Anda di halaman 1dari 43

DAFTAR ISI

Daftar Isi ...................................................... 1


Biografi Ir. Soekarno ................................. 2
Mentalite Soekarno ...................................... 9
Periode Murid sang Profesor .................. 17
Periode Sang Padma Sang Arsitek .......... 25
Periode Sang Arsitek Soekarno .............. 31
Etik dan Estetik Karya Soekarno .......... 41
Daftar Pustaka ........................................... 42

ANGGOTA KELOMPOK
ADITA RONARIZKIA

145060501111034

APRILIA P. RISKI

145060501111002

FIKRAN HADINATA

145060507111021

JANITRA ERLANGGA

145060501111041

NADIRA NUSWANTORO

145060500111009

NURRAHMAN

145060500111001
TAHUN AKADEMIK
2015/2016

BIOGRAFI Ir. SOEKARNO


Ir. Soekarno adalah presiden pertama bangsa Indonesia pada
periode (1945-1966). Ia memerankan peran penting dalam
memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan. Salah satunya
memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia pada 17 Agustus
1945 bersama Mohammad Hatta.
Ir. Soekarno dilahirkan dengan nama Koesno Sosrodiharjo pada
6 juni 1901 di Surabaya, sebagai putra dari Raden Soekemi Sosrodiharjo
dan Ida Ayu Nyoman Rai. Ibunda Soekarno merupakan keturunan
bangsawan dari Bali dan Ayahnya merupakan keturunan bangsawan dari
Jawa yaitu Raden Hardjokromo. Soekarno kecil tinggal bersama
kakeknya Raden Hardjokromo di Tulung Agung, Jawa Timur, kemudian
pindah ke Mojokerto bersama ayahnya yang bekerja sebagai guru
disana.
Dilahirkan dari keluarga yang berkecukupan dan dilahirkan dari
kalangan bangsawan membuat Soekarno berkesempatan mengenyam
pendidikan. Di Mojokerto, ayahnya memasukan Soekarno ke Eerste
Inlandse School, sekolah tempat ia bekerja. Kemudian pada Juni 1911
Soekarno dipindahkan ke Europeesche Lagere School (ELS) untuk
memudahkannya diterima di Hogere Burger School (HBS).Pada tahun
1915, Soekarno telah menyelesaikan pendidikannya di ELS dan berhasil
melanjutkan ke HBS di Surabaya, Jawa Timur. Tamat dari HBS Soerabaja,
Soekarno melanjutkan ke Technische Hoogeschool te Bandoeng
(sekarang ITB) di Bandung dengan mengambil jurusan teknik sipil pada
tahun 1921, setelah dua bulan dia meninggalkan kuliah, tetapi pada
tahun 1922 mendaftar kembali dan tamat pada tahun 1926. Soekarno
dinyatakan lulus ujian insinyur pada tanggal 25 Mei 1926 dan pada Dies
Natalis ke-6 TH Bandung, tanggal 3 Juli 1926 dia diwisuda bersama
delapan belas insinyur lainnya. Prof. Jacob Clay selaku ketua fakultas
pada saat itu menyatakan "Terutama penting peristiwa itu bagi kita

karena ada di antaranya 3 orang insinyur orang Jawa". Mereka adalah


Soekarno, Anwari, dan Soetedjo.

Selepas menyelesaikan pendidikan di Technische Hoogeschool


te Bandoeng (sekarang ITB) di Bandung dengan jurusan teknik sipil,
pada tahun 1926 Soekarno mendirikan biro insinyur bersama Ir. Anwari,
kemudian banyak merancang bangunan-bangunan. Selanjutnya,
bersama Ir. Rooseno juga merancang rumah-rumah tinggal dan berbagai
jenis bangunan lainnya. Sampai pada tahun 1938 tepatnya pada tanggal
14 februari, Ir. Soekarno dibuang ke Bengkulu oleh Pemerintah Kolonial
Belanda. Ketika dibuang ke Bengkulu, Ir. Soekarno menyempatkan
merancang beberapa rumah dan merenovasi total masjid Jami' di tengah
kota.
Semasa menjabat sebagai Presiden pertama Republik Indonesia,
terdapat beberapa karya arsitektur yang dipengaruhi atau dicetuskan
oleh Soekarno. Juga perjalanan secara maraton dari bulan Mei sampai
Juli pada tahun 1956 ke negara-negara Amerika Serikat, Kanada, Italia,
Jerman Barat, dan Swiss. Membuat cakrawala alam pikir Soekarno

semakin kaya dalam menata Indonesia secara holistik dan


menampilkannya sebagai negara yang baru merdeka. Perjalanan
tersebut banyak mmenginspirasi Ir. Soekarno dalam mencetuskan ideide dalam pembangunan Indonesia.
Dalam biografi Presiden Soekarno yang ditulis oleh Cindy
Adams, disebutkan jika Soekarno memang sangat fokus untuk
membangun citra RI di mata dunia. Hal ini dibuktikan dengan gebrakan
Ir.Soekarno dalam Proyek Mercusuar pada 1957, masa pemerintahan
Soekarno.
Proyek Mercusuar adalah, proyek yang bertujuan
mengembangkan identitas penanda serta menjadi kebanggaan bagi
masyarakat yang terdapat di dalam suatu negara atau wilayah.
Proyek Mercusuar Soekarno adalah proyek pembangunan
ibukota Indonesia yaitu Jakarta agar mendapat perhatian dari luar negeri
dengan tujuan membangun hubungan persahabatan dengan negaranegara lain. Soekarno membidik Jakarta sebagai wajah (muka) Indonesia
terkait beberapa kegiatan berskala internasional yang diadakan di kota
itu, namun juga merencanakan sebuah kota sejak awal yang diharapkan
sebagai pusat pemerintahan pada masa datang. Terlepas dari itu, proyek
ini juga bertujuan memfasilitasi The Games of The New Emerging Forces
(GANEFO) sebagai tandingan dari Olimpiade yang sudah ada.

Berikut adalah beberapa bangunan yang termasuk dalam proyek


mercusuar :

Gedung CONEFO
Gedung Conference of the New Emerging Forces (CONEFO) yang
sekarang lebih dikenal sebagai Gedung DPR, MPR, dan DPD DKI Jakarta.
Dibangun dekat dengan Gelora Senayan/Gelora Bung Karno. Gedung

besar ini dibangun dalam jangka waktu 17 bulan, pembangunannya


juga terhambat oleh karena berlangsungnya peristiwa G30S/PKI.

