Anda di halaman 1dari 23

7

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A Modul Pembelajaran
Menurut Sukiman (dalam Astria, 2014:16), modul adalah bagian kesatuan
belajar yang terencana yang dirancang untuk membantu siswa secara individual
dalam mencapai tujuan belajarnya. Siswa yang memiliki kecepatan tinggi dalam
belajar akan lebih cepat menguasai materi. Sementara itu, siswa yang memiliki
kecepatan rendah dalam belajar bisa belajar lagi dengan mengulangi bagian-
bagian yang belum dipahami sampai paham.
Menurut Surahman (dalam Hastiningrum, 2014:2), modul adalah satuan
program pembelajaran terkecil yang dapat dipelajari oleh peserta didik secara
perseorangan (self instructional); setelah peserta didik menyelesaikan satu satuan
dalam modul, selanjutnya peserta didik dapat melangkah maju dan mempelajari
satuan modul berikutnya. Sedangkan modul pembelajaran, sebagaimana yang
dikembangkan di Indonesia, merupakan suatu paket bahan pembelajaran
(learning materials) yang memuat deskripsi tentang tujuan pembelajaran,
lembaran petunjuk pengajar atau instruktur yang menjelaskan cara mengajar yang
efisien, bahan bacaan bagi peserta didik, lembaran kunci jawaban pada lembar
kertas kerja peserta didik, dan alat-alat evaluasi pembelajaran.
Modul merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas secara utuh
dan sistematis, didalamnya memuat seperangkat pengalaman belajar yang
terencana dan didesain untuk membantu peserta didik menguasai tujuan belajar
yang spesifik. Modul minimal memuat tujuan pembelajaran, materi/substansi
belajar, dan evaluasi. Modul berfungsi sebagai sarana belajar yang bersifat
mandiri sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing (Daryanto, 2013:9).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa modul merupakan
bahan ajar terencana yang disusun secara sistematis, dengan bahasa yang mudah
dipahami oleh siswa, berisi tujuan pembelajaran, materi atau substansi belajar, dan
evaluasi untuk membantu siswa belajarnya secara mandiri sesuai dengan
kemampuan dan kecepatan belajar masing-masing siswa.
8

B Karakteristik Modul
Modul yang dikembangkan harus memiliki karakteristik yang diperlukan
sebagai modul agar mampu menghasilkan modul yang mampu meningkatkan
motivasi penggunannya. Menurut Daryanto (2013:9), modul yang akan
dikembangkan harus memperhatikan 5 karaktersistik sebuah modul yaitu self
instruction, self contained, stand alone, adaptif, dan userfriendly. Penjabaran dari
5 karakteristik tersebut adalah sebagai berikut:
1 Self Instructional
Merupakan karakteristik penting dalam modul, dengan karakter tersebut
memungkinkan seseorang belajar secara mandiri dan tidak bergantung pada
pihak lain. Untuk memenuhi karakter self instruction, maka modul harus:
a Memuat tujuan pembelajaran yang jelas, dan dapat menggambarkan
standar kompetensi dan kompetensi dasar.
b Memuat materi pembelajaran yang dikemas dalam unit-unit kegiatan yang
kecil atau spesifik, sehingga memudahkan di pelajari secara tuntas.
c Tersedia contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan pemaparan materi
pembelajaran.
d Terdapat soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang memungkinkan
untuk mengukur penguasaan peserta didik.
e Kontekstual, yaitu materi yang disajikan terkait dengan suasana, tugas atau
konteks kegiatan dan lingkungan peserta didik.
f Menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif.
g Terdapat rangkuman materi pembelajaran.
h Terdapat instrumen penilaian, yang memungkinkan peserta didik
melakukan penilaian sendiri (self assesment).
i Terdapat umpan balik atas penilaian peserta didik, sehingga peserta didik
menguasai tingkat penguasaan materi.
j Terdapat informasi tentang rujukan/pengayaan/referensi yang mendukung
materi pembelajaran yang dimaksud.
9

