Gejala utama adalah hasil dari stimulasi
penurunan korteks bermotor oleh ganglia basal, biasanya disebabkan oleh
kurangnya pembentukan dan aksi dopamin, yang dihasilkan dalam neuron
dopaminergik dari otak. Gejala sekunder dapat mencakup disfungsi
kognitif tingkat tinggi dan masalah bahasa halus.
Dopamin bekerja sebagai neurotransmitter inhibitorik di pproyeksi-
proyeksi syaraf yang berjalan dari ganglion basal ke seluruh otak.
Dopamin biasanya berada dlm keseimbangan dengan neurotransmitter
eksitatorik asetilkolin. Tanpa dopamine, korteks serebrum, ganglion basal,
dan thalamus akan mengalami perangsangan yb berlebih ditandai tremor
dan rigiditas. Tonus otot-otot wajah yang terfiksasi seperti memperlihatkan
tidak-adanya responsivitas emosi, walaupun biasana pasien tidak
mengalami gangguan emosi atau kognitif.
17
IV. KERANGKA KONSEP
18
V. MERUMUSKAN KETERBATASAN DAN LEARNING
ISSUES
1. Fragille X syndrome
2. Parkinson
3. Penyakit Genetik
4. Retardasi Mental
5. Mutasi Genetik
VII. SINTESIS
1. Fragile X Syndrome
1. Definisi
Sindroma Fragile X (Sindroma Martin-Bell, Fragile X Syndrome) adalah
suatu kelainan genetik pada kromosom X yang menyebabkan terjadinya
gangguan intelektual dan perilaku.
Sindroma fragile X paling sering terdiagnosa sebagai penyebab gangguan
intelektual sedang yang diturunkan. Kelainan ini lebih sering mengenai
anak laki-laki. Sindroma fragile X merupakan penyebab nomor 2 tersering
gangguan intelektual pada anak laki-laki (setelah sindroma Down).
19
Namun, tidak seperti sindroma fragile X, sindroma Down biasanya tidak
diturunkan.
2. Penyebab
Sindrom Fragile X terjadi karena adanya perluasan dari sebuah daerah
triplet nukleotida berulang di gen Fragile X mental retardation 1 (FMR 1)
yang ditemukan pada kromosom X sehingga menimbulkan bagian yang
rapuh. Daerah Triplet nukleotida yang berulang pada FMR1 terdiri dari
sitosin-guanin-guanin (CGG) yang sekuensnya berulang lagi dan lagi.
Dalam bentuk umumnya gen FMR1 mengandung 5 sampai 50
pengulangan basa-basa CGG, namun dalam Fragile X syndrome
pengulangan ini dapat terjadi hingga ratusan bahkan ribuan kali (ebehart &
Warren,1996) Sehingga poroduct FMR1 yaitu Fragile X Mental
Retardation protein (FMRP) tidak diproduksi, protein ini berlimpah pada
neuron hippocampus dan otak besar pada orang-orang normal (orang-
orang yang tidak mengalami kelainan). Bukti terbaru menyebutkan
kemungkinan gen ini memainkan peranan yang penting dalam regulasi
sintesis protein dalam respon aktivitas sinaptik (Feng,et all 1997). FMRP
kemungkinan memiliki fungsi yang berbeda pada bagian lain dari
perkembangan otak (C. Feinstein, 1997)
Kategori Pengulangan CGG pada gen FMR1 adalah:
1. Normal
5-45 CGG yang berulang
3. Premutasi
55-200 CGG yang berulang
20
premutations yang memiliki manifestasi ringan, termasuk
karakteristik fisik, kognitif, dan perilaku.
Fragile X syndrome-terkait tremor / ataksia (FXTAS), kondisi
neurologis baru ini diidentifikasi, mempengaruhi laki-laki di atas
usia 50 yang membawa premutation. FXTAS adalah gangguan
neurodegenerative progresif yang ditandai dengan tremor intensi,
ataksia serebelar, Parkinsonisme, dan neuropati perifer. Studi Otak
MRI dari individu yang terkena ditandai dengan hyperintensities
dari peduncles cerebellar tengah (Hagerman et al., 2001).
4. Mutasi penuh
21
anak, retardasi mental dari yang ringan sampai yang berat, level
IQ, dan ketidakmampuan belajar.
Wanita dengan mutasi penuh
Secara umum, wanita dengan mutasi penuh memiliki fitur lebih
ringan dibandingkan laki-laki dengan mutasi penuh tetapi mereka
juga menunjukkan kisaran yang sama, perilaku, wajah. Lebih dari
50% dari wanita dengan mutasi penuh memiliki beberapa
karakteristik ciri-ciri fisik yang terkait dengan sindrom fragile X.
