Anda di halaman 1dari 7

HUBUNGAN ANTARA PARITAS, LILA, KADAR Hb DAN USIA IBU HAMIL

DENGAN BERAT LAHIR BAYI

Studi Observasi di Kecamatan Pelaihari Kabupaten Tanah Laut


Periode tahun 2012

Yunita Suwarni1, Meitria Syahadatina Noor2, Atikah Rahayu3


1
Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran UNLAM
2
Bagian KIA/Kespro PSKM; Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat PSPD
Fakultas Kedokteran Unlam Banjarbaru
3
Bagian Gizi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran UNLAM

Abstrak

Masa hamil adalah masa selama janin berada dalam rahim ibu, selama masa hamil adalah
masa di mana seseorang wanita memerlukan berbagai unsur gizi yang jauh lebih banyak daripada
yang diperlukan dalam keadaan biasa. Selain untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya sendiri, berbagai
zat gizi itu juga diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin yang ada dalam
kandungannya. Kebutuhan gizi ibu semasa hamil harus terpenuhi untuk menekan risiko Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR). Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap berat badan bayi antara lain
berat bayi lahir, paritas, Hb, usia ibu, dan Lingkar Lengan Atas (LILA) ibu. Kabupaten Tanah Laut
adalah kabupaten dengan angka BBLR tertinggi di Kalimantan Selatan, yaitu 5,2 % dan Kecamatan
Pelaihari memiliki angka BBLR tertinggi di kabupaten tersebut, yaitu 5,7 %. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan antara paritas, LILA, kadar Hb dan usia ibu saat hamil dengan berat
lahir bayi di Kecamatan Pelaihari Kabupaten Tanah Laut. Penelitian ini bersifat observasional analitik
dengan pendekatan cross sectional dengan sampel 267 responden. Analisis data dengan uji chi
square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa LILA (OR=22,165:p-value<0,05), kadar Hb
(OR=20,907:p-value<0,05), usia ibu hamil (OR=6,667:p-value<0,05) dan paritas (p-value>0,05), yang
artinya bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara LILA, kadar Hb, dan usia ibu hamil dengan
berat lahir bayi. Sedangkan, tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan berat lahir bayi.

Kata kunci: ibu hamil, berat bayi lahir, paritas, Hb, usia ibu, LILA

Abstract

The pregnant is the period was during the fetus in the womb of mother, during the pregnant is the
period in which someone woman requiring various elements of nutrition that much more than is
necessary in a state of ordinary. In addition to meet the needs of her own body, various the nutrients
it also needed for growth and development of a fetus who was n her womb. Nutritional needs of
pregnant mother during must be fulfilled to suppress the risk of weight born low (LBW). Several
factors that influence the weight babies among others born baby weight, parity, hb, mother age and
the upper arm circumference (LILA ) of mother. Tanah laut district was a city with the highest number
of cases LBW at South Kalimantan, specifically 5,2 % and Pelaihari Sub-District has the highest rate
of LBW in the district, which is 5.7%. The researches aims to investigate the relation between number
of birth, MUAC, Hb and mothers age with infants birth weight at Pelaihari Sub-District Tanah Laut
City period in 2012. The researches was analytic observational approach that used cross sectional
design with 267 samples. Researches instrument used secondary data. Dependent variable is birth
weight infants, independent variable are number of birth, MUAC, Hb and mothers age. Data obtained
analyzed with chi square tests.The result of this researches showed that LILA (OR=22,165:p-
value<0,05), HB (OR=20,907:p-value<0,05), pregnant mothers age (OR=6,667:p-value<0,05) and
parity (p-value>0,05) that means that there was a relationship between LILA, Hb, and pregnant
mothers age with heavy the baby was born. Meanwhile, there was no relationship between parity with
born baby weight

Key words: pregnant mother, born baby weight, number of birth, Hb, mother age, LILA