2 Self Contained
Modul dikatakan self contained bila seluruh materi pembelajaran yang di
butuhkan termuat dalam modul tersebut. Tujuan dari konsep ini adalah
memberikan kesempatan peserta didik mempelajari materi pembelajaran
secara tuntas. Karena materi belajar dikemas kedalam satu kesatuan yang
utuh. Jika harus dilakukan pembagian atau pemisahan materi dari satu standar
kompetensi/kompetensi dasar, harus dilakukan dengan hati-hati dan
memperhatikan keluasan standar kompetensi/kompetensi dasar yang harus
dikuasai oleh peserta didik.
3 Stand Alone
Stand alone atau berdiri sendiri merupakan karakteristik modul yang tidak
tergantung pada bahan ajar atau media lain, atau tidak harus digunakan
bersama-sama dengan bahan ajar atau media lain. Dengan menggunakan
modul, peserta didik tidak perlu bahan ajar yang lain untuk mempelajari dan
mengerjakan tugas pada modul tersebut. Jika peserta didik masih
menggunakan dan bergantung pada bahan ajar lain selain modul yang
digunakan, maka bahan ajar tersebut tidak dikategorikan modul yang berdiri
sendiri.
4 Adaptif
Modul hendaknya memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dikatakan adaptif jika modul
tersebut dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
serta fleksibel atau luwes digunakan di berbagai perangkat keras (hardwere).
5 User Friendly
Modul hendaknya disusun memenuhi kaidah user friendly atau
bersahabat/akrab dengan pemakainya. Setiap instruksi dan paparan informasi
yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk
kemudahan pemakai dalam merespon dan mengakses sesuai dengan
keinginan. Penggunaan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti, serta
menggunakan istillah yang umum digunakan, merupakan salah sat bentuk
user friendly.
10

C Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Modul


Setiap bahan ajar yang digunakan pada proses pembelajaran pasti
memiliki keuntungan dan keterbatasan, begitu juga dengan modul. Menurut
Setyosari (dalam Juhandana, 2012:18) keuntungan dan keterbatasan penggunaan
modul dalam pembelajaran antara lain:
1 Keuntungan Pembelajaran modul
a Motivasi siswa dapat ditingkatkan, karena siswa selalu didorong
menyelesaikan modul tepat pada waktunya.
b Hasil pekerjaan secepatnya dapat diketahui, karena setelah menyelesaikan
sebuah modul siswa bisa langsung mencocokan hasil pekerjaannya.
c Efesiensi dan efektifitas tercapai, karena pengetahuan yang diperoleh
siswa terangkum secara sistematik.
2 Keterbatasan Pembelajaran Modul
a Ikatan kelas menjadi renggang, karena belajar secara individu dalam kelas.
Padahal motivasi dapat dipengaruhi oleh dukungan kehidupan sosial.
b perkembangan jiwa sosial kelas kurang mendapat perhatian, karena
adanya prinsip individualisasi belajar.
c Aspek kemanusiaan, harkat manusia seolah diabaikan karena manusia
dianggap mesin yang berproduksi tinggi.

D Komponen Modul
Modul merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang tersusun oleh
beberapa komponen yang dikemas secara utuh dan sistematis. Menurut Santyasa
(dalam Juhandana, 2012:14), komponen modul terdiri dari tiga bagian utama
sebagai berikut:
1. Pra Pendahuluan
Bagian ini meliputi halaman depan (cover), kata pengantar, daftar isi,
daftar tabel, daftar gambar.
2. Bagian Pendahuluan
Bagian pendahuluan berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil
belajar, serta beberapa pertanyaan yang bertujuan untuk menuntun siswa
ke dalam materi yang diajarkan.
11
12

3. Bagian Isi
Bagian isi memuat kegiatan belajar yang terdiri dari beberapa component
meliputi kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, lembar kerja
siswa, uraian materi, informasi dan tugas. Kegiatan belajar juga dilengkapi
dengan rangkuman, soal evaluasi, umpan balik, dan daftar pustaka.

E Prosedur Pengembangan Modul


Menurut Daryanto (2013:15) modul pembelajaran disusun berdasarkan
prinsip-prinsip pengembangan suatu modul, meliputi: analisis kebutuhan,
pengembangan desain modul, implementasi, penilaian, evaluaisi, dan validasi,
serta jaminan kualitas. Pengembangan suatu desain modul dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut:
1 Analisis Kebutuhan Modul
Analisis kebutuhan modul merupakan kegiatan menganalisis silabus
dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk memperoleh informasi
modul yang dibutuhkan peserta didik dalam mempelajari kompetensi yang
telah diprogramkan. Nama atau judul modul sebaiknya disesuaikan dengan
kompetensi yang ada di silabus dan RPP. Pada dasarnya tiap satu standar
kompetensi dikembangkan menjadi satu modul dan satu modul terdiri dari 2-4
kegiatan pembelajaran. Tujuan analisis kebutuhan modul adalah untuk
mengidentifikasi dan menetapkan jumlah dan judul modul yang harus
dikembangkan dalam satu satuan program tertentu. Satuan program tersebut
dapat diartikan sebagai satu tahun pelajaran, satu semester, satu mata pelajaran
atau lainnya. Analisis kebutuhan modul dapat dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
a Tentukan suatu program yang akan menjadi batas lingkup kegiatan.
b Periksa sudah adakah program atau rambu-rambu operasional untuk
pelaksanaan program tersebut. Misal program tahunan, silabus atau RPP.
c Identifikasi dan analisis program standar kompetensi yang akan dipelajari,
sehingga diperoleh materi yang akan digunakan pada kegiatan
pembelajaran tersebut.
13