Gangguan intelektual lebih ringan pada wanita dibandingkan pada
laki-laki yang terkena. Fungsi kognitif dapat berkisar dari
kecerdasan normal untuk gangguan belajar,dan keterbelakangan
mental. Studi menunjukkan bahwa sekitar 53-71% dari wanita
dengan mutasi penuh memiliki IQ di kisaran batas atau retardasi
mental. Perempuan dengan mutasi penuh yang memiliki IQ yang
normal mungkin memiliki kesulitan belajar atau masalah
emosional termasuk kecemasan sosial, sifat bisu selektif, rasa
malu, kontak mata yang buruk, hiperaktif, dan perilaku impulsif.
3. Gejala
22
Gejala klinik yang khas pada penderita sindrom fragile-X selain retardasi mental
adalah :
Muka sempit dan panjang
Telinga besar
Dagu dan dahi menonjol
Testis besar pada remaja dan dewasa
Langit-langit mulut tinggi
Bagian kaki rata
Kekuatan kurang
Mata bersilang
Kecenderungan untuk terkenanya infeksi telinga
Tulang sendi terlalu lentur,terlebih tangan dan pergelangan tangan
Kebiasaan :
Gejala yang dapat muncul di kemudian hari adalah adanya menopause dini
dan invertilitas pada wanita yang masih dalam usia produktif, wanita ini adalah
wanita carrier pembawa gen fragile X.Sedangkan Gejala lain yang dapat muncul
pada laki-laki dan perempuan adalah adanya tremor atau sindrom ataxia di usia
yang lebih dari 50 tahun.
4. Patogenesis
23
Fragilitas ini tampak dengan frekuensi tinggi bila sel dikultur pada media dengan
defisiensi timidin, dan frekuensi-nya bertambah bila pada media tersebut
ditambahkan 5-fluoro-deoxiuridin yang merupakan su-atu timidilat sintetase
inhibitor. (Swaiman,1999).
Sindroma fragile X mem-perlihatkan pola herediter X linked, dimana tidak
pernah terjadi transmisi dari laki-laki ke laki-laki. Tetapi berlainan dengan
penyakit lain yang diturunkan secara X linked resesif, pada sindroma ini baik laki-
laki maupun wanita dapat mengalami kelainan klinik. Juga terdapat pola transmisi
yang tidak biasa bila diobservasi pada suatu keluarga besar, di mana gen ini akan
ditransmisikan dari laki-laki asimptomatik kepada anak perempuannya yang
asimptomatik, dan kemudian pada generasi ketiga baru timbul gejala. Pola ini
tidak sesuai untuk kelainan X linked, dimana biasa-nya fenotip akan manifest
pada laki-laki yang membawa gen mutan. Pola ini dikenal sebagai Sherman
paradox. (Swaiman, 1999).
Dasar dari Sherman para-dox dan fragilitas kromosom X telah menjadi
jelas sejak gen pe-nyebab sindroma fragile X berhasil diklon. Gen ini adalah
FMR-1 (fragile X mental retardation-1) yang diekspresikan de-ngan level yang
tinggi pada neuron. Gen FMR-1 terletak pa-da regio promoter (pada regio 5
UTRs) di mana triplet basa CGG berulang beberapa kali (antara 5 sampai 50
kali pada populasi umum). Pengulangan dalam range yang normal tidak
mempunyai pengaruh terhadap ekspresi FMR-1 ataupun efek fenotipik.
Pengulangan ini lambat laun bertambah dalam beberapa generasi dan secara
progresif menjadi tidak stabil, mungkin oleh karena adanya slippage (duplikasi
inakurat yang timbul pada pengulangan identik yang terlalu banyak). Jadi transisi
dari alel natural menjadi alel mu-tan terjadi melalui tahap inter-mediate yang
disebut premutasi. Pada keadaan premutasi, jum-lah pengulangan ini meningkat
sebanyak 50-200 pengulangan. Hal ini terjadi pada wanita pem-bawa sifat atau
laki-laki yang asimptomatik (Normal Trans-mitting Male = NTM). Elongasi
dari > 50 pengulangan dapat secara mendadak menga-lami ekspansi menjadi
200 da-lam satu generasi. Perubahan besar atau mutasi penuh ini a-kan
menghentikan promoter dan menghentikan produksi gen. Pada individu dengan
mu-tasi penuh, tampak daerah yang fragil pada daerah Xq27.3. Individu dengan
24
pengulangan masif triplet CGG sampai > 200 kali disertai penekanan ekspresi gen
FMR-1 ini jika laki-laki akan menderita RM, sedangkan wanita dapat bersifat
sebagai pembawa sifat ataupun menderita RM dengan derajat lebih ringan.
