ANGGOTA KELOMPOK
ADITA RONARIZKIA
145060501111034
APRILIA P. RISKI
145060501111002
FIKRAN HADINATA
145060507111021
JANITRA ERLANGGA
145060501111041
NADIRA NUSWANTORO
145060500111009
NURRAHMAN
145060500111001
TAHUN AKADEMIK
2015/2016
Gedung CONEFO
Gedung Conference of the New Emerging Forces (CONEFO) yang
sekarang lebih dikenal sebagai Gedung DPR, MPR, dan DPD DKI Jakarta.
Dibangun dekat dengan Gelora Senayan/Gelora Bung Karno. Gedung
Hotel Indonesia
Hotel Indonesia dibangun sebagai tempat menginap tamu-tamu
negara. Diresmikan oleh Soekarno pada tanggal 5 Agustus 1962 untuk
menyambut ajang GANEFO yang akan segera diadakan di Jakarta.
Dirancang oleh Abel Sorensen dan Istrinya yang berasal dari Amerika
Serikat. Menempati lahan seluas 25.082 meter persegi dan memiliki
slogan "A Dramatic Symbol of Free Nations Working Together".
Masjid Istiqlal
Masjid ini juga merupakan masjid terbesar di Asia Tenggara yang
dirancang oleh Arsitek asli Indonesia yaitu Friedrich Silaban.
Pemancangan tiang pertama oleh Soekarno pada tanggal 24 Agustus
1951, dan selesai pada tanggal 22 Februari 1953. Pembangunan Masjid
ini sendiri menghabiskan sekitar US$ 12 Juta (Rp 7 Triliun)
Mentalite Soekarno
Berbagai pengalaman masa muda Soekarno yang telah mengendap
(bank data) berpotensi sebagai sumber ilham yang mampu
mendorongnya melakukan tindakan merancang.
Khasanah mentalite artistik Soekarno dibedakan menjadi lima
kelompok yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
f.
3. Budaya Multikultural
Sifat Terus Terang dan Open Mind
1926-1945
Periode Murid Sang Profesor
Bung Karno setelah lulus dari Jurusan Sipil TH-Bandoeng yang
dibimbing oleh Prof. CP Wolff Schoemaker, untuk lebih
mengasah keterampilan berarsitekturnya beliau magang di biro
arsitek yang dipimpin sang Profesor dan kakaknya, Richard
Schoemaker. Soekarno juga sempat magang sebagai draftsman
pada Schoemaker di masa kuliahnya. Selama masa magangnya
tersebut Soekarno pun banyak terpengaruh gaya atau style
arsitektur dari Schoemaker. Schoemaker sendiri selama bekerja
magang pada Frank Lloyd Wright banyak dipengaruhi oleh gaya
Wright, sehingga secara otomatis hal tersebut memberi
pengaruh pada mentalite artistik Soekarno yang mengarah ke
gaya Wright.
Gaya arsitektur karya-karya Soekarno sendiri yaitu gaya padupadan bentuk atap gaya Eropa, ornamen inka-maya serta tata
azas terhadap kaidah trinitas arsitektur Marcus Vitrovius Pollio
(firmitas, utiiitas, venustas).
Ornamen Inka-Maya
Pengaruh dari Schoemaker yang membawa gaya ornamen
organik dari gaya Wright berupa motif Inka-Maya, juga
memengaruhi mentalite artistik Soekarno. Ornamen
tersebut dapat ditemukan di kepala pilar yang berbentuk
segi empat di karya-karya hasil padu-padan Soekarno.
Taat Azas
Soekarno digambarkan sebagai seorang yang sangat taat azas
terhadap kaidah-kaidah formal arsitektur.
