Disusun Oleh:
M. Rizky
135060507111033
Adinda Fara A.
Dinny Rahmaningrum
Hanna R. Siahaan
Ratna Arianda J.
Raufina Ayu A.
155060500111022
155060501111048
155060500111042
155060507111026
155060501111018
JURUSAN ARISTEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
TELAAH UMUM
1. Perjalanan Hidup
Friedrich
Silaban
Ompu
ni
Maya
Bonandolok, Tapanuli, Sumatera Utara. Mayoritas masa hidup beliau dihabiskan di kota
Bogor, kampung halaman kedua dan kota Jakarta.
Masa kecil F.Silaban di Tapanuli hanya dilalui sebentar, setelah lulus dari Sekolah
Dasar Belanda/HIS (Holland Inlandshe School) di Narumonda tahun 1927, beliau
melanjutkan ke Sekolah Tekniknya/KWS (Koninginlijke Wilhelmina School) di Jakarta
dan lulus pada tahun 1931 di Jakarta yang kala itu masih disebut Batavia. Kemudian
F.Silaban bekerja sebagai juru gambar bangunan Kotapraja Batavia (bouwkundig
tekenaar Stadsgemeente Batavia), dan pada sore harinya memanfaatkan waktunya untuk
bekerja pada salah satu biro Arsitek Belanda. Saat itu, beliau sering ikut serta di pameran
gambar di Pasar Gambir Jakarta.
Pada tanggal 18 Oktober 1946, F.Silaban menikah dengan seorang gadis keturunan
Indo-Belanda, Kievits boru Simamora dan dikaruniai 10 orang anak. Seorang
diantaranya, yaitu Ir. Panogu Silaban mewarisi bakat beliau di bidang arsitektur. Bakat
menonjol dalam diri pemuda Silaban memang sudah nampak sejak dulu, meskipun
belum sempat mengikuti pendidikan arsitektur secara formal. Beliau selalu berkeinginan
2
untuk mengikuti pendidikan arsitektur secara formal, yang nantinya akan tercapai setelah
tahun 1950.
yang
dikenal
dengan
sebutan
studieprijsvraag
dan
pemenang
3. Riwayat Pekerjaan
1931 (Mei-Juli)
1931 1937
1937 1939
daerah
Kalimantan Barat
1939 1942
1942 1949
(Kepala
DPU Bogor)
1949 (akhir) Mei 1965 : Kepala DPU Kota Bogor, sambil 5 tahun menjadi
3
Ketua Panitia
Keindahan Kota DKI Jakarta
1959 1962
1965 (Mei)
1967 1984
1972 1976
: Dosen mata kuliah Kode Etik & Tata Laku Profesi pada Fakultas
dengan
beliau,
mendengarkan
diskusi-diskusi
nampak
1949 (akhir)
1954
1957
1961
1962
: Perjalanan ke Jepang
1964
: Keliling dunia
: Keliling dunia
kota
1965
1971
1973
1975
1981
5. Pandangan Hidup
Dengan mengetahui pandangan hidup arsiteknya, akan lebih mudah bagi kita
memahami pandangan arsitekturalnya. Karena dua hal ini bersumber dari kejiwaan yang
sama, namun dengan sulitnya menemukan data yang mengungkapkan tentang pandangan
hidup beliau karena terbukti telah banyaknya produktivitas beliau di balik meja gambar
dari pada di balik meja mimbar.
Menurut kata orang, Silaban ini sulit ditemui. Diperkirakan karena kesibukan beliau
pada masa-masa dulu, sehubungan karya-karya beliau yang pada waktu itu menjadi
bahian dari Natiom Building.
6. Pandangan Arsitektural
Silaban memiliki pandangan yang disebutnya Idealisme Arsitektur yang
menurutnya pendirian atau sikap hidup yang secara terus menerus memperjuangkan
kemurnian arsitektur ditilik dari sudut kepentingan rakyat dan Negara Indonesia dalam
arti kata yang seluas-luasnya.