Sherman paradox dapat dijelaskan dengan mekanisme transisi dari melalui
premutasi tadi. Alel premutasi bersifat tidak stabil dan dapat mengalami ekspansi
menjadi mutasi pe-nuh pada generasi berikutnya, di mana ekspansi menjadi
mutasi penuh ini tidak terjadi pada laki-laki. Jadi Sherman paradox dijelaskan
dengan adanya premutasi pada laki-laki asimpto-matik yang meneruskannya
kepada anak perempuannya yang kemudian menurunkan mutasi penuh kepada
beberapa individu dari keturunannya. (Swaiman,1999).
5. Diagnosa
6.Pengobatan
25
Tidak ada pengobatan khusus untuk sindroma fragile X.Penanganan dini yang
bisa dilakukan berupa terapi bicara dan berbahasa, serta terapi okupasi. Terapi ini
dapat membantu anak-anak dengan sindroma fragile X memaksimalkan
kemampuan mereka.
7.Pencegahan
Jika di dalam keluarga ada riwayat sindroma fragile X, maka dianjurkan
melakukan konsultasi genetik untuk mengetahui resiko terjadinya sindroma yang
sama pada keturunannya.
2. Parkinson
a. Pengertian
Penyakit Parkinson adalah penyakit susunan saraf yang serius dan berlangsung
progressif, ditandai gerakan tubuh abnormal sebagai akibat dari kegagalan otak
mengatur dan mengkoordinasi fungsi otot tersebut.
b. Proses
Penyakit Parkinson terjadi karena tubuh kita khususnya otak kekurangan zat yang
disebut dopamine. Dopamine adalah mediator yang dibutuhkan otak untuk
mengatur dan mengkoordinasi kapan dan jenis gerakan yang harus dilaksanakan
oleh otot. Normalnya, dopamine dihasilkan oleh sel-sel saraf tertentu di otak, bila
sel saraf tersebut rusak sehingga produksi dopamine berkurang maka kemampuan
otak mengatur dan mengkoordinasi gerakan akan terganggu dengan risiko timbul
gerakan yang abnormal.
c. Penyebab
Hingga saat ini penyebab pasti penyakit Parkinson masih belum diketahui, namun
diduga ada kaitan dengan faktor genetik, usia dan keracunan menahun oleh
pestisida dan herbisida.
d. Faktor Resiko
26
2. Jenis kelamin. Laki-laki lebih berisiko daripada wanita
3. Merokok
4. Pekerjaan, khususnya petani karena risiko terpapar pestisida/herbisida lebih
besar
27
e. Gejala
Gejala penyakit Parkinson sangat individual, karena penyakit berkembang lambat
dan bertahap sehingga pada stadium awal sering tidak terdeteksi. Gejala yang
dapat ditemukan ialah :
1. Tremor pada jari tangan saat istirahat (resting tremor), seperti orang
menggulung batang rokok (pill rolling), tremor juga dapat terjadi di kaki.
2. Wajah kaku, kurang ekspresi, kurang senyum dan mata jarang kedip (mask-
liked face).
3. Suara lemah dan monoton.
4. Sulit memulai dan mengkontrol gerakan.
5. Berjalan dengan langkah kecil,lambat, terseret, sulit membelok arah dan
sulit berhenti.
6. Tak ada ayunan lengan saat berjalan.
7. Kekakuan otot leher, lengan, punggung dan tungkai, sampai posisi badan
membungkuk.
8. Gangguan keseimbangan tubuh sehingga mudah terjatuh ke belakang.
9. Tulisan kecil.
10. Air liur menetes.
11. Susah tidur.
f. Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, Hornikiewicz membagi penyakit Parkinson atas:
1. Penyakit Parkinson primer atau idiopatis
Jenis yang paling sering dijumpai, sekitar 7 dari 8 kasus. Disebut juga
Paralysis Agitans . Etiologinya diduga akibat berkurangnya jumlah
dopamine dari substansia nigra dan striatum, adanya toksin lingkungan
dan penyebab penyebab idiopatis seperti tumor otak, penyakit
cerebrovaskular
2. Penyakit Parkinson sekunder atau simptomatis
Etiologinya akibat adanya arterio sklerosis, anoksia, dan isemi otak serta
pasca ensefalitis
28
Supra Nuclear Palsy (SPN), Cortio Basilar Degeneration (CBD), dan
Multi system Atrofi (MSA)
4. Parkinson pugilistic
Parkinson yang biasa menyerang para petinju atau mantan para petinju
dikarenakan banyak menerima pukulan-pukulan pada kepala sehingga
terjadi pendarahan serebral di otak.
