Anda di halaman 1dari 10

SPIRIT DARI RUMAH GAYA JENGKI ULASAN TENTANG BENTUK,

ESTETIKA, DAN MAKNA

Rahmanu Widayat
Jurusan Desain Interior, Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Email: rahmanu_wi@yahoo.co.id

ABSTRAK

Tulisan ini berawal dari keprihatinan penulis karena semakin berkurangnya rumah gaya jengki, dan
terancam lenyap dari pandangan. Padahal rumah gaya Jengki pada tahun 60-an sampai dengan 70-an pernah
mewarnai tampilan kota-kota besar bahkan kota-kota kecil di Indonesia. Untuk itu penulis mencoba
mengetengahkan rumah gaya jengki dilihat dari sisi bentuk, estetika, dan maknanya. Menggunakan pendekatan
beberapa konsep seperti form follows function, konsep eklektik, dan seni (arsitektur) sebagai ekspresi simbol,
dengan harapan dapat mendudukkan rumah gaya jengki pada tempat sewajarnya dalam ranah arsitektur
Indonesia. Artinya tidak dilupakan begitu saja. Namun lebih dari itu, dapat diambil spiritnya dalam konteks
melahirkan gaya rumah atau arsitektur yang khas Indonesia.
Kata kunci: rumah gaya jengki, bentuk, estetika, makna

ABSTRACT

This paper began from writers concern regarding the decrease in Jengki style houses and threatened to be
lost from our sight. Whereas, this Indonesian house or architectural style had coloured the big cities and even
the small cities back in the sixties till the seventies. This had triggered the writer to attempt to present the Jengki
house style regarding its form, aesthetics, and its meaning. Based on several concept approaches such as form
follows function, eclectic concept, and art (architecture) as an expressive symbol, it is hoped that Jengki style
houses could be revived in its former position of dominance in Indonesian architecture, in other words, not
forgotten just like that. But more than that, it could promote the spirit in giving rebirth to unique Indonesian
styles in houses and architecture.
Keywords: house of jengki style, form, aesthetics, meaning.

PENDAHULUAN (Encarta Dictionary, 2003). Menurut Sukada (2004)


istilah Yankee mempunyai konotasi negatif. Karakter
Sekitar tahun 70-an, di jalan besar kota-kota di yang berbeda dari yang berlaku secara umum itu patut
Indonesia banyak sekali dijumpai rumah-rumah diduga memberi inspirasi untuk menamai gaya rumah
bergaya arsitektur jengki. Tentu saja itu menjadi atau arsitektur yang lahir di Indonesia yang sangat
pemandangan yang sangat menarik. Tahun 80-an khas, dan tidak sama dibandingkan dengan arsitektur
masih ada walaupun tidak banyak. Tahun 90-an masih sebelumnya. Istilah jengki juga untuk menyebut
terlihat satu atau dua rumah bergaya jengki. Tahun model busana tahun 70-an, yakni celana jengki
2000-an sangat mengkhawatirkan rumah bergaya dengan ciri-ciri celana panjang yang ketat dan sangat
jengki mulai lenyap dari pandangan. Artinya ada yang kecil bagian bawahnya. Jengki juga digunakan untuk
hilang dari sejarah kota di Indonesia terkait dengan menyebut nama sepeda, yaitu sepeda jengki, bahkan
perkembangan dunia arsitektur. untuk menyebut meja kursi yang populer tahun 70-an
Kata jengki biasanya dihubungkan dengan kata dengan sebutan mebel jengki. Intinya istilah jengki
Yankee, sebuah sebutan bagi orang-orang New dipakai untuk menyebut beberapa karakter yang
England yang tinggal di bagian Utara Amerika Serikat keluar dari mainstream yang ada pada saat itu.
atau seseorang yang lahir dan tinggal di bagian Utara Ketidak-samaan rumah gaya jengki dengan
Amerika Serikat, khususnya tentara yang berperang arsitektur yang berkembang sebelumnya itu ditekan-
untuk penyatuan dalam Perang Sipil di Amerika kan oleh Roesmanto (2004) dari jurusan Arsitektur
Jurusan Desain Interior, Fakultas Seni dan Desain Universitas Kristen Petra
http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=INT
80
Widayat, Spirit Dari Rumah Gaya Jengki 81

