Anda di halaman 1dari 3

Biodata Fredrich Silaban

Fredderich silaban adalah seorang opzichter/arsitek generasi awal di negeri Indonesia. Dia
merupakan seorang arsitek otodidak. Pendidikan formalnya hanya setingkat STM (Sekolah
Teknik Menengah) namun ketekunannya membuahkan beberapa kemenangan sayembara
perancangan arsitektur, sehingga dunia profesipun mengakuinya sebagai arsitek. Dan seiring
perjalanan waktu, ia terkenal dengan berbagai karya besarnya di dunia arsitektur dan rancang
bangun di mana beberapa hasil karyanya menjadi simbol kebanggaan bagi daerah tersebut.
Biodata frederich silaban
Lahir : 16 Desember 1912,Bonandolok, Sumatera Utara, Indonesia.
Meninggal : 14 Mei 1984, Jakarta (umur 71 tahun).
Kebangsaan : Indonesia.

Hasil Karya : 1. Gedung BNI 1946 - Jakarta (1960)

2. Kantor Pusat Bank Indonesia, Jalan Thamrin - Jakarta (1958).

3. Masjid Istiqlal - Jakarta (1954).

4. Gelora Bung Karno – Jakarta

Frederich Silaban juga merupakan salah satu penandatangan Konsepsi Kebudayaan yang
dimuat di Lentera dan lembaran kebudayaan harian Bintang Timur mulai tanggal 16
Maret 1962 yakni sebuah konsepsi kebudayaan untuk mendukung upaya pemerintah untuk
memajukan kebudayaan nasional termasuk musik.
PEMBAHASAN

A. Biografi
1. Perjalanan Hidup.
Friedrich Silaban Ompu ni Maya lahir pada
tanggal 16 Desember 1912 di Bonandolok,
Tapanuli, Sumatera Utara. Mayoritas masa hidup
beliau dihabiskan di kota Bogor, kampung
halaman kedua dan kota Jakarta. Masa kecil
F.Silaban di Tapanuli hanya dilalui sebentar,
setelah lulus dari Sekolah Dasar Belanda /HIS
(Holland Inlandshe School) di Narumonda tahun
1927, beliau melanjutkan ke Sekolah Tekniknya
/KWS (Koninginlijke Wilhelmina School) di
Jakarta dan lulus pada tahun 1931. Mayoritas
masa hidup beliau dihabiskan di kota Bogor,
kampung halaman kedua dan kota Jakarta.
F.Silaban bekerja di Jakarta yang waktu itu masih disebut Batavia sebagai juru gambar
bangunan Kotapraja Batavia (bouwkundig tekenaar Stadsgemeente Batavia), dan pada sore
harinya memanfaatkan waktunya untuk bekerja pada salah satu biro Arsitek Belanda. Saat
itu, beliau sering ikut serta di pameran gambar di Pasar Gambir Jakarta. Pada tanggal 18
Oktober 1946, F.Silaban menikah dengan seorang gadis keturunan Indo-Belanda, Kievits
boru Simamora dan dikaruniai 10 orang anak. Seorang diantaranya, yaitu Ir. Panogu Silaban
mewarisi bakat beliau di bidang arsitektur. Bakat menonjol dalam diri pemuda Silaban
memang sudah nampak sejak dulu, meskipun belum sempat mengikuti pendidikan arsitektur
secara formal. Beliau selalu berkeinginan untuk mengikuti pendidikan arsitektur secara
formal, yang nantinya akan tercapai setelah tahun 1950. F.Silaban dan keluarganyanya pergi
berlibur ke Amsterdam selama 7 bulan, kesempatan di malam hari beliau gunakan untuk
kuliah malam di Academic voor Bouwkunst Amsterdam. Bakat F.Silaban teruji telah teruji
lewat prestasinya memenangkan berbagai sayembara arsitektur, antara lain pemenang ke-3
sebanyak 2 kali dalam sayembara arsitektur yang dikenal dengan sebutan “studieprijsvraag”
dan pemenang pertama perancangan Masjid Istiqlal.
F.Silaban mempunyai hobi catur dan melukis dengan cat air yang tentunya sangat bermanfaat
dalam menunjang kegiatan perancangan. Hal tersebut terbukti dengan banyaknya lukisan-
lukisan cat air tentang interior maupun eksterior bangunan yang tergantung di dinding ruang
kerjanya. Sekitar tahun 1982, F.Silaban merancang karya terakhirnya yaitu Universitas
Nommosen di Medan. Tanggal 14 Mei 1984, beliau akhirnya menghadap Sang Maha
Pencipta dalam usia 71 tahun, karena sakit.

2. Pandangan Arsitektural
Bagi Silaban arsitektur yang baik adalah arsitektur yang sesederhana mungkin, seringkas
mungkin dan sejelas mungkin. Tentang ornamen, beliau berpendapat : bahwa adakalanya
suatu perhiasan tidak dapat dihindarkan, dalam hal ini perhiasan itu sebaiknya mnggaris
bawahi fungsi gedung yang bersangkutan. Menurut beliau, penggunaan terlalu banyak
elemen pada suatu gedung akhirnya tidak menguntungkan, karena mengurangi kejelasan
gedung itu.
Rumah-rumah yang ideal bagi Silaban, adalah yang :
 Dikelilingi emper peneduh dan mempunyai plafon setinggi minimal 4 meter.
 Mempunyai bentuk atap yang ringkas dan penutup atapnya terdiri dari material yang
tahan lama, sehingga tidak akan terjadi kebocoran.
 Menurut beliau pemlihan material berkualitas tinggi dengan harga yang tinggi pula
akan lebih menguntungkan daripada penggunaan material berkualitas rendah dengan
harga yang rendah.
 Kualitas lantai yang bagus adalah lantai yang tetap awet meskipun di cuci setiap hari.
 Bentuk arsitektur Indonesia tidak perlu dicari, sebab bangsa Indonesia itu sendiri
masih dalam proses pembentukan.

Namun, arsitektur Indonesia itu harus modern dan bersifat tropis. Tentang sikap kita
terhadap arsitektur tradisional, kita sebaiknya jangan mengambil bentuknya, melainkan
jiwanya.

Anda mungkin juga menyukai