Anda di halaman 1dari 8

HUBUNGAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DENGAN TUGAS

PERKEMBANGAN PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH

Andini Mardiantina1), Happy Indri Hapsari2), Rahajeng Putri Ningrum 3)

Prodi S1-STIKes Kusuma Husada Surakarta


1, 2,3

ABSTRAK

Perkembangan adalah perubahan perubahan yang dialami individumenuju tingkat


kedewasaan yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan, baik
fisik maupun psikis.Tugas perkembangan merupakan suatu tugas yang muncul pada
periode tartantu dalam rentang kehidupan individu. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan pendidikan anak usia dini dengan tugas perkembangan pada anak
usia prasekolah di PAUD Chinta Ananda Sukoharjo dan RW 06 Desa Gawanan Timur
Karanganyar. Penelitian ini menggunakan metode cross sectionalana PAUD dan tidak
PAUD. Sampel terdiri 48 anak berusia 3-6 tahun, laki-laki 23 dan perempuan 25.
Penelitian dilakukan selama 2 minggu di PAUD Chinta Ananda Sukoharjo dan Desa
Gawanan Timur RW 06 Karanganyar . Penelitian ini menggunakan Denver II didapatkan
hasil anak PAUD normal 66.7% , suspect 33,3% sedangkan anak tidak PAUD normal
45,8%, suspect 54,2%. Penelitian ini menggunakan uji chisquarediperoleh nilai p-valeu
0,164 > 0,05 menunjukan tidak ada hubungan pendidikan anak usia dini dengan tugas
perkembangan pada anak prasekolah. Penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan dan mwmberikan informasi mengenai pendidikan anak usia dini dengan
tugas perkembangan pada anak prasekolah.

Kata Kunci : PAUD, tidak PAUD, Tugas Perkembangan

ABSTRACT

Development is a set of changes experienced by individual to lead to maturity. It takes


place systematically, progressively, and continuously both in physical and psychological
terms. Developmental task is a task arising in a certain period of ones life span. The
objective of this research is to investigate the correlation between early childhood
education and developmental task in pre-school children at Chinta Ananda Early
Childhood Education of Sukoharjo and in RW 06, Gawanan Timur village, Karanganyar.
This research used the quantitative method with the cross-sectional design in Early
Childhood Education and in non-Early Childhood Education. It was conducted for two
weeks at Chinta Ananda Early Childhood Education of Sukoharjo and in RW 06,
Gawanan Timur village, Karanganyar. The samples of the research consisted of 48
children aged 3-6 years. They were 23 males and 25 females. The data of the research
were analyzed by using the Denver II Test. The result of the research shows that 66.7% of
the children of Chinta Ananda Early Childhood Education are normal, and the rest, 33.3%
are suspected. Meanwhile, 45.8% of the children of non-Early Childhood Education in
RW 06, Gawanan Timur village, Karanganyar are normal and the rest 54.2% are
suspected. The result of the chi-square test shows that the value of p 0.164, which is
greater than 0.05, meaning that there is not any correlation between early childhood
education and developmental task in pre-school children. The result of this research is
expected to improve the knowledge and to extend information on the correlation between
early childhood education and developmental task in pre-school children.

Keywords: Early childhood education, non-early childhood education, and


developmental task.