UNDIP Semarang, bahwa rumah gaya jengki berbeda Penjelasan menarik terkait gaya jengki dike-
dengan arsitektur bergaya kolonial, dan bahkan sangat mukakan oleh Silas (2003) dari Institut Teknologi
lain dengan arsitektur tradisional yang ada di Sepuluh November Surabaya. Gaya itu bermula dari
Indonesia. Lebih lanjut dijelaskan bahwa sebagai film-film Amerika yang beredar secara luas di
karya arsitektur, rumah gaya jengki dapat dikategori- Indonesia. Film itu adalah film cowboy (koboi) yang
kan sebagai arsitektur modern khas Indonesia. ada adegan draw atau mencabut pistol dengan cepat
Tumbuh tahun 1950-an ketika arsitek-arsitek Belanda dan menembak lawan untuk menyelesaikan
dipulangkan ke negerinya. Hampir semua kota-kota perselisihan. Posisi koboi yang siap menarik pistolnya
besar di Indonesia memiliki karya arsitektur ini. dengan kaki terbentang miring itulah yang menjadi
Pendapat senada dikemukakan oleh Prakoso ilham untuk melahirkan arsitektur atau rumah bergaya
(2002), seorang pemerhati lingkungan binaan, bahwa jengki (Kompas Jatim, 2003).
hadirnya rumah gaya jengki di Indonesia dilatar- Mengamati fenomena rumah jengki sebagai
belakangi oleh munculnya arsitek pribumi yang karya arsitektur yang khas Indonesia, memunculkan
notabene adalah tukang ahli bangunan sebagai beberapa persoalan yang ingin diketahui jawabannya.
pendamping arsitek Belanda. Para ahli bangunan Permasalahan secara umum adalah semakin sedikit-
pribumi tersebut kebanyakan lulusan pendidikan nya rumah gaya jengki di kota-kota besar Indonesia
menengah bangunan. Ketika pergolakan politik di dan bersalin rupa menjadi bentuk yang berbeda dan
Indonesia masih memanas sekitar tahun 1950 sampai dikawatirkan akan hilang. Persoalan yang menarik
1960-an, ditandai semakin berkurangnya arsitek dikemukakan adalah seperti apakah bentuknya,
Belanda dan munculnya para ahli bangunan lulusan bagaimana estetikanya dan seperti apa makna yang
pertama arsitek Indonesia menjadi poin yang terkandung di dalamnya ketika diinterpretasi sesuai
membentuk perkembangan rumah bergaya jengki dengan konteksnya? Hal ini penting untuk dikemuka-
(Kompas, 2002). kan sebelum karya arsitektur yang pernah mewarnai
Menurut Sukada (2004) dari jurusan Arsitektur sejarah arsitektur kota-kota besar bahkan sampai kota-
Universitas Indonesia Jakarta, sekitar tahun 60-an di kota kecil di Indonesia itu benar-benar tidak ter-
daerah Kebayoran Baru Jakarta muncul rumah-rumah selamatkan dan lenyap tanpa bekas.
gaya jengki. Saat itu suasana Indonesia relatif tenang
dari pergolakan setelah kemerdekaan. Memunculkan BENTUK, ESTETIKA, DAN MAKNA RUMAH
keinginan dari beberapa pihak untuk membebaskan GAYA JENGKI
diri dari segala yang berbau kolonialisme. Termasuk
keinginan untuk tidak membuat arsitektur bergaya Rumah gaya jengki biasanya terletak di pemu-
Belanda. Keinginan yang kuat itu terkendala tidak kiman padat berfungsi untuk rumah tinggal, dan yang
adanya ahli yang bisa meneruskan pembangunan terletak di pinggiran-pinggiran kota yang berhalaman
dibidang konstruksi di negara ini. Pemerintah Indo- luas berfungsi sebagai vila. Rumah bergaya jengki
nesia kemudian memanfaatkan siapa saja yang dirasa selama ini lebih dipahami sebagai unit tunggal dan
mampu bekerja dibidang konstruksi itu, meskipun jarang dijumpai rumah jengki yang berderet di sebuah
kebanyakan dari mereka lulusan Sekolah Teknik lingkungan. Secara keseluruhan rumah jengki lebih
Menegah (STM). Hal tersebut disebabkan karena saat banyak digunakan untuk kepentingan rumah tinggal
itu pendidikan mengenai bangunan terbatas pada yang dikenal sebagai rumah gaya jengki. Terkait
jenjang STM (Rumah, 2004). dengan persoalan bentuk, estetika dan makna yang
Munculnya gaya arsitektur jengki itu kemudian sebenarnyalah merupakan satu kesatuan yang utuh,
menyebar di kota-kota besar di Indonesia bahkan di untuk kepentingan pembahasan dalam tulisan ini
kota-kota kecil. Untuk kota-kota besar penyebarannya dapat dijelaskan sebagai berikut:
terkait dengan pola penyebaran arsitek Belanda dan
asistennya yang pribumi. Artinya ketika arsitek Bentuk
Belanda pulang ke negerinya, maka bangunan-
bangunan termasuk rumah gaya jengki dirancang Bentuk atau wujud atau rupa merupakan faktor
oleh para ahli bangunan yang sebelumnya pernah penting dalam dunia arsitektur, karena dengan bentuk
menjadi asisten arsitek Belanda. Mengenai munculnya itulah ciri-ciri arsitektur sebagai gaya menjadi
rumah-rumah jengki di kota-kota kecil, keahlian para nampak. Beberapa bentuk gaya rumah jengki yang
tukang bangunan mempunyai peranan yang lebih disarikan dari pendapat Totok Roesmanto, Imam
banyak, termasuk dalam menyebarkan gaya tersebut Prakoso dan Budi Sukada dapat dijelaskan sebagai
sampai ke pelosok (Kompas, 2002). berikut:

Jurusan Desain Interior, Fakultas Seni dan Desain Universitas Kristen Petra
http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=INT
82 DIMENSI INTERIOR, VOL.4, NO.2, DESEMBER 2006: 80-89