d Selanjutnya susun dan organisasi satuan atau unit bahan belajar yang
mewadahi materi-materi tersebut. Satuan atau unit bahan ajar ini dijadikan
sebagai judul modul tersebut.
e Dari daftar dan satuan unit modul tersebut identifikasi mana yang sudah
ada dan belum ada di sekolah.
f Lakukan penyusunan berdasarkan prioritas dan kebutuhan modul.
2 Desain penulisan modul
Desain penulisan modul yang dimaksud di sini disesuaikan dengan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun oleh guru. Di
dalam RPP telah memuat strategi pembelajaran dan media yang digunakan,
garis besar materi pembelajaran dan metoda penilaian serta perangkatnya.
Dengan demikian, RPP digunakan sebagai desain dalam penyusunan atau
penulisan modul. Penyusunan modul belajar diawali dengan menyusun buram
atau draft/konsep modul. Modul yang dihasilkan dinyatakan sebagai buram
sampai dengan selesainya proses validasi dan ujicoba. Bila hasil ijicoba telah
dinyatakan layak, barulah suatu modul dapat diimplementasikan dilapangan.
Sebelum modul diimplementasikan, perlu diuji coba terlebih dahulu.
Uji coba dilakukan terhadap buram modul yang telah dinyatakan valid.
Karena modul telah dinyatakan valid tidak berarti modul tersebut siap
digunakan. Uji coba buram modul dimaksudkan untuk mengetahui apakah
buram modul dapat diimplementasikan pada situasi dan kondisi
sesungguhnya. Hal-hal yang perlu diuji coba antara lain adalah:
a Kemudahan bahan ajar digunakan oleh peserta didik dalam proses belajar.
b Kemudahan guru dalam menyiapkan fasilitas (alat dan bahan) belajar,
mengelola proses pembelajaran, dan dalam mengadministrasi-kannya.
Untuk melakukan uji coba buram modul dapat diikuti langkah-langkah
berikut:
1 Siapkan perangkat untuk uji coba (kriteria modul yang layak dan
kuesioner kelayakan modul). Penyiapan sebaiknya dilakukan oleh tim.
2 Tentukan responden uji coba. sesuai dengan kondisi.
3 Siapkan dan gandakan buram modul yang akan diuji cobakan sesuai
dengan jumlah responden.
14

4 Siapkan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk


mengimplementasikan modul.
5 Informasikan kepada responden tentang tujuan uji coba dan kegiatan
yang harus dilakukan oleh responden.
6 Lakukan uji coba sebagaimana melakukan kegiatan pembelajaran
dengan modul.
7 Kumpulkan data hasil uji coba.
8 Olah data dan simpulkan hasilnya.
3 Implementasi
Implementasi modul dalam kegiatan belajar dilaksanakan sesuai
dengan alur yang telah digariskan dalam modul. Bahan, alat, media dan
lingkungan belajar yang dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran diupayakan
dapat dipenuhi agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Strategi pembelajaran
dilaksanakan secara konsisten sesuai dengan skenario yang ditetapkan.
4 Penilaian
Penilaian hasil belajar dimaksudkan untuk mengetahui tingkat
penguasaan peserta didik setelah mempelajari seluruh materi yang ada dalam
modul. Pelaksanaan penilaian mengikuti ketentuan yang telah dirumuskan di
dalam modul. Penilaian hasil belajar dilakukan menggunakan instrumen yang
telah dirancang atau disiapkan pada saat penulisan modul.
5 Evaluasi dan Validasi
Evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui dan mengukur apakah
implementasi pembelajaran dengan modul dapat dilaksanakan sesuai dengan
desain pengembangannya. Untuk keperluan evaluasi dapat dikembangkan
suatu instrumen evaluasi yang didasarkan pada karakteristik modul tersebut.
Instrumen ditujukan baik untuk guru maupun peserta didik karena keduanya
terlibat langsung dalam proses implementasi suatu modul. Dengan demikian
hasil evaluasi dapat objektif.
Validasi merupakan proses untuk menguji kesesuaian modul dengan
kompetensi yang menjadi target belajar. Bila isi modul sesuai, artinya efektif
untuk mempelajari kompetensi yang menjadi target berlajar, maka modul
dinyatakan valid. Validasi dapat dilakukan dengan cara meminta bantuan ahli
15

