Antifungal Therapy in The Treatment of Chronic Rhinosinusitis
Antifungal Therapy in The Treatment of Chronic Rhinosinusitis
Antifungal Therapy in The Treatment of Chronic Rhinosinusitis
III.2. Metode.
III.3. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah randomized
placebo controlled trials (RCTs) dimana setiap sampel penelitan yang digunakan
telah dianggap memenuhi kriteria inklusi yang dimaksud. Peserta penelitian ini
adalah dewasa dan anak-anak yang didiagnosis menderita CRS (definisi CRS
diambil menurut European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps
Criteria atau oleh American Academy of Otolaringology Head and Neck Surgery)
dan pasien yang puas dengan kriteria Bent-Kuhn. Diagnosis ditemukannya fungus
berdasarkan dari hasil pemeriksaan histologi dan atau kultur, sementara di luar
dari pemeriksaan tersebut tidak dimasukkan ke dalam kriteria inklusi.
III.4. Intervensi yang digunakan dalam penelitian kali ini meliputi
penggunaan anti jamur topikal (douching, nebulisasi, atomisasi, inhalasi, irigasi,
spray, drops atau serbuk) dan sistemik (diberikan secara oral atau IV).
III.5. Outcome pengukuran ini meliputi :
1. Outcome primer : bertambahnya gejala yang timbul.
2. Outcome sekunder : Efek berbahaya yang timbul dari terapi dan outcome
pengganti (skor endoskopi dan skor radiografi).
III.6. Pengumpulan data dan analisis data menggunakan sistem
pencarian elektronik untuk RCTs dengan tanpa mempertimbangkan
bahasa, tahun publikasi, atau pembatasan status publikasi dari berbagai
sumber seperti the Cochrane Ear, nose, abd throat Disorders Group Trial
Register, dan sumber lainnya. Kemudian seluruh data tersebut di
kumpulkan kemudian peneliti artikel penelitian tersebut dihubungi untuk
dilakukan konfirmasi terkait review, metode penelitian yang digunakan,
dan kriteria inklusi yang digunakan oleh peneliti tersebut. Data-data yang
digunakan dan dikonfirmasi meliputi : jumlah sampel, usia peserta
penelitian, karakteristik penelitian, metode pengacakan yang digunakan,
metode blinding, kriteria ekslusi, kriteria diagnosis, durasi terapi, outcome
yang didapat, durasi kesakitan, keparahan penyakit, efek samping/efek
yang tidak diharapkan, dan pengobatan lain yang digunakan.
III.7.
III.8. .
III.9. Hasil.
3
III.10. Total seluruh artikel hasil penelitian yang diterima dalam penelitian
kali ini berjumlah 374 referensi (324 berasal dari tahun 2009 dan 50 pada Juni
2013) ; 269 referensi diantaranya tidak digunakan pada skrining pertama dan
menyisakan 105 artikel untuk digunakan lebih lanjut pada penelitian kali ini.
Terdapat 6 proses seleksi untuk mendapatkan referensi yang sesuai dengan kriteria
penelitian kali ini. Sehingga didapatkan 6 referensi yang digunakan dalam
penelitian kali ini (5 referensi menggunakan anti jamur topikal dan 1
referensi menggunakan anti jamur sistemik).
III.11. Penilaian risiko terjadinya bias menggunakan kriteria dari
Cochrane Collaboration dan Jadad Composite Scale, terutama bagi
penelitian yang memiliki sedikit informasi terkait randomisasi dan
karakteristik lainnya, maka konfirmasi dari pemilik sangat dibutuhkan.
Penelitian dengan poin 2 tergolong studi yang memiliki nilai kualitas
rendah, sedangkan penelitian dengan poin minimal 3 dikategorikan
sebagai studi dengan kualitas yang baik (4 penelitian memiliki total nilai 5,
1 penelitian memiliki total nilai 4, dan 1 penelitian memiliki total nilai 3).
Jumlah referensi yang digunakan adalah 6 buah dan semuanya termasuk
dalam penelitian double-blinded.
III.12.
III.13. Kesimpulan
1. Anti jamur topikal vs placebo
III.14. Kesimpulan dari penelitian ini menggunakan 5 hasil penelitian
yang telah dipilih sebelumnya.
a. Symptoms Score. Sampel yang digunakan berjumlah 101 pasien dengan
pemberian amphotericin grup B topikal dan 105 pasien dengan plasebo.
Hasilnya menunjukan bahwa SMD= 0.35 {0.07,062}; p= 0.01, dimana
hasilnya menunjukkan representatif homogenitas diterima dengan statistik
I sebesar 45% (X =3.64, df = 2, p= 0.16).
b. Disease-Specific Quality-of-Life-Score. Sampel yang digunakan berjumlah
143 pasien dengan terapi anti jamur dan 151 pasien dengan plasebo.
Hasilnya menunjukkan tidak ada perbedaan manfaat terapi secara spesifik
antara penggunaan plasebo vs terapi anti jamur (SMD= 0.18 {-0.05,0.42},
4
III.52.
7
III.54. 1. VALIDITAS
III.61. C. Apakah semua subyek III.62. III.63. Dari total 389 referensi
yang ikut serta dalam penelitian Tida yang didapatkan, hanya 6
diperhitungkan dalam hasil / k referensi yang memenuhi
kesimpulan ? (Apakah kriteria inklusi dan dianalisis.
pengamatannya cukup
lengkap?)
III.64. D. Apakah pengamatan yang III.65. III.66. Penelitian ini hanya mengambil
dilakukan cukup panjang ? Cant dan menganalisis jurnal referensi
tell penelitian yang telah dilakukan
8
sebelumnya.
III.69.
III.67. E. Apakah subyek dianalisis pada III.68.
kelompok dimana subyek tersebut Cant
dikelompokkan dalam randomisasi ? tell
III.70.
III.71. Importance
III.72. Seberapa besar III.74. Berdasarkan kesimpulan yang telah
efek terapi dan disampaikan, didapatkan bahwa :
seberapa tepat III.75. Tidak ada perbedaan manfaat yang signifikan
estimasi efek terapi? pada penggunaan terapi anti jamur baik berupa terapi
III.73.
topikal maupun sistemik jika dibandingkan dengan
plasebo.
III.76. 1.Anti jamur topikal vs Plasebo
a. Symptoms Score SMD= 0.35 {0.07,062}; p= 0.01,
dimana hasilnya menunjukkan representatif
homogenitas diterima dengan statistik I sebesar 45%
(X =3.64, df = 2, p= 0.16).
III.77. b.Disease-Specific Quality-of-Life-Score tidak
ada perbedaan manfaat terapi secara spesifik
(SMD= 0.18 {-0.05,0.42}, p = 0.12 ), statistik I
10% dengan homogenitas baik (X=4.46; df =4
;p= 0.35).
III.78. c.Nasal Endoscopy Score, tidak ada perbedaan
manfaat secara signifikan antara plasebo vs anti
jamur dengan (SMD= -0.00 {-0.26,0,26}, p=
0.98), dengan nilai statistik I 62% dengan
substansi heterogenitas (X= 7.93; df= 3; p= 0.05).
III.79. d.Radiographic score, Hasilnya menunjukkan
tidak ada perbedaan manfaat yang signfikan antara
terapi anti jamur dengan plasebo (SMD= 0.02 [-
0.36, 0.41]; p= 0.9, dengan nilai statistik 88% dan
9