Soekarno
skematik Kota Palangkaraya 1957. Kedudukan tiang pancang tersebut memakai konsep
trivium (jejang yang lebih rendah dari tujuh seni Liberal dan terdiri dari tata bahasa,
dial, etika, dan retorika). rancangan Palangkaraya ini ditemukan superimpose
(pekerjaan untuk pengecekan gambar antara gambar Arsitektur, Struktur, dan MEP)
yang diawali dengan tiang pancang.
Sehingga berada di tengah-tengah wilayah R.I., lalu terbentuk konsep imajiner ke arah
Barat Daya, bila diteruskan sumbu tersebut akan melintasi Jakarta, dengan itu adanya
koneksi imajiner antara Palangkaraya dan Jakarta. Pada sumbuini Soekarno meletakan
kantor berciri Art Deco menghadap tiang pancang dan sungai kahayan. Konsep trivium
pun dikembangkan menjadi konsep polivium (bundaran silang banyak) yang secara
ideal dikelilingi oleh bangunan.
- Monumen Tugu
Tugu memiliki arti bangunan yang dibuat dalam rangka memperingati maupun
menghormati suatu orang atau kelompok yang berjasa. Desain tugu memiliki ciri khas
bentuk yang menyerupai bentuk phallus (simbol maskulin) dan obelisk (tiang segiempat
meruncing ke ujung dan bermahkotakan piramida), ada yang seperti lilin, dan juga obor.
B. Teras Raksasa
Teras raksasa terbuka seluas 29.800 m² terletak di sebelah kiri belakang
gedung induk. Teras ini dibuat untuk menampung jamaah pada saat shalat Idul Fitri
dan Idul Adha.
Arsitektur Timur-Tengah
Hotel-hotel ini berusaha menghadirkan citra Indonesia modern.Ir. Soekarno berkomentar bahwa
seni bangunan sebagai media ekspresif bagi Indonesia untuk mengisi sektor akomodasi tamu dari luar
negeri. Dana yang digunakan dalam pembangunan tersebut berasal dari hasil pampasan perang jepang
dan seluruh bahan bangunan berasal dari hasil produksi terbaik di Indonesia. Bali Beach hotel
mengalami kebakaran dan mengakibatkan kerusakan-kerusakan total pada 20 Januari 1993. Sejak tahun
1970 banyak usaha yang dilakukan untuk memperbaharui sistem-sistem pada gedung tua itu agar tidak
terjadi hal yang diinginkan seperti kebakaran.
Kemudian Bung Karno memberi usul untuk mendirikan kantor untuk membantu Jakarta sebagai
Kota Metropolitan, tentunya masih dengan dana pampasan perang Jepang. Bangunan itu diberi nama
Wisma Nusantara. Wisma Nusantara ini memiliki 29 lantai dan terbuat dari struktur baja. Lokasi
Wisma Nusantara berada di bunderan Hotel Indonesia. Perusahaan kontraktor yang berperan dalam
pembangunan itu berasal dari Jepang yaitu Perusahaan Kinoshita.
Rancangan Pembangunan
Personal dengan masalah waktu ini dipecahkan Soejoedi dengan saran Sutami dengan
memecah kompleks bangunan menjadi empat unit. Terdiri dari ruang sidang utama, gedung sekretaris,
auditorium, dan gedung resepsi. Saat tahap skhir penyelesaian, kempat unit tersebut akan menjadi satu
kesatuan utuh. Tetapi selama proses pembangunan setiap unit bisa dikerjakan secara bersama oleh
kontraktor yang berbeda tanpa saling bergantung pada penyelesaian unit lainnya.
Penggembangan SDM Teknik Bangunan
Sejak awal Soejoedi merancang pembangunan Political Venues secarah terpisah dengan
mengacu pada rencana dan melaksanakan pembangunan dengan menggangkat enam kontraktor.
Pelaksanaan pembangunan Proyek Conefo menggunakan sistem fast track yang saat itu merupakan
metode baru di Indonesia. Dengan sistem ini proses perkerjaan berjalan dengan lebih cepat.
MONUMEN NASIONAL
SEJARAH
didirikan pada 1959, dibangun mulai Agustus tahun itu dan diresmikan pada 17 Agustus 1961 oleh
Soekarno, saat perayaan 16 tahun kemerdekaan Republik Indonesia. Monumen ini dibuka secara resmi
pada 12 Juli 1975. Didesain oleh arsitek Indonesia, Soedarsono dengan konsultan konstruksi Ir.
Roosseno. Monumen Nasional (Monas) tegak berdiri di area seluas 80 hektar. Setinggi 132 meter,
berbentuk Lingga Yoni dan seluruh bangunannya dilapisi marmer.
GAGASAN PEMBANGUNAN
Dengan sayembara, diharapkan bentuk tugu yang dibangun benar-benar bisa menunjukan
kepribadian bangsa Indonesia bertiga dimensi, tidak rata, tugu yang menjulang tinggi ke langit, dibuat
dari beton dan besi serta batu pualam yang tahan gempa, tahan kritikan jaman sedikitnya seribu tahun
serta dapat menghasilkan karya budaya yang menimbulkan semangat kepahlawanan. , menggambarkan
dinamika dan berisi kepribadian Indonesia serta mencerminkan cita-cita bangsa, melambangkan dan
menggambarkan “api yang berkobar”
Sementara bentuk seluruh garis-garis arsitektur tugu ini mewujudkan garis-garis yang bergerak
tidak monoton merata, naik melengkung, melompat, merata lagi, dan naik menjulang tinggi, akhirnya
menggelombang di atas bentuk lidah api yang menyala. Badan tugu menjulang tinggi dengan lidah api
di puncaknya melambangkan dan menggambarkan semangat yang berkobar dan tak kunjung padam di
dalam dada bangsa Indonesia