Anda di halaman 1dari 26

F.

SILABAN
DAN KARYA-KARYANYA

SEJARAH DAN
TEORI
ARSITEKTUR II
6 KOPMOLEK - A SALEK

KELAS A-KELOMPOK 6

2018

MUHAMMAD FATIH ICHSAN I GUSTI AGUNG DINI RESTIANI IKE YULYANAH


(175060500111038) (175060500111017) (175060501111003)

NUR FITRIATUS SA'DIAH NADILLA SEREZKA KHAIRUNA


(175060500111008) (175060507111002)
PERJALANAN HIDUP SILABAN
Frederich Silaban Ompu ni Maya dilahirkan pada 16 Desember
1912 di Bonandolok, Tapanuli, Sumatera Utara. Hanya sebentar
masa kecilnya di Tapanuli, setelah tamat Sekolah Dasar
Belanda/HIS (Holland Inlandshe School) di Narumonda tahun
1927. Pada tahun 1931 meluluskan studinya di Sekolah
Tekniknya/KWS (Koninginlijke Wihelmina School) di Jakarta.
Kemudian memulai karir pertamanya sebagai juru gambar
bangunan  Kotapraja Batavia (bouwkundig tekenaar
Stadsgemeente Batavia).

Silaban yang sangat tekun itu menyempatkan waktunya untuk


bekerja sore hari di sebuah biro arsitek Belanda. Bakat menggambar
Silaban terlihat sangat menonjol, dibuktikan dengan karyanya yang
kerap terpajang di Pasar Gambir Jakarta. Hal ini juga berkaitan
dengan dirinya yang dekat dengan Ir. Antonisse J., seorang insinyur
belanda yang bertugas untuk Pemerintah Hindia Belanda di
Indonesia yang memengaruhi bakat menonjolnya. Ir. Antonisse
sebagai bapak angkat sekaligus mertuanya ternyata turut andil Silaban Saat Muda
dalam perancangan Pasar Gambir Jakarta, juga sebagai pencetus
gagasan “Indo-Europische Stijl” atau bias disebut dengan ragam
arsitektur Indi-Eropa. Yaitu gagasan tentang bentuk arsitektur Eropa Ternyata arsitek yang gemar
yang cocok dengan suasana, budaya, dan iklim setempat. Semangat melukis dan main catur ini,
ayah dar Letty Kievits boru Simamora itu ternyata memengaruhi memiliki seorang diantara
semangat Silaban untuk menemukan arsitektur yang cocok untuk sepuluh orang buah hatinya
suasana dan iklim di Indonesia. yang mewarisi bakatnya di
bidang arsitektur, yaitu Ir.
Panogu Silaban. Namun
rentangan masa mereka yang
Silaban mempunyai bakat yang sangat nampak, meskipun ia tak
cukup jauh membuat Silaban
sepenuhnya mengenyam pendidikan formal di bidang arsitektur.
tetap berjalan sendiri pada
Akhirnya pada 1950 keinginannya mencicipi bangku kuliah arsitektur
prinsip-prinsipnya.
pun terwujud. Saat berlibur selama tujuh bulan di Amsterdam, pada
Setamatnya putra Silaban
malam harinya ia gunakan untuk kuliah malam di Academic voor
tahun 1982 dari Institut
Bouwkunst Amsterdam.
Teknologi Bandung, beliau
menunaikan bakti pada karya
terakhirnya, Universitas
Ia terkenal menjadi pemenang sayembara arsitektur, sejak dengan
Nommensen di Medan sekitar
sebutannya “studieprijsvraag” hingga menjadi pemenang pertama
tahun 1982, sebelum akhirnya
perancangan Masjid Istiqlal. Beliau mempunyai hobi melukis dengan
tutup usia pada 14 Mei 1984
cat air. Ini terbukti dengan banyaknya lukisan cat air baik dalam
saat usia 71 tahun dikarenakan
menggambarkan interior maupun eksterior bangunan yang
sakit.
tergantung di dinding ruang kerja.
RIWAYAT PENDIDIKAN
1965 (Mei): Pensiun Kota Madya Bogor
PENDIDIKAN FORMAL
1927: Tamat HIS (Holland Inlandshe School) 1967-1984: Wakil Kepala Proyek Masjid Istiqlal
Narumonda, Tapanalu, Sumatera Utara Jakarta
1931: Tamat KWS (Kininginlijke Wilhelmina School),
1972-1976: Dosen luar biasa mata kuliah Kode
Jakarta
Etik dan Tata Laku Profesi pada Fakultas
1950: Kuliah kelas akhir Academic voor Bouwkunst
Teknik Universitas Indonesia Jakarta.
Amsterdam

