Anda di halaman 1dari 6

Latar Belakang Ir.

Soekarno

 Anak ke 2 dari raden soekemi dan ida ayu nyoman rai.


 Masa kecil tinggak dengan kakek, raden hardjokromo, tulungagung, jawa timur.
 Pernah sekolah di Eerste Inlandse School.
 1911, pindah ke Europeesche Lagere School (ELS) agar lebih mudah diterima di Hogere
Burger School (HBS)
 1915, lulus di ELS dan berhasil melanjutkan study di HBS, Surabaya, Jawa Timur.
 Tamat HBS Surabaya Juli 1921, bersama Djoko Asmo selaku rekan seangkatannya di HBS,
Soekarno melanjutkan studi ke Technische Hoogeschool te Bandoeng (sekarang ITB) dengan
mengambil jurusan teknik sipil 1921.
 2 bulan setelanya beliau resign. 1922 Beliau kembali ke bangku perkuliahan, dan lulus tahun
1926.

1. Mentalite Artistik Ir. Soekarno

 Mentalite pemahaman seseorang terhadap prbadi dan lingkungannya yang


diekspresikan dalam bentuk agama, ritus, musik, busana, dan lain-lainnya.
 mentalite Ir. Soekarno ialah kesengajaan/intentionality Soekarno dalam berbagai
aspek di kehidupannya sebagai bentuk ekspresi diri.
 Faktor mentalite latar belakang keluarga, latar belakang pendidikan, dan
pengalaman sosial seseorang.
a. Gaya-gaya Arsitektural yang dialami Ir. Soekarno Semasa Hidupnya
- The Empire Style dan Nieve Kuntst/Art Nouveau khas Belanda: Populer di kota
Surabaya pada awal abad ke-20
- Art Deco: Gaya art deco populer di kota Bandung, kota yang membuat Soekarno jatuh
cinta ketika ia menghabiskan waktunya di sana di Technische Hoogeschool te Bandoeng.
- Gaya campuran: Populer di Jakarta, kota perjuangan Soekarno dari tahun 1926-1945.
Gaya campuran yaitu gaya empire style.
- Arsitektur tradisional dan arsitektur heritage Nusantara: terinspirasi oleh bentuk-
bentuk padma, lingga-yoni dan eksplorasi bentuk-bentuk atap gaya limasan 1945-1959.
b. Lima Kelompok Pembagian Khasanah Mentalite Artistik Soekarno
1. Pengalaman dan kebiasaan di masa muda
2. Pengaruh budaya Jawa
3. Budaya multikultur
4. Jiwa artis dan perasaan
5. Bakat dan ketajaman visual yang dimilikinya
2. Periodisasi Karya Arsitektural Ir. Soekarno

a. Periode 1926-1945: Periode Murid Sang Profesor


Ir. Soekarno pada tahun 1926 mendirikan biro insinyur bersama Ir. Anwari, banyak
mengerjakan rancang bangun bangunan. Selanjutnya bersama Ir. Rooseno juga merancang dan
membangun rumah-rumah dan jenis bangunan lainnya.

b. Periode 1945-1959, Periode Sang Padma, Sang Arsitektur


 mengubah konsep Inka-Maya menjadi konsep padma.
 Konsep padma ini diterapkan pada atas pilar, kolam teratai, ornamen tiang bendera,
aksen furniture.
 material asli Indonesia seperti rotan, kayu jati, pualam. Artefak padma dominan
pada periode ini.
- Ornamen Organik Padma pada Rancangan Interior Furnitur
1950 soekarno merenovasi istana merdeka, bunga padma dengan contoh meja, aksen
dibagian strategis kursi dan meja, motif ornamen kayu atau batu, dan bentuk inlay, dibantu
Chris Broekhuyzen seorang kriawan aliran Art Deco dari Bandung.
- Arsitektur “Padu-Padan” Atap Limasan dan Ornamen Padma
Dalam Arsitektur tradisional Jawa dan Bali dipercaya menjadi manifestasi ruang
makrokosmos (tingkat semesta) dan mempresentasikannya dalam bentuk tubuh manusia dalam
wujud bangunan. Konsep ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu kepala sebagai atap, badan
sebagai badan bangunan, dan kaki sebagai lantai dan pondasi.