Gelora Bung Karno


Gelora Bung Karno atau yang dahulu disebut Gelora Senayan ini
menjadi tempat dilaksanakannya GANEFO. Jika anda pikir bahwa
Gelora Bung Karno ini bangunan yang besar, tentu anda juga pasti
berpikir berapa lama waktu dibutuhkan untuk menyelesaikannya. Pasti
benar-benar lama. Tidak pada kenyataanya. Gelora Bung Karno
dibangun dalam jangka waktu 2,5 tahun. Bukan dengan jin atau
semacamnya. Tetapi fakta mengatakan bahwa Rusia pernah
mengirimkan arsiteknya ke Indonesia, entah untuk pembangunan
Gelora Bung Karno atau yang lainnya.

Hotel Indonesia
Hotel Indonesia dibangun sebagai tempat menginap tamu-tamu
negara. Diresmikan oleh Soekarno pada tanggal 5 Agustus 1962 untuk
menyambut ajang GANEFO yang akan segera diadakan di Jakarta.
Dirancang oleh Abel Sorensen dan Istrinya yang berasal dari Amerika
Serikat. Menempati lahan seluas 25.082 meter persegi dan memiliki
slogan "A Dramatic Symbol of Free Nations Working Together".

Masjid Istiqlal
Masjid ini juga merupakan masjid terbesar di Asia Tenggara yang
dirancang oleh Arsitek asli Indonesia yaitu Friedrich Silaban.
Pemancangan tiang pertama oleh Soekarno pada tanggal 24 Agustus
1951, dan selesai pada tanggal 22 Februari 1953. Pembangunan Masjid
ini sendiri menghabiskan sekitar US$ 12 Juta (Rp 7 Triliun)

Patung Selamat Datang


Patung setinggi 7 meter ini berdiri menghadap timur atau arah Bandar
Udara Kemayoran yang kini landasan pacunya adalah jalan raya untuk
masuk ke Jakarta International Expo (J.I. Expo) tempat diadakannya
Jakarta Fair. Tujuan dibangun patung ini adalah untuk menyambut
tamu yang datang dari arah Bandar Udara Kemayoran, terutama tamu
negara GANEFO.
Proyek ini sempat menimbulkan pro dan kontra sebab proyek besar ini
membutuhkan biaya yang juga besar. Bahkan, proyek ini menghasilkan
inflasi dalam jumlah yang sangat signifikan, 600%. Meskipun demikian,
proyek Ir.Soekarno ini kini menjadi ciri dan kebanggan Indonesia yang
bertahan hingga sekarang.
Demikian Ir. Soekarno dalam profesinya sebagai insinyur di bidang
arsitektur, ia meninggalkan peninggalan-penginggalan yang menjadi
kebanggaan bangsa Indonesia disamping jejaknya sebagai politisi.
Hingga pada 21 juni 1970 ia menghembuskan nafas terakhir di Rumah
Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) akibat gangguan ginjal.

Mentalite Soekarno
Berbagai pengalaman masa muda Soekarno yang telah mengendap
(bank data) berpotensi sebagai sumber ilham yang mampu
mendorongnya melakukan tindakan merancang.
Khasanah mentalite artistik Soekarno dibedakan menjadi lima
kelompok yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.

Pengalaman dan Kebiasaan di Usia Muda


Pengaruh Budaya Jawa
Budaya Multikultural
Jiwa Artis dan Perasaan
Bakat dan Ketajaman Visual yang Dimilikinya.

1. Pengalaman dan Kebiasaan di Usia Muda


a. Timangan dari Orang Tua
Orang tua soekarno yang selalu memberi pujian dan
harapan agar Soekarno menjadi pahlawan pembuka zaman
kegelapan sehingga membentuk Soekarno memiliki sikap
mental pemimpin, percaya diri dan berani tampil
menonjol.
Hal ini dirasakan di desain dari beberapa karya soekarno
yang bermasa tunggal yang berskala monumental, seperti
Tugu Proklamasi Jakarta, Tugu Muda Semarang, Tugu AlunAlun Bunder Malang, Tugu Pahlawan Surabaya, dan Tugu
Monas Jakarta. Makna yang tersirat adalah fungsinya
sebagai pusat orientasi yang berperan memimpin massa
bangunan lain yang disekitarnya.
Sifat ingin menonjol juga tercermin melalui tata busananya,
sebagai ekspresi diri untuk tampil berbeda terhadap
lingkungannya.

b. Kecintaan terhadap Unsur Air


Unsur air merupakan refleksi kenangan masa kanakkanaknya yang sering bermain di sungai berantas,
Surabaya. Di setiap Soekarno membangun bangunan
rumah tinggal, beliau akan menentukan lokasi yang
berdekatan dengan sungai. Apabila tidak diketemukan di
dekat sungai, maka didalam ranvangannya selalu
ditemukan kolam.
Bangunan yang berada disekitar sungai antara lain Hing
Puri Bima Sakti, Srihana-Srihani Bogor, Istana Tampak
Siring, Masjid Istiqlal, Hotel Indonesia Group. Sedangkan
kolam air yang berisi teratai ditemukan di Istana
Yogyakarta, Istana Bogor, Wisma Yaso, Makam Pahlawan
Kalibata, Air Mancur Bundaran Hotel Indonesia, dll.
c. Menolak Nuansa Kolonialisme
Konsistensi Soekarno terhadap anti kolonialisme dan nonkooperatif juga tercermin pada rancangannya. Soekarno
menolak arsitektur bernuansa kolonial dengan
meniadakan desain tiang-tiang Yunani bergaya Ionia,
Doria, dan Korintia. Dan juga menolak gaya arsitektur
Amsterdam Style.
Soekarno juga ingin menghapus ingatan Bangsa Indonesia
terhadap paham kolonialisme yang membuat Bangsa
Indonesia memiliki mental rendah diri tersebut. Aksi nyata
penolakan ini bisa dilihat di penghapusan beberapa lokasi
yang bernuansa kolonial sebagai lokasi pembangunan
monumen baru yang dirancangnya. Sebagai contoh
Lapangan Ikada dipilih sebagai lokasi Tugu Nasional dan
Taman Merdeka. Hal yang sama juga terjadi di Taman

