Skripsi Matematika BAB II
Skripsi Matematika BAB II
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A Modul Pembelajaran
Menurut Sukiman (dalam Astria, 2014:16), modul adalah bagian kesatuan
belajar yang terencana yang dirancang untuk membantu siswa secara individual
dalam mencapai tujuan belajarnya. Siswa yang memiliki kecepatan tinggi dalam
belajar akan lebih cepat menguasai materi. Sementara itu, siswa yang memiliki
kecepatan rendah dalam belajar bisa belajar lagi dengan mengulangi bagian-
bagian yang belum dipahami sampai paham.
Menurut Surahman (dalam Hastiningrum, 2014:2), modul adalah satuan
program pembelajaran terkecil yang dapat dipelajari oleh peserta didik secara
perseorangan (self instructional); setelah peserta didik menyelesaikan satu satuan
dalam modul, selanjutnya peserta didik dapat melangkah maju dan mempelajari
satuan modul berikutnya. Sedangkan modul pembelajaran, sebagaimana yang
dikembangkan di Indonesia, merupakan suatu paket bahan pembelajaran
(learning materials) yang memuat deskripsi tentang tujuan pembelajaran,
lembaran petunjuk pengajar atau instruktur yang menjelaskan cara mengajar yang
efisien, bahan bacaan bagi peserta didik, lembaran kunci jawaban pada lembar
kertas kerja peserta didik, dan alat-alat evaluasi pembelajaran.
Modul merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas secara utuh
dan sistematis, didalamnya memuat seperangkat pengalaman belajar yang
terencana dan didesain untuk membantu peserta didik menguasai tujuan belajar
yang spesifik. Modul minimal memuat tujuan pembelajaran, materi/substansi
belajar, dan evaluasi. Modul berfungsi sebagai sarana belajar yang bersifat
mandiri sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing (Daryanto, 2013:9).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa modul merupakan
bahan ajar terencana yang disusun secara sistematis, dengan bahasa yang mudah
dipahami oleh siswa, berisi tujuan pembelajaran, materi atau substansi belajar, dan
evaluasi untuk membantu siswa belajarnya secara mandiri sesuai dengan
kemampuan dan kecepatan belajar masing-masing siswa.
8
B Karakteristik Modul
Modul yang dikembangkan harus memiliki karakteristik yang diperlukan
sebagai modul agar mampu menghasilkan modul yang mampu meningkatkan
motivasi penggunannya. Menurut Daryanto (2013:9), modul yang akan
dikembangkan harus memperhatikan 5 karaktersistik sebuah modul yaitu self
instruction, self contained, stand alone, adaptif, dan userfriendly. Penjabaran dari
5 karakteristik tersebut adalah sebagai berikut:
1 Self Instructional
Merupakan karakteristik penting dalam modul, dengan karakter tersebut
memungkinkan seseorang belajar secara mandiri dan tidak bergantung pada
pihak lain. Untuk memenuhi karakter self instruction, maka modul harus:
a Memuat tujuan pembelajaran yang jelas, dan dapat menggambarkan
standar kompetensi dan kompetensi dasar.
b Memuat materi pembelajaran yang dikemas dalam unit-unit kegiatan yang
kecil atau spesifik, sehingga memudahkan di pelajari secara tuntas.
c Tersedia contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan pemaparan materi
pembelajaran.
d Terdapat soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang memungkinkan
untuk mengukur penguasaan peserta didik.
e Kontekstual, yaitu materi yang disajikan terkait dengan suasana, tugas atau
konteks kegiatan dan lingkungan peserta didik.
f Menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif.
g Terdapat rangkuman materi pembelajaran.
h Terdapat instrumen penilaian, yang memungkinkan peserta didik
melakukan penilaian sendiri (self assesment).
i Terdapat umpan balik atas penilaian peserta didik, sehingga peserta didik
menguasai tingkat penguasaan materi.
j Terdapat informasi tentang rujukan/pengayaan/referensi yang mendukung
materi pembelajaran yang dimaksud.