Bagi
Silaban
arsitektur
yang
baik
adalah
arsitektur
yang
sesederhana
Mempunyai bentuk atap yang ringkas dan penutup atapnya terdiri dari material yang
tahan lama, 5sehingga tidak akan terjadi kebocoran
Menurut beliau pemlihan material berkualitas tinggi dengan harga yang tinggi pula a
kan lebih menguntungkan daripada penggunaan material berkualitasrendah dengan
harga yang rendah
Kualitas lantai yang bagus adalah lantai yang tetap awet meskipun di cuci setiap hari
Bentuk arsitektur Indonesia tidak perlu dicari, sebab bangsa Indonesia itu
masih
dalam
proses
pembentukan.
Namun,
arsitektur
sendiri
Indonesia
itu
harus modern dan bersifat tropis. Tentang sikap kita terhadap arsitekturtradisional, kita
sebaiknya jangan mengambil bentuknya, melainkan jiwanya.
7. Prestasi Khusus dan Penghargaan
1935 : memperoleh hadiah ke-3 sayembara Arsitektur Perencanaan sebuah hotel
Thamrin Jakarta
1954 : memperoleh hadiah ke-1 sayembara Masjid Istiqlal di Jakarta
yang akan dapat diungkapkan makna-maknanya dan juga secara sinkronik akan dapat dilihat
seberapa pengaruh terhadap karya-karya lainnya.
perkembangan perkotaan pada masa itu. Yang pada intinya adalah memperluas fisik serta
intelektual spiritual.
banyak korban jiwa yang mereka anggap sebagai balas budi mereka terhadap rakyat
Indonesia. Akibat politik tersebut sangat bersar bagi kas pemerintas Belanda dalam
sektorperkembunan, tapi juga perkembangan arsitektur dan kota di Indonesia.
Pada abad ke 18, sosial masyarakat di negara barat sedang mengalami perubahan besarbesaran akibat revolusi industri sedangkan di tanah air masyarahat masih terjajah oleh
bangsa Belanda. Perkembangan arsitektur di Barat saat itu berlangsung langgam tradisional
Neo Klasik sedangkan di Indonesia langgam arsitektur Indische Empire Stjil. Dari hal itu
dapat kita ketahui bahwa pad amasa itu masih ada kebebasan tentang ekspresi bangunan di
Indonesia.
Tahun 1908 muncul paham nasionalisme yang ditandai dengan munculnya organisasi
Budi Utama yang diketuai oleh dr. Wahidin Sudiro Husodo. Suasana Nasionalisme ini
mendorong munculnya ujud Pendidika Nasional Indonesia oleh Ki Hajar Dewantara melalui
Taman siswa dengan lambang serta semboyan Tut Wuri Handayani.
Masa itu perkembangan arsitektur di Indonesia tetap melaju. Umumnya bangunan
kolonial yang memakai langgam Eropa. Namun pada 1920 terdapat pula 2 gerakan di dalam
arsitektur Indonesia yang disebut Indies. Gerakan tersebut memberikan pengaruh arsitektur
modern secara menyeluruh dan lebih khusus untuk menyusun suatu arsitektur Indo Eropa
yang ideal. Hal tersebut terwujud dalam bangunan pasar gambir. Titik tolak gerakan tersebut
yaitu ketika Thomas Karsten, H. Maclaine Pont bersimpati terhadap masyarakat dan Budaya
Jawa. Dan F. Silaban sebagai partisipan yang mewujudkannya dengan gagasan arsitektur
Indo-Eropa pada bangunan Pasar Gambir.
Sementara di Indonesia masa ini banyak mempunyai hal-hal penting, begitu pula di
manca negara. Di negara barat, Walter Gropius menentang fungsi Fungsionalism yang dalam
kurun waktu 4 tahunkemudian Gropius mendaji anggota rsitek ekspresionis yang
bereksponden dengan kaum Utopian yang menuntur kembali Integrasi bangunan abad
pertengahan. Sedangkan Frank Lloyd Wright menyatakan tetang arsitektur organk yang
kenyatannya Gropus dan Wright sendiri pada 1950 tidak mendesain karyanya dengan
organik.
Sementara diIndonesia tahun 1920 setelah gerakan kebangsaan diikuti oleh Polemik
Kebudayaan dan mucul
Pujangga Baru yang melawan kolonial melalui karya sastranya.
