Anda di halaman 1dari 10

[Document

TA 3 -title]
10

Nama : Bukit Agustinus Tampubolon


NIM : 145040101111149
Kelas :A
Mata Kuliah : Etika Profesi
Dosen Pengampu : Prof.Dr.Ir. Sugiyanto , MS

BIOETIKA DI INDONESIA

Dialetika teknologi yang berupa kegiatan & produk teknologi memiliki 2


sisi, baik positif maupun negatif. Pada sisi positif, dapat menyelesaikan persoalan
di dalam memenuhi kebutuhan orang maupun masyarakat, sedangkan pada sisi
negative ialah berpotensi menimbulkan bahaya bagi keselamatan manusia,
kelestarian fungsi lingkungan, kerukunan bermasyarakat, keselamatan bangsa, dan
merugikan negara.
Zaman ini bioteknologi yang merupakan salah satu penerapan teknologi
sangat berkontribusi dalam kehidupan manusia dan sudah banyak dilakukan di
negara-negara di dunia. Bioteknologi tidak dapat dipungkiri telah memberikan
banyak manfaat bagi manusia, baik di bidang pangan dan medis yang akhirnya
berdampak pada kesejahteraan manusia. Bioteknologi walaupun telah banyak
dilakukan oleh negara maju di dunia ternyata belum tentu dapat dengan baik di
beberapa negara lain. Berikut merupakan tantangan di bidang teknologi:
1. Pengembangan pesat ilmu pengetahuan hayati dan informatika, membawa
tantangan besar dalam sistem nilai ilmu pengetahuan yang relatif mapansejak
akhir perang dunia I.
2. Pemunculan kembali masalah besarlama di dunia ditengah masyarakat kini
memerlukan pendekatan terpadu.
3. Kemajuan bioteknologi berbasis biologi molekuler dan teknologi rekayasa
genetika: transgenic plant experiment, cloning, stem cell experiment, dll,
menyentuh martabat dan harkat hidup organisme.
4. Perumusan kebijakan arah pengembangan dan penerapan iptek menjadi
terancam kehilangan kebijakan etika ilmu pengetahuan dan etika penelitian.
[Document
TA 3 -title]
10

5. Peninjauan etika dalam hal perlakuan manusia terhadap lingkungan hidupnya,


terhadap sesama makhluk hidup dar idunia flora, fauna dan jasad renik,
mengarahkan perlunya pembahasan menyeluruh dalam kerangka bioetika.
6. Diperlukan rambu-rambu berperilaku (etika) bagi para pengelola ilmu
pengetahuan, ilmuwan dan ahli tekonologi yang bergerak di bidang biologi
molekuler dan teknologi rekayasa genetika.
7. Bioetika akan dapat berfungsi :
1. Pemanduan,
2. Pengawalan, dan
3. Pemantauan dan pengawasan.
Pengertian Bioetika
Bioetik sendiri memiliki beberapa pengertian seperti berikut:
1. Biologi dengan pengetahuan mengenai sistem nilai manusia, yang akan
menjadi jembatan antara ilmu pengetahuan dan kemanusiaan, membantu
menyelamatkan kemanusian, dan mempertahankan dan memperbaiki dunia
beradab. (Van Potter, 1970s)
2. Bioetika mengacu pada kajian sistematis, plural dan interdisiplin dan
penyelesaian masalah etika yang timbul dari ilmu hayati, dan sosial,
sebagaimana yang diterapkan pada manusia danhubungannya dengan biosfera,
termasuk masalah yang terkait dengan ketersediaan dan keterjangkauan
perkembangan keilmuan dan keteknologian dan penerapannya. (Preliminary
Draft Declaration on Universal Norms on Bioethics, UNESCO, 2005)
3. Bioetikaialah kajian mengenai pengaruh moral dan sosial dari teknik-teknik
yang dihasilkan oleh kemajuan ilmu-ilmu hayati. (Honderich Oxford, 1995)
4. Bioetika bukanlah suatu disiplin. Bioetika telah menjadi tempat bertemunya
sejumlah disiplin, diskursus, dan organisasi yang terlibat dan peduli pada
persoalan etika, hukum, dan sosial yang ditimbulkan oleh kemajuan dalam
kedokteran, ilmu pengetahuan, dan bioteknologi. (Onara ONeill, 2002)
Etika sendiri memiliki pengertian bagian cabang dari filsafat terapan yang
mencari perangkat perilaku apa yang benar apa yang salah, yang baik dan yang
jelek di dalam suatu keadaan tertentu; dan Bioetika ialah semacam ilmu
pengetahuan yang menawarkan pemecahan masalah bagi konflik moral yang
[Document
TA 3 -title]
10