Wijayakusuma, semula bernama Wilhelmina park, pada


tanggal 21 Mei 1961 telah dibongkar karena telah dipilih
sebagai lokasi untuk membangun monumen baru, yaitu
Masjid Istiqlal.
d. Romantisme terhadap Negara dan Bangsa Indonesia
Kecintaan Soekarno terhadap Indonesia cenderung
mengharapkan memberikan sesuatu yang lebih baik
dengan cara mempermegah eksistensi Sang Merah Putih.
Salah satu karya arsitektur yang mengekspresikan
romantisme terhadap bangsa Indonesia pada puncaknya
adalah rancangan Tugu Monas. Awalnya rancangan tugu
Nasional disayembarakan kepada para arsitek. Akan tetapi
tidak diperoleh rancangan yang memuaskan Soekarno.
Akhirnya, desain tugu Nasional dirancang sendiri oleh
Soekarno dengan bantuan arsitek istana, R.M. Sudarsono.
Puncak Tugu dirancang pada ketinggian 132 m sebagai
simbol kemerdekaan bangsa Indonesia dan dirancang
sebagai tempat terhormat untuk menyimpan bendera
Sang Saka Merah Putih.
e. Kemegahan Budaya Jawa Kuno
Warisan arsitektur Budaya Jawa berupa candi Budha-Hindu
sangat mengesankan Soekarno. Monumen candi
merupakan bukti kejayaan Bangsa Indonesia sebelum
datangnya Kolonialisme. Monumen megah seperti
Borobudur, Prambanan dan candi Sukuh mengilhami
rancangan Soekarno. Diekspresikan melalui material yang
awet, konstruksi yang kokoh sehingga tahan cakaran
zaman. Sebagai contoh adalah Masjid Istiqlal dirancang
sebagai monumen, menurut Soekarno diperkirakan

f.

menjadi yang terbesar di Asia Tenggara yang tahan 3000


tahun.
Pemuda-Pemudi sebagai Tunas Bangsa
Ketika Soekarno mengunjungi Soviet pada tahun 1956 dan
menengok Istana Pionir yang menjadi sarana untuk
mengembangkan bakat angkatan muda Soviet di kota
Swerdlowsk, Moskow, ia menuliskan dalam Buku Kesan,
bahwa ia ingin membangun istana seperti Istana
Swerdlowsk bagi anak-anak Indonesia. Di indonesia
kemudian dibangunnlah Istana Pramuka. Gedung itu ada di
Jakarta dan dipimpin oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X,
tetapi baru terealisasi ketika Soekarno wafat.

2. Pengaruh Budaya Jawa


a. Budaya Mistik Jawa
Soekarno sangat terpengaruh pada hal-hal yang berkaitan
dengan Mistik Jawa. Budaya Mistik Jawa mempercayai
bahwa hidup di Dunia ini terkoordinir dengan kejadiankejadian kosmis dan manusia hanyalah suatu bidak di
tangan kekuatan-kekuatan kosmis itu. Kehidupan di dunia
ini tak lain hanyalah bayangan cermin dari apa yang terjadi
di alam aduniawi. Untuk memahaminya maka
dipergunakan primbon dan petungan.
b. Kebiasaan Samadi
Samadi secara nyata mempengaruhi Soekarno. Ia
melakukan itu untuk memperoleh ketenangan batin.
Setelah menjadi presiden pun, kebiasaan samadi masih
terbawa dan mendorong Soekarno mewujudkan rancangan
ruang atau bangunan khusus untuk samadi. Kebiasaan

samadi Soekarno ternyata sudah berlangsung sejak


Soekarno tinggal di Jl. Pegangsaan timur 56, Jakarta.
Fatmawati menceritakan adanya sebuah ruang khusus
untuk samadi atau tafakur/sembahyang. Demikian juga
yang ditemukan di rumah pribadinya Hing Puri Bima Sakti,
di rumah Hartini di Srihana-Srihani Bogor, serta di Wisma
Yaso yang menjadi rumah Ratnasari Dewi di Jakarta.
Bangunan yang dirancang khusus oleh Soekarno sebagai
tempat samadi adalah pesanggrahan Tenjoresmi di
Pelabuhan Ratu dan Gedung Bentoel di Istana Cipanas.
Kedua tempat tersebut lazimnya dipergunakan samadi
untuk menulis pidato menjelang hari kemerdekaan
Indonesia.
c. Pengaruh Budaya Keraton
Poligami lazimnya dilakukan oleh para raja di Jawa denga
tujuan mempertahankan keturunanya. Sekalipun penuh
kontroversi pada masa itu, rupanya poligami juga
mengilhami diri Soekarno. Perkawinannya dengan dengan
beberapa wanita sekaligus setelah pernikahannya dengan
Oetari, Inggit, dan Fatmawati, lalu dengan Hartini,
Ratnasari Dewi seta Haryati. Kehadiran Isteri yang lebih
dari satu orang, mendorong Soekarno merancang rumah
tinggal bagi mereka, karena Soekarno sendiri tetap tinggal
di Istana Merdeka dengan putera-puterinya. Soekarno
berjanji untuk tidak menempatkan isteri-isterinya di Istana
Jakarta. Rancangan rumah bagi isteri-isterinya memiliki
desain padu-padan gaya Soekarno.

3. Budaya Multikultural
Sifat Terus Terang dan Open Mind

Sifat sportif tercermin dalam rancangan Gedung Pola yang


bertujuan agar masyarakat Indonesia dapat melihat secara
langsung kegiatan rancang bangun dari Program Nasional
Semesta Berencana 8 Tahun Tahap I (1961-1969) yang
dimulai pada tanggal 1 Januari 1961. Ketika Soekarno
menetapkan rumah di Jl.Pegangsaan Timur No. 56 sebagai
lokasi Gedung. Pola dan hal itu membuat kontroversi
karena merupakan tindakan pembongkaran terhadap situs
sejarah Gedung Proklamasi.
4. Jiwa Artis dan Perasaan
a. Jiwa artis sebagai unsur jiwa arsitek.
Untuk menjadi arsitek, seseorang memerlukan daya cipta.
Jiwa perasaan dan jiwa artis merupakan bekal mental
untuk menjadi arsitek. Meski disisi lain masyarakat awam
belum dapat memahami bahwa jiwa perasaan sangat
diperlukan. Soekarno sangat mensyukuri jiwa artis dan jiwa
perasaan yang melingkupinya tersebut, sekalipun
masyarakat bahkan mencemoohkan sifat keartisan
Soekarno.
b. Kegemaran Padu-Padan Gaya
Dalam merancang arsitektur, pada awalnya Soekarno
tampak menggemari padupadan atap gaya Eropa, pada
periode berikutnya berupa padu-padan atap tradisional
khas Indonesia dengan arsitektur modern. Pada periode
akhir, ditemukan kegemaran padu-padan bentuk atap
unik dengan arsitektur International Style yang futuristik
serta dekorasi budaya Jawa Kuno.