1. Dinding bagian tepi miring ke luar, membentuk ciri menonjol lainnya pada rumah gaya jengki.
bidang segi lima mirip dengan simbol TNI AU Bentuk yang tidak simetris itu terlihat pula pada
(Gambar 1 ad.2). jendela-jendelanya.
2. Bidang atap menjadi tidak bertemu dan tidak 5. Rumah gaya jengki jika dilihat dari luar terkesan
memiliki bumbungan. Bidang tegak (dinding yang miring, namun untuk interiornya masih berbentuk
disebut gewel) di antara ke dua bidang atap yang kubus. Maksudnya dinding tetap tegak dan langit-
miring, direkayasa menjadi lubang ventilasi. langitnya masih datar.
Krepyak mulai dikenal untuk alat agar udara panas
di atas langit-langit keluar (Gambar 1 ad.4). Estetika
3. Atap datar untuk teras atau beranda disangga tiang
besi berbentuk V. Beranda ini dimungkinkan Istilah estetika muncul tahun 1750 oleh filsuf
karena penggunaan sudut kemiringan atap yang yang bernama Alexander Gottlieb Baumgarten (1714
cukup tinggi, sehingga beranda menjadi unsur -1762). Estetika diambil dari bahasa Yunani kuno
yang mandiri. Beranda sebagai penanda pintu Aestheton yang artinya, kemampuan melihat lewat
masuk ke dalam bangunan yang biasa disebut penginderaan. Istilah estetika (Aesthetica) dipopuler-
dengan portico. Atap datar memberi tekanan kan oleh Immanuel Kant (17241804) (Sumardjo,
perbedaan dengan bangunan utama yang beratap 2000). Pengertian secara umum estetika adalah hal-hal
pelana. Selain itu beranda berfungsi sebagai ruang yang mempelajari tentang keindahan, baik sebagai
penerima, ruang peneduh, ruang penyejuk untuk objek yang disimak dari karya-karya seni (termasuk
interiornya arsitektur dan desain), maupun dari subjeknya, atau
4. Penggunaan rooster atau karawang sebagai lubang penciptaannya yang berkaitan dengan proses kreatif
ventilasi yang tidak sekedar untuk pergantian dan filosofinya.
udara, namun lebih dari itu sebagai media untuk Estetika dalam karya-karya arsitektur, desain dan
mengekspresikan estetika baru. Penggunaan seni bisa ditelusuri dari unsur-unsur bentuk seperti
bentuk-bentuk kusen yang tidak simetris menjadi garis, warna, tekstur, bidang, dan bisa disimak dari

Gambar 1. Sketsa Totok Roesmanto, rumah kampung (1) dan variasi rumah gaya jengki dari dinding yang berbentuk segi lima (2). Dinding
segi lima dibelah dan ditarik ke depan untuk pintu (3 dan 4). Atap tidak bertemu pada bumbungan, bidang kosong untuk penempatan krepyak
yang berfungsi untuk sirkulasi udara (4 dan 5). Bidang datar untuk beranda yang disangga pipa besi berbentuk V (6). Rumah gaya jengki
dibuat lebih atraktif (7). (Repro Suara Merdeka 25/7/2004).

Jurusan Desain Interior, Fakultas Seni dan Desain Universitas Kristen Petra
http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=INT
Widayat, Spirit Dari Rumah Gaya Jengki 83

Gambar 2. Rumah gaya jengki dengan komposisi bentuk geometris (Repro: Tabloid Rumah 20 Juli02 Agustus 2004).

prinsip-prinsip bentuk seperti repetisi, kontras, Bagaimana dengan keindahan dalam ranah
balance, unity dan lain-lain. Hal itu menurut Djelantik arsitektur? Pemikir-pemikir arsitektur juga banyak
(2004) dapat dikatagorikan sebagai Estetika Instru- melontarkan pandangan-pandangannya yang berkait-
mental, yang tidak ada sangkut pautnya dengan an dengan bentuk arsitektur. Ketika dikelompokkan
musik, tetapi mengacu pada sesuatu yang terukur. tersendiri, pandangan-pandangan itu sangat berpe-
Estetika juga terkait dengan persoalan filsafat atau ngaruh terhadap terwujudnya bentuk arsitektur dan
filsafat estetika. Model-model berpikir yang ber- melahirkan rumusan estetika tersendiri. Ada 36
hubungan dengan keindahan sudah dimulai dari pandangan yang merupakan hasil pemikiran para
zaman Plato (idea Plato, karya seni tiruan alam maya), arsitek yang bertalian erat dengan estetika arsitektur.
Aristoteles (Mimesis, seni adalah imitasi atau tiruan) Pandangan ini dikumpulkan oleh Judith Blau dalam
sampai dengan pemikiran modern Susanne Langer penelitiannya di New York seperti yang dikutip oleh
(Art is Expresive Symbolism), semuanya termasuk Tanudjaja (1992).
filsafat estetika. Artinya pandangan-pandangan yang Pandangan-pandangan dari para arsitek terkenal
dilahirkan dari pemikiran banyak tokoh itu lebih dan gaungnya sampai saat ini masih terasa
mengarah kepada filsafat seni atau rumusan estetika diantaranya adalah form follows function atau bentuk
yang bertalian dengan seni. Pemikiran itu sebenarnya mengikuti fungsi dari Louis Henry Sullivan. Adolf
bisa diadopsi untuk mengkaji hal-hal yang ber- Loos dengan pandangannya bahwa meletakkan
hubungan dengan arsitektur, desain dan seni. Seni ornamen di dalam suatu bangunan adalah tindakkan
dalam konteks ini lebih mengarah pada kegunaan. kriminal. Frank Lloyd Wright bersama Dankmar
Simak pendapat Sidharta dalam Budiarhardjo, Adler menyatakan bahwa fungsi dan bentuk adalah
Arsitektur adalah seniguna, karena dia menyelesai- satu kesatuan. Kemudian Ludwig Mies van der Rohe
kan persoalan fungsional, persoalan kemasyarakatan berpandangan bahwa kesederhanaan merupakan hal
(Budihardjo, 1991). yang lebih baik atau dikenal dengan jargon less is
Jurusan Desain Interior, Fakultas Seni dan Desain Universitas Kristen Petra
http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=INT
84 DIMENSI INTERIOR, VOL.4, NO.2, DESEMBER 2006: 80-89