timbul dalam tindakan ilmu hayati dan praktek kedokteran. Dapat dikatakan
bioetika terkait dengan kegiatan yang mencari jawab dan menawarkan pemecahan
masalah dari konflik moral. Konflik moral yang dimaksud meliputi konflik yang
timbul dari kemajuan pesat ilmu-ilmu pengetahuan hayati dan kedokteran, yang
diikuti oleh penerapan teknologi yang terkait dengannya
Berikut merupakan ciri-ciri dari bioetika:
1. Interdisiplinerilitas -melibatkan ilmu pertanian, hayati, biomedis, hukum, ilmu
sosial, teologi, dan lain-lain.
2. Internasionalisasi-problem-problem etis yang ditimbulkan dalam
perkembangan ilmu-ilmu hayati bersifat internasional.
3. Plularisme -banyak golongan dan pandangan diikutsertakan.
Negara Indonesia telah memiliki dasar hukum terkait bioetika. Dasar hukum
tersebut ialah:
1. Perubahan Keempat UUD 45 Pasal 31 ayat (5) yang menyatakan
bahwaPemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
menjunjung tinggi nilai-nilai agamadan persatuan bangsa untuk memajukan
peradaban serta kesejahteraan umat manusia.
2. UU No.18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan
Penerapan IPTEK pada pasal 22 : Pemerintah menjamin kepentingan
masyarakat, bangsa, dan negara serta keseimbangan tata kehidupan manusia
dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup.
3. UU No. 7 tahun 1996 tentang Pangan; pasal 13 yang mengantisipasi produk
pangan yang dihasilkan melalui rekayasa genetika.
4. Peraturan Pemerintah No. 29 tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas
Tanaman yang memberikan batasan-batasan perlindungan.
5. Keputusan Bersama Menristek, MenKes dan Mentan Tahun 2004 tentang
Pembentukan Komisi Bioetika Nasional.
6. UU No 13 tahun 2010 tentang Hortikultura.
7. UU No. 18/2002 Tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan
Penerapan IPTEK (RPP Peneltian Berisiko Tinggi), Pasal 22
[Document
TA 3 -title]
10

1) Pemerintah menjamin kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara serta


keseimbangan tata kehidupan manusia dengan kelestarian fungsi lingkungan
hidup.
2) Untuk melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
pemerintah mengatur perizinan bagi pelaksanaan kegiatan penelitian,
pengembangan, dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berisiko
tinggi dan berbahaya dengan memperhatikan standar nasional dan ketentuan
yang berlaku secara internasional.
3) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur lebih lanjut
dalam Peraturan Pemerintah.
8. UU No. 18/2002 Tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan
Penerapan IPTEK.
9. PP No. 41/2006 Perizinan Melakukan Litbang bagi Perguruan TinggiAsing,
Lembaga Litbang Asing dan Badan Usaha Asing dan Orang Asing
Pasal 20
1) Perguruan Tinggi Asing, Lembaga Litbang Asing dan Badan Usaha Asing
dan Orang Asing tidak membawa sampel dan/atau spesimen bahan litbang
keluar wilayah NKRI
Pasal 21
1) Dalam melaksanakan kegiatan litbang i Perguruan Tinggi Asing, Lembaga
Litbang Asing dan Badan Usaha Asing dan Orang Asing tetap menghormati
adat istiadat dan norma-norma kebudayaan yang berlaku di tempat kegiatan
litbang.
Selain telah memiliki dasar hukum terkait bioetika, Indonesia juga memiliki
komisi bioetika nasional. Komisi bioetika nasional memiliki tugas, fungsi, dan
kegiatan seperti berikut:
Tugas komisi bioetika nasional menurut Pasal 2 PP No. 41/2006:
1. Memajukan telaah masalah yang terkait dengan prinsip-prinsip bioetika.
2. Memberi pertimbangan kepada Pemerintah mengenai aspek bioetika dalam
penelitian, pengembangan, dan penerapan Iptek yang berbasis pada ilmu
pengetahuan hayati.
3. Menyebarluaskan pemahaman umum mengenai bioetika.
[Document
TA 3 -title]
10