- Tata Ruang Kota

skematik Kota Palangkaraya 1957. Kedudukan tiang pancang tersebut memakai konsep
trivium (jejang yang lebih rendah dari tujuh seni Liberal dan terdiri dari tata bahasa,
dial, etika, dan retorika). rancangan Palangkaraya ini ditemukan superimpose
(pekerjaan untuk pengecekan gambar antara gambar Arsitektur, Struktur, dan MEP)
yang diawali dengan tiang pancang.

Sehingga berada di tengah-tengah wilayah R.I., lalu terbentuk konsep imajiner ke arah
Barat Daya, bila diteruskan sumbu tersebut akan melintasi Jakarta, dengan itu adanya
koneksi imajiner antara Palangkaraya dan Jakarta. Pada sumbuini Soekarno meletakan
kantor berciri Art Deco menghadap tiang pancang dan sungai kahayan. Konsep trivium
pun dikembangkan menjadi konsep polivium (bundaran silang banyak) yang secara
ideal dikelilingi oleh bangunan.

- Monumen Tugu

Tugu memiliki arti bangunan yang dibuat dalam rangka memperingati maupun
menghormati suatu orang atau kelompok yang berjasa. Desain tugu memiliki ciri khas
bentuk yang menyerupai bentuk phallus (simbol maskulin) dan obelisk (tiang segiempat
meruncing ke ujung dan bermahkotakan piramida), ada yang seperti lilin, dan juga obor.

c. Periode 1959-1964: Periode Arsitek Maestro (Proyek Politik Soekarno: Nation


Building)
Proyek mercusuar pun menjadi contoh dan dikritik orde lama karena pemborosan biaya
negara demi representasi politik dalam seni bangunan dan struktur fisik kota menjadi contoh
juga untuk menunjukan kemegahan semu Indonesia yang saat itu baru merdeka.
Statistika angka pertumbuhan ekonomi dalam periode antara tahun 1957-1967 tercatat
kurang dari 2%. Ekonomi Indonesia dalam keadaan lemah ini bangunan. Pembangunan
Sirkulasi Jalan Utama di Ibukota
GEDUNG-GEDUNG PROYEK POLITIK SOEKARNO: Nation Building
Pada periode Maestro ini Soekarno menggalakan karya arsitektur, monumen, dan patung-patung.
Karya arsitektur, perencanaan kota, monumen serta patung kota pada periode Maestro
di antaranya:
1. Gedung Gelora Bung Karno, Jakarta
2. Hotel Indonesia Group
1) Hotel Indonesia, Jakarta
2) Hotel Samudra Beach
3) Hotel Ambarukmo, Yogyakarta
4) Hotel Bali Beach, Denpasar
3. Wisma Nusantara, Jakarta
4. Gedung Toserba Sarina, Jakarta
5. Gedung Conefo, Jakarta
6. Masjid Istiqlal
7. Gedung Graha Purna Yudha
8. Rumah Sakit di Rawamangun, Jakarta
9. Gedung PMI, Jakarta
10. Gedung Planetarium
11. Gedung Herbarium, Bogor
Pada periode ini pula, banyak dilakukna pembangunan Patung Skala Kota yang
memperindah kota dan sebagai ekpresi peringatan pahlawan Indonesia. Diantaranya:
1. Patung Selamat Datang
2. Patung Pahlawan Diponegoro
3. Patung Tanni
4. Patung Pembebasan Irian Barat
5. Patung Dirgantara
Bila diperhatikan patung pada periode 1959-1965 dapat dikatakan rancangan patung
aliran ‘realis’, sebagai sosok tiga dimensi yang berkarakter sesuai dengan misi tertentu.
 MASJID ISTIQLAL
Sejarah
terciptanya gagasan ini dilatar belakangi oleh tradisi bangsa Indonesia yang pernah
membangun monumental keagamaan yang melambangkan kejayaan negara.
Deskripsi Masjid Istiqlal
Masjid Istiqlal terletak di Jakarta, Indonesia merupakan masjid terbesar di Asia Tenggara.
Pembangunan Masjid Istiqlal diprakarsai oleh Ir. Soekarno pada tanggal 24 Agustus 1951. Arsitek
Masjid Istiqlal ini adalah Frederich Silaban.
Adapun bagian-bagian dari Masjid Istiqlal meliputi :
A. Gedung Induk
a. Tinggi : 60 meter, 5 tingkat sebagai simbol dari shalat 5 waktu
b. Panjang : 100 meter
c. Lebar : 100 meter
d. Tiang pancang : 2.361 buah