9
Tercatat peristiwa penting lagi yakni Sumpah Pemuda , kebulatan tkad pemuda bangsa
Indonesia dalam mempertahankan satu bangsa, satu tanah air dan satu bahasa. Kemudian
1951
1951 1953
1953
1954
1958
1958 1960
1960
1960 1962
1962
1963
10
1968
1982
Dan lain-lain
Setelah diamati selama kurun waktu 1950 - 1978, dapat dikatakan bahwa
bangunan-bangunan
tersebut memiliki perkembangan ciri khas. Hal ini terlihat jelas pada tipologi bangunan
umum dan monumen, namun kurang menonjol pada tipologi rumah tinggal.
Dan masih banyak lagi, namun tidak hanya itu saja banyak pula karya karya yang tak
terlaksana yang tertama adalah untuk monumen-monumen dan gedug-gedung yang jika
diamati memiliki perkembangan ciri khas terutama pada typologi bangunan umum dan
monumen.
-
Secara umum bangunan umum Silaban mempunyai persamaan dari segi kesederhanaan,
keringkasan dan kejelasan dari segi bentuk dan kesamaan pemecahan teknologi dan juga
kedekatan bahan bangunan klasik pada podium, kerangka badan dan selubung bangunan, dan
orientasi terhadap iklim tropis. Namun terdapat perbedaan pada bentuk, pemecahan
teknologi dan bahan11bangunan pada kerangka atap.
-
Bangunan
Bangunan :
Terlaksana
Makna Proyek: Karya Silaban dalam kurun ini sebagian benar untuk mndukung
politik Mercu Suar maka hemat penulis makna karya kurun ini:
Karya Mercu Suar
Dalam perubahan kritis karya disini, terjadi overlaping ciri karya Masjid Istiqlal
memakai atap beton plat, yang dimulai plekasanaan tahun 1961 tetapi mulai perancangan
tahun 1954 (kemenangan sayembara).
12
Perubahan ini diduga berdasarkan perkembangan teknologi dan bahan serta vocabulary
lain dalam arsitketur yang makin bertambah, akibat pergaulan bangsa dan arus informasi ke
Indonesia yang makin berkembang.
Diakronik Karya Rumah Tinggal
Secara umum karya-karya rumah tinggal mempunyai kesamaan dalam menampilkan
jiwa tropis, karena minimnya data perbedaan yang dapat ditemukan adalah penggnaan
bentuk atap pelana pada kurun waktu awal dan bentuk atap limasan pada kurun waktu akhir.
Kurun waktu 1951-1979
Masa awal karya Arsitektur Silaban 1951, dimaksudkan untuk karya yang dilaksanakan
dan munculnya sesudah Indonesia merdeka. Namun untuk karya perencanaan/ perancangan
rumah tinggal masa awal dan sebagai karya-karya yang terlaksana maupun tidak, tidak
terdata tanggal pembuatannya.
karya arsitektur adalah Fungsi simbolisasi, fungsi penunjk waktu, setting lokasi, dan
lingkungan, fungsi fisik meliputibentuk, aktivitas, pelindung dan keamanan.
Deiversifikasi dari pengertin fungsi dalam system arsitektur meliputi (Handlex,
Benyamin, 1970:6-11) yaitu Fungsional kegunaan (form follows function), Fungsionl
konstriktivisme (form follows structural functioning), fungsional ekspresif,
fungsional
geometris,
fungsional
organic,
fungsional
berdaya
alam.
keawetan bangunan (dengan oenggunaan bahan berkualitas tinggi, harga inggi, untuk
mengurangi atau memperkcil biata perawatan, barangkali merupakanungkapan
fungsional berdaya guna adalah meliputi: memakai pendekatan aspek ekonomi untuk
mencapai hasil yang tepat guna, rasionalisasi dalam pemecahan masaah, dan menitik
beratkan pada optimasi aktivitas.