Fungsi komisi bioetika nasional menurut Pasal 3 PP No. 41/2006:


1. Penelaahan prinsip-prinsip bioetika dalam memajukan iptek serta mengkaji
dampaknya pada masyarakat.
2. Peninjauan etika terhadap arah perkembangan iptek, khususnya ilmu-ilmu
hayati.
3. Pemberian pertimbangan kepada pemerintah.
4. Pengembangan pedoman nasional bioetika.
5. Pelayanan informasi dari dan kepada pemerintah masyarakat luas.
6. Penguatan jaringan antar kelompok yang berkepentingan dengan aspek etika.
7. Penyelenggaraan kerjasama di forum internasional.
8. Penyelenggaraan fungsi-fungsi lain di bidang bioetika yang berkaitan dengan
tugas komisi.
Kegiatan riset yang dilakukan oleh komisi bioetika:
1. Riset di bidang bioteknologi dilakukan oleh banyak Universitas/Lembaga
Penelitian: Universitas Brawijaya, PAU Biotek IPB, ITB, dan UGM; FKUI;
FMIPA UI, Jur. Biologi; LBM Eijkman; Puslit Bioteknologi LIPI, Puslit
Biologi LIPI; Balitbang DepTan; BPPT, dan lain-lain.
2. Jenis riset berbasis biologi molekuler dan rekayasa genetika: eksperimen
transgenik di bidang pertanian.
3. Tantangan luar yang boleh jadi akan masuk: kloning, eksperimen stem cells
(=sel punca), xerotransplantasi, dan lain-lain.
Bioetika Tanaman
Penelitian pada tanaman terkait dengan bioetika tanaman memerlukan
aturan aturan untuk menentukan bahan penelitian yang baik, menentukan prosedur
yang benar serta menangani produk penelitian dengan benar sehingga proses
maupun hasil penelitian tidak mengganggu kesalamatan manusia. Dalam bioetika
tanaman tentu tanaman merupakan objek utama dalam kajian ini. Bahan berupa
tanaman perlu memerhatikan penggunaan bahan yang baik meliputi nilai bahan
itu sendiri, cara mendapatkan bahan tersebut, dan faktor dalam bahan tanaman
(gen) maupun faktor luar (lingkungan) dari tanaman harus dipertimbangkan.
Berikut merupakan prosedur dalam penelitian di bidang tanaman:
1. Prosedur yang benar, meliputi
[Document
TA 3 -title]
10

- prosedur untuk mendapatkan bahan,


- prosedur penanganan bahan,
- prosedur pelaksanaan penelitian,
- prosedur pelepasan produk penelitian harus dilaksanakan dengan benar.
2. Penelitian di bidang tanaman meliputi penelitian dasar dan terapan, mulai dari
pemuliaan tanaman, budidaya sampai pasca panen.
Berikut persyaratan bahan penelitian tanaman yang baik:
1. Benih, bibit dan bahan tanaman merupakan dasar untuk budidaya. kualitas
yang baik sangat penting di sini.
2. Kebanyakan materi propagasi Namun secara konvensional tumbuh. Benih
diperlakukan dengan produk konvensional dapat digunakan hanya jika
pengguna tidak dapat memperoleh benih non-diobati di pasar.
3. Petani organik tidak diperbolehkan untuk menggunakan deterjen atau promotor
perkecambahan. Dalam pertanian subur di mana produksi benih tidak berbeda
jauh dari produksi tanaman, petani organik menggunakan benih sendiri non-
diperlakukan sebagai saham dasar untuk tanaman diri pupuk seperti sereal,
kacang polong dan kacang-kacangan.
4. Menurut Peraturan Uni Eropa 2092/91 pada produksi organik, setelah 31
Desember 2000, semua bahan menyebarkan digunakan dalam pertanian
organik harus dari asal organik. Tenggat waktu ini berlaku terutama untuk
propagasi.
5. Pedoman untuk perbanyakan organik benih bervariasi di Eropa. Di Swiss,
benih hanya dapat diperdagangkan dengan nama Demeter (mark biodinamik)
setelah menjalankan siklus dua tahun di sebuah pertanian organik. Belanda
berikut Peraturan Dewan (EEC) No 2092/91 yang memungkinkan penggunaan
tanda EKO untuk bibit dipilih yang dalam kondisi saat ini telah dikalikan
selama satu siklus pada pertanian organik.
Berikut prosedur penelitian tanaman yang baik:
1. Pertanian organik telah sengaja berkembang ke arah lain.
2. Petani organik menginginkan tingkat produksi yang ekonomis dan layak dari
pandangan manajemen pertanian berkelanjutan.
[Document
TA 3 -title]
10