Frederich Silaban adalah seorang yang bisa ingin

PERJALANAN
selalu menambah pengetahuan lebih dari yang
Beliau dapatkan di pendidikan. Walaupun sudah

KE LUAR NEGERI
terjun langsung menjadi praktisi di bidang
arsitektur, Silaban masih aktif dalam menggali
pengetahuan mengenai arsitektur. Dibuktikan
dengan beliau mengikuti kursus arsitektur yang Silaban kerap kali bertandang ke negeri
diadakan pada malam hari, yang biasa diikuti orang. Perjalanannya ke luar negeri tak
karyawan yang bekerja saat pagi hari. Semangat semata-mata digunakan untuk berlibur,
membaranya memang tak terbantahkan terutama namun juga mengenyam pendidikan di
jika menyangkut soal meningkatkan kemampuan Academic van Bouwkunst di Amsterdam
di bidang arsitektur. pada tahun 1949 sampai 1950. Silaban juga
menempuh perjalanan ke luar negeri demi

RIWAYAT PEKERJAAN
mengembangkan pengetahuannya
mengenai arsitektur dunia secara nyata.
Berikut adalah perjalanan Silaban ke luar
1931 (Mei-Juli): Bouwkundig Tekenaar negeri.
Stadsgemeente Jakarta (Juru Gambar Bangunan
Kotapraja Jakarta) 1949: Cuti di Nederland dalam satu tahun.
Sempat berkuliah di Academic van
1931-1937: Opzichter Geniedienst Jakarta (Pengawas Bouwkunst di Amsterdam.
Bagian Teknik Kotapraja Jakarta) 1954: Perjalanan ke Jepang, Filipina, Burma,
dan India
1937-1939: Geniechef Pontianak (Kepala Teknik 1957: Perjalanan ke Amerika Serikat dan
Pontianak) untuk daerah Kalimantan Barat mengunjungi tiap kota besar selama empat
bulan
1939-1942: Opzichter-Tekenaar Stadsgemeente 1961: Keliling Dunia
Bogor (Pengawas Juru Gambar Kotapraja Bogor). 1962: perjalanan ke Jepang
1964: Keliling Dunia
1942-1949: Direktur Burgerlijk Openbare Werken 1965: Bekerja di Wiena selama dua minggu
(BOW) Bogor (Kepala DPU Bogor). 1971: Perjalanan ke Jerman Barat, Italia,
Yunani, Jepang
1949 (akhir)-Mei'65: Kepala Dpu Kota Bogor, 1973: Perjalanan ke Iran, Libanon, Mesir,
sembari kurang lebih 5 tahun menjadi Ketua Jerman Barat, Malaysia
Panitia Keindahan Kota DKI Jakarta 1975: Perjalanan ke Belanda, Jerman Barat
dan Kanada
1959-1962: Anggota Dewan Perancang Nasional 1981: Perjalanan ke Belanda dan Jerman
(DEPERNAS) Barat
Di sepanjang perjalanannya, Silaban selalu meluangkan waktu untuk berkunjung ke
jurusan arsitektur di perguruan tinggi yang terdapat di negara yang Beliau kunjungi untuk
melihat berbagai karya mahasiswa di sana sekaligus diskusi mengenai arsitektur dengan
para profesor serta mahasiswanya. Terutama saat Beliau mengunjungi Jerman Barat,
dimana tempat arsitektur modern berkembang pesat.