9
2 Self Contained
Modul dikatakan self contained bila seluruh materi pembelajaran yang di
butuhkan termuat dalam modul tersebut. Tujuan dari konsep ini adalah
memberikan kesempatan peserta didik mempelajari materi pembelajaran
secara tuntas. Karena materi belajar dikemas kedalam satu kesatuan yang
utuh. Jika harus dilakukan pembagian atau pemisahan materi dari satu standar
kompetensi/kompetensi dasar, harus dilakukan dengan hati-hati dan
memperhatikan keluasan standar kompetensi/kompetensi dasar yang harus
dikuasai oleh peserta didik.
3 Stand Alone
Stand alone atau berdiri sendiri merupakan karakteristik modul yang tidak
tergantung pada bahan ajar atau media lain, atau tidak harus digunakan
bersama-sama dengan bahan ajar atau media lain. Dengan menggunakan
modul, peserta didik tidak perlu bahan ajar yang lain untuk mempelajari dan
mengerjakan tugas pada modul tersebut. Jika peserta didik masih
menggunakan dan bergantung pada bahan ajar lain selain modul yang
digunakan, maka bahan ajar tersebut tidak dikategorikan modul yang berdiri
sendiri.
4 Adaptif
Modul hendaknya memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dikatakan adaptif jika modul
tersebut dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
serta fleksibel atau luwes digunakan di berbagai perangkat keras (hardwere).
5 User Friendly
Modul hendaknya disusun memenuhi kaidah user friendly atau
bersahabat/akrab dengan pemakainya. Setiap instruksi dan paparan informasi
yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk
kemudahan pemakai dalam merespon dan mengakses sesuai dengan
keinginan. Penggunaan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti, serta
menggunakan istillah yang umum digunakan, merupakan salah sat bentuk
user friendly.
10
D Komponen Modul
Modul merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang tersusun oleh
beberapa komponen yang dikemas secara utuh dan sistematis. Menurut Santyasa
(dalam Juhandana, 2012:14), komponen modul terdiri dari tiga bagian utama
sebagai berikut:
1. Pra Pendahuluan
Bagian ini meliputi halaman depan (cover), kata pengantar, daftar isi,
daftar tabel, daftar gambar.
2. Bagian Pendahuluan
Bagian pendahuluan berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil
belajar, serta beberapa pertanyaan yang bertujuan untuk menuntun siswa
ke dalam materi yang diajarkan.
11
12
3. Bagian Isi
Bagian isi memuat kegiatan belajar yang terdiri dari beberapa component
meliputi kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, lembar kerja
siswa, uraian materi, informasi dan tugas. Kegiatan belajar juga dilengkapi
dengan rangkuman, soal evaluasi, umpan balik, dan daftar pustaka.
d Selanjutnya susun dan organisasi satuan atau unit bahan belajar yang
mewadahi materi-materi tersebut. Satuan atau unit bahan ajar ini dijadikan
sebagai judul modul tersebut.
e Dari daftar dan satuan unit modul tersebut identifikasi mana yang sudah
ada dan belum ada di sekolah.
f Lakukan penyusunan berdasarkan prioritas dan kebutuhan modul.
2 Desain penulisan modul
Desain penulisan modul yang dimaksud di sini disesuaikan dengan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun oleh guru. Di
dalam RPP telah memuat strategi pembelajaran dan media yang digunakan,
garis besar materi pembelajaran dan metoda penilaian serta perangkatnya.
Dengan demikian, RPP digunakan sebagai desain dalam penyusunan atau
penulisan modul. Penyusunan modul belajar diawali dengan menyusun buram
atau draft/konsep modul. Modul yang dihasilkan dinyatakan sebagai buram
sampai dengan selesainya proses validasi dan ujicoba. Bila hasil ijicoba telah
dinyatakan layak, barulah suatu modul dapat diimplementasikan dilapangan.