yang menguasai kompetensi yang dipelajari. Validator membaca ulang dengan


cermat isi modul. Validator memeriksa, apakah tujuan belajar, uraian materi,
bentuk kegiatan, tugas, latihan atau kegiatan lainnya yang ada diyakini dapat
efektif untuk digunakan sebagai media mengasai kompetensi yang menjadi
target belajar. Bila hasil validasi ternyata menyatakan bahwa modul tidak
valid maka modul tersebut perlu diperbaiki sehingga menjadi valid.
6 Jaminan Kualitas
Untuk menjamin bahwa modul yang disusun telah memenuhi
ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam pengembangan suatu modul,
maka selama proses pembuatannya perlu dipantau untuk meyakinkan bahwa
modul telah disusun sesuai dengan desain yang ditetapkan. Demikian pula,
modul yang dihasilkan perlu diuji apakah telah memenuhi setiap elemen mutu
yang berpengaruh terhadap kualitas suatu modul.

F Elemen Mutu Modul


Menurut Daryanto (2013:13), untuk menghasilkan modul pembelajaran
yang mampu memerankan fungsi dan perannya dalam pembelajaran yang efektif,
modul perlu dirancang dan dikembangkan dengan memperhatikan beberapa
elemen yang mensyaratkannya. Beberapa elemen mutu modul yang dimaksud
adalah format, organisasi, daya tarik, bentuk dan ukuran huruf, ruang atau spasi,
serta konsistensi. Penjabaran dari masing-masing elemen mutu modul adalah
sebagai berikut:
1 Format
a Gunakan format kolom (tunggal atau multi) yang proporsional.
Penggunaan kolom tunggal atau multi harus sesuai dengan bentuk dan
ukuran kertas yang digunakan.
b Gunakan format kertas (vertikal atau horisontal) yang tepat. Penggunaan
format kertas secara vertikal atau horizontal harus memperhatikan tata
letak dan format pengetikan.
c Gunakan tanda-tanda (icon) yang mudah ditangkap dan bertujuan untuk
menekankan pada hal-hal yang dianggap penting atau khusus. Tanda dapat
berupa gambar, cetak tebal, cetak miring atau lainnya.
16

2 Organisasi
a Tampilkan peta/bagan yang menggambarkan cakupan materi yang akan
dibahas didalam modul.
b Organisasikan materi pembelajaran dengan urutan dan susunan yang
sistematis sehingga memudahkan peserta didik memahami materi
pembelajaran.
c Susun dan tempatkan naskah, gambar dan ilustrasi sedemikian rupa
sehingga informasi mudah dimengerti oleh peserta didik.
d Organisasikan antar bab, antar unit, antar paragraf dengan susunan alur
yang jelas agar mempermudah peserta didik memahami modul.
e Organisasikan antar judul, subjudul, dan uraian yang mudah dipahami oleh
peserta didik.
3 Daya Tarik
a Bagian sampul (cover) depan dengan mengkombinasikan warna, gambar
(ilustrasi), bentuk dan ukuran huruf yang serasi.
b Bagian isi modul dengan menempatkan rangsangan-rangsangan berupa
gambar atau ilustrasi, pencetakan huruf tebal, miring, garis bawah atau
warna.
c Tugas dan latihan dikemas sedemikian rupa sehingga menarik.
4 Bentuk dan Ukuran Huruf
a Gunakan bentuk dan ukuran huruf yang mudah dibaca sesuai dengan
karakteristik umum peserta didik.
b Gunakan perbandingan huruf yang proporsional antar judul, sub judul dan
isi naskah.
c Hindari penggunaan huruf kapital untuk seluruh teks, karena dapat
membuat proses membaca menjadi sulit.
5 Ruang Spasi
a Gunakan spasi atau ruang kosong tanpa naskah atau gambar untuk
menambah kontras penampilan modul.
b Spasi kosong dapat berfungsi untuk menambahkan catatan penting dan
memberikan kesempatan jeda kepada peserta didik/peserta didik.
17

c Gunakan dan tempatkan spasi kosong tersebut secara proporsional.