Bangunan-bangunan umum seperti masjid istiqlal, kantor Bank Indonesia,
Gedung Pola, Gedung nasional Bogor. Ada bangunan umum yang tidak hanya
mengunkapkan ketiga system fungsional diatas, tetapi juga mengungkapkan
fungsional organic (penggunaan atau pemanfaatan bahan alam dan kenyataan
fenomena alam, yaitu bangunan SPMA di Bogor). Bangunan yang dirancang pada
aawal karier profesi Silaban ini sangat memperhatikan kondisi alam di lingkungan
sekitar, baik dalam bentuk-bentuknya, tata ruangannya, maupun dalam penggunaan
bahan. Disamping bangunan SPMA Bogor, bangunan hotel Banteng ( sekaang hotel
Borobudur) di Jakarta, yang sebagian dibangun berdasarkan rancangan Silaban
(lantai dasar), nampaknya cenderung bertolak belakang dengan ungkapan konsep
fungsional berdaya guna. Kamar-kamar hote lbanteng dirancang dengan ukuran yang
cukup besar, untuk memperoleh ungkapan simbolis sebagai kamar hotel terbesar
diseluruh Asia, tanpa memperhitungkan segi komersial bangunan hotel. Mugkin,
karena alasan ini, kelanjutan dari rancangan bangunan hotel Banteng diserahkan pada
pihak lain.
Kecnderungan lain yang dapat terungkap, dalam masalah kandungan nila-nilai
fungsionalitas bangunan umum karya Silaban adalah terdapatnya bangunan umum
yang bentuknya tetap, tetapi telah beralih fungsi. Gedung pola yang fungsi awalnya
sebagai bengunan pameran, menjadi bangunan perantoran (BP7, yayasan-yayasan,
dll.) gedung naisonal di Bogor beralih menjadi kantor bersama bank-bank swasta.
Nampaknya hal ini menunjukkan bahwa fungisonalisme Silaban cenderung bukan
fungsional kegunaan ( Form follows function), dan bukan fungsional ekspresi
(kegunaan bangunan).
Kenyamana dan keamanan rumah tingga bagi penghuninya
Bangunan rumah tinggal harus adapt memberikan rasa aman dan nyaman bagi
penghuninya. Suatu ungkapan yang nampaknya sederhana dan bahkan dapat
dikatakan klise ini, sebenarnya mengandung hal-hal yang hakiki terutama apabila
dikaitkan dengan nilai-nilai fungsionalitas arsitektur sebuah rumah tinggal. Bagi
Silaban sebagai seorang arsitek dan seorang kepala rumah tangga, rumah tinggal
16
selain sebagai tempat untuk mengarungi kehidupan anggota besarnya, juga sekaligus
sebagai laboratorium lapangan dalam mengingkatkan profesionalismenya sebagai
seorang arsitek, maka tidak mustahil bahwa rumah tinggalnya yang dirancangnya
sebagai
dasar
rancangan
bangunan
karya-karyanya.
Namaknya
fungsionalisme yang dianut dan diyakini silaban tidak lagi semurni faham
fungisonalisme dari gerakan arsitektur modern. Apakah hal ini merupakan indicator
bahwa silaban mencob amenyesuaikan fungsionalisme gerakan arsitktur modern
dengan aritektur di Indonesia, atau justru Karen adanya sikap keragu-raguan di dalam
diri Sialaban tenatng faham fungsionalisme itu sendiri. Dengan demikian keismpulan
yang masih tentatif ini, mencoba merangkum ungkapan fungsionalisme arsitektur
karya-karya Silaban sesuai tipologi bangunan.
Bangunan Monumen karya SIlaban nampaknya mengungkapkan fungsi
simbolisasi social-politik pada mas bangunan tersbeut dirancang. Dengan demikian
yang tercipta adalah bangunan monument politik, yang memberikantanda peringatan
Antara lain pada tokoh, pemimpin bangsa (Menara Bung Karno), program Nation
and Character Building (Tugu Nasional), perjuangan pembebasan Irian Barat (Irian
Jaya sekarang) dengan monument Lapangan Banteng. Kondisi social-politik pada
masa itu jelas mebayangi dalam setiap karya-karyanya dengan politik mercusuar,
kultus indivdu,dan perjuangan kemerdekaan/pembebasan. Monumen Gerbag TMP
Kalibata merupakan pengecualian dari fungsi simbolisasi, karena disamping
bangunan tersebut tidak dapat mengungkapkan symbol kepahlawanan, juga adanya
kecenderungan rncangan lebih pada pendekatan ormalist daripada fungsional.