3. Permintaan sumber daya alam di dalam dan di sekitar peternakan tidak boleh
melebihi kapasitas.
4. Manajemen pertanian ditujukan untuk mendukung kemampuan mengatur diri
sendiri dari tanah, tanaman dan hewan di pertanian.
5. Penggunaan pupuk kimia sintetis dan pestisida tidak diperbolehkan.
6. Petani organik tidak ingin menaikkan produksi dengan aplikasi tambahan dari
nitrogen dan lebih sensitif terhadap variabilitas alami dalam kondisi pertanian.
7. Itulah sebabnya petani organik perlu varietas yang beradaptasi dengan baik
untuk situasi tanah dan pupuk spesifik pada setiap peternakan dan yang tumbuh
dengan baik pada tingkat kesuburan rendah.
8. Lebih dari petani konvensional, petani organik sangat menghargai varietas
yang berkontribusi besar terhadap pengurangan gulma, yang memiliki daya
tahan tinggi terhadap penyakit dan hama dan kualitas produk yang tinggi,
misalnya, dalam rasa.
9. Menurut prinsip-prinsip ekologi pertanian organik, tanaman harus mampu
menyelesaikan siklus hidupnya dalam keadaan alami.
Persyaratan prosedur pelepasan tanaman yang baik:
1. Untuk review Genetically Modified Organism: protokol Cartagena.
2. Biosafety Protocol adalah perjanjian anak perusahaan untuk Konvensi PBB
tentang Keanekaragaman Hayati (CBD), yang ditandatangani oleh lebih dari
150 pemerintah pada KTT Bumi Rio pada tahun 1992, Protokol itu sendiri
disepakati di Montreal pada bulan Januari 2000 dan mulai berlaku tanggal 11
September 2003. Sekarang 100 negara telah mendaftar.
3. Pada dasarnya Biosafety Protocol adalah perjanjian yang dirancang untuk
mengatur perdagangan internasional, penanganan dan penggunaan organisme
rekayasa genetika yang mungkin memiliki efek buruk pada konservasi dan
pemanfaatan berkelanjutan keanekaragaman hayati, dengan
mempertimbangkan pula risiko terhadap kesehatan manusia.
4. Untuk Greenpeace, protokol ini merupakan langkah penting dalam
perlindungan keanekaragaman hayati.
5. Secara eksplisit mengakui pendekatan pencegahan sangat dibutuhkan untuk
pembebasan lingkungan organisme GE.
[Document
TA 3 -title]
10