Kunjungan Silaban ke luar negeri juga memengaruhi gayanya dalam merancang


bangunan. Nampak pada desain-desainnya yang menerapkan International Style dengan
ciri pengurangan ornament dan bentuk yang sederhana. Pada sekitar tahun 1960an
Silaban juga dipengaruhi gaya Rusia saat merancang monumen.

Frederich Silaban bersama Menteri Pekerjaan


Umum dan Tenaga Listrik Ir Sutami
Sumber: kompas.com

Frederich Silaban bersama Ir. Soekarno


Sumber: spiritnews.co.id
Sebuah gedung menurut pandangan
Silaban merupakan perabot penting bagi
manusia untuk melindungi diri dari kondisi
iklim di Indonesia. Beliau sendiri merupakan
seorang Arsitek yang memiliki kesadaran
yang tinggi akan pengaruh iklim tropis di
Indonesia, yang menurut pendapatnya
merupakan penunjang arsitektur yang
berjiwa Indonesia dikutip dari tulisan beliau
yakni Idealisme Arsitektur dan Kenyataannya
di Indonesia. Hal tersebut dibuktikan melalui
peranan komponen bangunan seperti pintu,
jendela, atap, bahan yang digunakan, serta
istilah emperan dalam Bahasa Indonesia.

Frederich Silaban
Sumber: virtualarsitek.wordpress.com

PANDANGAN HIDUP
Pandangan hidup merupakan salah satu faktor yang
juga menentukan pandangan arsitektural seseorang.
Pandangan hidup yang dimiliki oleh Silaban yakni
semangat kerja, ketekunan, dan tingkat kedisiplinan
yang tinggi. Namun walau demikian, bagi sebagian
Universitas Nommensen, Medan,
orang yang pernah menemuinya, beliau merupakan
karya terakhir Silaban
sosok yang tak pernah mengubah cara
Sumber: edumor.com
berpenampilannya.

PANDANGAN ARSITEKTURAL
1) Pengaruh Iklim

o Tanggapan terhadap hujan : material atap


yang tahan bocor
Jenis pandangan arsitektural yang dimiliki oleh
o Tanggapan terhadap panas matahari : atap
Silaban adalah Idealisme Arsitektur, yang berarti
teduh
pendirian dalam memperjuangkan arsitektur demi
o Tanggapan terhadap angin kencang :
kepentingan rakyat dan Negara Indonesia dalam
dinding pelindung, bus/tram pada Negara
arti yang luas. Maksud dari kepentingan rakyat
beriklim lunak, sedangkan pada Indonesia
adalah perumahan rakyat mulai dari tipe paling
adalah penggunaan atap sebagai hal yang
sederhana hingga mewah. Sedangkan
paling esensial. Dalam konteks ini, menurut
kepentingan rakyat Indonesia adalah gedung-
beliau dinding hanya berfungsi sebagai
gedung milik Negara yang digunakan untuk
pembatas privasi yang tak bersifat primer
kepentingan pemerintah maupun gedung
pada sebuah ruangan yang mana mengacu
bertingkat milik swasta.
pada kamar mandi.
2) Emper Terbuka 4) Penutup Atap