Sedangkan dari segi fungsional seistem arsitektur, leih mengungkapkan fungsional
geometris, terutama dari segi bentuk bangunan.
Kepekaan langkah antisipatif Silaban dalam emnempatkan bangunan pada lokasi
spesifik sangat terasa. Fungsi gisik dalam hal control fisik terhadap perlindungan dan
keamanan leih ditekankan pada fungsional konstruktivisme, fungsional geometris dan
fungsional berdaya guna, sedangkan fungsional kegunaan dengan form follows
17 Nampak bangunan umum karya silaban.
function tidak
Untuk SMPA Bogor, terungkap juga fungsional organic dengan memanfaatkan
beriklim
tropis.
fungsi
juga
Nampak
dalam
karya-karyanya?
kerangka dan marmer, keramik lazuur serta rooster selalu muncul untuk envelope.
Demikian juga lantai pada umumnya sama, marmer. Bahan-bahan mengesankan
mahal, terutama pengawetan beton eksposenya, perbedaan haya pada frame atap
yakni atap limas genteng pada kurun diakronik pertama dan atap datar beton pada
kurun diakronik kedua.
Unutk bangunan monumen, teknologi sama dengan frame beton bertulang dan
envelope merupakan finishing beton dari keramik atau marmer. Perbedaan pengaruh
bentuk, tidak mempengaruhi teknologi dan bahan.
Secara keseluruhan teknologi dan bahan Silaban pada karya-karyanya tak
mengalami perubahan, yang menyebabkan menonjolnya arsitektur Silaban waktu itu,
diduga penulis oleh skala bangunan yang besar yang didukung oleh politik mercusuar
dalam kaitan Nation & Character Buildingnya presiden Soekarno waktu itu.
Tapi bagaimanapun, beliau meninggalkan bangunan-bangunan
yang
sesungguhnya mewakili suatu era yang dapat dilihat, yaitu era pertama karya-karya
arsitektur karya Putera Indonesia sendiri pada masa Indonesia baru sesudah perang
yang cukup solid, karena rencana-rencana beliau adalah rencana-rencana yang cukup
mempunyai kekuatan yang berasal dari keyakinan yang kuat, seperti yang dikatakan
Prof. Ir. Hasan Poerbo MCD, (wawancara, 20 Juni 1991).
3. Ekspresi
Pendahuluan
Arsitektur merupakan emosi dan tanpa itu tidak ada arsitektur yang ada hanyalah
bangunan. Ekspresi aalah makna yang terkandung dalam arsitketur dan hanya emosi
manusia yang dapat menafsirkannya. Ada kesepakatan umum mengenai ekspresi
sehingga eskpresi memiliki makna sebagai komposisi dan karakter yang dipancarkan
oleh bangunan. Beberapa aspek ekspresi juga terletak pada asal-usul kebudayaan, gaya
dan
mode
serta
kualitas.
Fungsi tidak memunyai efek langsung pada ekspresi, karena kemungkinn beberapa
tipe bangunan yang sama menampilkan bentuk jendela/pint, ukuran, bentuk dan barik
yang serupa, dan dengan berbagai pengalaman sebelumnya maka tanggapa yang
diberikan
dapat
berupa
kesepakatan
bersama.
Kualitas adalah salah satu aspek ekspresi, contohnya adalah pemilihan bahan.
Arsitek yang piawai akan memperingatkan pemiliki akan adanya biaya untuk
19
pemeliharaan sebagai
konsekwensi dari pemilihan bahan yang kurang baik.
a. Ekspresi
Struktur
bangunana
dalah
bentuk
geometri
yang
sederhana.
Bagi saya arsitektur yang baik adalah arsitektur yang sesederhana mungkin, seringkas
mungkin
dan
sejelas
mungkin.
(Buku
Menuju
Arsitektur
Indonesia).
Bagi F. Silaban bentuk sederhana yang akan selalu dikagumi oleh banyak orang.
Penggunaan terlalu banyak elemen pada suatu gedung akan mengurangi kejelasan gedung
tersebut.