5. Selain jenis-jenis diatas, ada juga Parkinson yang disebabkan oleh obat.
NAmun bersifat reversible, ketika obat dihentikan maka akan sembuh.
Obatnya adalah: Transquilizer, Cholopromazine, Proxilin, Compazine .
Tidak dijumpai hilangnya sel dopamine pada substansia nigra
g. Diagnosis
Belum ada tes khusus untuk memastikan seseorang menderita penyakit Parkinson.
Pada umumnya dokter membuat diagnosis berdasarkan hasil wawancara tentang
riwayat penyakit, keluhan dan kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan fisik,
Untuk memastikan diagnosis, penderita mungkin akan diberi obat anti-Parkinson
(Levo-dopa) dengan dosis yang optimal, bila respons pengobatan sangat baik,
maka diagnosis penyakit Pakinson tidak diragukan.
h. Penatalaksanaan
Dapat diberikan obat-obat dopaminergik (L-dopa) atau obat antikolinergik
untuk mengurangi gejala
Pada beberapa penelitian, transplantasi sel-sel ganglion basal atau medulla
adrenal (tempat lain pembentukan dopamine) dari janin ke otak pasien
pengidap Parkinson dapat memberikan hasil yang baik
29
3.Penyakit Genetik
Kelainan dan Penyakit genetik adalah penyimpangan dari sifat umum atau sifat
ratarata manusia, serta merupakan penyakit yang muncul karena tidak
berfungsinya faktorfaktor genetic yang mengatur struktur dan fungsi fisiologi
tubuh manusia.
Berdasarkan sifat alelnya maka kelainan dan penyakit genetik dapat
digolongkan sebagai berikut :
Kelainan dan penyakit genetik yang disebabkan faktor alel dominan
autosomal
Kelainan dan penyakit genetik yang disebabkan faktor alel resesif
autosomal
Kelainan dan penyakit genetik yang disebabkan alel tertaut dengan
kromosom seks / kelamin
Kelainan dan penyakit geetik yang disebabkan oleh pengaruh aberasi
kromosom
30
serta (aa x aa). Contohnya adalah: Anemia sel sabit, Fibrosis sistik ,
Galaktosemia, Phenylketonuria, Thalassemia
Anenamel
Penyakit ini adalah ketidakmampuan tubuh dalam membentuk email
gigi yang berfungsi untuk mempertahankan dan menguatkan gigi. Penyakit
ini akan termanifestasikan dalam fenotipe apabila kromosom X terangkai
dengan gen dominan.
31
Buta warna
Buta warna merupakan kelainan di mana penderitanya tidak dapat
menangkap seluruh spektrum warna secara utuh. Terkait dengan keadaan ini
maka kelainan terjadi di sel kerucut (cone) yang peka terhadap spektrum
warna. Kelainan ini disebabkan oleh gen resesif terpaut kromosom X.
Buta warna dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Buta warna parsial (sebagian)
Penderita buta warna parsial tidak dapat melihat warna-warna
tertentu, misalnya hijau dan merah. Jika penderita tidak dapat melihat
warna hijau saja dinamakan buta warna hijau atau buta warna deutan.
Jika penderita tidak dapat melihat warna merah saja dinamakan buta
warna merah atau buta warna protan.
2) Buta warna total
Penderita buta warna total tidak dapat melihat semua warna sehingga
dalam pandangannya hanya ada warna hitam dan putih.
Hemofilia
Hemofilia merupakan kelainan dimana seseorang darahnya tidak
dapat/sulit membeku bila luka. Luka kecil pun dapat menyebabkan
penderita meninggal karena terjadi pendarahan yang terus-menerus. Gen
yang mengendalikan sifat ini adalah gen resesif dan terpaut dalam
kromosom X.
32
Anodontia
Anodontia merupakan kelainan di mana penderitanya tidak memiliki
benih gigi dalam tulang rahangnya, sehingga gigi tidak dapat tumbuh
seterusnya. Selain itu, penyakit ini ditandai dengan rambut jarang dan susah
berkeringat karena berkurangnya kelenjar keringat. Sama seperti hemofilia,
penyakit ini disebabkan gen resesif terpaut pada kromosom X.
Distrofi Otot
Kelainan tersebut ditandai dengan makin melemahnya otot otot dan
hilangnya koordinasi. Kelainan ini terjadi karena tidak adanya satu protein
otot penting yang disebut distrofin, yang terletak pada lokus yang spesifik
pada kromosom X.
Sindrom Fragile X
Nama sindrom fragile diambil dari penampakan fisik kromosom X yang
tidak normal.Bagiankromosom X yang mengalami konstriksi (pelekukan)
dibagian ujung lengan kromosom yang panjang. Dari semua bentuk
keterbelakangan mental yang disebabkan oleh faktor genetik, bentuk yang
paling umum adalah fragile.