Merupakan area terbuka pada sebuah rumah yang Menurut Silaban, penutup atap yang baik
terhindari oleh sinar matahari, bukan karena adanya adalah yang tahan bocor dan bentuknya
pembatas dinding namun ditahan oleh atap yang tidak berliku-liku karena memicu terjadinya
lebar dan keluar dari garis dinding sehingga kebocoran. Material atap yang baik menurut
menimbulkan Solar Shadowgraph pada dinding. beliau adalah beton karena tahan lama.
Bagian ini digambarkan oleh SIlaban merupakan area Namun harus dilindungi dengan lapisan
yang menyenangkan. batu bata yang kemudian dilapisi dengan
Pada prinsip iklim tropis, semakin banyak daerah bahan keras seperti keramik atau ubin yang
yang tak dapat disinari oleh matahari maka arsitektur tahan terhadap kondisi iklim. Untuk
bangunan tersebut akan semakin terlihat tropis. Hal mendapatkan bahan beton yang awet
tersebut diterapkan pada rumahnya sendiri yang seperti demikian memanglah
menggunakan prinsip emper terbuka yang jelas. membutuhkan biaya yang cukup mahal,
Salah satu contoh penggunaan emper yang tidak namun dari sini keawetannya dapat dijamin.
berfungsi dengan baik terdapat pada Gedung Pola Selain beton, penutup atap berupa genteng
karena entrance masuknya berada di belakang juga merupakan material yang baik jika
sehingga emper tersebut sering hanyalah formalitas genteng tersebut dibuat dari tanah liat
belaka. Hal tersebut merupakan bukti pemborosan tanpa campuran semen. Jika demikian maka
entrance utama karena tak pernah dilewati. genteng tersebut akan tetap awet dalam
waktu yang sangat lama.
Dari sini beliau mengasumsikan bahwa
penggunaan bahan dan material yang relatif
mahal sebenarnya lebih baik karena jauh
lebih awet, dibandingkan dengan harga
yang lebih murah. Hal ini dikarenakan biaya
perawatan konstruksinya justru akan
menjadi lebih mahal jika menggunakan
material yang tidak awet.

Gedung Pola
Sumber: mediatransparancy.com

3) Arsitektur yang Baik

Arsitektur yang sederhana namun jelas


merupakan penggambaran arsitektur yang
baik bagi Silaban. Menurut beliau, ornamen
hendaknya tidak mengurangi fungsi dari Material Atap Tahan Bocor
bangunan tersebut dan tidak terlalu banyak
digunakan karena mengurangi kejelasan
bangunan tersebut. Dewasa ini banyak
bermunculan bangunan arsitektural yang
berbentuk aneh dengan tujuan agar menjadi
unik dari yang lain, padahal tiap bangunan
memiliki bentuk dasar yang sama-sama
sederhana.
PANDANGAN ARSITEKTURAL
.

5) Lantai dan Bahan Bangunan Lain


Kualitas yang baik untuk lantai adalah minimal dapat
dipel setiap hari tanpa merusak lantainya. Sedangkan
jika dilihat dari segi harga termurah, maka pilihan
jatuh kepada beton, namun memiliki kekurangan
yakni kurang menarik. Sementara ubin semen kepala
basah relatif mahal bagi perumahan rakyat kecil
walau lebih menyenangkan pandangan. Pilihan yang
baik sebenarnya berada pada ubin plavuisen, yakni
ubin tanah liat yang memiliki warna terra cota dan Perpustakaan
berukuran 30x30, dimana ubin ini menciptakan kesan Sumber: brilio.net
yang lembut pada ruangan. Sayangnya, ubin jenis ini
sudah tidak lagi diproduksi setelah jaman perang.
7) Air Conditioning
.

Dengan kondisi suhu rata-rata di Indonesia


yang tidak ekstrim tinggi, maka menurut
Silaban sebenarnya AC tidak begitu
diperlukan di gedung-gedung. Bangunan-
bangunan yang tidak dianjurkan untuk
menggunakan AC adalah bangunan yang
masa pemakaiannya rata-rata hingga pukul
14.00 atau untuk rata-rata gedung
pemerintah. Namun ada kondisi tertentu
bagi beberapa fungsi bangunan yang
memang memerlukan pendingin ruangan
seperti perpustakaan, dimana AC tersebut
memang selain untuk menyejukkan
ruangan, juga untuk melindungi buku.