PENDAHULUAN anak usia dini dengan tugas perkembangan pada anak


Pendidikan saat ini menghadapi tantangan usia prasekolah di PAUD Chinta Ananda Sukoharjo
besar sebagai akibat dari arus globalisasi. Berbagai dan RW 06 Desa Gawanan Timur Karanganyar.
upaya perlu dilakukan agar kelak mendapat Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kehidupan yang layak di negara Indonesia. hubungan pendidikan anak usia dini dengan tugas
Lingkungan pendidikan dapat mengembangkan perkembangan pada anak usia prasekolah di
potensi anak agar menjadi manusia yang berilmu, PAUD Chinta Ananda Sukoharjo dan RW 06
mandiri, dan bertanggung jawab. Sebelum memasuki Desa Gawanan Timur Karanganyar.
pendidikan dasar anak dapat mengembangkan
potensi yang dimiliki dalam taman kanak-kanak atau METODOLOGI
PAUD (Rahman 2009). Penelitian ini menggunakan jenis
PAUD adalah pendidikan yang ditujukan penelitian kuantitatif. Rancangan penelitian
untuk anak usia 3 sampai dengan 6 tahun (PP menggunakan korelasional adalah untuk
No.27/1990 pasal 6), akan tetapi menurut UU No 20 mengungkapkan hubungan antar variabel.
Tahun 2003 pasal 28 menyatakan bahwa pendidikan Menggunakan metode cross sectional adalah
anak usia dini dilaksanakan sebelum jenjang penelitian yang merupakan waktu
pendidikan dasar. Pendidikan usia dini perlu pengukuran/observasi data variabel independen
dilaksanakan dari lahir sampai usia 6 tahun, sebelum dan dependen hanya satu kali pada satu saat
memasuki pendidikan sekolah dasar (Rahman 2009). (Nursalam 2008).
Pertumbuhan anak usia prasekolah Penelitian ini dilaksanakan di PAUD
berlangsung dengan stabil, terjadi perkembangan Chinta Ananda Sukoharjodan di RW 06 Desa
dengan aktivitas jasmani yang bertambah dan Gawanan Timur. Penelitian ini dilaksanakan
meningkatnya ketrampilan dan proses berfikir selama 1 minggu yaitu pada tanggal 21 Mei 2014
(Narendra 2002). sampai dengan 26 Mei 2014 di PAUD dan 23-25
Anak prasekolah adalah anak yang berusia 3 Juni 2014, di RW 06 Desa Gawanan Timur
sampai 6 tahun. Anak usia prasekolah mengalami Karanganyar pada tanggal 23 25 Juni 2014.
perkembangan motorik, verbal, dan ketrampilan Populasi dalam penelitian ini
sosial secara progresif. Perkembangan pada masa ini menggunakan anak di PAUD Chinta Ananda
meningkatnya energi untuk belajar dan menggali Sukoharjo sebanyak 24 anak dan anak di RW 6
banyak hal (Supartini 2004). desa Gawanan Timur sebanyak 24 anak. Jumlah
Tahap perkembangan ini menunjukan hal populasi yang digunakan sebanyak 48 anak
yang unik dan memerlukan perhatian yang khusus dengan usia 3-6 tahun (prasekolah). Teknik
dari orang dewasa untuk tumbuh danberkembang. pengambilan sampel menggunakan sampling
PAUD menjadi salah satu pilihan untuk pendidikan jenuh. Sampling jenuh adalah pengambilan
awal anak. PAUD juga sebagai lembaga pendidikan sampel dengan mengambil semua anggota
untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki populasi menjadi sampel (Sugiono 2013).
oleh anak, juga melatih anak mengembangkan Tehnik pengumpulan data pada penelitian
motorik halus, motorik kasar, bahasa, sosialisasi ini dengan mengobservasi menggunakan Denver II
(Hidayat 2008). yang dilakukan selama 1 minggu, dengan ketentuan
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik apabila hasil yang didapatkan normal maka tidak
untuk mengetahui Adakah hubungan pendidikan terdapat delay dan hanya terdapat satu caution,
suspect apabila terdapat lebih dari satu delay atau Tabel 4.1 menyatakan bahwa sebagian besar
lebih dari 2 caution, sedangkan jika hasil yang anak PAUD berjenis kelamin perempuan.
didapatkan unstable atau refose maka harus di ulang