Konsep bentuk bangunan rancangan F. Silaban mengandung tiga esensi yaitu ataom
kolom dan lantai dengan esensi utama adalah atap karna pertimbangan bahwa bangunan
membutuhkan atap yang sungguh-sungguh bebas dar kebocoran dan menciptakan keteduhan
bagi penghuninya. Untuk menahan berat atap dibutuhkan kolom yang meneruskan beban ke
tanah. Sedangkan dindingnya hanya merupakan pengisi struktur dan pembatas agar privacy
dapat
terbentuk.
Ciri lain adalah dasar bangunan memperlihatkan kolom-kolom dalam jarak irama yang
teratur.
Tetapi perkembangan selanjutnya, beberapa dari karya F. SIlbana tidak diteruskan
pembangunannya. Hanya bagian lantai dasar (alas bangunan) saja yang terlaksana.
Pertimbangan pemberi tugas aantara lain adalah harga bangunan yang terllau mahal sehingga
tidak dapat dilanjutkan pelaksanaanya.
b.
Ekspresi
Tampak
Ekspresi tampak karya F. SIlaban adalah brise-soliel atau pemakain sun shading. Bisa
disebut demikian karena hampir sebagian besar rancangan beliau memakai penahan matahari
sebgai
penyelesaian
tampaknya.
merupakan
ciri
khas
gerakan
ini.
Bangunan yang dirancang dengan brise-soleil pertama kali adalah gedung Kementria
Pendidikan dan Kesehatan di Rio de Janeiro-Brasil merupakan hasil pemikiran Corbu, Oscar
20
Nie-Meyer dan Lucio Costa. Ciri khas bangunan ini adalah Brise-Soliel yang dapat
digunakan
mengikut
arah
gerak
matahari.
Silaban tidak Oscar Niemyer, karena Oscar Neymer adalah orang yang mengorbkan
bentuk untuk kenyamanan pemakai. (Ir. Budi Sukada, Diskusi Konsep & Karya F. SIlaban,
22
Juni
1991,
Bandung).
Namun F. SIlaban juga turut menerapkan sun shading karena sedng populer di masa
1950-1960-an. Perbedaannya antara Silaban dengan Oscar Niemeyer adalah karya Silaban
lebih menonjolkan irama kolom sdangkan sun shading hanya elemen sekunder.
Bagi SIlaban arsitektur tropis banyak merupakan permainan anatara gelap dan terang
yang harmonis dan seimbng. Lebih banyak yang gelap (tidak dapat disinari matahari) makin
tropis
arsitektur
bangunan
tersebut.
Ciri lain dari karyaSIlaban adalah penyelesaian sudut bangunan yang khas. Sudut
bangunan dibentuk sehingga mempunyai dua arah.dengan penyelesaian ini, bangunan akan
mempunya ekspresi tampak yang sama. Apalagi bila bangunan dilengkapi dengan sun
shading yang sama pada ke 4 sisi-sisinya. Perbedaannya hanya pada proporsi panjang dan
lebar bangunan yang tidak sama.
c.
Ekspresi
Teknologi
dan
Bahan
Pemilihan bahan sangat mempengaruhi harga bangunan. Bahan yang mahal akan
mengakibatkan harga bangunan menjadi mahal pula.pemilihan bahan merupakan faktor yang
kritis, sebab pengaruh cuaca layaknya di cuaca di Indonesia dapat menurunkan kualitas
bahan tersebut. Pemilihan bahan yang kurang awet akan menghadapkan pemilik atau
pengguna bangunan pada masalah biaya perawatan bangunan sepanjang pemakaiannya.
F. Silaban selalu memilih bahan kualitas baik bagi bangunan-bangunannya. Karena
bahan dengan mutu tinggi tersebut awet terhadap perubahan cuaca, maka harganya menjadi
mahal. Hal ini menjadikan biaya pelaksanaan dan harga bangunan turut menjadi mahal pula.
Keteguhan beliau pada prinsip tersebut tidak jarang diikuti pula dengan pembatalan proyek
oleh
pemberi
tugas.