more. Pandangan-pandangan di atas melahirkan dan kesederhanaan maka kita akan menghasilkan
estetika arsitektur yang berpedoman pada efisiensi dan suatu bentuk bangunan yang cantik dalam
efektivitas yang berorientasi pada pertimbangan (ketelanjangan) dan mendapatkan nilai tinggi
fungsi. tanpa hiasan.
Berdasarkan pandangan-pandangan tersebut
banyak melahirkan ragam arsitektur yang mempunyai Menyimak pendapat Sullivan tersebut, sudah
karakter berbeda-beda. Sebenarnya, bagaimana este- selayaknyalah rumah gaya jengki mendapat nilai yang
tika rumah gaya jengki ketika dilihat dari pandangan- lebih karena tanpa menggunakan hiasan seperti yang
pandangan arsitek dunia tersebut? Bisa jadi pen- dikenakan pada arsitektur kolonial Belanda. Sebuah
dekatan form follow function-nya Louis Henry bangunan yang kembali kepada kemurnian dan
Sullivan (18561924) lebih pas untuk mengeksplanasi kesederhanaan menurut Sullivan adalah bangunan
arsitektur jengki. Bila dilihat bentuknya, rumah gaya yang cantik. Intinya rumah gaya jengki tidak meng-
jengki lebih didominasi untuk kepentingan fungsi. gunakan ornamen. Bangunan tanpa ornamen adalah
Kemiringan atap yang curam memudahkan mengalir- ciri-ciri arsitektur modern. Bahkan begitu semangat-
nya air hujan ketika musim penghujan (arsitektur nya Adolf Loos ( 1870-1933), arsitek kelahiran Brno
tropis). Bentuk segi lima yang melebar ke atas Moravia sebuah kota di perbatasan antara Austria dan
membentuk sebuah dinding sebagai pelindung dari Cekoslovakia yang mengatakan ornamen adalah
sinar matahari. Beranda atau teras dibuat untuk kejahatan. Pendapat itu merupakan dukungan Loos
mengurangi panas ruangan di dalamnya (interior). terhadap arsitektur modern dan menganggap bahwa
Atap pelana yang tidak bertemu pada bumbungan ornamen merupakan naluri dasar manusia yang belum
atap, tetapi menyisakan dinding yang bisa diman- modern peradapannya. Bagi Loos, manusia modern
faatkan untuk penempatan krepyak yang berfungsi adalah manusia yang sadar akan kesezamanan baru,
untuk sirkulasi udara. Banyaknya lubang-lubang bukan orang yang selalu merindukan pengulangan
ventilasi memudahkan udara masuk ke dalam kebesaran masa lalu dengan mencintai karya-karya
ruangan. Intinya, walaupun memiliki perbedaan lama untuk ditiru dalam bangunan maupun perleng-
dengan arsitektur kolonial, namun tidak sekedar kapan kehidupan (Wiryomartono, 1993). Bertalian
mengejar bentuk yang lain (asal beda) semata, namun dengan rumah gaya jengki, semangat penciptaan
pertimbangan fungsi masih menjadi perhatian yang karya baru pada zamannya tersebut selaras dengan
sangat penting. pendapat Adolf Loos. Maksudnya arsitektur rumah
Perbedaannya dengan arsitektur kolonial cukup gaya jengki tidak sama dengan arsitektur tradisional
jelas. Arsitektur kolonial lebih banyak mengadopsi manapun, bahkan sangat bertolak belakang dengan
gaya neo-klasik, yakni gaya yang berorientasi pada arsitektur kolonial dengan berbagai variasi ornamen-
gaya arsitektur klasik Yunani dan Romawi. Ciri nya.
menonjol terletak pada bentuk dasar bangunan dengan Selain hal tersebut, rumah gaya jengki didominasi
trap-trap tangga naik (cripedoma). Kolom-kolom kombinasi bentuk-bentuk geometris seperti bidang
doric, ionic dan corinthian dengan berbagai bentuk segi lima, segi lima terbelah, dan segi empat. Segi
ornamen pada kapitalnya. Bentuk pedimen, yakni lima dan segi lima terbelah terdapat pada dinding-
bentuk segi tiga berisi relife mitos Yunani atau dindingnya, segi empat terdapat pada atap bangunan
Romawi di atas deretan kolom. Bentuk-bentuk dan atap beranda. Kombinasi pelapisan meliputi
tympanum (konstruksi dinding berbentuk segi tiga bahan lempengan batu belah, pasangan batu serit,
atau setengah lingkaran) diletakkan di atas pintu dan kubistis batu paras dan susunan batu telor. Ciri yang
jendela berfungsi sebagai hiasan. Intinya arsitektur lain adalah penyelesaian dinding yang dibuat kasar.
kolonial banyak menggunakan ornamen, sedangkan Dinding yang kasar dibuat tidak menggunakan kerikil
arsitektur jengki atau rumah gaya jengki tidak seperti layaknya yang digunakan oleh orang Belanda,
menggunakan ornamen. namun dicapai dengan semen yang dilempar-
Karakter rumah gaya jengki yang tanpa ornamen lemparkan ke dinding tanpa finishing lagi.
itu sesuai dengan pendapat Sullivan yang dikutip Kombinasi berbagai bentuk dan bahan tersebut
Sumalyo (1997), sebagai berikut: dapat dilihat dari konsep eklektik. Eklektik berasal
Hiasan atau ornamen dapat meningkatkan dari bahasa Yunani eklektikos yang secara harfiah
martabat bangunan dalam proporsinya dan bahwa memilih, menseleksi, dari eklegein untuk me-
ornamen dapat mempertinggi kualitas bangunan, milih, dari legein untuk memilih. Eklektik dalam
itu bagi saya adalah hal yang tidak jelas. Lalu kamus mengandung pengertian pertama, memilih
mengapa kita memerlukan ornamen?... bila kita dari bermacam-macam sumber, yakni memilih apa
berkonsentrasi dan kembali kepada kemurnian yang terbaik atau istimewa dari bermacam-macam