2 minggu lagi. Dikatakan Advanced bila melewati 4.1.2. Lingkungan
pokok secara lengkap ke kanan dari garis usia
kronologis, OK bila melewati, gagal, atau menolak Tabel 4.2 Lingkungan Anak PAUD dan tidak
pokok yang dipotong berdasarkan garis usia antara PAUD
ke-25 dan ke-75, Caution bila gagal atau menolak Lingkungan Frekuensi persen(%)
pokok yang dipotong berdasarkan garis usia orang tua 40 83,3
kronologis diatas atau diantara ke-75 dan ke-90, orang tua dan pengasuh 8 16,7
Delay bila gagal pada suatu pokok secara Total 48 100
menyeluruh ke arah kiri garis usia kronologis. Dapat
dianggap sebagai keterlambatan, karena ketidak Tabel 4.2 menyatakan bahwa sebagian besar
mampuan untuk melakukan tugas tertentu (Rohanati
anak diasuh oleh orang tua.
2009).
Uji validitas adalah suatu indeks yang
menunjukan alat ukur itu benar-benar mengukur apa 4.1.3. Jumlah Anak
yang diukur (Notoatmodjo 2003). Mengukur
validitas dalam instrumen pengelolaan Tabel 4.3 Jumlah anak berdasarkan sekolah
perkembangan anak diukur menggunakan observasi PAUD dan tidak PAUD
tes Denver II yang telah teruji kebenarannya, dengan PAUD Frekuensi persen(%)
kategori normal, suspect, dan unstable (Ariunto PAUD 24 50,0
2010). nonPAUD 24 50,0
Uji Relabilitas mengandung pengertian Total 48 100
bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk
digunakan sebagai alat pengumpulan data, karena Tabel 4.3 menyatakan banyaknya data diambil
instrumen tersebut sudah baik. Sebuah tes dikatakan anak PAUD dan tidak PAUD jumlahnya sama
reliabel apabila tes tersebut dapat memberikan hasil yaitu 24 anak
yang tepat. Reliabilitas tes dalam penelitian ini
menggunakan uji Chi square. 4.1.4. Perkembangan Anak PAUD
Hubungan antara pendidikan usia dini
dengan tugas perkembangan pada anak diuji dengan Tabel 4.4 Perkembangan Anak PAUD
Chi square. Chi square digunakan untuk mengetahui Perkembangan Frekuensi persen(%)
hubungan antara 2 variabel nominal dengan nominal Normal 16 66,7
atau nominal dengan ordinal. Kriteria pengujian yang Suspect 8 33,3
digunakan sebagai berikut:
Total 24 100
a. Jika nilai p value maka tidak ada
hubungan antara pendidikan usia dini
dengan tugas perkembangan pada anak Tabel 4.4 menyatakan bahwa perkembangan
b. Jika nilai p value < maka ada hubungan anak PAUD mayoritas dikategorikan normal.
antara pendidikan usia dini dengan tugas 4.1.5. Perkembangan anak tidak PAUD
perkembangan anak (Dahlan 2005).
Tabel 4.5 Perkembangan Anak tidak
HASIL DAN PEMBAHASAN PAUD
4.1. Analisis Univariat Perkembangan frekuensi persen(%)
4.1.1. Jenis Kelami Normal 11 45,8
Suspect 13 54,2
Tabel 4.1 Jenis Kelamin Anak PAUD dan
tidak PAUD Total 24 100
Jenis kelamin Frekuensi persen(%)
Tabel 4.5 menyatakan bahwa perkembangan
laki-laki 23 47,7 anak non PAUD mayoritas dikategorikan
Perempuan 25 52,3 suspect.
Total 48 100
4.1.6 Perkembangan personal sosial anak Tabel 4.9 perkembangan motorik
PAUD dan tidak PAUD kasar anak PAUD dan
motorik
PAUD persen (%) tidak PAUD P
Tabel 4.6 perkembangan personal sosial anak kasar
PAUD dan tidak PAUD Advanced 19 79,2 15
personal sosial PAUD Persen (%) tidak PAUD Persen PAUD
(%) OK 3 12,5 4
Advanced 15 62,5 16 66,7 Caution 0 4 1
OK 6 25,5 6 25,5 Delay 2 8,3 1
Caution 3 12,5 1 4,2 Total 24 100 24
Delay 0 0 1 4,2
Total 24 100 24 100 Tabel 4.9 menyatakan bahwa sebagian besar
perkembangan motorik kasar anak PAUD dan
Tabel 4.6 menyatakan bahwa perkembangan tidak PAUD dikategorikan advanced.
personal sosial anak PAUD dan tidak PAUD 1.2 Analisis Bivariat
sebagian besar advanced. 1.2.1 Tabulasi silang perkembangan anak
PAUD
4.1.7 Perkembangan motorik halus anak Tabel 4.10. tabulasi silang antara anak
PAUD dan tidak PAUD PAUD dengan tugas perkembangan