33
ayah mereka, keturunan perempuan dari ayah yang terkena''''pernah
terpengaruh.
Karena kromosom Y relatif kecil dan mengandung gen sangat sedikit, ada
relatif sedikit Y-linked gangguan. Seringkali gejala meliputi infertilitas, yang
mungkin dielakkan dengan bantuan beberapa perawatan kesuburan.
Contohnya adalah Infertilitas Pria dan pinnae hipertrikosis.
34
perkembangannya (infatil) dan tidaksempurna, steril, kedua puting
susu berjarak melebar, payudara tidak berkembang, badan
cenderungpendek (kurang lebih 120 cm), dada lebar , leher pendek,
mempunyai gelambir pada leher, danmengalami keterbelakangan
mental.
5. Sindrom Edward (47,XY + 18 dan 47, XX + 18)
a. Penderita mengalami trisomi atau kelebihan satu Autosom nomor
18.Ciri ciri penderita adalahmemiliki kelainan pada alat tubuh
telinga dan rahang bawah kedudukannya rendah, mulut
kecil,mental terbelakang, tulang dada pendek, umumnya hanya
mencapai umur 6 bulan saja.
6. Sindrom Patau (47,XY + 13 dan 47, XX + 13)
a. Penderita mempunyai 45 Autosom, sehingga disebut
trisomi.Trisomi dapat terjadi padakromosom nomor 13, 14 atau
15.Ciri ciri penderita kepala kecil, mata kecil, sumbing celah
langitlangit, tuli, polidaktili, mempunyai kelainan otak, jantung,
ginjal dan usus serta pertumbuhanmentalnya terbelakang. Biasanya
penderita meninggal pada usia kurang dari 1 tahun.
7. Sindrom Cri du chat
a. Anak yang dilahirkan dengan delesi pada kromosom nomor 5 ini
mempunyai mentalterbelakang, memiliki kepala yang kecil dengan
penampakan wajah yang tidak biasa, dan memilikitangisan yang
suaranya seperti suara kucing. Penderita biasanya meninggal ketika
masih bayi atauanak anak.
4. Retardasi Mental
A. Definisi
35
sendiri merupakan proses utama, hakiki, dan khas pada anak serta merupakan
sesuatu yang terpenting pada anak tersebut. Terjadinya retardasi mental dapat
disebabkan adanya gangguan pada fase pranatal, perinatal maupun postnatal.
B. Klasifikasi
Retardasi mental dibagi menhadi 4 golongan yaitu:
5. Retardasi mental ringan (mild retardation, IQ 50-69)
Retardasi mental ringan dikategorikan sebagai retardasi mental
dapat dididik (educable).Anak mengalami gangguan berbahasa
tetapi masih mampu menguasainya untuk keperluan bicara sehari-
hari dan untuk wawancara klinik.Umumnya mereka juga mampu
mengurus diri sendiri secara independen (makan, mencuci,
memakai baju, mengontrol saluran cerna dan kandung kemih),
meskipun tingkat perkembangannya sedikit lebih lambat dari
ukuran normal.Kesulitan utama biasanya terlihat pada pekerjaan
akademik sekolah, dan banyak yang bermasalah dalam membaca
dan menulis.Dalam konteks sosiokultural yang memerlukan sedikit
kemampuan akademik, mereka tidak ada masalah. Tetapi jika
ternyata timbul masalah emosional dan sosial, akan terlihat bahwa
mereka mengalami gangguan, misal tidak mampu menguasai
masalah perkawinan atau mengasuh anak, atau kesulitan
menyesuaikan diri dengan tradisi budaya.
6. Retardasi mental sedang (moderate retardation, IQ 35-49)
36
Retardasi mental sedang dikategorikan sebagai retardasi mental
dapat dilatih (trainable).Pada kelompok ini anak mengalami
keterlambatan perkembangan pemahaman dan penggunaan bahasa,
serta pencapaian akhirnya terbatas. Pencapaian kemampuan
mengurus diri sendiri dan ketrampilan motor juga mengalami
keterlambatan, dan beberapa diantaranya membutuhkan
pengawasan sepanjang hidupnya. Kemajuan di sekolah terbatas,
sebagian masih bisa belajar dasar-dasar membaca, menulis, dan
berhitung.
7. Retardasi mental berat (severe retardation, IQ 20-34)
Kelompok retardasi mental berat ini hampir sama dengan
retardasi mental sedang dalam hal gambaran klinis, penyebab
organik, dan keadaan-keadaan yang terkait. Perbedaan utama
adalah pada retardasi mental berat ini biasanya mengalami
kerusakan motor yang bermakna atau adanya defisit neurologis.