Ubin Plavuisen
Sumber: www.pinterest.com

6) Bentuk-Bentuk Arsitektur
Menurut Silaban, bentuk arsitektur Indonesia
harus modern dan bersifat tropis. Modern
karena kita hidup di dalam zaman modern
yang menuntut adanya perubahan, namun
tetap mengindahkan arsitektur tradisional
dengan mengambil jiwanya. Adanya
serentetan kolom bebas dalam suatu Air Conditioner
bangunan memberikan kesan meruang Sumber: servisacdisoloraya.blogspot.com
pada ruangan terbuka, yang dibentuk dari
jarak antar kolom juga ukurannya.

PANDANGAN ARSITEKTURAL
.

SIKAP KEPROFESIAN
Ciri khas dari F. Silaban adalah keteguhpendiriannya
dalam memegang prinsip. Seperti prinsipnya dalam
memilih bahan bangunan dalam pemeliharaan
konstruksi, yakni dengan memilih material yang
berkualitas baik dan tahan lama. Tentu hal ini dapat
menyebabkan pembiayaan yang mahal, sehingga
sebagian proyeknya gagal  karena menjadi
permasalahan dengan pihak pemerintah maupun
swasta.
.
Pandangan arsitektur Silaban sebenarnya sudah
sesuai dengan politik Mercu Suar yang diterapkan
oleh Ir. Soekarno yang salah satu tujuannya yaitu Silaban menjelaskan maket kepada
untuk memunculkan karya arsitektur yang megah. Soekarno dan jajaran
Pembiayaan yang mahal merupakan sebuah Sumber: arsitekturindonesia.org
penghalang pada masa itu dimana Silaban tak dapat
berkompromi dengan intruksi Soekarno. Hal
demikian juga terjadi tatkala Silaban diminta untuk
mengecilkan ukuran kamar dari Hotel Lapangan
Banteng (Hotel Borobudur), namun beliau dengan PRESTASI KHUSUS DAN
tegas menolaknya yang menyebabkan rancangannya
hanya cukup dibangun hingga bagian basementnya
saja. Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa beliau
PENGHARGAAN
merupakan seorang yang tegas sebagai seorang
arsitek.
.
Prestasi Khusus:
1935 : Hadiah ke-3 sayembara Arsitektur
Perencanaan sebuah hotel di daerah
pegunungan (Studieprijsvraag) dan hadiah
ke-3 sayembara Rumah Tinggal untuk
Walikota.
1949 : Hadiah ke-3 sayembara Gedung
Fakultas Pertanian di Bogor.
1954 : Hadiah ke-2 sayembara Tugu Nasional
di Jakarta, hadiah pertama sayembara
Kantor Bank Indonesia di Jakarta, dan
hadiah pertama sayembara Masjid Istiqlal di
Jakarta.

Penghargaan:
1962 : Memperoleh Satya Lencana
Pembangunan dari Pemerintah RI
1975 : Memperoleh penghargaan dari IAI