PAUD
Tabel 4.7 perkembangan motorik halus anak
Chi
Perkembangan PAUD Persen nonPAUD persen p-value
motorik halus PAUD Persen(%) tidak PAUD Persen (%) hitung
Advanced 7 29,2 12 Normal
50,0 16 66,7% 11 45,8% 2,116 0,146
OK 6 25,5 7 Suspect
29,2 8 33,3% 13 54,2%
Caution 8 33,34 16,7 Total 24 100,0% 24 100,0%
Delay 3 12,5 1 4,2
Total 24 100 24 100 Hasil uji statistik menggunakan
uji chisquare diperoleh nilai sebesar
Tabel 4.7 menyatakan bahwa perkembangan 2,116 dengan nilai pvalue sebesar
motorik halus anak PAUD sebagian besar 0,146. Kedua variabel dinyatakan ada
dikategorikan caution dan anak tidak PAUD hubungannya jika nilai p-value< 0,05.
sebagian besar dikategorikan advanced. Diperoleh nilai nilai p-value = 0,146
berdasarkan kriteria tersebut maka
4.1.8 Perkembangan bahasa anak PAUD dapat disimpulkan bahwa tidak ada
dan tidak PAUD hubungan antara pendidikan usia dini
dengan tugas perkembangan.
Tabel 4.8 perkembangan bahasa anak PAUD
dan tidak PAUD PEMBAHASAN
Bahasa PAUD Persen(%) tidak PAUD Persen (%) 1.1 Karakteristik Responden
5.1.1Perkembangan
Advanced 15 62,5 8 33,3 Hasil penelitian diperoleh
OK 6 25,5 4 16,7 bahwa anak yang sekolah PAUD cenderung
Caution 2 8,3 10 41,7 lebih banyak memiliki tugas perkembangan
Delay 1 4,2 2 8,3 secara normal (33,3%) dibandingkan tugas
Total 24 100 24 100 perkembangan secara suspect(16,7%).
Sedangkan pada anak yang tidak sekolah
Tabel 4.8 menyatakan bahwa perkembangan PAUD cenderung lebih banyak anak yang
bahasa anak PAUD sebagian besar memiliki tugas perkembangan suspect
dikategorikan advanceddan perkembangan (27,1%) dibandingkan anak yang memiliki
bahasa anak tidak PAUD sebagian besar tugas perkembangan normal (22,9%).
dikategorikan caution. Meskipun demikian hasil pengujian secara
4.1.8 Perkembangan motorik kasar anak statistik diperoleh bahwa tidak ada hubungan
PAUD dan tidak PAUD antara pendidikan usia dini dengan tugas
perkembangan pada anak di PAUD Chinta sering bertemu, berinteraksi dengan teman-teman
Ananda Sukoharjo. barunya di sekolah sehingga memacu interaksi sosial
Perkembangan normal berarti sebagian besar antara masing-masing anak dengan anak
anak PAUD memiliki perkembangan motorik halus, lainnya(Astuti 2013).
motorik kasar, bahasa, dan personal sosial yang baik. Dilihat dari personal sosial perkembangan
Perkembangan anak dipantau dari metode denver II. normal berarti anak sudah mampu berhubungan
Metode ini melihat perkembangan anak dengan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan
memantau motorik halus, motorik kasar, bahasan dan berinteraksi dengan lingkungannya dengan baik.
personal sosial (Martini 2006). Anak-anak sudah berhasil dalam menjalin
interaksi dengan lingkungan sosial khususnya
5.1.1 Lingkungan Keluarga dengan teman sebaya. Perkembangan sosial yang
Hasil penelitian diperoleh bahwa anak- baik ini akan berdampak pada perkembangan
anak PAUD dan tidak PAUD sebanyak (83.3%) selanjutnya (Chamidah 2009).
semuanya diasuh oleh orang tua hanya ada (16,7%)
anak yang diasuh oleh orang tua dan pengasuh. 1.1.5 Motorik Halus
Keberadaan lingkungan keluarga pada anak dapat
membantu tumbuh kembang anak. Anak cenderung Hasil penelitian diperoleh bahwa anak yang
lebih dekat dengan orang tuanya karena itu orang tua sekolah PAUD ternyata lebih banyak anak yang
sebaiknya terus memantau perkembangan anaknya. dikategorikan advance dalam perkembangan
Di lingkungan rumah Orang tua berperan dalam motorik halus. Di sisi lain diperoleh juga bahwa
memberikan arahan dan memberitahu mana yang anak PAUD lebih banyak yang dikategorikan
boleh mana yang tidak. delay dibandingkan anak nonPAUD.
