Anda di halaman 1dari 3

Frederich Silaban

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

F. Silaban dan Bung Karno

Ale Tuhan lehon matua roha nauli, asa jujur ahu mabbagun naso bagas joro mi. (Tuhan berikan
aku hati yang jernih. Agar aku jujur mendirikan gedung ibadah yang bukan Gereja)

Ini adalah nama Suku Batak Toba; Marga tokoh ini adalah "Silaban".
Ars. Frederich Silaban (lahir di Bonandolok, Sumatera Utara, 16 Desember 1912 – meninggal
di Jakarta, 14 Mei 1984 pada umur 71 tahun) adalah seorang opzichter/arsitek generasi awal di
negeri Indonesia. Dia merupakan seorang arsitek otodidak. Pendidikan formalnya hanya setingkat
STM (Sekolah Teknik Menengah) namun ketekunannya membuahkan beberapa kemenangan
sayembara perancangan arsitektur, sehingga dunia profesipun mengakuinya sebagai arsitek. Dan
seiring perjalanan waktu, ia terkenal dengan berbagai karya besarnya di dunia arsitektur dan
rancang bangun dimana beberapa hasil karyanya menjadi simbol kebanggaan bagi daerah tersebut.

Frederich Silaban telah menerima anugerah Tanda Kehormatan Bintang Jasa Sipil berupa Bintang
Jasa Utama dari pemerintah atas prestasinya dalam merancang pembangunan Mesjid Istiqlal.

Frederich Silaban juga merupakan salah satu penandatangan Konsepsi Kebudayaan yang dimuat
di Lentera dan lembaran kebudayaan harian Bintang Timur mulai tanggal 16 Maret 1962 yakni
sebuah konsepsi kebudayaan untuk mendukung upaya pemerintah untuk memajukan kebudayaan
nasional termasuk musik yang diprakarsai oleh Lekra (Lembaga Kebudajaan
Rakjat, onderbouw Partai Komunis Indonesia) dan didukung oleh Lembaga Kebudayaan Nasional
(onderbouw Partai Nasional Indonesia) dan Lembaga Seni Budaya Indonesia (Lesbi) milik Pesindo.

Selain itu, Frederich Silaban juga berperan besar dalam pembentukan Ikatan Arsitek
Indonesia (IAI). Pada April 1959, Ir. Soehartono Soesilo yang mewakili biro arsitektur PT Budaya
dan Ars. F. Silaban merasa tidak puas atas hasil yang dicapai pada Konperensi Nasional di Jakarta,
yakni pembentukan Gabungan Perusahaan Perencanaan dan Pelaksanaan Nasional (GAPERNAS)
dimana keduanya berpendapat bahwa kedudukan "perencana dan perancangan" tidaklah sama dan
tidak juga setara dengan "pelaksana". Mereka berpendapat pekerjaan perencanaan-perancangan
berada di dalam lingkup kegiatan profesional (konsultan), yang mencakupi tanggung
jawab moral dan kehormatan perorangan yang terlibat, karena itu tidak semata-mata berorientasi
sebagai usaha yang mengejar laba (profit oriented). Sebaliknya pekerjaan pelaksanaan (kontraktor)
cenderung bersifat bisnis komersial, yang keberhasilannya diukur dengan besarnya laba dan
tanggung jawabnya secara yuridis/formal bersifat kelembagaan atau badan hukum, bukan
perorangan serta terbatas pada sisi finansial. Akhir kerja keras dua pelopor ini bermuara pada
pertemuan besar pertama para arsitek dua generasi di Bandung pada tanggal 16 dan 17 September
1959. pertemuan ini dihadiri 21 orang, tiga orang arsitek senior, yaitu: Ars. Frederich Silaban, Ars.
Mohammad Soesilo, Ars. Lim Bwan Tjie dan 18 orang arsitek muda lulusan pertama
Jurusan Arsitektur Institut Teknologi Bandung tahun 1958 dan 1959. Dalam pertemuan tersebut
dirumuskan tujuan, cita-cita, konsep Anggaran Dasar dan dasar-dasar pendirian persatuan arsitek
murni, sebagai yang tertuang dalam dokumen pendiriannya, “Menuju dunia Arsitektur Indonesia
yang sehat”. Pada malam yang bersejarah itu resmi berdiri satu-satunya lembaga tertinggi dalam
dunia arsitektur profesional Indonesia dengan nama Ikatan Arsitek Indonesia disingkat IAI.