Arsitektur tropis selain memahami pengendalian sinar matahri yang jatuh pada
bangunan
juga
memahami
pemanfaat
ventilasi
alami.
lantai
21
ke
langit-langit
minimal
setinggi
meter.
Bahkan SIlaban mengsnjurkan pula kepada arsitek muda untuk menambahn teras agar
penghuni bisa menghirup udara segar dan melihat alam di luar. Dalam perjalannya akhirnya
bangunan Silaban mengguakan AC karena kualitas udara dan kebersihan udara yang berbeda
dengan awal perancangan bangunan.
d. Tinjauan Ekspresi berdasarkan Tipologi
1. Rumah
Tinggal
dari
luar.
Ukuran kamar dan tinggi langit-langit cukup besar sehingga volume sebuah kamar
menjadi
besar
dengan
tujuan
Menunurut
udara
kamar
tidak
cepat
F.
panas.
Silaban:
1. Dalam rancangan rumah tinggal, ubin harus bisa dan mudal di pel sehingga
merancang harus mempertimbangkan hubungan detail konstruksi yang benar-benar
rata dan halus.
2. Atap harus dominan, karena atap harus menutupi teras selebar 3 meter. (Prof.
Suwondo B Sutedjo Dipl.Ing., Dalam DIskusi Konsep dan Karya F. SIlaban 22 Juni
1991,
Rumah
Bandung)
Tinggal
F.
SIlaban
Bogor
Rumah ini di bangun diatas kapling yang mula-mula untuk 2 rumah tinggal. Seperti
halnya konsep beliau mengenai rumah tinggal rumah beliau pun memeiliki emper
yang lebar, teritiasan lebar dan rendah serta laintai rumah yang terbuat dari marmer.
Langit-langit sangat tinggi karena terbentuk oleh kemiringan atap yang cukup
curam agar air hujan dapat mudah mengalir dan diterima oleh talang-talang
berdiameter22
besar.
Langit-langit mengikuti mirip atap tang terbuat dari lambrisering kayu jati.
Ruangan dibawah atap cukup tinggi sehingga dimungkinkan membuat mezanin
yang
dahulu
merupakan
studio
konsultan
Silaban.
Beberapa perabot dirancang oleh Silaban maka muncul keserasian dengan bentuk
bangunannya.
Ventilasi silang merupakan pertimbangan rumah tinggal beliau dan dituutpi kawat
kasa
untuk
menghindari
serangga.
Ekspresi tampak juga memperlihatkan irama kolom dan modul yang teratur (4
meter).
Kolom-kolom dilapisi dengan batu alam yang susnannya diatur serasi dengan lpisan
pagar rendah dengan tujuan agar keindahan bangunan dapat terlihat dari luar.
2. Bangunan
Umum
gereja,
sekolah,
restoran,
hotel
dan
lain-lain.
Pada rancangan banguna umum, konsep irama kolom sebagai ekspresi struktur tetp
dipertahakan, bahkan pada rancangan Mesjid Istiqlal (1960-1970) irama ini tetap ada
walaupun pada rancangan sekolah (Sekolah Menengah Pertanian Atas) yang
dibangun sekitar 1950-an sebagai karya Silaban yang pertama irama kolom sudah
muncul.
Konsep beliau tentang bentuk bangunan yang menonjolkan atap, kolom dan lantai
juga diterapkan dalam beberapa rancangannya. Contohnya adalah Bank Indonesia Jakarta
dan
Gedung
Pertambun
(Kantor)
Jakarta.
Konsep lain dari Silaban adalah Konsep nation building sebagai jiwa dari ekspresi
bangunan.
Contohnya adalah Hotel Banteng - sekarang Hotel Borobudur - di Jakarta.
Modul ruang diubah sesuai dengan modul City hotel dan konsep ruang terbesar se
Asia yang pertama kali digagaskannya dirubah menjadi konsep modul terkecil.
Selain konsep perancangan, ada prinsip lain dari Silaban yaitu faktor pemilihan
bahan.
Prinsip utamanya adalah keawetan dan tahan terhadap perubahan cuaca di
Indonesia. Dari segi teknisnya, pemilihan bahan yang pemasangannya membutuhkan
23
ahlinya
juga
membutuhkan
ahli-ahli
khusus.
karya yang patut diperhitungkan. Tetapi yang menjadi pertanyaan adalah bahwa
beberapa karya-karyanya ternyata tidak selesai dilaksanakan, umumnya hanya lantai
dasar
saja.