Keluarga merupakan tempat dan
lingkungan pendidikan pertama dan terutama bagi Berdasarkan keterangan tersebut dapat
seorang anak, dan dari sana perkembangan disimpulkan bahwa anak yang tidak sekolah
kepribadian bermula. Orang tua mengajarkan kepada PAUD lebih baik dalam perkembangan motorik
anak-anaknya penguasaan diri, nilai- nilai dan peran- halus. Kegiatan motorik halus merupakan
peran sosial, sehingga ketika anak sudah cukup umur kemampuan personal yang jarang berinteraksi
untk memasuki lingkungan sekunder di luar dengan anak-anak lainnya. Kegiatan
lingkungan keluarganya, pondasi kepribadian sudah menggunting, menulis, mencoret-coret lebih
lebih terarah dan terbentuk Lingkungan sosial yang banyak dilakukan sendiri. Anak yang sekolah
pertama kali dikenal anak adalah lingkungan PAUD cenderung lebih sering berinteraksi dengan
keluarga yang merupakan lingkungan primer hampir anak-anak lainnya sehingga kegiatan motorik
setiap individu sejak ia lahir(Sukirno 2013). halus lebih sering ditinggalkan. Di sisi lain anak
Lingkungan keluarga terdapat berbagai yang tidak sekolah PAUD tentunya lebih sering
fungsi yang mempengaruhi perkembangan didampingi orang tua anak tersebut. Orang tua
kepribadian para anggotanya, terutama anak. Sebagai cenderung melatih anaknya dalam menulis,
lingkungan pendidikan primer, keluarga terutama menggambar dan aktivitas lainnya yang berkaitan
orang tua memiliki peran yang penting dalam dengan motorik halus. Di rumah anak cenderung
kehidupan anak, sebab perkembangan kepribadian dilarang jika berlarian di rumah (Merliza 2012).
mereka dimulai dari proses sosialisasi yang terjadi Dilihat dari motorik halus berarti anak
antara anak dan orang tua dalam lingkungan mampu melakukan gerakan menggunakan otot-
keluarga. (Susetyo2012 ). otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu,
yang dipengaruhi oleh keinginan belajar dan
1.1.4 Personal Sosial berlatih. Anak-anak sudah cukup mampu
Hasil penelitian diperoleh bahwa anak melakukan gerakan-gerakan yang menggunakan
yang sekolah PAUD (62,5%)dan tidak sekolah jari tangan dengan baik seperti menggunting
PAUD (66,7%) dikategorikan advance. Pada anak menulis, corat-coret dan lain-lain (Yuniarni
PAUD diketahui tidak ada satu anak pun yang 2009).
dikategorikan delay, sedangkan pada anak non
PAUD ada satu anak yang dikategorikan delay. 1.1.6 Motorik Kasar
Berdasarkan keterangan tersebut dapat Hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian
disimpulkan bahwa perkembangan personal sosial besar anak PAUD dikategorikan advance, dan
anak PAUD lebih baik dibandingkan anak yang tidak pada anak nonPAUD dikategorikan advance.
sekolah PAUD. Anak yang sekolah PAUD pasti Meskipun keduanya sebagian besar dikategorikan
advance tetapi persentase anak yang
dikategorikan advance pada anak PAUD lebih 5.1.8 Hubungan Pendidikan Usia Dini dengan
banyak dibandingkan anak nonPAUD. Tugas Perkembangan
Berdasarkan keterangan tersebut dapat Hasil uji statistik menggunakan uji
disimpulkan bahwa anak yang sekolah PAUD chisquare diperoleh nilai pvalue sebesar 0,146
lebih baik dalam perkembangan motorik yang artinya bahwa tidak ada hubungan antara
kasar.Sama halnya dengan personal sosial, anak- pendidikan usia dini dengan tugas perkembangan.
anak akan sering bertemu dengan temannya di Hasil penelitian ini tidak ada jurnal pendukung
sekolah. Di sekolah tersebut mereka senang yang mengatakan tidak ada hubungan pendidikan
bermain, berkejar-kejaran, menendang-nendang anak usia dini dengan tugas perkembangan
bola dan kadang-kadang juga bertengkar dikarenakan dalam penelitian ini anak yang