Selain dari gaya Wright, ciri dari karya Soekarno ada pula yang
berasal dari kebiasaannya, contohnya kebiasaan samadi
Soekarno. Beliau biasa melakukan aktivitas samadi, semacam
kegiatan yang dilakukan untuk
mencari ketenangan batin, di dalam
sebuah ruangan tertutup ataupun
terbuka. Hal ini tercermin pada karya
arsitekturalnya dimana dapat
ditemukan kecenderungan adanya
ruang khusus untuk kegiatan
tersebut pada hampir seluruh
rancangan rumah tinggal pribadinya.
Pada periode 1926-1945 ini
termasuk juga ketika Soekarno
dalam pembuangan di Ende dan
Bengkulu. Di Bengkulu Soekarno
sempat melakukan renovasi Masjid Jamik Bengkulu. Pada kepala
pilar Masjid Jamik Bengkulu terdapat ukiran ornamen yang sama
dengan masjid di Jl. Suniaraja, Bandung. Hal ini menunjukkan
bahwa Soekarno memiliki jati diri seorang perancang yang
memiliki style atau gaya tersendiri.
Saat di Bengkulu Soekarno selain merancang bangunan juga
merancang desain furnitur atau mebel. Soekarno membuka
usaha mebel bersama seorang Cina Muslim bernama Oei Tjeng
Hien, dan menamakan perusahaannya Mebel Sukamerindoe.
STUDI KASUS
Toko Roti Red Tulip
Bangunan ini terletak di Jl. Gatot Subroto, Bandung. Bangunan ini
berfungsi sebagai sebuah toko roti. Bangunan ini merncerminkan
gaya arsitektur Ssoekarno. Dilihat dari bentuk atapnya yang
berupa hasil padu-padan atap bersusun dengan hiasan
kemuncak atap yang biasa ada di atap gaya Hipped Roof.
Kepala pilarnya terlihat menggunakan ornamen khas Inka-Maya.
Badan pilarnya diselubungi oleh material batu alam berupa batu
kali yang dibelah.
1945 - 1959,
Periode Sang Padma Sang Arsitek
Pada tahun 1949, Soekarno merancang karya arsitektur
pertamanya sebagai Presiden yaitu berupa tiang bendera beton
dengan ornamen padma untuk istana merdeka. Pengakuan
tersebut diungkapkan pada tahun 1966.
Saya itu dulu waktu ke Jakarta akhir tahun 1949, the first
thing I did, permulaan awal 1950, saya suruh apa ? Bikin tiang
bendera dari beton di muka Istana Merdeka. Ya, saudara lihat itu
tiang bendera di muka Istana Merdeka itu. That was the first thing
I did. Nah, tiap hari tulisan di surat kabar pedoman dari PSI, lihat
Bung Karno, lihat Presiden kita ini, belum apa-apa sudah
kemegahan tiang bendera.
Periode 1945-1959, metalite artistik Soekarno ditandai
oleh kegandrungan pada eksplorasi budaya negeri sendiri.
Pencarian bentuk-bentuk khas Indonesia diungkapkan ke dalam
karya arsitektur secara mengenasankan. Meskipun masih
menggemari padu-paduan gaya, akan tetapi telah terjadi evolusi
bersamaan dengan digalinya khasanah asli Indonesia. Pada
periode ini Soekarno berhasil menemukan jati diri, motif InkaMaya yang dipengaruhi Schoemaker dan Wright telah ditinggalkan
dan artefak padma.
5. Patung Dirgantara
Patung skala kota yang dirancang pada periode 1959-1965 ini, dapat
dikatakan rancang patung aliran realis dengan artian yaitu patung yang
berwujud manusia sebagai sosok tiga dimensional dengan karakter
yang disesuaikan dengan misi tertentu.
Patung-patung tersebut verhasil divisualisasikan oleh seniman
atau pematung yang bernama Edhie Soenarso dan pematung dari Uni
Soviet, Menizer dan puteranya seorang arsitek yang bernama Roshin,
yang juga mempersiapkan patung Pahlawan di Menteng Prapatan
Jakarta.