Hasil Karya:

 Gedung Universitas Nommensen - Medan (1982)

 Gelora Bung Karno - Jakarta (1962)

 Rumah A Lie Hong - Bogor (1968)

 Monumen Pembebasan Irian Barat - Jakarta (1963)

 Markas TNI Angkatan Udara - Jakarta (1962)

 Gedung Pola - Jakarta (1962)

 Gedung BNI 1946 - Medan (1962)

 Menara Bung Karno - Jakarta 1960-1965 (tidak terbangun)

 Monumen Nasional / Tugu Monas - Jakarta (1960)

 Gedung BNI 1946 - Jakarta (1960)

 Gedung BLLD, Bank Indonesia, Jalan Kebon Sirih - Jakarta (1960)

 Kantor Pusat Bank Indonesia, Jalan Thamrin - Jakarta (1958)

 Rumah Pribadi Friderich Silaban - Bogor (1958)

 Masjid Istiqlal - Jakarta (1954)

Frederich Silaban memenangkan sayembara pembuatan gambar maket Masjid dengan motto (sandi)
"Ketuhanan" yang kemudian bertugas membuat desain Istiqlal secara keseluruhan. Istiqlal ini juga
merupakan masjid terbesar di Asia Tenggara pada tahun 1970-an

Gedung Bentol - Jawa Barat (1954)


Gedung ini merupakan bagian dari Istana Kepresidenan Cipanas yang terletak di jalur jalan
raya puncak, Jawa Barat dan berlokasi tepat di belakang gedung induk dan berdiri di dataran
yang lebih dari bangunan-bangunan lain. Gedung yang sering disebut sebagai
tempat Soekarno mencari inspirasi dinamakan Gedung Bentol karena seluruh dindingnya
ditempel batu alam yang membuat kesan bentol-bentol.

Gerbang Taman Makam Pahlawan Kalibata - Jakarta (1953)


Kampus Cibalagung, Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP)/Sekolah Pertanian
Menengah Atas (SPMA) - Bogor (1953)

Sekolah pertanian ini telah melahirkan sejumlah tokoh kawakan di berbagai bidang.
Beberapa di antaranya bahkan pernah menjabat sebagai menteri. Padahal sekolah yangkini
berumur seabad ini sejatinya "kawah candradimuka" bagi penyuluh dan teknisi di bidang
pertanian.

Rumah Dinas Walikota - Bogor (1952)


Kantor Dinas Perikanan - Bogor (1951)
Tugu Khatulistiwa - Pontianak (1938)
Tugu ini dibangun pertama kali pada 1928 oleh seorang ahli geografi
berkebangsaan Belanda. Pada 1938 dibangun kembali dan disempurnakan oleh Frederich
Silaban. Pada 1990 dibangun duplikatnya dengan ukuran 5 kali lebih besar untuk
melindungi tugu khatulistiwa yang asli. Pembangunan yang terakhir diresmikan pada 21
September 1991
Pranala luar
 (Indonesia) Frederich Silaban: Arsitek Pengukir Sejarah Toleransi (TokohIndonesia.Com)

 (Indonesia) Sejarah Pembentukan Ikatan Arsitektur Indonesia

 (Indonesia) Artikel-artikel mengenai Frederich Silaban


Pendidikan:
 H.I.S. di Narumonda Tapanuli, tamat tahun 1927,
 K.W.S. (Koningen Wilhelmina School) di Jakarta, tamat 1931
 Academic van Bouwkunst Amsterdam, Belanda (1950)
Pengalaman Pekerjaan:
 Pegawai Kotapraja Batavia
 Opster Zeni AD Belanda
 Kepala Zenie di Pontianak Kalimantan Barat (1937)
 Kepala DPU Kotapraja Bogor hingga 1965.
 Wakil Kepala Proyek Pembangunan Mesjid Istiqlal Jakarta sampai akhir hayatnya
Tanda Kehormatan:
 Satya Lencana Pembangunan yang disematkan oleh Presiden Sukarno (1962)
 Honorary Citizen (warga negara kehormatan) dari New Orleans, Amerika Serikat.

 Qubah Mesjid Istiqlal telah diakui Universitas Darmstadt, Jerman Barat sebagai hak
cipta Silaban, sehingga disebut sebagai "Silaban Dom", atau qubah Silaban

Anda mungkin juga menyukai