Jurusan Desain Interior, Fakultas Seni dan Desain Universitas Kristen Petra
http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=INT
Widayat, Spirit Dari Rumah Gaya Jengki 85

sumber atau gaya. Kedua, variasi, yakni menyusun keinginan mencari perbedaan dengan arsitektur yang
elemen dari berbagai macam sumber (Encarta sudah ada (gaya kolonial). Kemudian adanya se-
Dictionary, 2003) mangat nasionalisme dari para ahli bangunan Indo-
Kaitannya dengan desain yang berkembang di nesia, dan ingin menunjukan bahwa para ahli
Amerika adalah digunakan untuk menamai bangunan- bangunan bangsa Indonesia mampu dan tidak kalah
bangunan yang didesain sebelum Perang Dunia II dengan arsitek Belanda. Penulis menduga bahwa
yang dipengaruhi oleh cara kerja Beaux-Art, yaitu semangat nasionalisme tidak terlepas dari kondisi
sebuah gaya yang didapatkan para arsitek Amerika bangsa Indonesia yang baru saja lepas dari penjajahan.
selama sekolah pada `Ecole des Beaux-Art di Bangsa Indonesia bangga mempunyai dasar negara
Perancis. Istilah yang dipakai adalah borrowing from Pancasila yang terdiri dari lima sila. Konsep lima sila
many sources. Bertalian dengan hal itu yang itu dalam beberapa hal banyak mempengaruhi wujud
dimaksud dengan eklektisme adalah teori yang visual. Contohnya lambang-lambang lembaga tertentu
digunakan untuk pendekatan secara eklektik. Proses (TNI AU dibingkai bentuk segi lima) yang menun-
hadirnya rumah gaya jengki yang didorong semangat jukan bahwa dasar lembaga tersebut berhubungan
membuat perbedaan dengan arsitektur kolonial dengan lima sila dari Pancasila.
Belanda bisa dicapai dengan spirit proses eklektik, Berdasarkan hal tersebut kemungkinan besar
yakni penyusunan bentuk-bentuk geometris, peng- estetika arsitektur jengki dipengaruhi oleh konsep
gunaan bahan yang bervariasi. Berdasarkan pende- yang lima itu untuk diwujudkan dalam bentuk segi
katan eklektik itulah bisa melahirkan gaya arsitektur lima. Kemudian dikembangkan dengan berbagai
modern yang khas. variasi bentuknya menjadi rumah gaya jengki.
Pendapat yang agak berbeda dari pandangan Dugaan ini tentu masih sangat terbuka untuk diper-
sebelumnya, terkait dengan rumusan estetika rumah debatkan, mengingat belum ada yang mengkaji secara
gaya jengki dikemukanan oleh Agus Sachari dan Yan khusus mengenai hal tersebut. Itulah pentingnya
Yan Sunarya. Gaya jengki dianggap memiliki kesa- rumah gaya jengki dikaji lebih dalam lagi. Sekali lagi,
maan dengan gaya streamlining (2002). Menurut John pertautan segi lima pada rumah gaya jengki dengan
Heskett gaya streamlining dilatarbelakangi oleh lima sila dari Pancasila yang dikemukakan penulis
semangat kompetisi yang timbul di Amerika Serikat baru dugaan karena adanya kesamaan pengungkapan
tidak hanya melahirkan pendekatan profesional secara visual dan situasi yang mendukung saat itu,
terhadap perancangan produk-produk, melainkan juga yakni gandrung akan nasionalisme.
melahirkan gaya (style), yaitu yang disebut stream- Kembali kepembahasan konsep fungsi dan
lining (pelancipan) yang timbul secara unik dalam eklektik. Ketika arsitektur jengki dibaca melalui
dinamika modernisasi. Streamlining diperkenalkan pendekatan form follows function dan konsep eklektik,
berdasarkan daya khayal Geddes (1986) dan dianggap ternyata secara estetika mempunyai pedoman tersen-
serasi dengan desain industri di Amerika sekitar tahun diri, yakni mempertimbangkan faktor fungsi dan
19301940-an. Meskipun sebagian para desainer komposisi dari berbagai bidang yang dianggap bagus.
merasa jengkel atas kecenderungan ungkapan gaya Dengan demikian tidak mengherankan ketika muncul
yang dicari-cari ini (stylistictag), nyatanya gaya langsung mendapat sambutan yang baik di kalangan
streamlining dipakai secara luas pada produk-produk masyarakat Indonesia untuk membuat rumahnya
industri, adakalanya dilandasi perhitungan ilmiah, bergaya jengki. Sesungguhnya rumusan-rumusan
namun karena yang sering digunakan adalah khasiat estetika rumah gaya jengki itu dapat digunakan
simbolisnya, sehingga kurang mempertimbangan segi kembali untuk menciptakan bentuk-bentuk baru
fungsionalnya. arsitektur modern khas Indonesia. Seperti yang
Terkait dengan persoalan estetika, Sachari (2002) diungkapkan oleh Roesmanto (2004) bahwa rumah
menganggap streamlining (pelancipan) sama dengan jengki merupakan arsitektur modern khas Indonesia
sudut-sudut bidang segi lima yang bentuknya lancip (lihat halaman 2). Ketika tahun 60-an, dengan tenaga
bisa jadi benar. Namun apakah bentuk itu terinspirasi ahli bangunan yang terbatas saja bisa menciptakan
dari semangat streamlining yang notabene lebih karya arsitektur yang tidak ada duanya di dunia
menunjukan pada konsep gerak, kecepatan dan (Rumah, 20/7/2004). Sekarang dengan tingkat ke-
kemajuan teknologi yang dipengaruhi oleh konsep majuan relatif tinggi, tenaga ahli bertebaran di mana-
pesawat terbang? Belum bisa dipastikan, mengingat mana, belum bisa melahirkan arsitektur khas Indo-
belum ada penelitian mengenai hal itu. nesia yang dampaknya seperti rumah gaya jengki.
Penulis agak condong dengan beberapa pendapat Untuk hal itu ada baiknya kita belajar dari spirit rumah
sebelumnya, bahwa estetika rumah gaya jengki gaya jengki.
sebagai karya arsitektur dilatarbelakangi oleh adanya