Dalam Periode Sang Arsitek Maestro ini mentalite Soekarno
dipenuhi oleh ide-ide internasionalis, dalam konteks sebagai bagian
dari national pride. Periode ini memiliki style serta ciri khas sebagai
berikut :
a.
b.
c.
d.
e.
Hotel Indonesia
Hotel Indonesia pertama kali dirancang bermula dari
kunjungan Soekarno ke Gedung Pusat Perserikatan BangsaBangsa (PBB) di New York. Kala itu perancangan Hotel Indonesia
juga dibantu oleh Abel Sorenson, arsitek yang merancang
Gedung Pusat PBB.
Hotel Indonesia adalah hotel berbintang lima pertama
di Asia Tenggara yang menjadi saksi adanya perkembangan
bangsa Indonesia dan gerakan politik presiden Soekarno.
Tepat didepan Hotel Indonesia terdapat kolam air
mancur yang diberi nama Henk Ngantung Fountain, di sekitar
area tersebut juga terdapat sebuah patung berbentuk pemuda
pemudi yang melambaikan tangan sambil membawa bunga,
yang kemudian patung itu diberi nama Patung Selamat
Datang, karya Edhie Sunarso.
Penempatan bangunan ini atas konsep tata letak bangunan yang juga
mendukung fungsi bangunannya sebagai point of interest di daerah
tersebut, yang nantinya menjadi pandangan atau titik orientasi visual
dari arah bundaran HI.
Kini Hotel Indonesia telah ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Pemda
DKI dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No.
475 tanggal 29 Maret 1993.
b.
c.
Proyek ini
bertujuan
untuk
memperlihatkan
kepada
dunia
bahwa Indonesia
adalah Negara yang
mandiri
dan
bangunan
ini
dibangun
untuk
penyelenggaraan
Asian Games IV
pada tahun 1962.
Soekarno
membuat
gebrakan
dengan
membangun stadion ini dengan megah, dan
monumental. Pada saat itu stadion ini merupakan
stadion terbesar di asia dan satu-satunya yang
mempunyai atap unik yaitu atap temu gelang.
Bangunan ini menampilkan system struktur
yang mengekspos kolom dan balok yang memilikinya.
Bila struktur di tonjolkan, berarti bangunan tersebut
menampilkan garis struktur tegak dan datar sehinggal
kesan bangunan menjadi kokoh.
Konsep tata letak dan rancangan ruang luar
Gelora Senayan ini rupanya juga di desain dengan jelas.
Sumbu-sumbu yang nyata di depan bangunan ini
seolah-olah memperkuat kedudukan sebagai bangunan
yang megah dan monumental. Bangunan ini juga di
tempatkan di landscape yang cukup luas sehingga
menjadi point of interest daerah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Ardhiati, Yuke. Bung Karno Sang Arsitek. Depok: Komunitas Bambu.
2005
https://ariesaksono.wordpress.com/2008/.../patung-pembebasanirian-barat
http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/2331/PembebasanIrian-Jaya-Monumen
http://pembuat-patung.blogspot.co.id/2014/09/data-sejarahpembuatan-patung.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Monumen_Nasional
http://www.kidnesia.com/Kidnesia2014/Indonesiaku/TeropongDaerah/Jawa-Timur/Tokoh/Soekarno-Sang-Presiden-dan-Insinyur
http://economy.okezone.com/read/2013/08/17/471/850962/soekarno
-di-balik-pembangunan-hotel-indonesia
https://arsitekturbicara.wordpress.com/2012/06/02/hotel-indonesiadan-gedung-dprmpr-ri-pergolakan-politik-era-60-an-di-jakarta/
http://blackfiles.mywapblog.com/mengenang-conefo-project-gedungyang-seh.xhtml
https://id.wikipedia.org/wiki/Monumen_Selamat_Datang
http://www.wismanusantara.com/about-us/history/
https://id.wikipedia.org/wiki/Wisma_Nusantara