TINJAUAN PUSTAKA
A B
Gambar 2.1 Skema unggun diam (A) dan unggun terfluidakan (B)
Kalau laju alir kemudian dinaikkan, akan sampai pada suatu keadaan di mana
unggun padatan akan tersuspensi di dalam aliran gas yang melaluinya. Pada keadaan
ini masing-masing butiran akan terpisahkan satu sama lain sehingga dapat bergerak
dengan lebih mudah. Pada kondisi butiran yang dapat bergerak ini, sifat unggun akan
menyerupai suatu cairan dengan viskositas tinggi, misalnya adanya kecenderungan
untuk mengalir, mempunyai sifat hidrostatik dan sebagainya. Sifat unggun
terfluidisasi ini dapat dilihat pada Gambar B.
Dalam dunia industri, fluidisasi diaplikasikan dalam banyak hal seperti
transportasi serbuk padatan (conveyor untuk solid), pencampuran padatan halus,
perpindahan panas (seperti pendinginan untuk bijih alumina panas), pelapisan plastik
pada permukaan logam, proses drying dan sizing pada pembakaran, proses
pertumbuhan partikel dan kondensai bahan yang dapat mengalami sublimasi, adsorpsi
(untuk pengeringan udara dengan adsorben), dan masih banyak aplikasi lain.
Konsep dasar dari suatu partikel unggun yang terfluidisasi dapat diilustrasikan
dengan fenomena yang terjadi saat adanya perubahan laju alir gas seperti pada
gambar di bawah ini:
Adapun fenomena-fenomena yang dapat terjadi pada proses fluidisasi antara lain:
1. Fenomena fixed bed, terjadi ketika laju alir fluida kurang dari laju minimum
yang dibutuhkan untuk proses awal fluidisasi. Pada kondisi ini partikel padatan
tetap diam. Kondisi ini ditunjukkan pada gambar 2.5.
150Vs (1 ) 2 x
F
( D p ) 2 3
dan (2.1)
Pada gambar 2.4, terlihat bahwa perbedaan tekanan sepanjang unggun secara linear
berbanding lurus dengan laju alir volumetrik selama fluidisasi belum tercapai.
Jika padatan berupa partikel seperti pasir, ketahanan partikel tersebut terhadap
aliran fluida akan menurun dengan meningkatnya porositas partikel tersebut.
Pengukuran P pada sepanjang unggun dapat dinyatakan dengan persamaan sbb:
150Vs (1 ) 2 x
P
(D p ) 2 3
..(2.2)
Bila Vs meningkat, meningkat dan P dijaga agar konstan. Dalam hal ini x
juga akan meningkat, akan tetapi pengaruh dari kenaikan x ini lebih kecil
dibandingkan pengaruh yang ditimbulkan oleh perubahan . Adapun hubungan x,
P dan kecepatan aliran fluida dapat dilihat pada gambar 2.12.
m
p ( p f )g
p Sb
.(2.3)
..(2.4)
2
v
mekanika fluida ruah dari sistem. Angka Froude, Dp g , yaitu rasio antara kinetik
dengan energi gravitasi merupakan salah satu kriteria penentu jenis fluidisasi apa
yang terjadi (Foust, 1959:643).
..(2.6)
Salah satu aspek yang akan ditinjau dalam percobaan ini adalah mengetahui
besarnya penurunan tekanan (pressure drop) di dalam unggun padatan yang
terfluidakan. Hal tersebut mempunyai arti yang cukup penting karena selain erat
sekali hubungannya dengan besarnya energi yang diperlukan, juga bisa memberikan
indikasi tentang kelakuan unggun selama operasi berlangsung. Penentuan besarnya
hilang tekan di dalam unggun terfluidakan terutama dihitung berdasarkan rumus-
rumus yang diturunkan untuk unggun diam, terutama oleh Balke, Kozeny, Carman,
ataupun peneliti-peneliti lainnya.
Korelasi-korelasi matematik yang menggambarkan hubuangan antara hilang
tekan dengan laju alir fluida di dalam suatu sistem unggun diam diperoleh pertama
kali pada tahun 1922 oleh Blake melalui metode-metode yang bersifat semi empiris,
yaitu dengan menggunakan bilangan-bilangan tidak berdimensi. Untuk aliran laminer
dengan kehilangan energi terutama disebabkan oleh gaya viscous, Blake memberikan
hubungan :
...(2.7)
dimana:
P/L = hilang tekan per satuan panjang/ tinggi unggun
Gc = faktor gravitasi
m = viskositas fluida
= porositas unggun yang didefinisikan sebagai perbandingan
volume ruang kosong didalam unggun dengan volume
unggun
u = kecepatan alir superfisial fluida
S = luas permukaan spesifik partikel
2.3.4 Sphericity
Sphericity merupakan faktor bentuk yang dinyatakan sebagai rasio dari area
permukaan volume partikel bulat yang sama dengan partikel itu dibagi dengan
areapermukaan partikel.
.(2.8)
Material yang melingkar seperti katalis dan pasir bulat memiliki nilai sphericity
sebesar 0.9 atau lebih.
..(2.11)
Suku pertama persamaan Ergun dominan untuk aliran laminer sedangkan suku kedua
dominan pada aliran turbulen. Pengukuran Umf dapat diperoleh dari grafik D P vs
Umf, yaitu sesuai titik potong atau antara bagian kurva yang datar seperti yang
digambarkan pada gambar 2.10.
.(2.12)
..(2.13)
..(2.14)
Jadi, kecepatan terminal untuk partikel tunggal berbentuk bulat adalah
..(2.15)
.(2.16)
Kekosongan f(e ) dari unggun yang terfluidisasi adalah fraksi mol yang terjadi
oleh gas. Fungsi t dapat dinyatakan dengan pendekatan Kozeny-Charman berikut.
f( ) = 0.1 2/(1- )
Pendekatan lain yang digunakan untuk sistem banyak fasa yaitu korelasi
Richardson- Zaki untuk partikel tunggal dalam suspensi, yaitu:
U/Ut = n
n merupakan fungsi dari dp/D dan bilangan Re yang divariasikan dari 2.4-4.7 (Kirk
Othmer, 1994:144).
(2.17)
dimana: h = koefisien perpindahan panas
k = konduktivitas termal gas
D = diameter partikel
Dt = diameter tube
L = panjang unggun
e = kekosongan unggun
rs = densitas padatan
r = densitas gas
Cs = kapasitas panas padatan
Cp = kapasitas panas gas pada tekanan konstan
m = viskositas gas
Uc = kecepatan superficial dalam tube kosong
2.5 Penyimpangan dari Keadaan Ideal (Interlock)
Karakteristik fluidisasi seperti digambarkan pada kurva fluidisasi ideal hanya
terjadi pada kondisi yang betul-betul ideal dimana butiran zat padat dengan mudah
saling melepaskan pada saat terjadi kesetimbangan antara gaya seret dengan berat
partikel. Pada kenyataannya, keadaan di atas tidak selamanya bisa terjadi karena
adanya kecenderungan partikel-partikel untuk saling mengunci satu dengan lainnya
(interlock), sehingga akan terjadi kenaikan hilang tekan (P) sesaat sebelum
fluidisasi terjadi. Fenomena interlock ini dapat dilihat pada Gambar 11, terjadi pada
awal fluidisasi saat terjadi perubahan kondisi dari unggun tetap menjadi unggun
terfluidakan.
Gambar 2.13 Kurva karakteristik fluidisasi tidak ideal karena terjadi interlock