Sebelum modul diimplementasikan, perlu diuji coba terlebih dahulu.
Uji coba dilakukan terhadap buram modul yang telah dinyatakan valid.
Karena modul telah dinyatakan valid tidak berarti modul tersebut siap
digunakan. Uji coba buram modul dimaksudkan untuk mengetahui apakah
buram modul dapat diimplementasikan pada situasi dan kondisi
sesungguhnya. Hal-hal yang perlu diuji coba antara lain adalah:
a Kemudahan bahan ajar digunakan oleh peserta didik dalam proses belajar.
b Kemudahan guru dalam menyiapkan fasilitas (alat dan bahan) belajar,
mengelola proses pembelajaran, dan dalam mengadministrasi-kannya.
Untuk melakukan uji coba buram modul dapat diikuti langkah-langkah
berikut:
1 Siapkan perangkat untuk uji coba (kriteria modul yang layak dan
kuesioner kelayakan modul). Penyiapan sebaiknya dilakukan oleh tim.
2 Tentukan responden uji coba. sesuai dengan kondisi.
3 Siapkan dan gandakan buram modul yang akan diuji cobakan sesuai
dengan jumlah responden.
14
2 Organisasi
a Tampilkan peta/bagan yang menggambarkan cakupan materi yang akan
dibahas didalam modul.
b Organisasikan materi pembelajaran dengan urutan dan susunan yang
sistematis sehingga memudahkan peserta didik memahami materi
pembelajaran.
c Susun dan tempatkan naskah, gambar dan ilustrasi sedemikian rupa
sehingga informasi mudah dimengerti oleh peserta didik.
d Organisasikan antar bab, antar unit, antar paragraf dengan susunan alur
yang jelas agar mempermudah peserta didik memahami modul.
e Organisasikan antar judul, subjudul, dan uraian yang mudah dipahami oleh
peserta didik.
3 Daya Tarik
a Bagian sampul (cover) depan dengan mengkombinasikan warna, gambar
(ilustrasi), bentuk dan ukuran huruf yang serasi.
b Bagian isi modul dengan menempatkan rangsangan-rangsangan berupa
gambar atau ilustrasi, pencetakan huruf tebal, miring, garis bawah atau
warna.
c Tugas dan latihan dikemas sedemikian rupa sehingga menarik.
4 Bentuk dan Ukuran Huruf
a Gunakan bentuk dan ukuran huruf yang mudah dibaca sesuai dengan
karakteristik umum peserta didik.
b Gunakan perbandingan huruf yang proporsional antar judul, sub judul dan
isi naskah.
c Hindari penggunaan huruf kapital untuk seluruh teks, karena dapat
membuat proses membaca menjadi sulit.
5 Ruang Spasi
a Gunakan spasi atau ruang kosong tanpa naskah atau gambar untuk
menambah kontras penampilan modul.
b Spasi kosong dapat berfungsi untuk menambahkan catatan penting dan
memberikan kesempatan jeda kepada peserta didik/peserta didik.
17
H Pendekatan Saintifik
Menurut Hosnan (dalam Desy, 2015:14), pendekatan saintifik dimaksud-
kan untuk memberi pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal,
memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi
bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak tergantung pada informasi searah
dari guru. Oleh karena itu, kondisi pembelajaran yang diharapkan untuk dapat
mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui
observasi, dan bukan hanya diberi tahu.
Menurut Sani (2014:50), pendekatan saintifik berkaitan erat dengan
metode saintifik. Metode saintifik (ilmiah) pada umumnya melibatkan kegiatan
pengamatan atau observasi yang dibutuhkan untuk perumusan hipotesis atau
mengumpulkan data. Metode ilmiah pada umumnya dilandaskan dengan
pemaparan data yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan. Oleh sebab
itu, kegiatan percobaan dapat diganti dengan kegiatan memperoleh informasi dari
berbagai sumber.
Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran didalamnya
mencakup komponen: mengamati, menanya, menalar, mencoba atau mencipta,
menyajikan atau mengkomunikasikan. Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik
investigasi atas suatu atau beberapa fenomena atau gejala, memperoleh
pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya.
Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis
pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan
prinsip-prinsip penalaran yang spesifik (Kemendikbud, 2013).
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa,
pendekatan saintifik adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi,
19
langsung maupun melalui media audio visual. Hasil yang diharapkan dari
langkah pembelajaran ini adalah siswa menemukan masalah, yaitu gap of
knowledge, apapun yang belum diketahui atau belum dapat dilakukan terkait
dengan fenomena yang diamati. Pada langkah ini guru dapat membantu siswa
menginventarisasi segala sesuatu yang belum diketahui (gap of knowledge)
tersebut. Agar kegiatan mengamati dapat berlangsung dengan baik, sebelum
pembelajaran dimulai guru perlu menemukan atau mempersiapkan fenomena
yang diamati siswa dan merancang kegiatan pengamatan untuk siswa
menemukan masalah.
2 Menanya (Questioning)
Siswa merumuskan pertanyaan tentang apa saja yang tidak diketahui
atau belum dapat lakukan terkait dengan fenomena yang diamati. Pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan dapat mencakup pertanyaan-pertanyaan yang
menghendaki jawaban berupa pengetahuan faktual, konseptual, maupun
prosedural, sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik.Hasil kegiatan ini
adalah serangkaian pertanyaan siswa yang relevan dengan indikator-indikator
Kompetensi Dasar (KD). Guru Membantu siswa merumuskan pertanyaan
berdasarkan daftar hal-hal yang perlu atau ingin diketahui agar dapat
melakukan atau menciptakan sesuatu.
3 Mengumpulkan informasi atau mencoba (Experimenting)
Siswa mengumpulkan data melalui berbagai teknik, misalnya
melakukan eksperimen, mengamati obyek/kejadian/aktivitas, wawancara
dengan nara sumber, membaca buku pelajaran, dan sumber lain di antaranya
buku referensi, kamus, ensiklopedia, media massa, atau serangkaian data
statistik. Guru menyediakan sumber-sumber belajar, lembar kerja (worksheet),
media, alat peraga/peralatan eksperimen, dan sebagainya. Guru juga
membimbing dan mengarahkan siswa untuk mengisi lembar kerja, menggali
informasi tambahan yang dapat dilakukan secara berulang-ulang sampai siswa
memperoleh informasi atau data yang dibutuhkan. Hasil kegiatan ini adalah
serangkaian data atau informasi yang relevan dengan pertanyaan-pertanyaan
yang siswa rumuskan.
23
4 Menalar/mengasosiasi (Associating)
Siswa menggunakan data atau informasi yang sudah dikumpulkan
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mereka rumuskan. Pada langkah
ini guru mengarahkan agar siswa dapat menghubung-hubungkan
data/informasi yang diperoleh untuk menarik kesimpulan. Hasil akhir dari
tahap ini adalah simpulan-simpulan yang merupakan jawaban atas pertanyaan
yang dirumuskan pada langkah menanya.
5 Mengomunikasikan (Comunicating)
Siswa menyampaikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan
mereka ke kelas secara lisan dan/atau tertulis atau melalui media lain. Pada
tahapan pembelajaran ini siswa dapat juga memajang atau memamerkan
hasilnya di ruang kelas, atau mengunggah (upload) di blog yang dimiliki.
Guru memberikan umpan balik, meluruskan, memberikan penguatan, serta
memberikan penjelasan/informasi lebih luas. Guru membantu peserta didik
untuk menentukan butir-butir penting dan simpulan yang akan
dipresentasikan, baik dengan atau tanpa memanfaatkan teknologi informasi.