Penempatan ruang kosong dapat dilakukan di beberapa tempat.
6 Konsistensi
a Gunakan bentuk dan huruf secara konsisten dari halaman ke halaman.
Usahakan agar tidak menggabungkan beberapa cetakan dengan bentuk dan
ukuran huruf yang terlalu banyak.
b Gunakan jarak spasi konsisten. Jarak antar judul dengan baris pertama,
antar judul dengan teks utama. Jarak baris atau spasi tidak sama sering
dianggap buruk, tidak rapi.
c gunakan tata letak penulisan yang konsisten, baik pola pengetikan maupun
margin/batas-batas pengetikan.

G Aspek Penilaian Modul


Modul merupakan paket program yang disusun dan didesain sedemikian
rupa sehingga penyusunan modul memiliki ketentuan. Oleh karena itu, dalam
pengembangan modul harus memenuhi beberapa aspek penilaian, hal ini
bertujuan untuk mengetahui kualitas modul yang dikembangkan. Menurut Lidy
dkk (dalam Susilo, dkk, 2013:2) kualitas modul dapat dilihat dari beberapa aspek
di antaranya:
1 Aspek kelayakan isi
a Kesesuaian dengan SK dan KD.
b Kesesuaian dengan perkembangan anak.
c Kesesuaian dengan kebutuhan bahan ajar.
d Kebenaran substansi materi pembelajaran.
e Manfaat untuk penambahan wawasan.
f Kesesuaian dengan nilai moral dan nilai-nilai sosial.
2 Aspek kelayakan bahasa
a Keterbacaan.
b Kejelasan informasi.
c Kesesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.
d Pemanfaatan bahasa secara efektif dan efisien.
18

3 Aspek kelayakan penyajian


a Kejelasan tujuan (indikator) yang ingin dicapai.
b Urutan sajian.
c Pemberian motivasi.
d Daya tarik.
e Interaksi.
f Kelengkapan informasi.
4 Aspek kelayakan kegrafikan
a Penggunaan font.
b Layout atau tata letak, ilustrasi, gambar, foto, desain tampilan.

H Pendekatan Saintifik
Menurut Hosnan (dalam Desy, 2015:14), pendekatan saintifik dimaksud-
kan untuk memberi pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal,
memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi
bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak tergantung pada informasi searah
dari guru. Oleh karena itu, kondisi pembelajaran yang diharapkan untuk dapat
mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui
observasi, dan bukan hanya diberi tahu.
Menurut Sani (2014:50), pendekatan saintifik berkaitan erat dengan
metode saintifik. Metode saintifik (ilmiah) pada umumnya melibatkan kegiatan
pengamatan atau observasi yang dibutuhkan untuk perumusan hipotesis atau
mengumpulkan data. Metode ilmiah pada umumnya dilandaskan dengan
pemaparan data yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan. Oleh sebab
itu, kegiatan percobaan dapat diganti dengan kegiatan memperoleh informasi dari
berbagai sumber.
Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran didalamnya
mencakup komponen: mengamati, menanya, menalar, mencoba atau mencipta,
menyajikan atau mengkomunikasikan. Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik
investigasi atas suatu atau beberapa fenomena atau gejala, memperoleh
pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya.
Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis
pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan
prinsip-prinsip penalaran yang spesifik (Kemendikbud, 2013).
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa,
pendekatan saintifik adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi,
19

menguatkan, dan melatari pemikiran tentang bagaimana metode pembelajaran


diterapkan berdasarkan metode ilmiah yang bercirikan pada penonjolan dimensi
pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu
kebenaran berdasarkan pada serangkaian aktivitas kegiatan pengumpulan data
melalui observasi atau ekperimen, mengolah informasi atau data, menganalisis,
kemudian memformulasi, dan menguji hipotesis.

I Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik


Menurut Daryanto (2014:51) pembelajaran dengan pendekatan saintifik
adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar siswa secara
aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan
mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan
masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan
berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan
konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan.
Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada
siswa dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan
ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung
pada informasi searah dari guru. Penerapan pendekatan saintifik dalam
pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi,
mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan
proses-proses tersebut, bantuan guru diperlukan. akan tetapi bantuan guru tersebut
harus semakin berkurang dengan semakin bertambah dewasanya siswa atau
semakin tingginya kelas siswa. Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik
didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran
dengan pendekatan saintifik adalah:
20

a Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir


tingkat tinggi siswa.
b Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah
secara sistematik.
c Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu
merupakan suatu kebutuhan.
d Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.
e Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam
menulis artikel ilmiah.
f Untuk mengembangkan karakter siswa.