6. Prinsip pencegahan adalah jantung dari perjanjian ini. Ini berarti bahwa negara
memiliki hak untuk melarang atau membatasi impor dan penggunaan GE
(rekayasa genetika) organisme ketika ada kurangnya pengetahuan ilmiah atau
konsensus mengenai keselamatan mereka.
7. Protokol mensyaratkan bahwa negara diinformasikan dan setuju di muka untuk
impor tanaman GE. B
8. Sebelum negara diperbolehkan untuk mengekspor organisme rekayasa genetik
ditakdirkan untuk dimasukkan secara sengaja ke lingkungan, mereka harus
terlebih dahulu mendapatkan persetujuan eksplisit negara pengimpor ini.
9. Kebutuhan tersebut kuat Biosafety Protocol diilustrasikan oleh kontaminasi
genetik jagung di Meksiko. Ini adalah kasus pertama pencemaran genetik di
pusat asal dan keragaman tanaman pangan utama
Komisi Etik Penelitian Universitas Brawijaya
Universitas Brawijaya sebagai universitas negeri yang mengedepankan
pengembangan maupun kemajuan teknologi memiliki komisi etik penelitian.
Komisi ini tentu memiliki organisasi dan keanggotaan dimana Komisi etik
penelitian adalah bagian integral dan organisasi LPPM UB. Secara administratif,
Komisi etik penelitian bertanggung jawab kepada Ketua LPPM, sedangkan secara
ilmiah adalah independen. Jumlah anggota komisi etik penelitian UB berjumlah
10 (sepuluh ) orang yang ditetapkan melalui surat keputusan ketua LPPM.
Jumlah anggota komisi etik penelitian UB berjumlah 10 (sepuluh ) orang yang
ditetapkan melalui surat keputusan ketua LPPM. Komposisi keanggotaan
memperhatikan aspek keanekaragaman disiplin ilmu, keahlian dan pengalaman
penelitian. Struktur organisasi komisi etik penelitian terdiri atas Pelindung,
Penasehat. Ketua, Wakil Ketua, Sekretanis, dan Anggota. Masa tugas komisi etik
penelitian selama 3 (tiga) tahun dan dapat dipilih kembali.
Berikut merupakan tata kerja komisi etik penelitian Universitas Brawijaya:
1. Komisi etik penelitian bertanggung jawab untuk memberikan pertimbangan
dan keterangan kelaikan etik bagi peneliti.
2. Pegangan pelaksanaan tugas komisi etik penelitian adalah : (a). berupaya
sedapat mungkin untuk melindungi keselamatan subyek, peneliti dan
[Document
TA 3 -title]
10

institusi; (b). memacu kesadaran peneliti akan arti etik penelitian; (c). tidak
menghalangi dan menghambat upaya penelitian.
3. Mekanisme penilaian dilakukan secara efektif dan efisien
4. Seminar usulan diadakan bertujuan untuk mendapatkan klarifikasi tentang
beberapa hal yang dianggap tidak jelas.
5. Anggota komisi etik penelitian diberi kesempatan untuk menanyakan hal-hal
yang menyangkut etik pada waktu seminar.
6. Pada waktu penyajian dan diskusi dengan peneliti, anggota komisi etik
penelitian mengisi borang checklist.
7. Setelah seminar, dilanjutkan diskusi internal komisi etik penelitian tanpa
dihadiri oleh peneliti untuk menetapkan hasil.
8. Rapat memutuskan salah satu di antara pilihan, yaitu: disetujui, disetujui
dengan perbaikan dan ditolak
9. Hasil rapat komisi etik penelitian dilaporkan secana tertulis kepada pada
ketua LPPM.
10. Sertifikat kelaikan etik dibuat dalam rangkap dua, untuk peneliti dan arsip.
Berikut merupakan azas-azas penelitia di Universitas Brawijaya:
1. Azas Kejujuran
Peneliti mengatakan hal yang sebenarnya secara jujur apa yang akan
dilakukan terhadap subyek penelitian serta resiko yang mungkin dapat terjadi.
2. Azas Tidak Merugikan
Peneliti harus mempunyai pedoman mengutamakan tindakan yang tidak
merugikan subyek penelitian. Semua resiko yang mungkin dapat terjadi, baik
secara fisik, psikologik maupun sosial, harus diupayakan sekecil mungkin.
Komite etik harus melarang penggunaan spesies langka untuk tujuan
eksperimental.
3. Azas Manfaat
Semua tindakan peneliti harus dapat memberikan manfaat yang sebesar-
besamya untuk membantu subyek penelitian atau bermanfaat bagi ilmu
pengetahuan.
Manfaat tersebut tidak boleh hanya dipandang dan sudut peneliti maupun
institusi peneliti. Untuk itu peneliti diwajibkan membuat kerangka penelitian
[Document
TA 3 -title]
10

yang berlandaskan pengetahuan yang sahih, berlaku secara umum dan dapat
dipertanggungjawabkan
4. Azas Respek terhadap Lingkungan
Penelitian yang dilakukan harus tetap berdasarkan respek terhadap
lingkungan dipandang dan konteks sosial, budaya, dan kemasyarakatan sesuai
dengan prinsip-prinsip dasar dan kelaikan etik. Penelitian ini juga tetap
menekankan pada perlindungan terhadap lingkungan (hewan-hewan lainnya,
peneliti dan lingkungan disekitarnya).

Anda mungkin juga menyukai