Dalam pengembangan modul ini materi yang dipilih adalah pada pokok
bahasan lingkaran. Adapun kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD) dari
matapelajaran matematika di SMP/MTs kelas VIII pada pokok bahasan lingkaran
disajikan dalam tabel berikut:
24
Tabel 2.1 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pokok Bahasan Lingkaran
Kompetensi Inti (KI) Kompetensi Dasar (KD)
1 Menghargai dan menghayati ajaran agama 1 Menghargai dan menghayati
yang dianutnya. ajaran agama yang dianutnya.
1. Lingkaran adalah garis lengkung yang kedua ujungnya bertemu dan semua
titik yang terletak pada garis lengkung itu jaraknya sama jauh terhadap sebuah
titik tertentu.
2. Unsur-unsur lingkaran F
a) Garis OE disebut jari-jari, dan AE disebut
diameter.
O
b) Garis lengkung AF dan BD disebut busur. A E
c) Garis lurus AF dan BD disebut tali busur.
B C D
d) Garis OC yang tegak lurus BD disebut
apotema. Gambar 2.1
e) Daerah arsiran yang diapit oleh due jari-jari OE dengan OF dan dibatasi
busur EF disebut juring atau sektor.
f) Daerah arsiran yang dibatasi oleh tali busur BD dan busur BD disebut
tembereng.
3. Untuk setiap lingkaran berlaku hubungan
B
berikut:
Besar sudut pusat = 2 kali sudut keliling
D O
yang menghadap busur yang sama.
2
BOC = BDC
C
1
Besar sudut keliling = 2 sudut pusat Gambar 2.2
4. Besar setiap setiap sudut keliling yang menghadap diameter lingkaran adalah
90.
5. Besar sudut-sudut keliling yang menghadap busur yang sama adalah sama
besar .
26
27
6. Segi empat tali busur ABCD adalah segiempat tali busur dengan
+ 180 B+ D= 180
A C dan
2 1 2
Luas lingkaran r atau 4 d
BOC
c) Luas juring OBC 360 luas lingkaran
C
Gambar 2.3
Adapun indikator pembelajaran dari pokok bahasan lingkaran yang akan
digunakan sebagai salah satu dasar dalam mengembangkan modul matematika
adalah sebagai berikut:
Pada KD 3.6 Mengidentifikasi unsur, keliling, dan luas dari lingkaran. Siswa
diharapkan memiliki pengalaman belajar sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi unsur-unsur lingkaran.
2. Memahami hubungan antar unsur pada lingkaran.
Pada KD 3.7 Menentukan hubungan sudut pusat, panjang busur, dan luas juring.
Siswa diharapkan memiliki pengalaman belajar sebagai berikut:
Menentukan hubungan sudut pusat dengan panjang busur.
Menentukan hubungan sudut pusat dengan luas juring.
Menentukan hubungan sudut pusat dengan sudut keliling.
Pada KD 4.6 Menyelesaikan permasalahan nyata yang terkait penerapan
hubungan sudut pusat, panjang busur, dan luas juring. Siswa diharapkan memiliki
pengalaman belajar sebagai berikut:
28
SKM ( 70) yaitu 82,67. Hal tersebut menunjukkan bahwa modul telah
sangat valid dan tidak perlu revisi. Hasil dari modul lingkaran yang
dikembangkan sangat menunjang pembelajaran di kelas VIII RSBI SMP
Negeri 1 Lumajang.
2. Nita Desy (2015) dengan judul Pengembangan Modul Perbandingan dengan
Pendekatan Saintifik untuk Siswa Kelas VII SMP Kartika IV-9 Malang. Hasil
pengembangan modul menunjukan bahwa keseluruhan hasil penilaian para
ahli mengenai modul dikatakan sangat valid dengan rata-rata 3,902, dilihat
dari respon siswa yaitu angket respon siswa menyebutkan bahwa didapat rata-
rata 83,4% dan dapat dikategorikan mendapat respon sangat baik dari siswa.
Dengan demikian bahan ajar ini sangat layak digunakan sebagai media
pembelajaran.