Jurusan Desain Interior, Fakultas Seni dan Desain Universitas Kristen Petra
http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=INT
86 DIMENSI INTERIOR, VOL.4, NO.2, DESEMBER 2006: 80-89

hermeneutikos, yang berarti to clarify, menerangkan.


Lebih lanjut dijelaskan oleh Ahimsa, bahwa mene-
rangkan dalam kajian teks berarti mengungkapkan
makna dari sebuah teks, yang diuraikan adalah
pengertian-pengertian yang ada dibalik apa yang
tersurat, pengertian dibalik teks. Oleh karena itu,
langkah penting dalam hermeneutik tidak lain adalah
interpretasi atau tafsir. Menafsir berarti mengung-
kapkan apa yang dianggap sebagai hal-hal yang diacu
oleh sebuah teks. Hal-hal yang diacu inilah yang
dipandang sebagai makna teks yang dianalisis.
Menurut Smith (1976) seperti yang dikutip oleh
HB. Sutopo (2002: 26), hermeneutik mengarah pada
penafsiran ekspresi yang penuh makna dan dilakukan
dengan sengaja oleh manusia. Artinya kita melakukan
interpretasi atas interpretasi yang telah dilakukan oleh
pribadi atau kelompok manusia terhadap situasi
mereka sendiri. Bertalian dengan pendapat Gadamer
(1976) mengenai karya seni (dalam hal ini arsitektur
atau rumah gaya jengki), dijelaskan lebih lanjut bahwa
setiap karya akan selalu diciptakan kembali oleh
pengamatnya, atau dengan kata lain, mendapatkan
makna baru yang diciptakan oleh pengamatnya
Gambar 3. Rumah Jengki di Punggawan Surakarta. (Foto : Andi (penafsir). Tak ada tafsir tunggal yang dapat menyata-
Setiawan. 2007) kan pandangan keseluruhan, maka sejauh yang dapat
didukung oleh fenomenanya, adalah mungkin kera-
Makna gaman tafsir yang terjadi dapat digabungkan ke dalam
penafsiran makna yang lebih kaya (Sutopo, 2002).
Istilah makna (referensi) menurut Keraf (2004)
Berdasarkan kajian literatur yang penulis kumpul-
adalah hubungan antara bentuk (ekspresi) dengan hal
kan persoalan pemaknaan secara kontekstual rumah
atau barang yang diwakilinya (referen-nya). Makna
gaya jengki dapat diinterpretasi berdasarkan konteks
terkait dengan persoalan bahasa itu mengandung dua
zaman dahulu, konteks nasionalisme, dan konteks
aspek, yaitu aspek bentuk atau ekspresi dan aspek isi
kepentingan masa kini. Pembahasan mengenai hal itu
atau makna. Bentuk atau isi dapat dicerap dengan
dapat dijelaskan sebagai berikut:
pancaindria, yaitu dengan mendengar atau dengan
Rumah gaya jengki dalam konteks zaman dapat
melihat. Mengenai isi atau makna adalah segi yang
ditafsirkan mencerminkan gaya hidup pada masanya.
bisa menimbulkan reaksi bagi pendengar, pembaca,
Seperti yang diungkapkan oleh Sukada (2004), saat
(terkait dengan objek visual adalah yang melihat)
mulai berkembangnya banyak orang menginginkan
terhadap bentuk.
rumahnya bergaya jengki. Terutama orang-orang dari
Berhubungan dengan persoalan makna, rumah
kalangan yang mampu atau berada, mengubah
gaya jengki sebagai objek material (dalam hal ini bisa
penampilan rumahnya dengan gaya arsitektur jengki.
dianggap sebagai teks) dapat dibaca secara kon-
Hal ini dikarenakan dengan penampilan tersebut dapat
tekstual atau diiterpretasi maknanya. Proses pemak-
mencerminkan status sosial atau identik dengan orang
naan melalui interpretasi dengan konteksnya tersebut
kaya dan terpandang. Menurut Koentjaraninrat seperti
sejalan dengan pendapat Sudjiman dan van Zoest
yang dikutip oleh Sachari dan Sunarya (2001), ada
(1992), yakni seseorang sama sekali tidak dapat
tiga pola gaya hidup bagi masyarakat Indonesia, yakni
melakukan interpretasi bila tidak diketahui konteks
(1) program modernisasi; (2) kebudayaan adaptif; dan
yang dibutuhkan.
(3) westernisasi. Melihat model pembagian tersebut
Interpretasi yang terkait dengan kajian teks,
masyarakat pemilik rumah gaya jengki lebih
artinya fenomena yang dikaji dianggap sebagai teks
mengarah pada pola gaya hidup kebudayaan adaptif,
untuk dibaca kemudian ditafsirkan maknanya. Hal itu
yakni menyesuaikan diri dengan perkembangan
sesuai dengan pendapat Bauman yang dikutip oleh
zaman. Artinya mengikuti tren yang berkembang saat
Ahimsa (2000) bahwa hermemeneutik merupakan
itu.
teori tafsir, sebuah kata yang berasal dari kata Yunani