B. Teras Raksasa
Teras raksasa terbuka seluas 29.800 m² terletak di sebelah kiri belakang
gedung induk. Teras ini dibuat untuk menampung jamaah pada saat shalat Idul Fitri
dan Idul Adha.

Arsitektur Timur-Tengah

 Kompleks Gelora Senayan


Kompleks Gelora Senayan dibangun 1960 dengan bantuan dari Uni soviet berupa dana dan jasa
teknis. Di tahun 1962, gelanggang ini digunakan pertama kali untuk Asian Games. Dan pada saat itu,
soekarno mulai mengoperasikan Jembatan Semanggi rancangan dari Ir. Sutami dan kawan-kawannya.

 Hotel-Hotel Di Jakarta, Pelabuhan Ratu, Yogyakarta, dan Sanur

Hotel-hotel ini berusaha menghadirkan citra Indonesia modern.Ir. Soekarno berkomentar bahwa
seni bangunan sebagai media ekspresif bagi Indonesia untuk mengisi sektor akomodasi tamu dari luar
negeri. Dana yang digunakan dalam pembangunan tersebut berasal dari hasil pampasan perang jepang
dan seluruh bahan bangunan berasal dari hasil produksi terbaik di Indonesia. Bali Beach hotel
mengalami kebakaran dan mengakibatkan kerusakan-kerusakan total pada 20 Januari 1993. Sejak tahun
1970 banyak usaha yang dilakukan untuk memperbaharui sistem-sistem pada gedung tua itu agar tidak
terjadi hal yang diinginkan seperti kebakaran.

Toko Serba Ada Sarinah


Pembangunan toko ini dimulai dari tahun 1963 dan sudah mulai beroperasi pada tahun 1965.
Sebagai pusat perbelanjaan di kota Jakarta, toko ini pun pernah mengalami kebakaran di tahun 1986.
Tentunya tidak mudah bagi pemadam kebakaran untuk mengatasi api tersebut, karena sistem
pemadaman kebakaran toko itu sendiri tidak tidak berfungsi.

Kemudian Bung Karno memberi usul untuk mendirikan kantor untuk membantu Jakarta sebagai
Kota Metropolitan, tentunya masih dengan dana pampasan perang Jepang. Bangunan itu diberi nama
Wisma Nusantara. Wisma Nusantara ini memiliki 29 lantai dan terbuat dari struktur baja. Lokasi
Wisma Nusantara berada di bunderan Hotel Indonesia. Perusahaan kontraktor yang berperan dalam
pembangunan itu berasal dari Jepang yaitu Perusahaan Kinoshita.

 KOMPLEKS DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

Penyelenggaraan Conference of The New Emerging Forces (Conefo)


Proyek ini akan melengkapi proyek olah raga yang sempat dibangun untuk penyelenggaraan
Asian Games. Dalam dua minggu hasil sayembara diumumkan dengan kesepakatan bulat tim penilai
yang dipimpin langsung oleh Bung Karno menetapkan rancangan Soejoedi sebagai pemenang.
Rancangan Soejoedi berhasil menang sanyembara.