J Model Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik


Sejalan dengan konsep dasar dan prinsip-prinsip pembelajaran pada
Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik atau pendekatan berbasis
proses keilmuan. Pendekatan saintifik dapat menggunakan beberapa strategi
seperti pembelajaran kontekstual. Selain itu menurut Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Pertama (2016) dapat diterapkan model-model pembelajaran
lainnya, antara lain :
1 Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-based Learning)
Pembelajaran Berbasis Masalah adalah pembelajaran yang
menggunakan masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari (otentik) yang
bersifat terbuka (open-ended) untuk diselesaikan oleh peserta didik untuk
mengembangkan keterampilan berpikir, keterampilan menyelesaikan masalah,
keterampilan sosial, keterampilan untuk belajar mandiri, dan membangun atau
memperoleh pengetahuan .
2 Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-based Learning)
Pembelajaran Berbasis Proyek (PBP) adalah kegiatan pembelajaran
yang menggunakan proyek atau kegiatan sebagai proses pembelajaran untuk
mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan ketrampilan. Penekanan
pembelajaran terletak pada aktivitas-aktivias peserta didik untuk
menghasilkan produk dengan menerapkan keterampilan meneliti,
menganalisis, membuat, sampai dengan mempresentasikan produk
pembelajaran berdasarkan pengalaman nyata.
21

3 Pembelajaran Inkuiri (Inquiry learning)


Inkuiri merupakan proses pembelajaran yang didasarkan pada
pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis.
Pengetahuaan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil
dari proses menemukan sendiri.
4 Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning)
Pembelajaran penemuan (Discovery Learning) adalah pembelajaran
untuk menemukan konsep, makna, dan hubungan kausal melalui pengorgani-
sasian pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik.

K Langkah-Langkah Umum Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik


Menurut Sani (2014:59), proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk
semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik).
Langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam proses
pembelajaran meliputi menggali informasi melaui pengamatan, bertanya,
percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau
informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan,
dan mencipta.
Menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama (2016),
langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik terdiri atas lima
langkah kegiatan belajar yakni mengamati (observing), menanya (questioning),
mengumpulkan informasi/mencoba (experimenting), menalar atau mengasosiasi
(associating), mengomunikasikan (communicating).
1 Mengamati (Observing)
Siswa menggunakan panca inderanya untuk mengamati fenomena
yang relevan dengan apa yang dipelajari. Fenomena yang diamati pada mata
pelajaran satu dan lainnya berbeda. Misalnya, untuk mata pelajaran IPA, siswa
mengamati pelangi, untuk mata pelajaran Bahasa Inggris, siswa
mendengarkan percakapan, untuk mata pelajaran bahasa Indonesia siswa
membaca teks, dan untuk mata pelajaran matematika siswa mengamati
praktek jual beli di pasar tradisional. Siwa dapat mengamati fenomena secara
22

langsung maupun melalui media audio visual. Hasil yang diharapkan dari
langkah pembelajaran ini adalah siswa menemukan masalah, yaitu gap of
knowledge, apapun yang belum diketahui atau belum dapat dilakukan terkait
dengan fenomena yang diamati. Pada langkah ini guru dapat membantu siswa
menginventarisasi segala sesuatu yang belum diketahui (gap of knowledge)
tersebut. Agar kegiatan mengamati dapat berlangsung dengan baik, sebelum
pembelajaran dimulai guru perlu menemukan atau mempersiapkan fenomena
yang diamati siswa dan merancang kegiatan pengamatan untuk siswa
menemukan masalah.
2 Menanya (Questioning)
Siswa merumuskan pertanyaan tentang apa saja yang tidak diketahui
atau belum dapat lakukan terkait dengan fenomena yang diamati. Pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan dapat mencakup pertanyaan-pertanyaan yang
menghendaki jawaban berupa pengetahuan faktual, konseptual, maupun
prosedural, sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik.Hasil kegiatan ini
adalah serangkaian pertanyaan siswa yang relevan dengan indikator-indikator
Kompetensi Dasar (KD). Guru Membantu siswa merumuskan pertanyaan
berdasarkan daftar hal-hal yang perlu atau ingin diketahui agar dapat
melakukan atau menciptakan sesuatu.
3 Mengumpulkan informasi atau mencoba (Experimenting)
Siswa mengumpulkan data melalui berbagai teknik, misalnya
melakukan eksperimen, mengamati obyek/kejadian/aktivitas, wawancara
dengan nara sumber, membaca buku pelajaran, dan sumber lain di antaranya
buku referensi, kamus, ensiklopedia, media massa, atau serangkaian data
statistik. Guru menyediakan sumber-sumber belajar, lembar kerja (worksheet),
media, alat peraga/peralatan eksperimen, dan sebagainya. Guru juga
membimbing dan mengarahkan siswa untuk mengisi lembar kerja, menggali
informasi tambahan yang dapat dilakukan secara berulang-ulang sampai siswa
memperoleh informasi atau data yang dibutuhkan. Hasil kegiatan ini adalah
serangkaian data atau informasi yang relevan dengan pertanyaan-pertanyaan
yang siswa rumuskan.
23