8. Retardasi mental sangat berat (profound retardation, IQ<20)
Retardasi mental sangat berat berarti secara praktis anak sangat
terbatas kemampuannya dalam mengerti dan menuruti permintaan
atau instruksi.Umumnya anak sangat terbatas dalam hal mobilitas,
dan hanya mampu pada bentuk komunikasi nonverbal yang sangat
elementer.
C. Etiologi
Terjadinya retardasi mental tidak dapat dipisahkan dari tumbuh
kembang seorang anak.Seperti diketahui factor penentu tumbuh kembang
seorang anak pada garis besarnya adalah faktor
genetik/heredokonstitusional yang menentukan sifat bawaan anak tersebut
dan factor lingkungan.Yang dimaksud dengan lingkungan pada anak
dalam konteks tumbuh kembang adalah suasana (milieu) dimana anak
tersebut berada.
Kelainan/penyimpangan tumbuh kembang pada anak terjadi akibat
gangguan pada interaksi antara anak dan lingkungan tersebut, sehingga
kebutuhan dasar anak tidak terpenuhi.Keadaan ini dapat menyebabkan
morbiditas anak, bahkan dapat berakhir dengan kematian.Kalaupun
37
kematian dapat diatasi, sebagian besar anak yang telah berhasil tetap hidup
ini mengalami akibat menetap dari penyimpangan tersebut yang
dikategorikan sebagai kecacatan, termasuk retardasi mental.Jelaslah bahwa
dalam aspek pencegahan terjadinya retardasi mental praktek pengasuhan
anak dan peran orangtua sangat penting.
Etiologi retardasi mental dapat terjadi mulai dari fase pranatal, perinatal
dan postnatal.Beberapa penulis secara terpisah menyebutkan lebih dari
1000 macam penyebab terjadinya retardasi mental, dan banyak
diantaranya yang dapat dicegah.Ditinjau dari penyebab secara langsung
dapat digolongkan atas penyebab biologis dan psikososial.
Penyebab biologis atau sering disebut retardasi mental tipe klinis
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
Pada umumnya merupakan retardasi mental sedang sampai
sangat berat
Tampak sejak lahir atau usia dini
Secara fisis tampak berkelainan/aneh
Mempunyai latar belakang biomedis baik pranatal, perinatal
maupun postnatal
Tidak berhubungan dengan kelas social
Etiologic retardasi mental tipe klinis atau biological dapat dibagi dalam:
4. Penyebab prenatal
e. Kelainan kromosom
Kelainan koromosom penyebab retardasi mental yang
terbanyak adalah sindrom Down. Sebagian besar dari
golongan ini termasuk retardasi mental sedang. Risiko
timbulnya sindrom Down berkaitan dengan umur ibu saat
melahirkan. Ibu yang berumur 20-25 tahun saat melahirkan
mempunyai risiko 1:2000, sedangkan ibu yang berumur 45
38
tahun mempunyai risiko 1:30 untuk timbulnya sindrom
Down.
Kelainan kromosom lain yang bermanifestasi sebagai
retardasi mental adalah trisomi-18 atau sindrom Edward,
dan trisomi-13 atau sindrom Patau, sindrom Cri-du-chat,
sindrom Klinefelter, dan sindrom Turner. Berdasarkan
pengamatan ternyata kromatin seks, yang merupakan
kelebihan kromosom -X pada laki-laki lebih banyak
ditemukan di antara penderita retardasi mental dibandingkan
laki-laki normal.Diperkirakan kelebihan kromosom-X pada
laki-laki memberi pengaruh tidak baik pada kesehatan jiwa,
termasuk timbulnya psikosis, gangguan tingkah laku dan
kriminalitas.
Kelainan kromosom-X yang cukup sering menimbulkan
retardasi mental adalah Fragile-X syndrome, yang
merupakan kelainan kromosom X pada band q27.Kelainan
ini merupakan x-linked dan dibawa oleh ibu.Penampilan
klinis yang khas pada kelainan ini adalah dahi yang tinggi,
rahang bawah yang besar, telinga panjang dan pembesaran
testis.
f. Kelainan metabolic
Kelainan metabolik yang sering menimbulkan retardasi
mental adalah:
Phenylketonuria (PKU), yaitu suatu gangguan metabolik
dimana tubuh tidak mampu mengubah asam amino
fenilalanin menjadi tirosin karena defisiensi enzim
hidroksilase. Penderita laki-laki tenyata lebih besar
dibandingkan perempuan dengan perbandingan 2:1.
Kelainan ini diturunkan secara autosom resesif.
Penderita retardasi mental pada PKU 66,7% tergolong
retardasi mental berat dan 33,3% retardasi mental
sedang.