Rancangan Pembangunan
Personal dengan masalah waktu ini dipecahkan Soejoedi dengan saran Sutami dengan
memecah kompleks bangunan menjadi empat unit. Terdiri dari ruang sidang utama, gedung sekretaris,
auditorium, dan gedung resepsi. Saat tahap skhir penyelesaian, kempat unit tersebut akan menjadi satu
kesatuan utuh. Tetapi selama proses pembangunan setiap unit bisa dikerjakan secara bersama oleh
kontraktor yang berbeda tanpa saling bergantung pada penyelesaian unit lainnya.
Penggembangan SDM Teknik Bangunan

Sejak awal Soejoedi merancang pembangunan Political Venues secarah terpisah dengan
mengacu pada rencana dan melaksanakan pembangunan dengan menggangkat enam kontraktor.
Pelaksanaan pembangunan Proyek Conefo menggunakan sistem fast track yang saat itu merupakan
metode baru di Indonesia. Dengan sistem ini proses perkerjaan berjalan dengan lebih cepat.

Titik Pandang Utama


Penyelesaian arsitektur pada bangunan yang khas untuk iklim Indonesia yaitu penggunaan
kantilever yang lebar, seperti pada bangunan gedung utama yang memiliki kantilever yang lebar
mencapai 7,5 meter. Ruangan media dan lantai pertama gedung sekertaris mencapai 5,0 meter. Lantai
pertama Banquet Hall menjorok keluar 7,5 meter dari kolom. Kemudian atap kubah dengan payung
pelindung sinar matahari yang lebar di luar dinding kaca seputar ruang sidang utama. Bagian dalam
ruang sidang utama dirancang untuk melayani delegasi dari tujuh puluh negara sehingga di desain bisa
menampung seribu hadirin di balkon bawah dan lima ratus hadirin di balkon atas.

Perubahan Menjadi Gedung MPR DPR


Pada 17 Agustus 1966 merupakan batas akhir penyelesaian pembangunan proyek political
venues. Menjelang peringatan kemerdekaan ke dua puluh, seluruh struktur bangunan bisa terwujudkan.
Hanya perlu sentuhan akhir sedit, namunhalini terganggu karena meletusnya peristiwa G30S/PKI. Pada
kondisi seperti itu proses peremajaan Gedung Dewan Perwakilan Rakyat di dekat Lapangan Banteng
menjadi terhenti.
Melihat kenyataan yang ada di lapangan, akhirnya turun surat nomor 79/U/Kep/11/1966,
tertanggal 9 November 1966 Presidium Kabinet Ampera memutuskan untuk melanjutkan proyek
kawasan Conferece of the New Emerging Force tetapi di diubah menjadi Gedung MPR/DPR.

 MONUMEN NASIONAL
SEJARAH
didirikan pada 1959, dibangun mulai Agustus tahun itu dan diresmikan pada 17 Agustus 1961 oleh
Soekarno, saat perayaan 16 tahun kemerdekaan Republik Indonesia. Monumen ini dibuka secara resmi
pada 12 Juli 1975. Didesain oleh arsitek Indonesia, Soedarsono dengan konsultan konstruksi Ir.
Roosseno. Monumen Nasional (Monas) tegak berdiri di area seluas 80 hektar. Setinggi 132 meter,
berbentuk Lingga Yoni dan seluruh bangunannya dilapisi marmer.

GAGASAN PEMBANGUNAN

Dengan sayembara, diharapkan bentuk tugu yang dibangun benar-benar bisa menunjukan
kepribadian bangsa Indonesia bertiga dimensi, tidak rata, tugu yang menjulang tinggi ke langit, dibuat
dari beton dan besi serta batu pualam yang tahan gempa, tahan kritikan jaman sedikitnya seribu tahun
serta dapat menghasilkan karya budaya yang menimbulkan semangat kepahlawanan. , menggambarkan
dinamika dan berisi kepribadian Indonesia serta mencerminkan cita-cita bangsa, melambangkan dan
menggambarkan “api yang berkobar”
Sementara bentuk seluruh garis-garis arsitektur tugu ini mewujudkan garis-garis yang bergerak
tidak monoton merata, naik melengkung, melompat, merata lagi, dan naik menjulang tinggi, akhirnya
menggelombang di atas bentuk lidah api yang menyala. Badan tugu menjulang tinggi dengan lidah api
di puncaknya melambangkan dan menggambarkan semangat yang berkobar dan tak kunjung padam di
dalam dada bangsa Indonesia

Anda mungkin juga menyukai