memperebutkan barang-barang ternentu. Kegiatan mengikuti PAUD atau tidak mengikuti PAUD
tersebut tentunya memerlukan gerak motorik sama-sama memiliki tugas perkembangan yang
kasar sehingga memacu perkembangan motorik rata-rata normal. Anak PAUD memperoleh
kasar anak (Gustiana 2011). pendidikan yang cukup baik di sekolah dan dari
Dilihat dari Motorik kasar berarti anak orang tua, sedangkan anak yang tidak mengikuti
mampu melakukan aktivitas yang menggunakan PAUD walaupun tidak mendapatkan pendidikan
otot-otot besar, gerak dasar lokomotor, yang formal seperti di PAUD tetapi mendapatkan
nonlokomotor, dan manipulatif. Anak anak sudah pendidikan yang sama di keluarga (Apriana2009).
mampu melakukan motorik kasar dengan baik. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan
Hal ini berarti anak PAUD sebagian besar sudah terdekat bagi anak, sehingga keluarga juga
mampu melakukan gerakan-gerakan seperti merupakan sumber bagi timbulnya sifat agresi
berlari, menangkap, melampar, maupun anak. Pola asuh orang tua merupakan interaksi
menendang dengan baik (Yusuf 2012). antara orang tua dengan anaknya selama
mengadakan pengasuhan, dan setiap pola asuh
1.1.7 Bahasa memberi kontribusi terhadap perilaku agresif.
Hasil penelitian diperoleh bahwa Kontribusi yang diberikan dapat negatif maupun
perkembangan bahasa anak PAUD sebagian besar positif. Tempat penelitian di Desa Gawanan
dikategorikan advance sedangkan pada anak non Timur RW 06 anak-anak yang tidak mengikuti
PAUD perkembangan bahasanya dikategorikan PAUD sama perkembangannya dengan anak yang
coution. Berdasarkan keterangan tersebut dapat mengikuti PAUD karena mendapat pengasuhan
disimpulkan bahwa anak yang sekolah PAUD dan pembelajaran dari keluarga karsehingga
memiliki perkembangan bahasa lebih baik dalam penelitian ini tidak ada hubungan
dibandingkan dengan anak yang tidak sekolah pendidikan anak usia dini dengan tugas
PAUD. perkembangan seperti jurnal
Dilihat dari kemampuan bahasa berarti jurnalyangtelahada(Aisyah2010).
anak mampu bersosialisasi dengan lingkuangan.
Bahasa merupakan sarana berkomunikasi dengan KESIMPULAN DAN SARAN
teman, keluarga, maupun orang lainnya. Anak 6.1 Kesimpulan
PAUD sudah mampu memahami ucapan orang Penelitian tentang hubungan
lain, mengucapkan kata-kata, memiliki pendidikan usia dini dengan tugas
perbendaharaan kata yang terus berkembang perkembangan pada anak di PAUD Chinta
hingga akhirnya mampu menyusun kata menjadi ananda Sukoharjo diperoleh kesimpulan
kalimat (Salimah 2011). sebagai berikut:
Di sekolah intensitas anak bertemu 6.1.1 Anak non PAUD memiliki
dengan orang lain akan lebih sering dibandingkan perkembangan motorik halus
di rumah saja. Selama bertemu dengan anak-anak lebih baik dibandingkan anak
lainnya mereka pasti melakukan komunikasi PAUD
dengan temannya. Selain itu juga keberadaan 6.1.2 Anak PAUD memiliki
seorang guru juga mendukung perkembangan perkembangan motorik kasar
bahasa anak-anak PAUD. Guru melatih bahasa lebih baik
memperkenalkan warna, benda tutur kata dan dibandingkan anak non PAUD
lain-lain sehingga jumlah kosa kata yang diterima 6.1.3 Anak PAUD memiliki
anak akan lebih banyak dibandingkan anak yang perkembangan personal sosial
tinggal di rumah saja (Adriyani 2006).
lebih baik dibandingkan anak Kelurahan Tinjomoyo Kecamatan
non PAUD Banyumanik,
6.1.4 Anak PAUD memiliki
perkembangan bahasa lebik Aisyah, S.T, 2010. Pengaruh Pola Asuh
baik dibandingkan anak non Orang Tua Terhadap Tingkat
PAUD
6.1.5 Tidak ada hubungan antara
Agresivitas anak, Jurnal Medtek,
pendidikan PAUD dengan vol. 2, no. 1.
tugas perkembangan anak.
Arikunto. S, 2006. Penelitian Tindakan
6.2 Saran Kelas. Jakarta; Rineke Cipta.