4 Menalar/mengasosiasi (Associating)
Siswa menggunakan data atau informasi yang sudah dikumpulkan
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mereka rumuskan. Pada langkah
ini guru mengarahkan agar siswa dapat menghubung-hubungkan
data/informasi yang diperoleh untuk menarik kesimpulan. Hasil akhir dari
tahap ini adalah simpulan-simpulan yang merupakan jawaban atas pertanyaan
yang dirumuskan pada langkah menanya.
5 Mengomunikasikan (Comunicating)
Siswa menyampaikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan
mereka ke kelas secara lisan dan/atau tertulis atau melalui media lain. Pada
tahapan pembelajaran ini siswa dapat juga memajang atau memamerkan
hasilnya di ruang kelas, atau mengunggah (upload) di blog yang dimiliki.
Guru memberikan umpan balik, meluruskan, memberikan penguatan, serta
memberikan penjelasan/informasi lebih luas. Guru membantu peserta didik
untuk menentukan butir-butir penting dan simpulan yang akan
dipresentasikan, baik dengan atau tanpa memanfaatkan teknologi informasi.

L Kajian Materi Lingkaran berdasarkan Kurikulum 2013


Berdasarkan kurikulum 2013, materi matematika di SMP/MTs kelas VIII
semester 2 meliputi beberapa aspek sebagai berikut:
1 Aljabar
Meliputi kajian materi tentang sistem persamaan linier dua variabel
(SPLDV), persamaan kuadrat, dan perbandingan.
2 Geometri dan pengukuran
Meliputi kajian materi tentang lingkaran dan bangun ruang sisi datar.
3 Statistika dan peluang
Meliputi kajian materi tentang peluang.

Dalam pengembangan modul ini materi yang dipilih adalah pada pokok
bahasan lingkaran. Adapun kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD) dari
matapelajaran matematika di SMP/MTs kelas VIII pada pokok bahasan lingkaran
disajikan dalam tabel berikut:
24

Tabel 2.1 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pokok Bahasan Lingkaran
Kompetensi Inti (KI) Kompetensi Dasar (KD)
1 Menghargai dan menghayati ajaran agama 1 Menghargai dan menghayati
yang dianutnya. ajaran agama yang dianutnya.

2 Menghargai dan menghayati perilaku jujur, 1 Menunjukkan sikap logis, kritis,


disiplin, tanggung jawab, santun, peduli analitik, konsisten dan teliti,
(toleransi, gotong royong), santun, dan percaya bertanggung jawab, responsif, dan
diri dalam berinteraksi secara efektif dengan tidak mudah menyerah dalam
lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan memecahkan masalah.
pergaulan dan keberadaannya. 2 Memiliki rasa ingin, percaya diri,
dan ketertarikan pada matematika
serta memiliki rasa percaya pada
daya dan kegunaan matematika.
3 Memiliki sikap terbuka, santun,
objektif, menghargai pendapat
dan karya teman dalam interaksi
kelompok maupun aktivitas dalam
sehari-hari.
3 Memahami dan menerapkan pengetahuan 6 Mengidentifikasi unsur, keliling,
(faktual, konseptual, dan prosedural) dan luas dari lingkaran.
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu 7 Menentukan hubungan sudut
pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait pusat, panjang busur, dan luas
fenomena dan kejadian tampak mata. juring.
4 Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah 6 Menyelesaikan
konkret (mengguna-kan, mengurai, merangkai, permasalahan nyata yang
memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak terkait penerapan hubungan
(menulis, membaca, menghitung, menggambar, sudut pusat, panjang busur,
dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari dan luas juring.
di sekolah dan sumber lain yang sama dalam
sudut pandang/teori.
(Diadaptasi dari: Adinawan, 2014:XI-XII)
25

Adapun materi matematika kelas VIII semester 2 pada pokok bahasan


lingkaran menurut Adinawan & Sugijono (2014:105) dalam buku Matematika
untuk SMP/MTs kelas VIII semester 2 kurikulum 2013 adalah sebagai berikut:

1. Lingkaran adalah garis lengkung yang kedua ujungnya bertemu dan semua
titik yang terletak pada garis lengkung itu jaraknya sama jauh terhadap sebuah
titik tertentu.
2. Unsur-unsur lingkaran F
a) Garis OE disebut jari-jari, dan AE disebut
diameter.
O
b) Garis lengkung AF dan BD disebut busur. A E
c) Garis lurus AF dan BD disebut tali busur.
B C D
d) Garis OC yang tegak lurus BD disebut
apotema. Gambar 2.1

e) Daerah arsiran yang diapit oleh due jari-jari OE dengan OF dan dibatasi
busur EF disebut juring atau sektor.
f) Daerah arsiran yang dibatasi oleh tali busur BD dan busur BD disebut
tembereng.
3. Untuk setiap lingkaran berlaku hubungan
B
berikut:
Besar sudut pusat = 2 kali sudut keliling
D O
yang menghadap busur yang sama.
2
BOC = BDC
C
1
Besar sudut keliling = 2 sudut pusat Gambar 2.2

yang menghadap busur yang sama.


1
BOC
BDC = 2

4. Besar setiap setiap sudut keliling yang menghadap diameter lingkaran adalah
90.
5. Besar sudut-sudut keliling yang menghadap busur yang sama adalah sama
besar .
26
27

6. Segi empat tali busur ABCD adalah segiempat tali busur dengan

AB , BC ,CD , da n AD merupakan tali busur.

+ 180 B+ D= 180
A C dan

7. Untuk setiap lingkaran berlaku rumus-rumus berikut:

Keliling Lingkaran d atau2 r

2 1 2
Luas lingkaran r atau 4 d

8. Untuk setiap lingkaran berlaku hubungan berikut:


A
AOB busur AB luas juring OAB
a) = =
BOC busur BC luas juring OBC
O B
AOB
b) Panjang busur AB 360 keliling lingkaran

BOC
c) Luas juring OBC 360 luas lingkaran
C
Gambar 2.3
Adapun indikator pembelajaran dari pokok bahasan lingkaran yang akan
digunakan sebagai salah satu dasar dalam mengembangkan modul matematika
adalah sebagai berikut:
Pada KD 3.6 Mengidentifikasi unsur, keliling, dan luas dari lingkaran. Siswa
diharapkan memiliki pengalaman belajar sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi unsur-unsur lingkaran.
2. Memahami hubungan antar unsur pada lingkaran.
Pada KD 3.7 Menentukan hubungan sudut pusat, panjang busur, dan luas juring.
Siswa diharapkan memiliki pengalaman belajar sebagai berikut:
Menentukan hubungan sudut pusat dengan panjang busur.
Menentukan hubungan sudut pusat dengan luas juring.
Menentukan hubungan sudut pusat dengan sudut keliling.
Pada KD 4.6 Menyelesaikan permasalahan nyata yang terkait penerapan
hubungan sudut pusat, panjang busur, dan luas juring. Siswa diharapkan memiliki
pengalaman belajar sebagai berikut:
28

Menyelesaikan permasalahan nyata yang terkait penerapan hubungan


sudut pusat, panjang busur, dan luas juring.
29

M Hasil Penelitian yang Relevan


Beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan pengembangan modul
matematika dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Madya Kencana Juhandana (2012) dengan judul Pengembangan Modul
Lingkaran dengan Pendekatan Konstruktivisme Sebagai Penunjang
Pembelajaran di Kelas VIII RSBI SMP Negeri 1 Lumajang. Modul yang
telah dikembangkan dalam penelitian ini mencapai skor rata-rata 3,67 (sangat
valid) pada uji coba tahap pertama, skor rata-rata 3,77 (sangat valid) pada uji
coba tahap kedua (dari skor maksimum 4), serta skor rata-rata evaluasi diatas

SKM ( 70) yaitu 82,67. Hal tersebut menunjukkan bahwa modul telah

sangat valid dan tidak perlu revisi. Hasil dari modul lingkaran yang
dikembangkan sangat menunjang pembelajaran di kelas VIII RSBI SMP
Negeri 1 Lumajang.
2. Nita Desy (2015) dengan judul Pengembangan Modul Perbandingan dengan
Pendekatan Saintifik untuk Siswa Kelas VII SMP Kartika IV-9 Malang. Hasil
pengembangan modul menunjukan bahwa keseluruhan hasil penilaian para
ahli mengenai modul dikatakan sangat valid dengan rata-rata 3,902, dilihat
dari respon siswa yaitu angket respon siswa menyebutkan bahwa didapat rata-
rata 83,4% dan dapat dikategorikan mendapat respon sangat baik dari siswa.
Dengan demikian bahan ajar ini sangat layak digunakan sebagai media
pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai