BUKAAN PENCAHAYAAN
PADA PIPA CAHAYA HORISONTAL
Disusun Oleh:
Ryani Gunawan, ST., MT.
Daftar Isi
Abstrak
BAB I Pendahuluan.....................................................................................................1
BAB II Kajian Pemanfaatan Sistem Penyalur Cahaya................................................6
BAB III Metodologi Penelitian............................................................................... ..28
BAB IV Hasil Analisis Kinerja Bukaan Pencahayaan............................................ .34
BAB V Potensi Penggunaan Pipa Cahaya Horisontal...............................................39
BAB VI Kesimpulan dan Saran ................................................................................42
BAB VII Jadwal Pelaksanaan ..................................................................................44
Daftar Pustaka ...........................................................................................................45
STUDI PENGEMBANGAN RANCANGAN
BUKAAN PENCAHAYAAN
PADA PIPA CAHAYA HORISONTAL
oleh
Ryani Gunawan, ST., MT.
ABSTRAK
Krisis energi dan pemanasan global menyadarkan para arsitek agar lebih bijak
dalam menata lingkungan binaan dan untuk lebih memanfaatkan semua potensi
energi terbarukan yang tersedia dengan melimpah di alam. Sebelum lampu
ditemukan, arsitek pada zaman dahulu sudah memanfaatkan pencahayaaan alami
sebagai satu-satunya sumber pencahayaan pada bangunan di siang hari. Namun
pencahayaan alami konvensional melalui bukaan jendela memiliki keterbatasan
seperti keterbatasan daya jangkau, potensi menimbulkan silau dan keterbatasan
dalam distribusi keseragaman cahaya dalam ruang.[1] Perkembangan teknologi
saat ini dengan penemuan light pipe system memungkinkan untuk memasukkan
cahaya matahari ke dalam bangunan dengan lebih merata tanpa memasukkan
panas dan efek silau dari sinar matahari langsung.
Efek visual dari pencahayaan adalah bagian yang penting dari keseluruhan
kehidupan dan lingkungan kerja. Penggunaan pencahayaan alami sebagai sumber
utama atau sekunder dari penerangan memiliki keuntungan dalam hal
penghematan energi, meningkatkan produktivitas dan kesehatan. Penggunaan
pencahayaan alami dapat mengurangi beban penerangan dan pendinginan secara
signifikan dan meningkatkan preferensi penghuni, keleluasaan visual, dan efek
yang menyenangkan.[2]
1
2. Terdapat ruang yang yang tidak mendapatkan cahaya matahari pada
bangunan tebal.
2
I.5 Diagram penelitian
Rumusan masalah
Hipotesis
Penelitian
Studi Pengembangan Rancangan sebelumnya
Tujuan
Bukaan Pencahayaan pada Pipa
penelitian Cahaya Horisontal
Batasan
penelitian
Uji Laboratorium
Analisa
Hasil
Pembahasan
Kesimpulan
Saran
3
cahaya horisontal (HSA = 0) dan baru mengkaji perubahan sudut datang
cahaya matahari secara vertikal atau VSA (Vertical Shadow Angle).
4. Sudut datang harian yang digunakan diwakili oleh pukul 09.00 dengan
sudut datang 45
I.7 Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini diantaranya:
Pemanfaatan kaidah refleksi dan refraksi dapat mengakomodir dan
membelokkan pergerakan sudut datang vertikal cahaya matahari langsung
untuk mencapai posisi horisontal agar dapat diteruskan sedalam mungkin ke
tengah gedung.
Bab I adalah Pendahuluan, berisi tentang uraian latar belakang penelitian yang
meliputi latar belakang pemilihan topik dan objek penelitian berupa gedung tebal,
upaya pemanfataan cahaya matahari langsung sebagai sumber pencahayaan alami
pasif pada bangunan tebal. Bagian pendahuluan ini juga berisi tentang perumusan
masalah, tujuan penelitian, kontribusi penelitian, batasan penelitian, serta
sistematika pembahasan.
Bab II adalah Kajian Pemanfaatan Sistem Penyalur Cahaya yang berisi tentang
perkembangan teori dan penelitian tentang pencahayaan alami khususnya
permasalahan pencahayaan alami pada gedung tebal. Berbagai penelitian terkait
4
juga akan dibahas untuk menggambarkan perkembangan penelitian yang
membahas permasalahan ini.
Bab IV adalah Hasil Analisa Kinerja Bukaan Pencahayaan. Bab ini membahas
hasil dari simulasi di laboratorium
Bab V adalah Potensi Penggunaan Pipa Cahaya Horisontal. Bab ini membahas
beberapa aplikasi dari penggunaan model pada beberapa tipe gedung tebal.
Bab VI adalah Kesimpulan dan Saran. Pada bab ini dinyatakan kesimpulan dari
hasil penelitian ini dan saran-saran berupa hal-hal yang perlu dikembangkan pada
penelitian selanjutnya.
Bab VII adalah Jadwal Pelaksanaan. Bab ini berisi jadwal pelaksanaan penelitian.
5
Bab II Kajian Pemanfaatan Sistem Penyalur Cahaya
Pipa cahaya atau light pipe dikenal juga dengan sebutan tubular skylight,
sunscoop, atau tubular daylighting device. Dibandingkan dengan jendela dan
skylight konvensional, light pipe memiliki alat insulasi panas yang lebih baik dan
penerapan di dalam bangunan lebih fleksibel. Namun kelemahannya adalah tidak
ada kontak visual dengan lingkungan luar. Light tubes atau light pipes digunakan
untuk mendistribusikan sinar cahaya alami maupun cahaya buatan. Di dalam
penerapan pencahayaan alami, sering disebut sun pipes, solar pipes, solar light
pipes, atau daylight pipes.[2]
6
Sistem pencahayaan optik terutama bergantung pada komponen langsung dari
sinar matahari sebagai sumber cahaya. Semua pipa cahaya berdasarkan
ukurannya, menumpukan sistem kerjanya pada reflektifitas specular (cermin).
Material yang digunakan dalam sistem pengangkutan cahaya, merupakan faktor
penting dan harus memiliki tingkat efisiensi reflektifitas yang tinggi, untuk
memastikan bahwa hanya sedikit cahaya yang terbuang pada saat perjalanan
cahaya menuju ruangan. Tingkat pemantulan dalam sistem perjalanan cahaya
adalah 95%. Seberkas cahaya akan kehilangan cahaya sebesar 5% ketika
mengalami perjalanan pemantulan dalam tabung pantul. Hal ini tergantung dari
jenis material reflektor yang digunakan, misalnya reflektor alumunium yang akan
kehilangan 15% cahayanya.[3]
7
Pipa cahaya ini mampu menghasilkan penyinaran dengan spektrum penuh yang
natural, cahaya berwarna putih yang tidak panas, menghasilkan distribusi yang
lebih optimal pada interior. Lensa penyaring sinar ultra violet menghasilkan
cahaya yang memiliki efek menyehatkan. Pipa cahaya dapat menghasilkan cahaya
yang bervariasi menurut fungsinya sesuai dengan kondisi sinar matahari yang ada
dan dimensi dari tabung tersebut.
Pipa cahaya yang memiliki diameter 8 inchi mampu menyediakan cahaya untuk
area seluas 15m2, sementara diameter 12 inchi akan menyinari 30m2. Dengan
menggunakan ukuran 8 inchi dapat memberikan penerangan yang hampir sama
dengan bola lampu pijar 100 watt, sedangkan ukuran 12 inchi sama dengan
penerangan dari 250 watt lampu pijar.[3] Untuk ruangan yang lebih besar,
biasanya digunakan kombinasi beberapa alat untuk hasil yang lebih baik.
Berdasarkan ukuran rata-rata campuran bahan bakar di Amerika Serikat (AS), dari
setiap kWh yang digunakan akan menghasilkan 1,5 pon CO2.[4] Sehingga
penghematan bahan bakar untuk pembangkit tenaga listrik dapat mengurangi efek
pemasanan global
8
Tabel 2. Pipe sizes and maximum light output (www.sunpipe.co.uk)
Pemanfaatan light pipe system di masa yang akan datang memiliki potensi
yang sangat besar untuk masalah penerangan alami pada ruang yang tidak
memiliki bukaan. Keterbatasan informasi dan keterlambatan perkembangan
teknologi di Indonesia membuat sistem ini menjadi sulit untuk berkembang.
Secara teori, light pipe system memiliki banyak keuntungan dalam hal
meningkatkan kenyamanan visual, termal dan psikolgis. Namun secara
praktek perlu diuji dengan pengukuran dan simulasi supaya memperoleh data
yang lebih akurat dan dapat dipertanggung jawabkan.
9
II.2 Prinsip Perjalanan Cahaya
Bila cahaya melalui batas dua media maka terdapat tiga peristiwa yang dapat
terjadi yaitu:
II.2.1. Refleksi
Refleksi adalah peristiwa terpantulnya cahaya bila mengenai suatu permukaan.
Jumlah cahaya yang direfleksikan permukaan ditunjukkan dengan besaran faktor
refleksi (p) yaitu perbandingan fluks cahaya yang dipantulkan dibandingkan
dengan fluks cahaya yang diterima permukaan.
Terdapat berbagai macam refleksi yang tergantung pada sifat permukaan yaitu:
1. Refleksi spekular
Refleksi spekular merupakan peristiwa khusus refleksi. Refleksi ini mengikuti
hukum Snellius yaitu sudut datang cahaya i sama dengan sudut pantul m.
Peristiwa ini terjadi pada permukaan rata dan datar misalnya pada permukaan
cermin. Peristiwa refleksi spekular dapat dilihat pada Gambar II.9.
10
3. Refleksi difus
Peristiwa refleksi ini terjadi pada permukaan yang kasar atau acak dan dapat
dilihat pada Gambar II.11. Distribusi intensitas tidak harus sama ke segala arah.
Intensitas yang sama ke segala arah dapat terjadi bila permukaan pada cahaya
datang sangat acak.
II.2.3. Transmisi
Transmisi adalah peristiwa penjalaran cahaya melewati suatu medium ke medium
ng lain. Cahaya akan mengalami pembiasan bila melewati medium yang
mempunyai indeks bias yang berbeda. Cahaya akan dibiaskan mendekati garis
normal bila memasuki medium dengan indeks bias lebih tinggi dan akan menjauhi
gans normal bila memasuki medium dengan indeks bias lebih rendah. Pada
peristiwa transmisi diperoleh faktor transmisi () yaitu fluks cahaya yang
ditransmisikan dibanding dengan fluks cahaya yang datang pada bahan tersebut.
Macam transmisi:
1. Transmisi spekular
Transmisi spekular mengikuti hukum Snellius yaitu:
n1 sin i = n2 sin m
dengan
n1 = indeks bias medium 1
11
n2 = indeks bias medium 2
i = sudut datang cahaya
m = sudut bias cahaya
Transmisi spekular dapat dilihat paga Gambar II.12
Bila cahaya datang dengan sudut i1 akan dibiaskan mendekati garis normal. Hal
ini terjadi karena n2 > n1. Kemudian cahaya diteruskan dan memasuki medium
yang mempunyai indeks bias n3. Pada medium ini cahaya dibiaskan menjauhi
garis normal karena n3 < n2. Jika n1 = n3 maka m2 = i. Transmisi spekular akan
menghasilkan cahaya transmisi pada satu arah tertentu tanpa mengalami
penyebaran cahaya.
2. Transmisi menyebar
Cahaya transmisi yang terjadi tidak hanya pada satu arah tetapi penyebarannya
masih pada arah tertentu. Peristiwa ini dapat dilihat pada Gambar II.13
12
3. Transmisi difus
Transmisi difus dapat dilihat pada Gambar II.14. Cahaya transmisi mempunyai
arah sebaran ke segala arah. Transmisi difus terjadi bila melewati batas
permukaan medium yang sangat acak.
13
yang
homogen
Potensi
penghematan
Sun Temperate Skylight, Menghantarka
protecting climate glazed n cahaya ke
mirror roofs ruang yang
elements dalam
Tingkat
pencahayaan
yang
homogen
Potensi
penghematan
Anidolic Temperate Skylight Mencegah
zenithal climate silau
opening Tingkat
pencahayaan
yang
homogen
Potensi
penghematan
Directional Semua Jendela Mencegah
selective Iklim vertikal, silau
shading skylight, View ke luar
system with glazed Potensi
concentrating roofs penghematan
HOE Perlu tracking
14
Tabel 4. Macam-macam shading systems primary using direct sunlight
15
Koefisien
variable
perolehan
panas
matahari
16
Anidolic Temperate Jendela View ke luar
Integrated climate vertikal Menghantarka
System n cahaya ke
ruang yang
dalam
Tingkat
pencahayaan
yang homogen
Potensi
penghematan
17
II.3.4 Direct light guiding systems
18
II.3.5 Scattering system
19
Fibres Semua Menghantarka
iklim, n cahaya ke
Langit ruang yang
cerah dalam
Tingkat
pencahayaan
yang homogen
Perlu tracking
Potensi
penghematan
Light guiding Temperate Menghantarka
ceiling climates, n cahaya ke
Langit ruang yang
cerah dalam
Tingkat
pencahayaan
yang homogen
Potensi
penghematan
Sistem penyalur cahaya umumnya terdiri dari tiga komponen yaitu bagian paling
luar sebagai penangkap cahaya (inlet), penyalur cahaya (transmitter), dan emitter
(extractor) untuk mendistribusikan cahaya ke dalam ruangan.
20
biasanya letak di atap. Penangkap bisa berupa sistem yang dinamis seperti
tracking heliostat, rooftop active-tracking maupun sistem statis seperti prismatic
glazing, reflecting louvers, light shelves.
Penangkap dinamis adalah penangkap yang dapat bergerak mengikuti arah datang
cahaya. Sistem ini bekerja dengan melakukan penjejakan kemudian
mengumpulkan dan mengarahkan cahaya ke dalam penyalur. Sistem dinamis
lebih mahal biaya pembuatannya dan membutuhkan kontrol serta pemeliharaan
yang kompleks. Ukuran sistem dinamis relatif besar. Dengan melihat cara
kerjanya sistem ini hanya efektif untuk cahaya matahari langsung. Pada saat
penangkap menangkap dan mengkonsentrasikan cahaya, energi panas pun akan
terkonsentrasi.Panas ini dapat mengakibatkan kerusakan (melelehkan/meretakkan)
penyalur. Sebagai konsekuensinya harus dipasang filter (spectral selective glass)
pada lubang masukan penyalur.
Penangkap statis memiliki desain yang lebih sederhana sehingga biaya konstruksi
dan pemeliharaan lebih murah. Tetapi penangkap ini tidak seefektif penangkap
dinamis karena hanya berfungsi untuk mengubah arah cahaya datang. Sehingga
penangkap harus didesain dengan memperhatikan arah datang cahaya matahari
yang dominan. Pada penelitian ini, penangkap cahaya dibuat statis dengan
memanfaatkan kaidah refraksi (pembiasan) dan refleksi (pemantulan) dari prisma
yang terbuat dari akrilik.
2. Penyalur (transmitter)
Penyalur merupakan alat untuk menyalurkan cahaya pada ruang setelah cahaya
tersebut ditangkap. Bentuk paling dasar penyalur adalah saluran kosong. Adapun
bentuk-bentuk lain seperti yang telah diuraikan pada teknik penyaluran cahaya.
Fenomena penyaluran cahaya pertama kali diperkenalkan oleh John Tyndall pada
hun 1870. Tyndall mengarahkan cahaya pada sebuah bejana air dan bila air
dialirkan melalui lubang pada sisi bejana cahaya akan dihantarkan sepanjang
aliran air. Studi khusus tentang penyalur cahaya semakin lama semakin
21
berkembang, dimana telah lakukan beberapa percobaan mengenai teknik
penyaluran cahaya
Figur 11. Foto light deflecting panel saat mendapat cahaya matahari langsung
22
Edmonds (1995) meneliti efektivitas penggabungan light pipe dan deflecting
panel dalam pencahayaan pada beberapa lantai bangunan berdasarkan teori dan
eksperimen. Hasil penelitiannya mendemonstrasikan bahwa laser cut panel dapat
ditambahkan pada inlet dari pipa cahaya horisontal untuk meningkatkan tingkat
pencahayaan untuk semua sudut datang sinar matahari dibawah 60.
Beltran (1997) menstudi kinerja kombinasi light shelves dan light pipe untuk
meningkatkan tingkat iluminasi pencahayaan alami dengan minimum perolehan
panas dari matahari. Temuannya menunjukkan bahwa kombinasi paling baik
adalah light shevels lengkung dengan plafond lengkung.
23
Figur 12. Denah dan potongan pipa cahaya yang diusulkan
Penelitian ini mengusulkan suatu pipa cahaya yang dilengkapi dengan sistem
penangkap datar yang cocok diintegrasikan dalam fasad bangunan tanpa tonjolan
pada selubung bangunan.
Fidur 13. Komponen pipa cahaya: (a) reflecting chamber; (b) reflector; (c)
diffusing chamber dan (d) glazing openings
Sistem ini terdiri dari element planar tertutup, pengumpul dan pembelok cahaya
matahari yang mengoptimasikan cahaya matahari yang datang karena variasi
posisi matahari, dukting persegi dengan peralatan optik yang cocok untuk
24
mengantarkan cahaya matahari dan mengantarkannya ke ruang yang perlu
diterangi.
Figur 14. Denah, tampak dan isometri ruang yang akan diteliti
25
pencahayaan alami dari cahaya matahari langsung yang dapat meneruskan cahaya
matahari ke dalam ruangan yang lebih dalam.
Figur 15. Pemasangan armatur cahaya pada plafond (a), Kondisi ruang dengan
armatur cahaya sebagai outlet (b)
Figur 16. Pemasangan sistem canopy sebagai inlet pada ruang simulasi
26
Kwok, CM., et al., (2008) menunjukkan bahwa pipa cahaya horisontal dapat
membantu untuk meningkatkan pencahayaan alami dan memperbaiki
keseragaman distribusi cahaya dari pencahayaan alami siang hari sekalipun
menggunakan peralatan pembayangan sinar matahari karena pipa cahaya
horisontal mengambil cahaya dari fasad bangunan. Cahaya matahari langsung dan
cahaya langit dapat berjalan melalui pipa cahaya horisontal ke ruang yang jauh
dari jendela dimana sangat sedikit pencahayaan alami dari jendela yang dapat
mencapainya. Pipa cahaya horisontal yang didesain dengan baik dapat
mengurangi ketergantungan terhadap pencahayaan buatan yang secara tidak
langsung juga turut menghemat energi.
27
Bab III Metodologi Penelitian
III.1 Pendahuluan
Figur 17. Perletakan inlet dan pipa cahaya horisontal pada potongan
gedung tebal
28
Penelitian ini mengkaji peristiwa pemantulan/ refleksi pada cermin dan
pemantulan dan pembiasan pada akrilik sebagai bukaan atau inlet pipa cahaya
horisontal yang dipasang pada fasad bangunan.
29
horisontal. Kemudian studi model dikembangkan berdasarkan kerangka teori dan
hipotesis yang telah dibangun sebelumnya. Terdapat dua model desain lubang
pencahayaan.
Model yang dibuat adalah model dengan skala penuh. Ketinggian model lubang
bukaan pada fasad bangunan disesuaikan dengan rencana perletakan pipa cahaya
horisontal dalam bangunan tebal bertingkat banyak. Pipa cahaya horisontal
diletakkan dengan memanfaatkan ruang antara balok struktural dengan rangka
plafon (ruang plenum). Pada bangunan tebal bertingkat banyak terdapat ruang
antara balok struktural dengan rangka plafon yang umumnya digunakan sebagai
30
ruang untuk meletakkan berbagai peralatan utilitas bangunan seperti duckting AC,
pipa, kabel listrik dan lain sebagainya. Tinggi model ditetapkan tidak lebih dari 3
daun jendela kaca nako atau sama dengan 40 cm. Penentuan lebar model
dilakukan dengan pertimbangan efisiensi material, waktu dan biaya pengerjaan.
Untuk kemudahan operasional pengukuran di laboratorium maka lebar model
ditentukan 30 cm.
31
Figur 22. Pengukuran di laboratorium dengan posisi bukaan dan pipa cahaya
berada di lantai
Untuk kemudahan proses pengukuran dan pemasangan pipa cahaya, maka posisi
lubang bukaan dan pipa cahaya dibuat secara terbalik. Lubang bukaan diletakan di
posisi lantai dan posisi bidang kerja berada 75 cm dari plafon. Pengukuran tingkat
pencahayaan dilakukan setelah kedalaman 4 meter. Jarak 4 meter ini diasumsikan
adalah jarak yang masih mungkin dicapai oleh pencahayaan alami melalui jendela
samping sehingga tidak memerlukan pencahayaan melalui pipa cahaya horisontal.
Pengukuran tingkat pencahayaan dilakukan di setiap jarak dengan kelipatan 0,8
meter dari jarak 4 meter sampai mencapai 8 meter dari bukaan pencahayaan.
Figur 23. Pengukuran di laboratorium dengan posisi bukaan dan pipa cahaya
berada di lantai
32
III.3.5 Tahap Pembahasan
Bab pembahasan akan mengintrepetasi hasil analisis dan implementasi sistem
pencahayaan pada bangunan- bangunan yang berkarakter tebal.
33
Bab IV Hasil Analisis Kinerja Bukaan Pencahayaan
IV.1 Analisis uji refleksi dan refraksi dengan cahaya lampu sorot
Hasil pengujian dengan cahaya lampu sorot pada model bukaan pencahayaan
menunjukkan bahwa terjadi pembelokkan cahaya pada sehingga dihasilkan
cahaya yang dapat mencapai posisi horisontal dan kemudian dipantulkan secara
vertikal ke bidang horisontal. Pengujian ini dilakukan pada kedua model bukaan.
Figur 24. Contoh hasil pengujian pada model bukaan pencahayaan dengan
material cermin
Figur 25. Contoh hasil pengujian pada model bukaan pencahayaan dengan
material akrilik
Hasil dari pengujian ini menvalidasi bahwa model ini bisa digunakan dalam
percobaan laboratorium maupun percobaan lapangan.
34
IV.2 Analisa Tingkat Pencahayaan pada Setiap Titik Ukur
Pengukuran dilakukan pada dua ketinggian sekaligus di titik ukur yang sama.
Pengukuran pertama dilakukan pada ketinggian meja kerja (75 cm) dan pada
lantai bangunan yang berjarak 3,5 meter dari pipa cahaya.
35
IV.2.2 Analisis tingkat pencahayaan pada model dengan material akrilik
Hasil pengukuran pada model dengan material akrilik menunjukkan tingkat
pencahayaan sebesar 57 lux pada kedalaman 8 meter dari bukaan pencahayaan.
Pada kedalaman yang sama, model bukaan pencahayaan dengan material cermin
menghasilkan tingkat pencahayaan sebesar 214 lux.
36
IV.3 Analisa Efisiensi Tingkat Pencahayaan pada Setiap Titik Ukur
Analisa efisiensi tingkat pencahayaan dilakukan dengan membandingkan tingkat
pencahayaan yang dihasilkan di dalam ruangan setelah diteruskan melalui pipa
cahaya dengan tingkat pencahayaan yang diterima model bukaan pencahayaan.
Figur 29. Ilustrasi efisiensi tingkat pencahayaan pada setiap titik pengukuran
Figur 30. Grafik efisiensi tingkat pencahayaan model dengan material cermin
Model bukaan pencahayaan dengan material cermin memiliki potensi yang tinggi
sebagai inlet pada sistem penyalur cahaya dengan tingkat efisiensi yang cukup
signifikan. Grafik laju penurunan efisiensi tingkat pencahayaan cukup landai
sehingga menunjukkan kinerja model bukaan bekerja dengan baik sampai
kedalaman 8 meter.
37
IV.3.2 Analisis efisiensi tingkat pencahayaan pada model dengan material
akrilik
Figur 31. Ilustrasi efisiensi tingkat pencahayaan pada setiap titik pengukuran
Figur 32. Grafik efisiensi tingkat pencahayaan model dengan material akrilik
Model bukaan dengan material akrilik menunjukkan kinerja yang tidak terlalu
signifikan walaupun masih dapat meneruskan cahaya sampai kedalaman 8 meter.
Penggunaan material akrilik sebagai bukaan pencahayaan pada fasad bangunan
perlu dipertimbangkan kembali karena beberapa aspek selain aspek perawatan dan
aspek efisiensinya terhadap tingkat pencahayaan yang dihasilkan.
38
Bab V Potensi Penggunaan Pipa Cahaya Horisontal
Setelah mengkaji model bukaan pencahayaan dengan material cermin dan akrilik,
dilakukan beberapa simulasi pada beberapa contoh bangunan tebal untuk
menunjukkan potensi penggunaannya dalam bangunan.
Model bukaan pencahayaan ini dapat diterapkan baik untuk sumber cahaya alami
berupa sinar matahari langsung maupun sumber cahaya buatan berupa lampu
sorot.
Figur 33. Contoh aplikasi model bukaan pencahayaan pada sistem penyalur
cahaya dengan sumber sinar matahari langsung
Sistem penyalur cahaya ini dapat dilakukan baik secara horisontal melalui
penggunaan pipa cahaya maupun secara vertikal melalui atrium atau void di
dalam bangunan.
39
V.2 Potensi penggunaan pipa cahaya horisontal pada berbagai bangunan
tebal dengan sumber cahaya matahari langsung atau cahaya buatan
Untuk beberapa contoh kasus dalam bangunan, model bukaan pencahayaan ini
dapat digunakan baik untuk sumber cahaya alami maupun buatan. Sehingga
bukaan pencahayaan ini berfungsi pada siang hari maupun malam hari. Sistem
ini berpotensi untuk mengurangi beban penerangan bangunan yang dapat
berdampak pada pengurangan konsumsi listrik dalam bangunan.
Figur 34. Contoh aplikasi model bukaan pencahayaan pada sistem penyalur
cahaya dengan sumber sinar matahari langsung atau cahaya buatan
40
V.3 Potensi penggunaan pipa cahaya horisontal pada berbagai bangunan
tebal dengan cahaya buatan
Figur 35. Contoh aplikasi model bukaan pencahayaan pada sistem penyalur
cahaya dengan sumber cahaya buatan
Pemanfaatan sumber cahaya alami dengan sistem penyalur cahaya tidak bisa
dilakukan untuk fasad ruangan yang mengalami pembayangan pada bukaan
pencahayaannya. Untuk kasus ruangan seperti ini, sistem penyalur cahaya tetap
bisa digunakan dengan sumber cahaya berupa cahaya buatan berupa lampu
sorot.
41
Bab VI Kesimpulan dan Saran
VI.I Kesimpulan
Berdasarkan rangkaian penelitian yang telah dikaji pada bab sebelumnya, maka
kesimpulan utama dari penelitian ini adalah:
1. Rancangan model bukaan pencahayaan dengan material cermin pada
sistem penyalur cahaya dapat menghasilkan tingkat pencahayaan yang
jauh lebih dari model bukaan pencahayaan dengan material akrilik.
2. Rancangan model bukaan pencahayaan pada sistem ini dapat digunakan
baik untuk sumber cahaya yang berupa cahaya matahari langsung maupun
sumber dari cahaya buatan dari lampu sorot.
3. Rancangan model bukaan pencahayaan pada sistem penyalur cahaya ini
dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas pencahayaan pada ruangan
dengan jendela samping juga untuk ruangan yang tidak memiliki jendela
sama sekali.
jendela + light shelves +
jendela jendela + light shelves pipa cahaya horisontal
Figur 36. Perbaikan gradien iluminasi dengan penggunaan light shelves dan pipa
cahaya horizontal
42
VI.II Saran
43
Bab VI Jadwal Pelaksanaan
Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov
Studi
Literatur
Studi
Modeling
Pembuatan
Modeling
Pengujian
Laboratorium
Analisa &
Kesimpulan
Presentasi Hasil
dan Laporan
44
DAFTAR PUSTAKA
[1] Beltran LO., et al., 1997, Advanced optical daylighting systems: light shelves and light pipes.
Journal of the Illuminating Engineering Society, 26 (2) pp 91104
[2] Kim, G. & Kim, J.T., 2009 Overview and new developments in optical daylighting systems for
building a healthy indoor environment. Building and Environment, 45 (2010), pp. 256-269
[3] Aplikasi Tabung Cahaya Atap Untuk Pencahayaan Dan Ventilasi Ruangan, Jurusan Arsitektur
Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta [Online]. Available:
http://ajichrw.wordpress.com [18 Maret 2010]
[4] Turbin Angin Tekno 200 watt http://www.alpensteel.com
[5] Oakley G, Riffat SB, Shao L. Daylight performance of light pipes. Solar Energy. 2000;69(2):8998.
[6] Shao L, Riffat SB, Hicks W,Yohannes I. A study of performance of lightpipes under cloudy and
sunny conditions in the UK. In: Proceedings of fourth European conference. An Energy-Efficient
Lighting; 199. p.1559.
[7] www.sunpipe.co.uk
[8] Canziani R. (2004) : Daylight and energy performance of a new type of
light pipe. Energy and Buildings, 35, 11631176.
[9] Chirarattananon, S. (2008) : An experimental study of a facade mounted light pipe, Lighting
Research and Technology, 41, 123-142.
[10] Edmonds, I.R. (1993) : Performance of laser cut light deflecting panels in daylighting
applications, Solar Energy Materials and Solar Cells, 29, 1 26.
[11] Jenkins, D., Newborough, M. (2007) : An approach for estimating the carbon emissions
associated with office lighting with a daylight contribution, Applied Energy, 84, 608622.
[12] Kischkoweit, M. (2002) : An Overview of Daylighting Systems, Solar Energy, 2, 77-82
[13] Kwok, CM. (2008) : Computer simulation study of a horizontal light pipe integrated with
laser cut panels in a dense urban environment, Lighting Research and Technology, 40, 287-305.
[14] Lechner, N. (2001) : Heating, Cooling, Lighting-Design Method for Architect, Willey, New York.
[15] Li, D.H.W., Lam, T.N.T., Wong, S.L. (2006) : Lighting and energy performance for an
office using high frequency dimming controls, Energy Conversion and Management, 47, 1133
1145.
[16] Lippsmeier, G. (1997) : Bangunan Tropis, Erlangga, Jakarta, 22
[17] Nurkasanah, S. (1998) : Studi Sistem Pencahayaan Alami MenggunakanPenyalur
Cahaya pada Suatu Model Bangunan, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Fisika, Institut Teknologi
Bandung.
[18] Philips, R.O. (1987) : Sunshine and Shade in Australia, National Building Technology Centre,
8, 29-30.
[19] Rosemann, A. (2008) : Cost-effective controlled illumination using daylighting and electric
lighting in a dual-function prism light guide, Lighting Research and Technology, 40, 77-88.
[20] Shao, L. (1988) : Measurement and modeling of light pipe for energy efficient lighting, CIBSE
National Lighting Conference, 410-419.
[21] Soelami, N. (2000) : Studi Penggunaan Sistem Penyalur Cahaya Alami dalam Rangka Konservasi
Energi dalam Bangunan, Fakultas Teknologi Industri Institute Teknologi Bandung.
[22] Swift, PD. (1995) : Cylindrical mirror light pipes, Solar Energy Materials and Solar Cells, 36,
159-168.
[23] Syamsuddin, S. (1983) : Penyalur Cahaya dengan Deretan Lensa, Tugas Akhir, Jurusan
Teknik Fisika, Institut Teknologi Bandung.
[24] Tanny, H. (1984) : Penyalur Cahaya dengan Pipa Gelas, Tugas Akhir, Jurusan Teknik
Fisika, Institut Teknologi Bandung.
[25] Veitch, J. (2006) : Lighting for high-quality work-places. In: Clements- Croome, Derek
(Ed.), Creating the Productive Workplace, second ed.Taylor & Francis, London, pp. 206
222.
[26] Wah Tong To, D., Sing, L.K., Chung, T.M., Leung, C.S. (2002) : Potential energy saving for a
side-lit room using daylight-linked fluorescent lamp installations, Lighting Research and
Technology, 34, 121133.
45