5. Bakat dan Ketajaman Visual yang Dimilikinya


a. Inspirasi dari Seni Pewayangan
Kegemaran Soekarno menyaksikan pagelaran wayang kulit
berlanjut sejak kanak-kanak hingga Soekarno menjadi
Presiden. Rancangan yang terilhami cerita wayang
ditemukan di Tugu Pahlawan yang mengambil filosofi
senjata Cakra milik Sri Kresna dan Trisula milik Arjuna
sebagai konsep perancangan. Ditemukan juga kesesuaian
antara rancang atap Temu Gelang yang berupa atap
melingkar di kawasan Gelora Bung Karno dengan senjata
gelang tokoh Bima yaitu gelang Candrakirana. Nuansa
wayang yang lain di kawasan Gelora Bung Karno berupa
patung perunggu tokoh Sri Rama.
b. Inspirasi dari Permainan Sirkus
Salah satu kegemaran Soekarno di masa muda yang
berkesan di Surabaya adalah menonton sirkus. Sebagai
hiburan rakyat sirkus memang sangat menarik. Ketika
pembangunan Nasional Semesta Berencan 8 Tahun Tahap
Pertama 1961-1969 sedang dipersiapkan blueprint-nya,
salah satu rancangan yang diusulkan Soekarno adalah
gedung Sirkus Nasional, akan tetapi belum sempat
direalisasi.
c. Kegemaran Menonton Film
Film merupakan satu-satunya kegemaran Soekarno sejak
usia remaja. Selain sebagai hiburan sekaligus alat revolusi.
Melalui film, masyarakat mengetahui perubahanperubahan yang terjadi di negara lain. Sehingga tidak
mengherankan apabila di setiap rancangan bangunan yang
ditempatinya terdapat ruang untuk menonton film. Pikiran

bawah sadarnya selalu mendorong pikiran sadarnya untuk


melakukan keputusan tersebut.
d. Kegemaran Melukis dan Mengoleksi Lukisan
Kegemaran melukis serta mengkoleksilukisan juga
mendorong Soekarno untuk merancang karya arsitektur,
terlebih ketika Soekarno mengunjungi Museum Seni Lukis
di Tretyakovskaya tahun 1956 di Moskow. Soekarno sangat
terkesan dan menginginkan adanya sebuah Nasional
Gallery of Art di Indonesia menyerupai museum
Tretyakovskaya, yang berlokasi di lingkungan Taman
Monas untuk menyimpan koleksi karya lukisnya.
Berdasarkan data arsip Istana Bogor, sampai saat ini,
Soekarno masih merupakan seorang Kepala Negara dengan
koleksi lukisan terbanyak di Dunia. Rancangan gedung
Galeri Nasional pernah diwacakan Soekarno bersama-sama
dengan Para Seniman di Jakarta sebelum peristiwa G30S.
Akan tetapi rancangan tersebut akhirnya batal setelah
G30S meletus.

1926-1945
Periode Murid Sang Profesor
Bung Karno setelah lulus dari Jurusan Sipil TH-Bandoeng yang
dibimbing oleh Prof. CP Wolff Schoemaker, untuk lebih
mengasah keterampilan berarsitekturnya beliau magang di biro
arsitek yang dipimpin sang Profesor dan kakaknya, Richard
Schoemaker. Soekarno juga sempat magang sebagai draftsman
pada Schoemaker di masa kuliahnya. Selama masa magangnya
tersebut Soekarno pun banyak terpengaruh gaya atau style
arsitektur dari Schoemaker. Schoemaker sendiri selama bekerja
magang pada Frank Lloyd Wright banyak dipengaruhi oleh gaya
Wright, sehingga secara otomatis hal tersebut memberi
pengaruh pada mentalite artistik Soekarno yang mengarah ke
gaya Wright.
Gaya arsitektur karya-karya Soekarno sendiri yaitu gaya padupadan bentuk atap gaya Eropa, ornamen inka-maya serta tata
azas terhadap kaidah trinitas arsitektur Marcus Vitrovius Pollio
(firmitas, utiiitas, venustas).

Gaya Padu-Padan Bentuk Atap Gaya Eropa


Gaya padu-padan milik Soekarno ini adalah hasil kreasi
Soekarno terhadap bentukan atap yang dikombinasikan
dari beberapa model atap sekaligus. Jika dilihat dari
beberap hasil karyanya, induk dari gaya padu-padan ini
ialah bentuk atap model Mansard dan Hipped Roof.

Model atap Mansard sering dikombinasikan dengan


Dormer Windows gaya Denmark. Soekarno juga suka
menggunakan hiasan kemuncak atap yang ada pada atap
gaya Hipped Roof, yang kemudian menjadi penanda dari
karya Soekarno yang disebut sebagai gada-gada, sebuah
perwujudan dari lingga-yoni.

Ornamen Inka-Maya
Pengaruh dari Schoemaker yang membawa gaya ornamen
organik dari gaya Wright berupa motif Inka-Maya, juga
memengaruhi mentalite artistik Soekarno. Ornamen
tersebut dapat ditemukan di kepala pilar yang berbentuk
segi empat di karya-karya hasil padu-padan Soekarno.

Taat Azas
Soekarno digambarkan sebagai seorang yang sangat taat azas
terhadap kaidah-kaidah formal arsitektur.

Soekarno begitu mengagumi Wright dan beliau berusaha menerapkan


gaya Wright dalam rancangannya. Beberapa hal hasil pengaruh dari
gaya Wright diantaranya terdapat ornamen Inka-Maya pada kepala
pilar, penggunaan kaca patri (stainedglass) pada jendela, pintu bahkan
plafon, dan penggunaan material batu alam.

Selain dari gaya Wright, ciri dari karya Soekarno ada pula yang
berasal dari kebiasaannya, contohnya kebiasaan samadi
Soekarno. Beliau biasa melakukan aktivitas samadi, semacam
kegiatan yang dilakukan untuk
mencari ketenangan batin, di dalam
sebuah ruangan tertutup ataupun
terbuka. Hal ini tercermin pada karya
arsitekturalnya dimana dapat
ditemukan kecenderungan adanya
ruang khusus untuk kegiatan
tersebut pada hampir seluruh
rancangan rumah tinggal pribadinya.
Pada periode 1926-1945 ini
termasuk juga ketika Soekarno
dalam pembuangan di Ende dan
Bengkulu. Di Bengkulu Soekarno
sempat melakukan renovasi Masjid Jamik Bengkulu. Pada kepala
pilar Masjid Jamik Bengkulu terdapat ukiran ornamen yang sama
dengan masjid di Jl. Suniaraja, Bandung. Hal ini menunjukkan
bahwa Soekarno memiliki jati diri seorang perancang yang
memiliki style atau gaya tersendiri.
Saat di Bengkulu Soekarno selain merancang bangunan juga
merancang desain furnitur atau mebel. Soekarno membuka
usaha mebel bersama seorang Cina Muslim bernama Oei Tjeng
Hien, dan menamakan perusahaannya Mebel Sukamerindoe.

Berikut beberapa karya Soekarno selama periode 1926-1945 :


1. Rumah di Jl. Gatot Subroto, Bandung

2. Rumah kembar di muara Jl. Malabar Jl. Gatot Subroto,


Bandung

3. Toko Roti Red Tulip di Jl. Gatot Subroto, Bandung

4. Rumah di Jl. Kasim, Bandung

5. Rumah di Jl. Pungkur

6. Rumah di Jl. Dewi Sartika


7. Rumah di Jl. Palasari
8. Rumah di Jl. Pasir Koja
9. Rancangan penjara Sukamiskin
10. Rumah kembar di Bengkulu
11. Rumah Demang, Bengkulu
12. Masjid Jamik Bengkulu

Jika dilihat dari beberapa karya Soekarno diatas, terdapat benang


merah berupa style atau gaya padu-padan Soekarno. Hal
tersebut ditandai dengan adanya :
1. Atap mansard tunggal atau ganda dengan jendela atap
dormer windows
2. Hiasan kemuncak atap yang menyerupai gada-gada
3. Penggunaan ventilasi alami melalui lubang ventilasi silang
4. Pilar berbentuk persegi dengan kepala pilar yang dihiasi
ornamen Inka-Maya
5. Detail kaca patri (stained glass) pada jendela, pintu
maupun plafon
6. Penggunaan material alami.

STUDI KASUS
Toko Roti Red Tulip
Bangunan ini terletak di Jl. Gatot Subroto, Bandung. Bangunan ini
berfungsi sebagai sebuah toko roti. Bangunan ini merncerminkan
gaya arsitektur Ssoekarno. Dilihat dari bentuk atapnya yang
berupa hasil padu-padan atap bersusun dengan hiasan
kemuncak atap yang biasa ada di atap gaya Hipped Roof.
Kepala pilarnya terlihat menggunakan ornamen khas Inka-Maya.
Badan pilarnya diselubungi oleh material batu alam berupa batu
kali yang dibelah.

1945 - 1959,
Periode Sang Padma Sang Arsitek
Pada tahun 1949, Soekarno merancang karya arsitektur
pertamanya sebagai Presiden yaitu berupa tiang bendera beton
dengan ornamen padma untuk istana merdeka. Pengakuan
tersebut diungkapkan pada tahun 1966.
Saya itu dulu waktu ke Jakarta akhir tahun 1949, the first
thing I did, permulaan awal 1950, saya suruh apa ? Bikin tiang
bendera dari beton di muka Istana Merdeka. Ya, saudara lihat itu
tiang bendera di muka Istana Merdeka itu. That was the first thing
I did. Nah, tiap hari tulisan di surat kabar pedoman dari PSI, lihat
Bung Karno, lihat Presiden kita ini, belum apa-apa sudah
kemegahan tiang bendera.
Periode 1945-1959, metalite artistik Soekarno ditandai
oleh kegandrungan pada eksplorasi budaya negeri sendiri.
Pencarian bentuk-bentuk khas Indonesia diungkapkan ke dalam
karya arsitektur secara mengenasankan. Meskipun masih
menggemari padu-paduan gaya, akan tetapi telah terjadi evolusi
bersamaan dengan digalinya khasanah asli Indonesia. Pada
periode ini Soekarno berhasil menemukan jati diri, motif InkaMaya yang dipengaruhi Schoemaker dan Wright telah ditinggalkan
dan artefak padma.

Proses artistik Soekarno diperoleh melalui perenungan


intensif yang diilhami oleh kebesaran Monumen Borobudur,
Monumen Prambanan, dan semangat kepahlawanan Pangeran
Diponegoro. Ditemukan sejumlah elemen arsitektur berbentuk
padma yang biasa ada terpahat pada relief Candi Prambanan
ataupun padmasana Boddisatva yang diadopsi sebagai bagian dari
desain arsitektur maupun interior. Padma terdapat sebagai
ornamen pada kepala pilar, kolam teratai, ornamen tiang bendera,
aksen furnitur, lukisan serta relief atau pahatan dinding. Artefak
padma menjadi elemen yang dominan pada periode 1945-1959
ini.
Dalam pemilihan material bangunan, Soekarno memilih
material khas Indonesia seperti kayu jati, rotan, pualam mulai
banyak digunakan.
Ornamen Organik Padma pada Rancangan Interior Furnitur.
Pada sekitar tahun 1950, Soekarno merenovasi Istana
Jakarta dan Bogor secara bertahap. Disanalah ditemukan
rancangan interior furnitur karya Soekarno yang ditemukan
berupa seperangkat perabot interior dengan aksen padma.
Furnitur rancangan Soekarno yang ditemukan bergaya artdeco
dengan ciri khasnya yaitu tradisionalis (terdapat unsur beritage),
individualis dan modernis. Akan tetapi, setelah dicermati
ditemukan pula nuansa aliran romantisme yaitu bercirikan bentuk
geometris yang diwakili gaya interior Biedermeyer. Selain
bentuknya langsing, ergonomis berkesan bodyship juga terdapat
aksen berbentuk padma yang tersebar di Istana Jakarta, Bogor dan
Tampak Siring.