Jurusan Desain Interior, Fakultas Seni dan Desain Universitas Kristen Petra
http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=INT
Widayat, Spirit Dari Rumah Gaya Jengki 87

Gambar 4. Arsitektur Jengki bermetamorfosis menyesuaikan perkembangan zaman dengan penambahan tangga di sisi rumah (Repro:
Majalah Laras, Februari 1997)

Terkait dengan konteks nasionalisme dapat kati). Lebih dari itu rumah gaya jengki dapat
dijelaskan sebagai berikut: Semangat untuk menun- menambah deretan karya-karya yang dapat menguat-
jukkan pada dunia bahwa bangsa Indonesia juga kan idetintas bangsa Indonesia.
mampu, maka para tenaga ahli bangunan (termasuk Interpretasi terkait dengan konteks zaman
lulusan STM Bangunan) berusaha sekuat tenaga sekarang, menunjukan bahwa rumah gaya jengki
untuk membuat gaya yang khas Indonesia, walaupun dalam kondisi memprihatinkan. Ini ditandai dengan
kemampuannya tidak setara dengan tenaga ahli makin sedikit jumlahnya dan sangat terancam berubah
Belanda. Untuk itu diciptakan bangunan yang berbeda bentuk untuk mengikuti mode yang berkembang saat
dengan bangunan yang dibuat oleh Belanda ini. Hal ini bisa disebabkan pola pikir pemilik rumah
sebelumnya, yang dikenal dengan sebutan arsitektur yang menganggap bangunan bergaya jengki miliknya
atau rumah gaya jengki. Semangat para ahli bangunan sudah kuno alias ketinggalan zaman. Untuk itulah
Indonesia saat itu dalam konteks pemaknaan perlu adanya kesadaran pemilik, bahwa rumah gaya
mempunyai makna nasionalisme. Artinya rumah gaya jengki pada zamannya menjadi tren yang dinginkan
jengki yang lahir saat itu tidak hanya mencerminkan oleh banyak orang. Selain itu mencerminkan status
nilai fungsi dan gaya hidup semata, namun lebih dari sosial sebagai orang yang berada, dan sebagai simbol
itu menunjukkan semangat sebagai bangsa Indonesia nasionalisme dalam ranah arsitektur. Kesadaran
yang punya harga diri yang diekspresikan melalui semacam itu mendorong kita berupaya agar rumah
arsitektur. Karya arsitektur akhirnya menjadi seni gaya jengki jika mungkin dilestarikan sebagai
guna yang sarat simbol (ekspresi nasionalisme) seperti penanda zaman. Atau paling tidak dapat dimaknai
simbolnya Charles Sanders Pierce yang didasarkan sebagai sumber ide untuk menciptakan arsitektur yang
pada konvensi (Berger, 2005). Artinya rumah gaya baru sesuai kepentingan masa kini. Atau diambil
jengki bisa kita tingkatkan pemaknaannya mewakili spiritnya saja (terkait dengan proses penciptaan untuk
simbol perjuangan bangsa Indonesia melawan melahirkan sesuatu yang berbeda) seperti yang
kolonialisme melalui media arsitektur (jika disepa- diungkapkan oleh Silaban:
Jurusan Desain Interior, Fakultas Seni dan Desain Universitas Kristen Petra
http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=INT
88 DIMENSI INTERIOR, VOL.4, NO.2, DESEMBER 2006: 80-89

Gambar 5. Rumah jengki di Grogolan, Surakarta (Foto: Andi Setiawan 2007)

Tidak perlu meniru-niru bentuk khas Toraja, Rumah gaya jengki mempunyai variasi bentuk
Minangkabau, Bali, Batak dan sebagainya untuk dengan penggabungan secara eklektik bidang segi
mengusahakan terciptanya arsitektur Indonesia. lima dan segi empat. Mempunyai nilai keindahan atau
Kita jangan ambil bentuknya, tetapi jiwanya estetika dilihat dari komposisi bidang yang tidak
yang banyak menunjukkan ciri-ciri ketropisan. simetris dan penggunaan bahan yang bervariasi.
Hal-hal yang memperhitungkan lebatnya hujan Mempunyai makna untuk mengekspresikan gaya
tropis, panasnya matahari dan tentunya memper- hidup pola kebudayaan adaptif pada zamannya.
hitungkan adat-istiadat yang pada hakekatnya Mencerminkan semangat nasionalisme atau dapat
tidaklah berupa sesuatu yang statis, melainkan dimaknai sebagai simbol perjuangan menentang
berkembang dari periode ke periode (Budi- kolonialisme lewat media arsitektur, memperkaya
hardjo, 1991). identitas bangsa dan dapat dijadikan sumber ide, atau
paling penting adalah diambil spiritnya (semangat
Semangat penciptaan arsitektur baru (gaya baru) penciptaan bentuk baru) untuk kepentingan perkem-
dari para penggagas rumah gaya jengki itulah yang bangan arsitektur masa kini.
seharusnya diwariskan secara turun temurun sebagai Untuk itu penulis menyarankan perlu adanya
harta yang sangat berharga bagi arsitek dan desainer pendokumentasikan rumah gaya jengki di Indonesia
generasi zaman sekarang. atau di daerah-daerah yang masih ada peninggalan
arsitektur jengkinya. Pendokumentasian ini dapat
SIMPULAN dilakukan lewat penelitian agar warisan arsitek
Indonesia di awal-awal berdirinya Republik Indonesia
Rumah gaya jengki terancam punah, karena dengan semangat heroismenya melahirkan arsitektur
pemilik menganggapnya sudah kuno dan ketinggalan khas Indonesia itu dapat diselamatkan. Pendoku-
zaman serta berusaha merubah bentuknya menjadi mentasian tidak hanya terbatas dari kalangan
bentuk lain agar sesuai dengan zaman sekarang. arsitektur melainkan juga dari desain interior. Desain