Galaktosemia adalah suatu gangguan metabolisme
karbohidrat disebabkan karena tubuh tidak mampu
39
menggunakan galaktosa yang dimakan. Dengan diet
bebas galaktosa bayi akan bertambah berat badannya dan
fungsi hati akan membaik, tetapi menurut beberapa
penulis perkembangan mental tidak mengalami
perubahan.
Penyakit Tay-Sachs atau infantile amaurotic idiocy
adalah suatu gangguan metabolisme lemak, dimana
tubuh tidak bisa mengubah zat-zat pralipid menjadi lipid
yang diperlukan oleh sel-sel otak. Manifestasi klinis
adalah nistagmus, atrofi nervus optikus, kebutaan, dan
retardasi mental sangat berat.
Hipotiroid kongenital adalah defisiensi hormon tiroid
bawaan yang disebabkan oleh berbagai faktor (agenesis
kelenjar tiroid, defek pada sekresi TSH atau TRH, defek
pada produksi hormon tiroid). Kadang-kadang gejala
klinis tidak begitu jelas dan baru terdeteksi setelah 6-12
minggu kemudian, padahal diagnosis dini sangat penting
untuk mencegah timbulnya retardasi mental atau paling
tidak meringankan derajat retardasi mental. Gejala klasik
hipotiroid kongenital pada minggu pertama setelah lahir
adalah miksedema, lidah yang tebal dan menonjol, suara
tangis yang serak karena edema pita suara, hipotoni,
konstipasi, bradikardi, hernia umbilikalis.
Defisiensi yodium secara berlebih dapat menyebabkan
retardasi mental. Dalam bentuk yang berat kelainan ini
disebut juga kretinisme, dengan manisfestasi klinis
adalah miksedema, lemah otot, letargi, gangguan
neurologis, dan retardasi mental berat.
g. Infeksi
Infeksi rubela pada ibu hamil triwulan pertama dapat
menimbulkan anomali pada janin yang dikandungnya.Risiko
timbulnya kelainan pada janin berkurang bila infeksi timbul
pada triwulan kedua dan ketiga.Manifestasi klinis rubela
40
kongenital adalah berat lahir rendah, katarak, penyakit
jantung bawaan, mikrosefali, dan retardasi mental.
Infeksi cytomegalovirus tidak menimbulkan gejala pada
ibu hamil tetapi dapat memberi dampak serius pada janin
yang dikandungnya.Manifestasi klinis antara lain
hidrosefalus, kalsifikasi serebral, gangguan motorik, dan
retardasi mental.
h. Intoksikasi
Fetal alcohol syndrome (FAS) merupakan suatu sindrom
yang diakibatkan intoksikasi alkohol pada janin karena ibu
hamil yang minum minuman yang mengandung alkohol,
terutama pada triwulan pertama. Di negara Amerika Serikat
FAS merupakan penyebab tersering dari retardasi mental
setelah sindrom Down.
5. Penyebab perinatal
Menurut Koch, 15-20% dari anak retardasi mental disebabkan
karena prematuritas. Asfiksia, hipoglikemia, perdarahan
intraventrikular, kernikterus, meningitis dapat menimbulkan
kerusakan otak yang ireversibel, dan merupakan penyebab
timbulnya retardasi mental.
6. Penyebab postnatal
Faktor-faktor postnatal seperti infeksi, trauma, malnutrisi,
intoksikasi, kejang dapat menyebabkan kerusakan otak yang pada
akhirnya menimbulkan retardasi mental.
41
5. Mutasi Genetik
Mutasi
Mutasi berasal dari kata Mutatus (bahasa Latin) yang artinya adalah perubahan.
Mutasi adalah perubahan materi genetik yang bersifat dapat diwariskan.
Kesalahan apapun yang terjadi selama replikasi gen di dalam molekul DNA pada
satu atau lebih basa dapat menyebabkan timbulnya mutasi. Meskipun sel
mempunyai suatu mekanisme untuk meningkatkan ketepatan replikasi DNA,
terkadang bisa terjadi suatu kesalahan spontan yang menimbulkan perubahan pada
DNA dan yang dapat diwariskan (Stansfield, et al., 2003).
Jenis-jenis mutasi
A. Menurut Kejadiannya
Mutasi dapat terjadi secara spontan (alamiah) dan juga dapat terjadi secara
buatan.
1. Mutasi spontan adalah perubahan yang terjadi secara alamiah atau
dengan sendirinya, diduga faktor penyebabnya adalah panas, radiasi
sinar kosmis, sinar ultraviolet matahari, radiasi dan ionisasi internal
mikroorganisme serta kesalahan DNA dalam metabolisme.