Bangunan
yang
hanya
-Hotel
Lantai
terlaksana
bagian
lantai
Banteng
atas
-Markas
tempat
adalah:
kamar-kamar
Besar
dasarnya
dirancang
Angkatan
Jakarta
lembali
Udara
oleh
arsitek
(MBAU)
lain.
-Jakarta
Baru 10% yang terlaksana dari rancangan Sialabanuntuk selanjutnya akan dijadikan
pusat perbelanjaan dan perkantoran. Sedangkan kegiatan MBAU dipindahkan ke
daerah
Cilangkap
(Jakarta).
-Gedung
Minimum
Bogor
Pemberi tugas menganggap bawa rancangan asli terlau besar sehingga harus
diperkcil lagi. Rancangan asli merupakan bangunan berlantai 8 dan dinamakan
Gedung Nasional. Oleh Silabahan hasil yang baru merupakan bentuk minimum
yang dapat dirancang oleh
beliau.
Fungsi bangunan sekarang dipakai sbagai bank.terdapat 4 bank yang berbeda dan
masing-masing memiliki entrance di bagian depan. Secara keseluruhan ekspresi
tampak
sudah
-Bank
berbeda
Negara
-Bank
dengan
rancangan
Indonesia
1946
Indonesia
asli.
Medan
Surabaya
Menara/
Tugu
Silaban memenuhi pemberi tugas yaitu Soekarno sebagai kepala negara pada waktu
itu.
-
Monumen-monumen
Bangunan
dasar
Beberapa
rancangannya
Monumen
alternatif
Lapangan
Tugu
anatara
lain:
Banteng
(Jakarta)
Nasional
(Jakarta)
ke-2.
Atas permintaan pemberi tugas, silaban diminta untuk mencari alternatif baru dan
memikirkan
kembali
skala
monumennya.
keterlibatan
-Monumen
-Gedung
beliau
sebagai
Jenderal
Monumen
perancang
monumen
Soedirman
Kalibata
Nasional
-
dari
tersebut.
Cijantung
Jakarta
-Menara
Bung
Hanya
gerbang
Kalibata
Karno
saja
yang
akhirnya
Jakarta.
dilaksanakan.
sebagai
elemen
dinding.
Kolam sebagai elemen lanskap lebih menonjolkan irama kolom yang terbentuk pada
bayangan
di
air.
untuk atap, tetap dipertahankan adanya tritisan yang lebar walaupun secara
fungsional
tidak
mempengaruhi
kegiatan
didalamnya.
Sebagai penyelesaian dinding tidak dipakai cat tembok, tetapi batu alam berwarna
muda.
Karena pemilihan bentuk dan ekspresi gerbang munomen ternyata menyerupai
candi,
ide ata gagasannya terasa dicari-cari. Karya monumen ini lebih mencirikan
formalisme
daripada
fungsionalisme.
Kadang-kadang
tegas,kadang-kadang
menampakkan
menyembunyikan
strukturnya
dengan
strukturnya.
sintaksis dari bagian ke bagian dan dari tiap bagian keseluruhan melalui
prinsip-prinsip
estetika
yaitu
kesatuan,proporsi,skala,keseimbangan,irama,urutan,dan klimaks.
Kesatuan yang dimaksud disini adalah kesatuan dalam komposisi
arsitektur
dengan
syarat
adanya
dominasi,pengulangan
dan
kesinambungan.
Komposisi antara terang dan gelap,cenderung didominasi oleh kesan
gelap dengan anggapan
Lebih banyak gelap akan lebih tropislah arsitketur gedung itu
kelihatannya ( Silaban, p-79 )
A. Telaah Karya Bangunan Monumen
Contoh : Rencana pendahuluan
tugu
nasional
yang
tertentu
inilah
cirri
khas
Silaban.
135060500111003
RIZKI MUHAMMAD
155060500111022
155060500111042
155060501111018
155060501111048
Dinny Rahmaningrum
155060507111026
28