6.2.1 Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini Aryani, D. R. 2009. Hubungan
diharapkan khususnya orang tua agar Pengetahuan Ibu Tentang
memberikan pengawasan dan Perkembangan Anak dengan
dukungan tentang tugas Perkembangan Motorik Kasar dan
perkembangan anak, supaya Motorik Halus Anak Usia 4-5
berkembang sesuai dengan umur anak
dan tidak ada kesalahan.
Tahun di TK Aisyiyah Bustanul
6.2.2 Bagi institusi Pendidikan Athfal 7 Semarang, Jurnal
Hasil penelitian ini Penelitian, vol. 2, no. 2, hal 11-20.
diharapkan bagi institusi dapan
menjadi bahas bacaan dan menambah Astuti, M 2013, Implementasi Program
pengetahuan serta menambah kualitas Fullday School Sebagai Usaha
tentang tugas perkembangan pada Mendorong Perkembangan Sosial
anak. Peserta Didik TK Unggulan AL-
6.2.3 Bagi peneliti lain Yalu Kota Malang, Kebijakan
Hasil penelitian ini bagi dan Perkembangan Pendidikan,vol
peneliti lain yang tertarik melakukan 1, no 2, hal 133.
penelitian tentang topik yang sama,
supaya melakukan pelatihan tentang
Denver II terlebih dahulu supaya Chamidah, N. A. 2009.Deteksi Dini
memahami benar tentang tugas Gangguan Pertumbuhan dan
perkembangan anak. Perkembangan, Jurnal Pendidikan
6.2.4 Bagi Profesi Khusus, vol. 5, no. 2.
Hasil penelitian ini
diharapkan dapat menambah Dahlan, SM 2011,Statistik untuk
pengetahuan dan sumber referensi Kedokteran dan Kesehatan,
tentang tugas perkmbangan bagi Evidence Based Medicine 1,
kurikulum dan pengajaran di PAUD Salemba Medika, Jakarta.
Chinta Ananda Sukoharjo dan
STIKES Kusuma Husada Surakarta.
Guatiana, DA 2011, Pengaruh Permainan
Modifikasi Terhadap Kemampuan
DAFTAR PUSTAKA Motorik Kasar dan Kognitif Anak
Usia Dini, Ediai Khusus, no 2, hal
Agung, A. A. Gede. 2010. Metodologi 192.
Penelitian, Suatu pengantar
Pendidikan. Singaraja:FIP Gustiana, AD 2011, Pengaruh permainan
Undiksha modifikasi terhadap kemampuan
motorik kasar dan kognitif pada
Apriana, R. 2009.Hubungan Pendidikan anak usia dini, Edisi Khusus, no 2,
Usia Dini dengan Perkembangan hal 191-192.
Kognitif Anak Usia Prasekolah di
Harini, Firdaus 2003, Mendidik Anak
Usia Dini, Kreasi Wacana, Yogyakarta. Sudjana S. H. Djudju. 2000, Metode dan
TeknikPembelajaran, Fallah
Hartanti dan Sarno 2010, Manajemen Production :Bandung.
Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD) di Kota Yogyakarta, Sugiono, 2013, Metode
Jurnal Penelitian, vol 5, hal 63-65. penelitiaNkuantitatif dan
kualitatif, Alfabeta, Bandung.
Hidayat, N 2009, Hubungan Tingkat
Pemahaman Pendidikan Anak Usia Yusuf, S 2009, Psikologi perkembangan
Dini Dengan Tingkat Kesesuaian anak dan remaja, PT Remaja
Penggunaan Metode Pendidikan Rosdakarya, Bandung.
Anak Pada Pendidik Wanita di
Bantul Yogyakarta, Jurnal Pusat
Studi Wanita, vol XIII, no 2, hal
53.

Martini, J 2006, Perkembangan


Pengembangan Anak Usia Taman
Kanak-Kanak Pedoman bagi Orang
tua dan Guru, Jakarta: PT
Grasindo.

Merliza, 2012, Peningkatan kemampuan


motorik halus anak melalui
permainan melukis dengan kuas
taman kanak- kanak pasaman
barat, Jurnal Pesona PAUD, vol 1,
no 1, hal 1-3.

Nursalam, 2008, Konsep dan Penerapan


Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Salemba medika,
Jakarta.

Rahman, U 2009, Karakteristik


perkembangan anak usia dini,
Lentera Pendidikan, vol 12, no 1,
hal 46-57.

Salimah, 2011, Dampak Penerapan


Bermain dengan Media Gambar
Seri dalam Mengembangkan
Ketrampilan Berbicara dan
Peluasan Kosa Kata Anak Usia
Dini, Edisi Khusus, no 1.

Saputra, Yudha M. 2005. Perkembangan


Gerak. Jakarta: Ditjen Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah

Anda mungkin juga menyukai