2. Mutasi buatan adalah mutasi yang disebabkan oleh usaha manusia
antara lain karena faktor fisika, kimia dan biologi.
2. mutasi gametik atau germinal adalah mutasi yang terjadi pada sel
gamet. Karena terjadinya di sel gamet, maka akan diwariskan oleh
keturunannya.
42
Berdasarkan bagian yang bermutasi, mutasi dibedakan menjadi mutasi
DNA, mutasi gen dan mutasi kromosom.
1. Mutasi DNA
a. Mutasi transisi, yaitu suatu pergantian basa purin dengan basa purin
lain atau pergantian basa pirimidin dengan basa pirimidin lain.
b. Mutasi tranversi, yaitu suatu pergantian antara purin dengan pirimidin
pada posisi yang sama.
43
mengarah pada inaktifnya suatu protein sehingga menghasilkan fenotip
mutan. Mutasi ini dapat terjadi baik oleh tranversi, transisi, delesi,
maupun insersi.
d. Mutasi perubahan rangka baca (frameshift mutation), yaitu mutasi yang
terjadi karena delesi atau insersi satu atau lebih pasang basa dalam satu
gen sehingga ribosom membaca kodon tidak lengkap. Akibatnya akan
menghasilkan fenotip mutan.
3. Mutasi kromosom
Mutasi kromosom yaitu mutasi yang disebabkan karena perubahan
struktur kromosom atau perubahan jumlah kromosom. Mutasi kromosom
sering terjadi karena kesalahan pada meiosis maupun pada mitosis (Warianto,
2011).
Mutagen
Mutagen yaitu agen yang dapat menyebabkan terjadinya mutasi dalam sel
(Postlethwait, et al., 2006). Agen mutagen tersebut dapat berupa mutagen alami
maupun mutagen buatan (Stansfield, et al., 2003). Mutagen yang pertama kali
ditemukan yaitu gas mustard yang dikenal sebagai agen pengalkilasi (Gardner, et
al., 1984).
Macam-macam penyebab mutasi dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Mutasi alami (mutasi spontan)
Mutasi spontan adalah perubahan yang terjadi secara alamiah atau dengan
sendirinya, diduga faktor penyebabnya adalah panas, radiasi sinar kosmis,
sinar ultraviolet matahari, radiasi dan ionisasi internal mikroorganisme
serta kesalahan DNA dalam metabolisme.
b. Mutasi buatan
Mutasi buatan adalah mutasi yang disebabkan oleh usaha manusia, antara
lain:
44
b. Radiasi yang bersifat mutagenik antara lain berasal dari sinar ultraviolet,
sinar gamma, sinar-X, dan sinar-sinar lain yang mempunyai daya
ionisasi.
c. Radiasi yang sering digunakan untuk kegiatan mutasi buatan untuk
proyek bibit unggul biasanya menggunakan Radio isotop.
d. Radiasi yang dipancarkan oleh bahan yang bersifat radioaktif misalnya
Uranium, polonium, dan lain-lain.
e. Suatu zat radioaktif dapat berubah secara spontan menjadi zat lain yang
mengeluarkan radiasi.
f. Sinar tampak gelombang radio dan panas dari matahari atau api, juga
membentuk radiasi, tapi tidak merusak.
45
Frekuensi Mutasi
Kecepatan mutasi adalah kemungkinan gen mengalami mutasi pada setiap
pembelahan sel. Kecepatan mutasi dinyatakan sebagai kelipatan 10, dan karena
mutasi sangat jarang terjadi maka eksponen selalu dalam bentuk negatif.
Misalnya, bila terdapat satu kemungkinan mutasi dalam 104 sel yang membelah
diri, maka laju (rate) mutasi adalah sebesar 1/10.000 yang diekspresikan sebagai
10-4 per pembelahan sel. Mutasi spontan sangat jarang terjadi, umunya muncul
sekali dalam 109 pasangan basa yang bereplikasi (laju mutasi 10-9). Suatu bahan
mutagenik umumnya mempercepat terjadinya mutasi spontan. Dengan adanya
senyawa mutagenik, kecepatan normal mutasi spontan (10-6 mutasi per gen yang
bereplikasi) dapat dipercepat menjadi berkisar antara 10-5 hingga 10-3 mutasi per
gen yang bereplikasi (Pagala, 2010).
46
KESIMPULAN
SOLUSI
47
DaftarPustaka
48
Swaiman K. F., Ashwal S. 1999. Pediatric Neurology.Principles &
Practice.3 rd edition. Mosby, Inc.
http://growupclinic.com/2013/05/05/penanganan-terkini-retardasi-
mental-pada-anak/ diakses pada 14 Oktober 2014 pukul 21:30
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34767/4/Chapter
%20II.pdf
49