Arsitektur Padu-Padan Atap Limasan dan Ornamen Padma.

Pada bagian kepala atau atap, dipilih atap limasan, yaitu


atap tradisional Jawa yang menyerupai bentuk atap hipped
roof atau bentuk atap khas Eropa yang sering dirujuk
Soekarno pada periode 1926-1945. Akan tetapi terdapat
perubahan, Soekarno memilih penutup atap dari kayu
sirap.
Hiasan kemuncak atap yang telah menjadi style rancangan
Soekarno yang semula menyerupai gada-gada dan
merupakan gada-gada dan merupakan ciri khas karyanya
di Bandung dan Bengkulu, digantikan oleh bentuk-bentuk
yang menyerupai tajug sebagai modifikasi dari bentuk
meru. Secara fungsional bentuk tersebut berfungsi sebagai
dudukan penangkal petir, akan tetapi lebih jauh lagi,
hiasan kemuncak atap itu memiliki makna tertentu.
Pada bagian badan bangunan berupa pilar, dirancang
berbentuk segi empat. Apabila pada periode 1926-1945

kepala pilar diberi ornamen organik Inka-Maya maka pada


periode ini digantikan oleh ornamen organik padma.
Pada wujud kaki dirancang berupa penurunan lantai
setengah basement, yaitu sebagai bangunan seolah-olah
tertanam dibawah tanah yang mengesankan bangunan
bersatu dengan alam.

Ciri khas yang menandai periode bernafaskan nasionalisme ini


ditandai antara lain dengan hal-hal berikut ini :
a. Penggunaan ornamen organik berupa padma pada kepala
pilar dan furnitur
b. Selalu terdapat ruang samadi/tafakur dan ruang film
c. Terdapat kolam teratai dan tanaman monumental sebagai
lanskap
d. Atap limasan menggantikan atap mansand
e. Hiasan kemuncak atap menyerupai tajuk/ meru
f. Ventilasi silang dan alami
g. Pilar polos segi empat, terdiri dengan bagian kaki-badankepala
h. Relief dan ukir banyak digunakan
i. Material yang alami

Tata Ruang Kota


Salah satu rancangan tata ruang kota karya Soekarno pada
periode 1945-1959 adalah rancangan skematik Kota Palangkaraya.
Gagasan tersebut dibuat pada tahun 1957. Ketika Propinsi
Kalimantan Tengah terbentuk dan masyarakatnya bersepakat di
sekitar kampung Pahandut, di tepi Sungai Kahayan ditetapkan
sebagai ibukota propinsi. Soekarno melihat hal itu sebagai
kesempatan emas baginya dalam menuangkan ide tata ruang kota
atau urbandesign yang bebas dari sisa-sisa kolonial.

Masih dalam periode ini, banyak ditemukan tugu monumental


sebagai bagian dari tata ruang kota yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Tugu Proklamasi di Jakarta


Tugu Muda di Semarang
Tugu Alun-alun Bunder di Malang
Tugu Pahlawan di Surabaya
Tugu Monas di Jakarta.

Desain-desain tugu monumental yang dirancang Soekarno


memiliki kekhasan, yaitu menyerupai bentuk phallus atau obelisk,
ada yang menyerupai lilin, obor atau paku dudur. Ide bentuk
phallus tersebut merupakan eksplorasi desain Soekarno berupa
padu-padan gaya sebagai hasil perenungannya dalam
mengekspresikan bentuk tugu bergaya obelisk. Bentuk-bentuk

phallus untuk monumen merupakan eksplorasi dari budaya Hindu


yang di Candi Sukuh berupa bentuk lingga-yoni, yaitu lambang alat
reproduksi laki-laki dan perempuan, terwujud dalam rancangan
Tugu Monas. Dalam ranah desain, eksplorasi terhadap budaya
silam tersebut disebut eksplorasi misteri budaya tak tersentuh.

PERIODE 1959-1965 PERIODE SANG


ARSITEK MAESTRO
Mentalite artistik Soekarno mencapai puncak kematangan
setelah berhasil digelarnya Pemilu pertama pada bulan September 1955.
Sebulan sebelumnya, kematangan rohaniah juga diperoleh Soekarno
dengan berhajike Tanah Suci pada bulan Juli 1955.
Menurut saksi sejarah, Ketika Soekarno menunaikan ibadah haji,
Soekarno tidak pernah melewatkan perhatiannya terhadap konsidi
Masjid Al-Haram di Mekkah. Sebagai seorang arsitek, Soekarno tergerak
untuk memberikan sumbangan ide arsitektural kepada pemerintah Arab
Saudi agar membuat bangunan untuk melakukan sai menjadi dua jalur
dalam bangunan dua lantai. Sehingga Pemerintah Arab Saudi kemudian
merenovasi Masjid Al-Haram secara besar-besaran yang dilakanakan
pada tahun 1966.
Ketika menjabat sebagai Presiden Indonesia, Soekarno
melakukan kunjungan kenegaraan ke Mancanegara yang sangat panjang
terhitung dari taggal 4 Mei 1956 hingga 7 Juli 1956. Kunjungan ini dimulai
dari Amerika Serikat, Kanada, Italia, Jerman Barat dan Swiss.
Kunjungan Soekarno ke beberapa negara secara maraton
tersebut mempengaruhi mentalite politiknya dan mempengaruhi cara
Soekarno memandang karya arsitektural, dimana pengalaman visual

yang sangat mengesankan tersebut mempengaruhi proses artistik


kreatif pada diri Soekarno.
Seiring berjalannya waktu dengan kepergiannya ke luar negeri,
di Indonesia telah terjadi ketegangan-ketegangan politik. Pergolakan
politik di tanah air yang dikhawatirkan dapat memicu retaknya
persatuan nasional, akhirnya menyebabkan Soekarno justru mengambil
sikap politik yang tegas yaitu mencanangkan proyek nation and
character building melalui berbagai bidang.
Proses kreatif yang berkecamuk dalam mentalite Soekarno
ketika itu dapat dipahami. Di satu sisi terdorong untuk menata negara
secara holistik, di sisi yang lain, kebutuhan untuk dapat diperhitungkan
sebagai negara yang baru merdeka namun mampu tampil di dunia
internasional melalui karya arsitektur merupakan sesuatu yang tidak
mudah.
Momentum yang memberi peluang kepada Soekarno untuk
dapat merealisasikan karya arsitektur yang megah dan menjadi national
pride terjadi ketika Indonesia disetujui sebagai tuan rumah
penyelenggaraan Asian Game ke IV. Meskipun sebagai konsekuensinya
Indonesia harus menyiapkan sport venues bertaraf international sebagai
yang disyaratkan oleh Komite Asian Games. Justru inilah yang sangat
ditunggu oleh Soekarno, untuk dapat menata Wajah Muka Indonesia,
begitu istilah Soekarno untuk memetaforakan kota Jakarta sebagai
representasi wajah Indonesia.
Pada periode Sang Arsitek Maetro ini karya arsitektur,
monumen dan patung-patung digalakkan oleh Soekarno. Karya tersebut
diantaranya:

1. Gedung Gelora Bung Karno, Jakarta


2. Hotel Indonesia Group
a. Hotel Indonesia, Jakarta
b. Hotel Samudra Beach
c. Hotel Ambarukmo, Yogyakarta
d. Hotel Bali Beach, Denpasar
3. Wisma Nusantara, Jakarta
4. Gedung Toserba Sarinah, Jakarta
5. Gedung Conefo, Jakarta
6. Masjid Istiqlal
7. Gedung Graha Purna Yudha
8. Rumah Sakit di Rawamangun, Jakarta
9. Gedung PMI, Jakarta
10. Gedung Planetarium
11. Gedung Herbarium, Bogor

Kota Jakarta Sebagai Muara Artistik


Rancangan tata kota Metropolitan Jakarta pada tahun 1962
menyerupai kota tempat mermuaranya artefak artistik kota. Bangunan
unik, indah, megah berpadu dengan patung skala kota sebagai tengaran
kota.
Pada periode ini, banyak sekalu dilakukan pembangunan Patung
Skala Kota. Selain untuk memperindah kota, juga dimaksudkan sebagai
ekspresi peringatan kepahlawanan Indonesia, ditemukannya antara lain
:

1. Patung Selamat Datang

2. Patung Pahlawan Diponegoro


3. Patung Tani

4. Patung Pembebasan Irian Barat

5. Patung Dirgantara

Patung skala kota yang dirancang pada periode 1959-1965 ini, dapat
dikatakan rancang patung aliran realis dengan artian yaitu patung yang
berwujud manusia sebagai sosok tiga dimensional dengan karakter
yang disesuaikan dengan misi tertentu.
Patung-patung tersebut verhasil divisualisasikan oleh seniman
atau pematung yang bernama Edhie Soenarso dan pematung dari Uni
Soviet, Menizer dan puteranya seorang arsitek yang bernama Roshin,
yang juga mempersiapkan patung Pahlawan di Menteng Prapatan
Jakarta.
Dalam Periode Sang Arsitek Maestro ini mentalite Soekarno
dipenuhi oleh ide-ide internasionalis, dalam konteks sebagai bagian
dari national pride. Periode ini memiliki style serta ciri khas sebagai
berikut :

a.
b.
c.
d.
e.

Pengaruh arsitektur International Style


Visi arsitektur kota dunia
Membangun landmark kota berupa patung skala kota gaya realis
Selalu terdapat desain ruang film disetiap bangunan
Terdapat atap bangunan yang selalu unik dengan teknologi
mutakhir pada zamannya (seperti konstruksi kubah, lipat, temu
gelang, sebagai point of interest)
f. Atap limasan, hiasan kemuncak atap dan ventilasi silang
dipertahankan untuk bangunan rendah
g. Beragam ornamen interior bernuansa Indonesia
h. Penggunaan material alami yang awet 1000 tahun (seperti beton
dan marmer)
Kajian estetis arsitektural pada periode Sang Arsitek Maestro
dapat dipresentasikan mentalite Soekarno yang sangat padat dengan
berbagai gagasan. Konsep padu-padan gaya masih merupakan main
frame arsitekturalnya, namun periode ini seakan-akan semua gaya
arsitektural ingin deterapkan dalam satu bangunan.
Contoh dari arsitektur yang mewakili pengertian architecture as
art an craft, mencitrakan bangunan modern bergaya International Style
sebagai suatu muara artefak artistik. Hal ini deikarenakan bangunan
tersebut menjadi tempat bertemunya semua obyek seni. Terdapat
beragam motif, media/material, beragam gaya, beragam kultur sserta
beragam warna, seperti layaknya sebuah taman sari, bunga beraneka
rupa yang dapat ditemukan.
Seiring berjalannya waktu International Styles mengalami
perkembangan, apabila sebelumnya selalu didominasi dengan bentuk
kotak atau persegi, kemudian saat ini mulai menggunakan bentuk lain,
misalnya lingkaran. Pada periode ini juga, arsitektur monumental mulai
bermunculan. Arsitektur monumental itu sendiri mempunyai ciri khas
antara lain:

1. Bentuknya skluptural yang berarti bentuk yang seperti


pahatan.
2. Monumental yang dibentuk dengan suatu bentuk massa
yang padat dan berat. Para arsitek pada masa itu
menunjukkan monumentalisnya
bangunan
dengan
menggunakan ekspresi dari bentuk beton, atau dengan
mengkontraskan beton tertutup dengan tampilan baja dan
kaca pada penyelesaian eksterior.
Perbedaan dari periode ini dengan periode sebelum-sebelumnya
yaitu pada periode ini terjadi eksplorasi besar-besaran terhadap
kekayaan budaya yang ditampilkan, namun sulit untuk dikatakan
terciptanya citra harmoni dari keberagaman artefak tersebut.
Karya karya Soekarno pada masa itu :
a.

Hotel Indonesia
Hotel Indonesia pertama kali dirancang bermula dari
kunjungan Soekarno ke Gedung Pusat Perserikatan BangsaBangsa (PBB) di New York. Kala itu perancangan Hotel Indonesia
juga dibantu oleh Abel Sorenson, arsitek yang merancang
Gedung Pusat PBB.
Hotel Indonesia adalah hotel berbintang lima pertama
di Asia Tenggara yang menjadi saksi adanya perkembangan
bangsa Indonesia dan gerakan politik presiden Soekarno.
Tepat didepan Hotel Indonesia terdapat kolam air
mancur yang diberi nama Henk Ngantung Fountain, di sekitar
area tersebut juga terdapat sebuah patung berbentuk pemuda
pemudi yang melambaikan tangan sambil membawa bunga,
yang kemudian patung itu diberi nama Patung Selamat
Datang, karya Edhie Sunarso.

