TA 3 -title]
10
BIOETIKA DI INDONESIA
timbul dalam tindakan ilmu hayati dan praktek kedokteran. Dapat dikatakan
bioetika terkait dengan kegiatan yang mencari jawab dan menawarkan pemecahan
masalah dari konflik moral. Konflik moral yang dimaksud meliputi konflik yang
timbul dari kemajuan pesat ilmu-ilmu pengetahuan hayati dan kedokteran, yang
diikuti oleh penerapan teknologi yang terkait dengannya
Berikut merupakan ciri-ciri dari bioetika:
1. Interdisiplinerilitas -melibatkan ilmu pertanian, hayati, biomedis, hukum, ilmu
sosial, teologi, dan lain-lain.
2. Internasionalisasi-problem-problem etis yang ditimbulkan dalam
perkembangan ilmu-ilmu hayati bersifat internasional.
3. Plularisme -banyak golongan dan pandangan diikutsertakan.
Negara Indonesia telah memiliki dasar hukum terkait bioetika. Dasar hukum
tersebut ialah:
1. Perubahan Keempat UUD 45 Pasal 31 ayat (5) yang menyatakan
bahwaPemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
menjunjung tinggi nilai-nilai agamadan persatuan bangsa untuk memajukan
peradaban serta kesejahteraan umat manusia.
2. UU No.18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan
Penerapan IPTEK pada pasal 22 : Pemerintah menjamin kepentingan
masyarakat, bangsa, dan negara serta keseimbangan tata kehidupan manusia
dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup.
3. UU No. 7 tahun 1996 tentang Pangan; pasal 13 yang mengantisipasi produk
pangan yang dihasilkan melalui rekayasa genetika.
4. Peraturan Pemerintah No. 29 tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas
Tanaman yang memberikan batasan-batasan perlindungan.
5. Keputusan Bersama Menristek, MenKes dan Mentan Tahun 2004 tentang
Pembentukan Komisi Bioetika Nasional.
6. UU No 13 tahun 2010 tentang Hortikultura.
7. UU No. 18/2002 Tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan
Penerapan IPTEK (RPP Peneltian Berisiko Tinggi), Pasal 22
[Document
TA 3 -title]
10
3. Permintaan sumber daya alam di dalam dan di sekitar peternakan tidak boleh
melebihi kapasitas.
4. Manajemen pertanian ditujukan untuk mendukung kemampuan mengatur diri
sendiri dari tanah, tanaman dan hewan di pertanian.
5. Penggunaan pupuk kimia sintetis dan pestisida tidak diperbolehkan.
6. Petani organik tidak ingin menaikkan produksi dengan aplikasi tambahan dari
nitrogen dan lebih sensitif terhadap variabilitas alami dalam kondisi pertanian.
7. Itulah sebabnya petani organik perlu varietas yang beradaptasi dengan baik
untuk situasi tanah dan pupuk spesifik pada setiap peternakan dan yang tumbuh
dengan baik pada tingkat kesuburan rendah.
8. Lebih dari petani konvensional, petani organik sangat menghargai varietas
yang berkontribusi besar terhadap pengurangan gulma, yang memiliki daya
tahan tinggi terhadap penyakit dan hama dan kualitas produk yang tinggi,
misalnya, dalam rasa.
9. Menurut prinsip-prinsip ekologi pertanian organik, tanaman harus mampu
menyelesaikan siklus hidupnya dalam keadaan alami.
Persyaratan prosedur pelepasan tanaman yang baik:
1. Untuk review Genetically Modified Organism: protokol Cartagena.
2. Biosafety Protocol adalah perjanjian anak perusahaan untuk Konvensi PBB
tentang Keanekaragaman Hayati (CBD), yang ditandatangani oleh lebih dari
150 pemerintah pada KTT Bumi Rio pada tahun 1992, Protokol itu sendiri
disepakati di Montreal pada bulan Januari 2000 dan mulai berlaku tanggal 11
September 2003. Sekarang 100 negara telah mendaftar.
3. Pada dasarnya Biosafety Protocol adalah perjanjian yang dirancang untuk
mengatur perdagangan internasional, penanganan dan penggunaan organisme
rekayasa genetika yang mungkin memiliki efek buruk pada konservasi dan
pemanfaatan berkelanjutan keanekaragaman hayati, dengan
mempertimbangkan pula risiko terhadap kesehatan manusia.
4. Untuk Greenpeace, protokol ini merupakan langkah penting dalam
perlindungan keanekaragaman hayati.
5. Secara eksplisit mengakui pendekatan pencegahan sangat dibutuhkan untuk
pembebasan lingkungan organisme GE.
[Document
TA 3 -title]
10
6. Prinsip pencegahan adalah jantung dari perjanjian ini. Ini berarti bahwa negara
memiliki hak untuk melarang atau membatasi impor dan penggunaan GE
(rekayasa genetika) organisme ketika ada kurangnya pengetahuan ilmiah atau
konsensus mengenai keselamatan mereka.