Jurusan Desain Interior, Fakultas Seni dan Desain Universitas Kristen Petra
http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=INT
Widayat, Spirit Dari Rumah Gaya Jengki 89

interior walaupun masuk dalam lingkup seni rupa, Keraf, Gorys. 2004. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta:
namun secara keilmuan sebenarnya lebih dekat Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta.
dengan arsitektur. Untuk itu perlu pendokumentasian Prakoso, Imam. 2002. Arsitektur Jengki, Perkem-
rumah gaya jengki dari sisi arsitektur dan desain bangan Sejarah yang Terlupakan. Harian
interiornya. Kompas, 17 Februari 2002.
Saran-saran lain adalah agar rumah gaya jengki
secara bentuk dapat dijadikan sebagai sumber ide Putra, Heddy Shri Ahimsa. 2000. Ketika Orang Jawa
dengan cara diinterpretasi sesuai dengan konteks masa Nyeni. Yogyakarta: Galang Press.
kini untuk melahirkan karya-karya yang baru. Agar
karya baru tersebut dapat bersanding dengan karya- Roesmanto, Totok. 2004. Menjengki Diri. Harian
karya arsitektur yang bermunculan saat ini. Suara Merdeka, 25 Juli 2004.
Sebagai karya yang mempunyai kekhasan, rumah Sachari, Agus dan Sunarya, Yan Yan. 2002. Sejarah
gaya jengki sebenarnya mempunyai potensi untuk dan Perkembangan Desain dan Dunia Kese-
ditingkatkan fungsinya sebagai objek wisata arsitektur nirupaan di Indonesia. Bandung: Penerbit ITB.
dan interior. Untuk yang ini perlu kajian yang lebih
jauh terkait dengan kepentingan dunia pariwisata. __________ 2001. Desain dan Dunia Kesenirupaan
Perlu perhatian dari berbagai pihak, seperti dunia Indonesia dalam Wacana Transformasi
akademis, pemerintah dalam hal ini dinas tata kota, Budaya. Bandung: Penerbit ITB.
lembaga-lembaga yang mempunyai perhatian ter- Silas, Johan. 2003. Pembongkaran Stasiun Semut,
hadap warisan budaya, pemerhati arsitektur dan Mengapa Pemusnahan Pasar Wonokromo
interior, untuk bersama-sama melestarikannya dan Dibiarkan?. Kompas Jawa Timur, 13 Juni
mencegah dari kepunahan. 2003.
Terakhir bagi generasi yang selalu mendambakan
kebaruan dan tidak sekedar membebek masa lalu, Sujiman, Panuti dan Zoest, Aart Van. 1992. Serba-
semangat para pencetus rumah gaya jengki itu layak serbi Semiotika. Jakarta: Penerbit PT Gramedia
diteladani untuk melahirkan sesuatu yang baru. Pustaka Utama.
Sukada, Budi. 2004. Langgam Jengki Langgam
REFERENSI Khas Indonesia. Disarikan dari Bahan Kuliah
Ir. Budi Sukada Jurusan Arsitektur UI. Tabloid
Berger, Arhur Asa. 2005. Tanda-Tanda Dalam Rumah, 20 Juli 02 Agustus 2004.
Kebudayaan Kontemporer Suatu Pengantar
semiotika. Yogyakarta : Tiara wacana. Sumalyo, Yulianto. 1997. Arsitektur Modern Abad
XIX dan Abad XX. Yogyakarta: Gadjah Mada
Budihardjo, Eko. 1991. Jati Diri Arsitektur Indonesia.
University Press.
Bandung: Penerbit Alumni.
Christian, F. , Sinar Tanudjaja, J. 1992. Wujud Sumardjo, Jakob. 2000. Filsafat Seni. Bandung:
Arsitektur Sebagai Ungkapan Makna Sosial Penerbit Institut Teknologi Bandung.
Budaya Manusia. Yogyakarta: Penerbit Uni- Sutopo, H.B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif
versitas Atma Jaya Yogyakarta Dasar Teori dan Terapannya dalam Penelitian.
Djelantik, A.A.M. 2000. Estetika Sebuah Pengantar. Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indo-
nesia. Wiryomartono, Bagoes Poerwono. 1993. Perkem-
bangan Gerakan arsitektur Modern di Jerman
Heskett, John. 1986. Desain Industri. Terj. Chandra dan Postmodernism. Yogyakarta: Penerbitan
Johan disunting oleh Agus Sachari. (Jakarta: Universitas Atma Jaya.
Penerbit CV. Rajawali)

Jurusan Desain Interior, Fakultas Seni dan Desain Universitas Kristen Petra
http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=INT

Anda mungkin juga menyukai