Pada Hotel Indonesia juga kita dapat menjumpai sebuah


arca Wisnu dengan Garuda-nya dari batu candi berwarna
hitam pada bagian lobby hotel. Lokasi dari Hotel Indonesia itu
sendiri beralamatkan di di Jalan MH. Thamrin No. 1, Jakarta
Massing bangunan yang memperlihatkan penggunaan bentukan
balok yang kaku dan kokoh.
Sebagai bangunan
Tropis,
bangunan
ini
memperlihatkan
system
sunshading yang cukup
dominan dan membentuk
fasade dan memunculkan
dominasi garis horizontal
pada sisi bagian persegi
yang memanjang secara horizontal.

Penempatan bangunan ini atas konsep tata letak bangunan yang juga
mendukung fungsi bangunannya sebagai point of interest di daerah
tersebut, yang nantinya menjadi pandangan atau titik orientasi visual
dari arah bundaran HI.

Kini Hotel Indonesia telah ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Pemda
DKI dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No.
475 tanggal 29 Maret 1993.
b.

Hotel Samudera Beach


Hotel
Samudra Beach
terdapat di tepi
pantai Laut
Selatan Pulau
Jawa.
Pada Hotel
Samudra Beach,
terdapat relief dari
batu paras
berwarna putih yang bertema kehidupan masyarakat Indonesia
sebagai penutup dinding yang tepat berada diatas kolam.
Hotel Samudra Beach juga memiliki gaya interior yang
sama. Pada bagian dinning area, terlihat karya seni mozaik
multicolour bertema kehidupan masyarakat Indonesia pada
sepanjang dinding ruangan. Kemuadian pada bagian coffee shop,
terdapat ukiran kayu jati yang menutup seluruh dinding.

c.

Gelora Bung Karno (Gelora Senayan)


Bangunan lain yang merupakan desain dari Ir.Soekarno
adalah Gelora Senayan, pada masa itu Ir.Soekarno dalam
membangun suatu bangunan yang monumental selain
memperhatikan fungsinya, juga membangun untuk event-event
bertaraf international, seperti Gelora Senayan atau biasa kita
kenal Stadion GBK.

Proyek ini
bertujuan
untuk
memperlihatkan
kepada
dunia
bahwa Indonesia
adalah Negara yang
mandiri
dan
bangunan
ini
dibangun
untuk
penyelenggaraan
Asian Games IV
pada tahun 1962.
Soekarno
membuat
gebrakan
dengan
membangun stadion ini dengan megah, dan
monumental. Pada saat itu stadion ini merupakan
stadion terbesar di asia dan satu-satunya yang
mempunyai atap unik yaitu atap temu gelang.
Bangunan ini menampilkan system struktur
yang mengekspos kolom dan balok yang memilikinya.
Bila struktur di tonjolkan, berarti bangunan tersebut
menampilkan garis struktur tegak dan datar sehinggal
kesan bangunan menjadi kokoh.
Konsep tata letak dan rancangan ruang luar
Gelora Senayan ini rupanya juga di desain dengan jelas.
Sumbu-sumbu yang nyata di depan bangunan ini
seolah-olah memperkuat kedudukan sebagai bangunan
yang megah dan monumental. Bangunan ini juga di
tempatkan di landscape yang cukup luas sehingga
menjadi point of interest daerah tersebut.

Etik dan Estetik Karya Soekarno


Konsep Etik Arsitek: Pro Bono Publico

Berdasarkan pengamatan selama periode 1926--1965, diketahui


bahwa rancangan Soekarno didominasi tipologi bangunan fasilitas
umum yang menekankan pada tingkat kreativitas perancangan
yang tinggi.
Soekarno memiliki mentalite open mind terhadap keunggulan
teknisi dan arsitek mancanegara, sehingga didapatkan etos kerja
dan persaingan yang sehat antara arsitek-arsitek lokal dan
mancanegara dalam proyek arsitektur.
Soekarno bersikap sangat kritis dalam menentukan rancangan,
mengharuskan unik dan megah namun tetap sesuai dengan
dengan kebangsaan karena Ia meyakini bahwa ruang dan wadah
merupakan unsur penting dalam membangun rasa kebangsaan.
Dalam dunia arsitektur, keberpihakan Soekarno kepada
kepentingan publik terangkum dalam rancangannya selama
periode 1926--1965 berupa masjid, taman, monumen dan
sebagainya.

Konsep Estetik Memberi Warna Jiwa Zaman

Mentalite artistik Soekarno mendorong terciptanya karya-karya


arsitektur yang penuh dengan filosofi yang berasal dari eksplorasi
kekayaan budaya negeri sendiri yang bertujuan untuk kebanggaan
nasional.
Soekarno telah memberi warna kepada jiwa zaman dengan karyakaryanya yang memadukan gaya arsitektur modern dengan
budaya jawa kuno yang mengilhami lahirnya aliran arsitektur form
follow culture.

DAFTAR PUSTAKA
Ardhiati, Yuke. Bung Karno Sang Arsitek. Depok: Komunitas Bambu.
2005

https://ariesaksono.wordpress.com/2008/.../patung-pembebasanirian-barat
http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/2331/PembebasanIrian-Jaya-Monumen
http://pembuat-patung.blogspot.co.id/2014/09/data-sejarahpembuatan-patung.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Monumen_Nasional
http://www.kidnesia.com/Kidnesia2014/Indonesiaku/TeropongDaerah/Jawa-Timur/Tokoh/Soekarno-Sang-Presiden-dan-Insinyur
http://economy.okezone.com/read/2013/08/17/471/850962/soekarno
-di-balik-pembangunan-hotel-indonesia
https://arsitekturbicara.wordpress.com/2012/06/02/hotel-indonesiadan-gedung-dprmpr-ri-pergolakan-politik-era-60-an-di-jakarta/
http://blackfiles.mywapblog.com/mengenang-conefo-project-gedungyang-seh.xhtml
https://id.wikipedia.org/wiki/Monumen_Selamat_Datang
http://www.wismanusantara.com/about-us/history/
https://id.wikipedia.org/wiki/Wisma_Nusantara

Anda mungkin juga menyukai