60
PENDAHULUAN meningkat sesuai dengan meningkatnya
Bayi berat badan lahir rendah paritas ibu (11).
(BBLR) adalah bayi yang lahir dengan
berat badan kurang dari 2500 g tanpa METODE
memperhatikan usia gestasi (1). Lebih dari Penelitian ini bersifat observasional
20 juta bayi di dunia (15,5% dari seluruh analitik dengan pendekatan cross
kelahiran) mengalami BBLR dan 95% sectional.Populasi dalam penelitian ini
diantaranya terjadi di negara-negara adalah ibu yang melahirkan selama tahun
berkembang (2). World health 2012 di Kecamatan Pelaihari Kabupaten
organization (WHO) memperkirakan Tanah Laut yang berjumlah 1353 orang
bahwa angka prevalensi BBLR 15% dari (6).Sampel penelitian yang ditentukan
seluruh kelahiran di dunia dengan batasan berdasarkan teknik proporsionalstratified
3,3%-3,8% dan lebih sering terjadi di random sampling sebesar 267 responden.
negara-negara berkembang atau sosial Instrumen penelitian ini adalah Buku
ekonomi rendah (3). Register Ibu Hamil dan Bersalin Tahun
Riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2012 dari 3 Puskesmas yang ada di
2010 melaporkan dari 84,8% bayi yang Kecamatan Pelaihari, yaitu Puskesmas
ditimbang, masih dijumpai 11,1% Pelaihari, Puskesmas Sungai Riam dan
diantaranya mengalami BBLR (4). Puskesmas Angsau. Variabel penelitian ini
Berdasarkan data Dinas Kesehatan adalah variabel bebas, yaitu paritas, LILA,
Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2012, kadar Hb dan usia ibu saat hamil dan
angka BBLR di Provinsi Kalimantan variabel terikat, yaitu berat lahir bayi.
Selatan adalah sebesar 3,3% (5). Data dianalisis dengan
Kabupaten Tanah Laut merupakan menggunakan uji Chi-Square.
kabupaten/kota yang mempunyai angka
BBLR tertinggi, yaitu sebesar 5,2% dan HASIL DAN PEMBAHASAN
Kecamatan Pelaihari adalah kecamatan A. Hubungan Paritas Ibu dengan Berat
dengan angka BBLR tertinggi di Lahir Bayi (BLB)
kabupaten tersebut dengan jumlah kasus Tabel 1. Paritas Ibu dengan BLB
sebesar 5,7% (6). Hubungan OR p value
Secara internasional, BBLR masih Paritas Ibu 0,000
1,000
dengan BLB 1,027-1,088
dipandang sebagai masalah kesehatan
yang cukup menonjol karena mempunyai
risiko yang cukup tinggi untuk mengalami Tabel 1 menunjukkan tidak terdapat
kematian pada masa neonatal, yaitu bayi BBLR pada kelompok ibu dengan
sebesar 40 kali lebih besar bila kategori paritas berisiko. Hal tersebut
dibandingkan dengan bayi yang berat disebabkan pada hasil penelitian
badan lahir normal (BBLN) (7). didapatkan bahwa semua bayi BBLR
Penyebab terjadinya BBLR antara dilahirkan oleh ibu dengan paritas tidak
lain anemia, infeksi, perdarahan berisiko. Padahal dalam teori
antepartum, usia saat hamil, paritas, jarak menyebutkan bahwa ibu yang berisiko
kehamilan, prematur, kehamilan kembar melahirkan bayi BBLR adalah ibu dengan
atau ganda dan sosio-ekonomi (8). Selain paritas berisiko ( 4).
itu, ibu hamil dengan ukuran lingkar Hal tersebut disebabkan kehamilan
lengan atas (LILA) kurang dari 23,5 cm yang berulang-ulang akan menyebabkan
berisiko melahirkan bayi prematur dan kerusakan pada dinding pembuluh darah
BBLR (9). uterus. Hal ini akan mempengaruhi nutrisi
Faktor lain yang dapat ke janin pada kehamilan selanjutnya.
mempengaruhi berat lahir bayi adalah Selain itu, dapat menyebabkan atonia
umur ibu saat hamil. Umur ibu kurang dari uteri. Hal ini dapat menyebabkan
20 tahun pada saat hamil berisiko gangguan pertumbuhan yang selanjutnya
terjadinya BBLR 1,5-2 kali lebih besar akan melahirkan bayi dengan BBLR (12).
dibandingkan ibu hamil yang berumur 20- Namun, pada hasil penelitian ini
35 tahun (10). Selain itu, BBLR juga ternyata semua bayi BBLR dilahirkan oleh
ibu dengan paritas tidak berisiko (< 4).

61
Artinya, tidak hanya ibu yang memiliki statistik didapatkan p-value 0,001. Ini
paritas 4 yang berisiko melahirkan BBLR berarti terdapat hubungan antara LILA ibu
namun ibu dengan paritas < 4, khususnya dengan berat lahir bayi di Kecamatan
ibu dengan paritas 0 atau nulipara juga Pelaihari Kabupaten Tanah Laut periode
berisiko melahirkan BBLR. Hal ini mungkin tahun 2012. Tabel 5.2 juga menunjukkan
dikarenakan pada ibu yang nulipara atau bahwa nilai contingency coefficient
baru mengalami kehamilan pertama kali sebesar 0,382. Artinya kekuatan
tidak mempunyai pengalaman kehamilan hubungan antara LILA ibu dengan berat
sehingga kelainan dan komplikasi yang lahir bayi di Kecamatan Pelaihari
dialami cukup besar seperti distosia Kabupaten Tanah Laut periode tahun
persalinan dan kurang informasi tentang 2012 termasuk tingkat hubungan rendah.
kehamilan yang akan mempengaruhi berat Kekuatan hubungan ini terlihat dari nilai
lahir bayi (12). Artinya, ibu dengan paritas contingency coefficient yang didapatkan
tidak berisiko juga berpeluang melahirkan kurang dari 0,5. Nilai odds ratio yang
bayi BBLR. diperoleh adalah sebesar 22,168. Artinya
Berdasarkan hasil uji statistik ibu dengan LILA berisiko memiliki peluang
didapatkan p-value 1,000. Ini berarti tidak 22,168 kali lebih besar untuk melahirkan
terdapat hubungan antara paritas ibu BBLR dibandingkan ibu dengan LILA tidak
dengan berat lahir bayi di Kecamatan berisiko.
Pelaihari Kabupaten Tanah Laut periode Ibu hamil dengan LILA < 23,5 cm
tahun 2012. Hal tersebut dapat cenderung mengalami KEK, yang berarti
disebabkan karena paritas tidak ibu sudah mengalami keadaan kurang gizi
berhubungan langsung dengan dalam jangka waktu yang telah lama, bila
pemenuhan gizi ibu hamil, status gizi ini terjadi maka kebutuhan nutrisi untuk
merupakan faktor utama yang berkaitan proses tumbuh kembang janin menjadi
erat dengan berat bayi lahir (13). Selain terhambat, sehingga bayi yang dilahirkan
itu, kemungkinan penyebab dari tidak BBLR (13). Kekurangan energi secara
adanya hubungan paritas dengan BBLR kronis ini menyebabkan ibu hamil tidak
adalah karena faktor ekonomi yang terkait mempunyai cadangan zat gizi yang
dengan pemenuhan suplai gizi yang cukup adekuat untuk menyediakan kebutuhan
baik dan pemeriksaan kehamilan yang fisiologi kehamilan yakni perubahan
rutin sehingga BBLR tidak terjadi (14). hormon dan meningkatkan volume darah
Hasil penelitian ini sesuai dengan untuk pertumbuhan janin, sehingga suplai
penelitian yang dilakukan oleh Hanifah zat gizi pada janin pun berkurang
(2009) berkaitan hubungan status gizi ibu akibatnya pertumbuhan dan
hamil dengan berat badan bayi lahir, perkembangan janin te rhambat dan
bahwa tidak terdapat hubungan antara lahir dengan berat yang rendah (13). Hal
paritas dengan berat badan bayi lahir (13). ini sesuai dengan penelitian yang
Selain itu, hal ini juga sesuai dengan dilakukan oleh Trihardiani (2011) berkaitan
penelitian yang dilakukan oleh Haryati dengan faktor risiko kejadian BBLR,
(2012) berkaitan dengan faktor-faktor yang bahwa ibu dengan KEK (LILA < 23,5 cm)
mempengaruhi berat badan bayi saat mempunyai risiko 7,3 kali lebih besar
lahir, bahwa paritas tidak membentuk pola untuk melahirkan bayi BBLR dibandingkan
hubungan dengan berat badan bayi saat ibu dengan tidak KEK (LILA 23,5 cm)
lahir (15). (10).

B. Hubungan antara LILA Ibu dengan C. Hubungan antara Kadar Hb Ibu


Berat Lahir Bayi dengan Berat Lahir Bayi (BLB)
Tabel 2. Hubungan LILA Ibudengan BLB Tabel 3. Hubungan antara Kadar Hb Ibu
Hubungan p value dengan BLB
LILA Ibu dengan BLB 0,001 Hubungan OR p value
Kadar Hb Ibu 20,907
0,001
dengan BLB (2,692-162,353)
Tabel 2 menunjukkan bahwa 9 bayi
BBLR dilahirkan oleh ibu dengan kategori
Tabel 3 menunjukkan bahwa 13 bayi
LILA berisiko. Berdasarkan hasil uji
yang BBLR dilahirkan oleh ibu dengan
62
kategori kadar Hb berisiko. Berdasarkan D. HubunganUsia Ibu saat Hamil
hasil uji statistik didapatkan p-value 0,001. dengan Berat Lahir Bayi (BLB)
Ini berarti terdapat hubungan antara kadar Tabel 4. Hubungan Usia Ibu saat Hamil
Hb ibu dengan berat lahir bayi di dengan BLB
Kecamatan Pelaihari Kabupaten Tanah Hubungan p value
Laut periode tahun 2012. Tabel 5.3 juga Usia Ibu saat Hamil
0.002
dengan BLB
menunjukkan bahwa nilai contingency
coefficient sebesar 0,240. Artinya
kekuatan hubungan antara kadar Hb ibu Tabel 4 menunjukkan bahwa 7 bayi
dengan berat lahir bayi di Kecamatan BBLR dilahirkan oleh ibu dengan kategori
Pelaihari Kabupaten Tanah Laut periode usia berisiko. Berdasarkan hasil uji
tahun 2012 termasuk tingkat hubungan statistik didapatkan p-value 0,002. Hal ini
rendah. Kekuatan hubungan ini terlihat berarti terdapat hubungan antara usia ibu
dari nilai contingency coefficient yang < dengan berat lahir bayi di Kecamatan
0,5. Nilai Odds Ratio yang diperoleh Pelaihari Kabupaten Tanah Laut periode
adalah sebesar 20,907. Artinya ibu tahun 2012. Tabel 5.4 juga menunjukkan
dengan kadar Hb berisiko memiliki bahwa nilai contingency coefficient
peluang 20,907 kali lebih besar untuk sebesar 0,225. Artinya kekuatan
melahirkan BBLR dibandingkan ibu hubungan antara antara usia ibu dengan
dengan kadar Hb tidak berisiko. berat lahir bayi di Kecamatan Pelaihari
Kurangnya kadar Hb menyebabkan Kabupaten Tanah Laut periode tahun
darah tidak dapat mengirim cukup banyak 2012 termasuk tingkat hubungan rendah.
oksigen ke seluruh jaringan, sehingga Kekuatan hubungan ini terlihat dari nilai
proses metabolisme dan pertukaran zat contingency coefficient yang < 0,5. Nilai
gizi yang penting dalam jaringan odds ratio sebesar 6,667. Artinya ibu
terganggu. Akibatnya, keadaan ini akan dengan usia berisiko memiliki peluang
berpengaruh pada wanita hamil dan janin 6,667 kali lebih besar untuk melahirkan
yang dikandungnya. Keadaan anemia BBLR dibandingkan ibu dengan usia tidak
akan mempengaruhi bayi yang akan berisiko.
dilahirkan. Kurangnya Hb akan berakibat Kelahiran bayi BBLR lebih tinggi pada
pada kurangnya absorbsi dan transportasi ibu-ibu muda berusia kurang dari 20
oksigen ke berbagai jaringan tubuh tahun. Ibu muda seringkali melahirkan
dengan segala akibatnya, sehingga bayi BBLR. Hal ini terjadi karena ibu muda
menyebabkan berkurangnya suplai belum matur dan belum memiliki sistem
makanan kepada hasil konsepsi melalui transfer plasenta seefisien wanita dewasa.
plasenta. Akibatnya plasenta menjadi kecil Selain itu, kehamilan pada usia kurang
dan transfer gizi ke janin yang diperlukan dari 20 tahun panggul dan rahim masih
untuk perkembangan dan pertumbuhan kecil dan alat reproduksi belum matang
janin berkurang. Kondisi ini menyebabkan (16). Ditambah lagi, peredaran darah
lambatnya pertumbuhan janin sehingga menuju serviks dan juga menuju uterus
berat badan bayi lahir menjadi rendah pada ibu muda masih belum sempurna
karena plasenta merupakan sumber sehingga hal ini dapat mengganggu
utama makanan janin (3). proses penyaluran nutrisi dari ibu ke janin
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dikandungnya. Nutrisi remaja hamil
yang dilakukan oleh Asiyah (2011) juga berperan karena ibu muda masih
berkaitan dengan karakteristik BBLR, membutuhkan nutrien yang akan dibagi
bahwa anemia pada ibu hamil dapat pada janin yang dikandungnya dibanding
mengakibatkan berkurangnya suplai dengan ibu hamil dewasa yang tidak
oksigen ke jaringan dan akan membutuhkan lagi nutrien untuk
mengganggu pertumbuhan janin sehingga pertumbuhan (17).
akan memperkuat risiko melahirkan bayi Kehamilan pada ibu yang tua tidak
dengan BBLR (11). didukung oleh kondisi badan serta
kesehatannya, karena kondisi badan dan
kesehatan pada ibu tersebut sudah mulai
menurun sehingga dapat mempengaruhi

63
janin intrauterine dan dapat menyebabkan sebesar 6,667 dan tidak ada hubungan
kelahiran BBLR. Kelahiran BBLR tampak antara paritas ibu dengan berat lahir bayi
meningkat pada wanita yang berusia di di Kecamatan Pelaihari Kabupaten Tanah
luar usia 20 sampai 35 tahun (18). Pada Laut periode tahun 2012.
usia di atas 35 tahun, kematangan organ
reproduksi mengalami penurunan B. Saran
dibandingkan pada saat usia 20-35 tahun. Diharapkan ibu hamil, WUS dan
Hal ini dapat mengakibatkan timbulnya remaja putri untuk lebih memperhatikan
masalah-masalah kesehatan pada saat kesehatannya, terutama pemenuhan gizi
persalinan dan berisiko terjadinya BBLR sebelum dan selama hamil untuk
(16). mencegah berbagai komplikasi pada
Kejadian bayi BBLR meningkat seiring kehamilan seperti KEK dan anemia
dengan penambahan usia ibu karena sehingga dapat mengurangi kelahiran bayi
dengan meningkatnya usia akan terjadi BBLR.
perubahan-perubahan pada pembuluh Diharapkan ibu muda yang berusia di
darah dan juga ikut menurunnya fungsi bawah 20 tahun agar menunda kehamilan
hormon yang mengatur siklus reproduksi dan wanita berusia di atas 35 tahun agar
(endometrium). Semakin bertambahnya menghentikan kehamilan dengan cara
usia seorang wanita, maka hormon menjadi akseptor program KB.
pengatur siklus reproduksi juga menurun. Untuk puskesmas dan dinas
Salah satu contoh hormon itu adalah kesehatan diharapkan lebih meningkatkan
esterogen, esterogen adalah hormon yang pemberian pendidikan kesehatan tentang
disekresikan oleh ovarium akibat respon gizi, KB dan ANC kepada ibu hamil, WUS
dua hormon dari kelenjar hipofisis anterior dan remaja putri dengan cara
(11). menyampaikan pesan-pesan keluarga
Penurunan produksi hormon juga sadar gizi, pemanfaatan KB untuk
diikuti oleh penurunan fungsi hormon menunda dan menghentikan kehamilan di
esterogen. Apabila kadar esterogen luar usia reproduktif serta pesan terkait
rendah dan perkembangan endometrium manfaat dan frekuensi ANC sesuai
tidak sempurna, maka aliran darah ke standar melalui media cetak dan
uterus juga akan ikut menurun sehingga elektronik. Untuk sasaran remaja putri
dapat mempengaruhi penyaluran nutrisi dapat diadakan lomba remaja sehat.
dari ibu ke janin (17). Untuk Dinas Kesehatan Kabupaten
Hal tersebut sesuai dengan Tanah Laut diharapkan dapat
penelitian yang dilakukan oleh Haryati mengoptimalkan program perbaikan gizi
(2012) berkaitan dengan faktor-faktor yang melalui pemberian susu hamil ataupun
mempengaruhi berat badan bayi saat makanan tambahan pada ibu hamil KEK
lahir, bahwa usia ibu hamil berpengaruh yang selama ini hanya mengikuti standar
terhadap berat badan saat lahir (15). kegiatan dalam Program Gerakan 1000
Ditambah lagi, hasil penelitian yang Hari Pertama Kehidupan. Optimalisasi
dilakukan oleh Dian (2011) berkaitan tersebut dapat dilakukan dengan cara
dengan faktor-faktor BBLR, bahwa melakukan distribusi PMT ibu hamil
terdapat pengaruh yang signifikan antara langsung ke bidan-bidan desa sebab yang
usia ibu dengan BBLR (16). mengetahui kondisi dari ibu hamil di desa
dari awal kehamilan adalah bidan desa
PENUTUP yang bersangkutan. Selain itu, dapat
A. Simpulan dilakukan pengembangan PMT ibu hamil
Terdapat hubungan antara LILA ibu berbahan alami dan berasal dari daerah
dengan berat lahir bayi dengan p-value Kabupaten Tanah Laut yang dibuat
0,001 dan OR sebesar 22,168, terdapat dengan skala rumah tangga ataupun
hubungan antara kadar Hb ibu dengan industri, mengingat daerah Kabupaten
berat lahir bayi dengan p-value 0,001 dan Tanah Laut adalah daerah dengan potensi
OR sebesar 20,907, terdapat hubungan pangan yang memadai setelah itu
antara usia saat hamil ibu dengan berat dilakukan standarisasi PMT ibu hamil
lahir bayi dengan p-value 0,002 dan OR tersebut dengan bekerjasama dengan

64
instansi pengawas obat dan makanan Penelitian. Semarang: Program Studi
kabupaten tersebut. Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro, 2011; 4-29.
DAFTAR PUSTAKA 11. Asiyah S, Suwoyo dan
1. Wong DL. Pedoman klinis Mahaendriningtyastuti. Karakteristik
keperawatan pediatrik. Jakarta: bayi berat lahir rendah (BBLR) sampai
Penerbit Buku Kedokteran, 2004; 423. tribulan II 2009 di kota Kediri. Jurnal
2. Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian Kesehatan Suara Forikes
Nasional. Kerangka kebijakan 2009; 1(3).
Gerakan Sadar Gizi Dalam Rangka 12. Budiman, A Riyanto, J Juhaeriah dkk.
Seribu Hari Pertama Kehidupan (1000 Faktor ibu yang berhubungan dengan
HPK). Jakarta: Pemerintah Republik berat badan bayi lahir di puskesmas
Indonesia, 2012. Garuda tahun 2010. Jurnal Kesehatan
3. Subagyo, A Suharto dan D Winarsih. Kartika 2011; 5(3).
Hubungan antara anemia dalam 13. Hanifah L. Hubungan antara status
kehamilan dengan kejadian BBLR di gizi ibu hamil dengan berat badan
RSUD dr. Soeroto Ngawi tahun 2011. bayi lahir (studi kasus di RB Pokasi).
Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Karya Tulis Ilmiah. Surakarta:Program
Forikes April 2012; 3(2). Studi DIV Kebidanan Fakultas
4. Nadhifah L, H Yasin dan Sugito. Kedokteran Universitas Sebelas
Analisis faktor-faktor yang Maret, 2009.
mempengaruhi bayi berat lahir rendah 14. Simanjuntak NA. Hubungan anemia
dengan model regresi logistik biner pada ibu hamil dengan kejadian bayi
menggunakan metode bayes. Jurnal berat lahir rendah (BBLR) di Badan
Gaussian 2012; 1(1). Pengelola Rumah Sakit Umum
5. Rekapitulasi Jumlah Kelahiran Dan (BPRSU) Rantauprapat Kabupaten
Kematian Bayi Tahun 2012. Labuhan Batu tahun 2008. Skripsi.
Banjarmasin: Dinas Kesehatan Medan: Fakultas Kesehatan
Provinsi Kalimantan Selatan, 2013. Masyarakat Universitas Sumatera
6. Rekapitulasi Jumlah Kelahiran Dan Utara, 2009.
Kematian Bayi Tahun 2012. Pelaihari: 15. Haryati N, Sulandari W dan Muslich.
Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah Analisis faktor-faktor yang
Laut, 2013. mempengaruhi berat badan bayi saat
7. Rahmawati R dan AN Jaya. Pengaruh lahir di Kota Surakarta menggunakan
faktor maternal terhadap kejadian bayi metode pohon regresi. Hasil
berat lahir rendah di rumah sakit Penelitian. Jurusan Matematika
umum daerah Ajjatpannge Watan Fakultas Matematika dan Ilmu
Soppeng kabupaten Soppeng tahun Pengetahuan Alam Universitas
2010. Jurnal Media Kebidanan Sebelas Maret.
Poltekkes Makasar 2010; 2(2). 16. Dian O, Winarsih S dan Ariani.
8. Safiah S, Zaenab dan D Yufita. Studi Analisis faktor-faktor yang
deskriptif faktor-faktor yang mempengaruhi berat badan lahir
mempengaruhi kelahiran bayi dengan rendah (BBLR) di RSUD dr. Saiful
berat badan lahir rendah di ruang Anwar Malang periode 1 Januari-31
nifas RSUD Ratu Zalecha Martapura. Desember 2011. Artikel Penelitian.
Al Ulum 2009; 42(4): 41-44. 17. Rahardjo B, Khasanah U dan Habibah
9. Festy P. Analisis faktor resiko pada K. Hubungan antara usia ibu dan
kejadian berat badan lahir rendah di paritas dengan kejadian berat badan
kabupaten Sumenep. Jurnal Ilmu lahir rendah (BBLR) di RSUP dr.Saiful
Kesehatan Health Sciences 2011; Anwar Malang (periode 1 Januari
7(1). 2011-31 Desember 2011). Artikel
10. Trihardiani I. Faktor risiko kejadian Penelitian.
berat badan lahir rendah di wilayah 18. Rahayu MLD. Pengaruh karakteristik,
kerja Puskesmas Singkawang Timur perilaku dan sosial ekonomi ibu
dan Utara Kota Singkawang. Artikel terhadap kelahiran bayi BBLR (berat

65
badan lahir rendah) di kabupaten
Sidoarjo. Karya Tulis Ilmiah.
Surabaya: Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Surabaya, 2011.

66

Anda mungkin juga menyukai