7. Protokol mensyaratkan bahwa negara diinformasikan dan setuju di muka untuk
impor tanaman GE. B
8. Sebelum negara diperbolehkan untuk mengekspor organisme rekayasa genetik
ditakdirkan untuk dimasukkan secara sengaja ke lingkungan, mereka harus
terlebih dahulu mendapatkan persetujuan eksplisit negara pengimpor ini.
9. Kebutuhan tersebut kuat Biosafety Protocol diilustrasikan oleh kontaminasi
genetik jagung di Meksiko. Ini adalah kasus pertama pencemaran genetik di
pusat asal dan keragaman tanaman pangan utama
Komisi Etik Penelitian Universitas Brawijaya
Universitas Brawijaya sebagai universitas negeri yang mengedepankan
pengembangan maupun kemajuan teknologi memiliki komisi etik penelitian.
Komisi ini tentu memiliki organisasi dan keanggotaan dimana Komisi etik
penelitian adalah bagian integral dan organisasi LPPM UB. Secara administratif,
Komisi etik penelitian bertanggung jawab kepada Ketua LPPM, sedangkan secara
ilmiah adalah independen. Jumlah anggota komisi etik penelitian UB berjumlah
10 (sepuluh ) orang yang ditetapkan melalui surat keputusan ketua LPPM.
Jumlah anggota komisi etik penelitian UB berjumlah 10 (sepuluh ) orang yang
ditetapkan melalui surat keputusan ketua LPPM. Komposisi keanggotaan
memperhatikan aspek keanekaragaman disiplin ilmu, keahlian dan pengalaman
penelitian. Struktur organisasi komisi etik penelitian terdiri atas Pelindung,
Penasehat. Ketua, Wakil Ketua, Sekretanis, dan Anggota. Masa tugas komisi etik
penelitian selama 3 (tiga) tahun dan dapat dipilih kembali.
Berikut merupakan tata kerja komisi etik penelitian Universitas Brawijaya:
1. Komisi etik penelitian bertanggung jawab untuk memberikan pertimbangan
dan keterangan kelaikan etik bagi peneliti.
2. Pegangan pelaksanaan tugas komisi etik penelitian adalah : (a). berupaya
sedapat mungkin untuk melindungi keselamatan subyek, peneliti dan
[Document
TA 3 -title]
10
institusi; (b). memacu kesadaran peneliti akan arti etik penelitian; (c). tidak
menghalangi dan menghambat upaya penelitian.
3. Mekanisme penilaian dilakukan secara efektif dan efisien
4. Seminar usulan diadakan bertujuan untuk mendapatkan klarifikasi tentang
beberapa hal yang dianggap tidak jelas.
5. Anggota komisi etik penelitian diberi kesempatan untuk menanyakan hal-hal
yang menyangkut etik pada waktu seminar.
6. Pada waktu penyajian dan diskusi dengan peneliti, anggota komisi etik
penelitian mengisi borang checklist.
7. Setelah seminar, dilanjutkan diskusi internal komisi etik penelitian tanpa
dihadiri oleh peneliti untuk menetapkan hasil.
8. Rapat memutuskan salah satu di antara pilihan, yaitu: disetujui, disetujui
dengan perbaikan dan ditolak
9. Hasil rapat komisi etik penelitian dilaporkan secana tertulis kepada pada
ketua LPPM.
10. Sertifikat kelaikan etik dibuat dalam rangkap dua, untuk peneliti dan arsip.
Berikut merupakan azas-azas penelitia di Universitas Brawijaya:
1. Azas Kejujuran
Peneliti mengatakan hal yang sebenarnya secara jujur apa yang akan
dilakukan terhadap subyek penelitian serta resiko yang mungkin dapat terjadi.
2. Azas Tidak Merugikan
Peneliti harus mempunyai pedoman mengutamakan tindakan yang tidak
merugikan subyek penelitian. Semua resiko yang mungkin dapat terjadi, baik
secara fisik, psikologik maupun sosial, harus diupayakan sekecil mungkin.
Komite etik harus melarang penggunaan spesies langka untuk tujuan
eksperimental.
3. Azas Manfaat
Semua tindakan peneliti harus dapat memberikan manfaat yang sebesar-
besamya untuk membantu subyek penelitian atau bermanfaat bagi ilmu
pengetahuan.
Manfaat tersebut tidak boleh hanya dipandang dan sudut peneliti maupun
institusi peneliti. Untuk itu peneliti diwajibkan membuat kerangka penelitian
[Document
TA 3 -title]
10
yang berlandaskan pengetahuan yang sahih, berlaku secara umum dan dapat
dipertanggungjawabkan
4. Azas Respek terhadap Lingkungan
Penelitian yang dilakukan harus tetap berdasarkan respek terhadap
lingkungan dipandang dan konteks sosial, budaya, dan kemasyarakatan sesuai
dengan prinsip-prinsip dasar dan kelaikan etik. Penelitian ini juga tetap
menekankan pada perlindungan terhadap lingkungan (hewan-hewan lainnya,
peneliti dan lingkungan disekitarnya).