Hotel Lapangan Banteng


Sumber: viamichelin.fr
.
Ketiga hal tersebut memunculkan adanya
WUJUD KONTEKS HISTORIS Arsitektur Modern yang menganggap
perletakan ornamen merupakan suatu hal
kriminal. Hal ini disebut dengan Revolusi
Estetika yang disebabkan oleh:
PERKEMBANGAN ARSITEKTUR DUNIA DALAM KAITAN 1. Kemajuan teknologi yang memunculkan
F. SILABAN. jenis bahan dan material bangunan baru
sehingga dapat membantu memecahkan
F. Silaban menggunakan gaya diakronik sebagai
masalah arsitektural.
bentuk perkembangan arsitekturalnya, ada pula
2. Meningkatnya jumlah kaum kapitalis
bentuk sinkronik yang sezaman. Kondisi arsitektural
pada abad ke-19 yang berpengaruh pada
merupakan keadaan dunia arsitektur di dunia dan
perkembangan suatu golongan
dampak atau efeknya ke Indonesia, sedangkan non-
menengah karena mereka dapat membeli
arsitektural adalah sejarah jika dilihat dari segi
segala hal yang tadinya hanya dapat
sosiologi. Perkembangan arsitektur di Indonesia tak
dimiliki oleh orang berpengahasilan tinggi.
lepas mendapatkan pengaruh dari globalisasi juga
keadaan politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Bentuk
perkembangan ini tak lepas dari adanya lini masa, F. Silaban ini
dimana di tiap masanya tersaji ciri dan makna khas mendapatkan
tertentu. pengaruh dari
seorang tokoh
Arsitektur
TITIK TOLAK PERKEMBANGAN ARSITEKTUR DUNIA MENURUT
Modern, yakni
F. SILABAN:
Walter Gropius
1. Wujud dan setting masa karya melalui
2. Kunjungan Silaban ke Negara-Negara Lain idealisme
arsitekturnya.
Pengaruh
yang
didapatkannya
Perjalanan karir beliau mulai tahun 1912-1984 yaitu
menunjukkan pandangannya tentang arsitektur dan penspesifikasi
keinginannya untuk menampilkan bentukan yang an kualitas
Walter Gropius
belum pernah dimiliki oleh Indonesia. Hal tersebut Sumber: www.pinterest.com dan kuantitas
dikembangkan dari konsepnya, yakni idealism ruang.
arsitektur yang hampir mirip dengan slogan
simplicity atau less is more yang muncul pada
arsitektur modern dalam kurun waktu 1950-1970.
Menurut Brolin (1976: 14-16), akar budaya
arsitektur modern antara lain:
MUNCULNYA ARSITEKTUR MODERN DAN PERKEMBANGANNYA DI 1. Kapitalisme : pengaruh intelektualitas dan
SEKITAR SILABAN emosional pada praktek
2. Etika protestan : semangat kerja keras yang
Dipengaruhi oleh adanya perkembangan budaya indah
yang dikenal dengan: 3. Kebajikan diri : sikap dan nilai seorang
1. Transformasi Kultural : teknologi menguasai arsitek hendaknya menghindari rasisme
manusia atas alam dan munculnya sifat humanisme 4. Pemujaan alasan : mengganti tradisi
akibat munculnya kesadaran. dengan ilmu pengetahuan dan rekayasa
2. Transformasi Territtorial : perluasan fisik dan 5. Kesukesean IPTEK : ketergantungan
intelektual spiritual, ditandai dengan perkembangan teknologi yang tak berhubungan dengan
urbanisasi tradisi
3. Transformasi Teknikal : munculnya perkotaan yang 6. Teori Darwin : pemahaman yang salah
didasari oleh teknologi dan bentuk yang tentang evolusi yang memercayai lingkungan
menciptakan lahirnya arsitektur dari struktur. fisik sebagai penentu tingkah laku manusia.
.
SEJARAH SOSIOLOGI ARSITEKTUR DI INDONESIA DAN
PENGARUHNYA TERHADAP SILABAN

Meliputi tema politik, ekonomi, dan sosial budaya


(POLEKSOSBUD) yang mempengaruhi
berkembangnya arsitektur pada kala itu. Dimulai dari
adanya Politik Etis pada tahun 1870 yang
menggantikan Tanam Paksa, yang memang
menambah kas pemerintah Belanda dari sektor
perkebunan, namun juga berdampak pada
perkembangan arsitektur di Indonesia sendiri.
Contohnya adalah meningkatnya jumlah perkebunan
dan hasilnya di Bandung pada awal abad ke-20, yang
berakibat pada dijadikannya Bandung sebagai kota
prioritas dalam pemasangan jalur kereta api dari
Batavia-Bandung.

Kondisi bangsa Belanda pada abad ke-18 yang


sedang mengalami revolusi industri pada kala itu
sangat bertolak belakang dengan kondisi bangsa
Indonesa yang masih terjajah. Kondisi arsitektur di Pasar Gambir
Belanda pada kala itu masih mengenakan gaya Neo
Klasik, sedangkan di Indonesia mengenakan langgam Pada kurun waktu 1914-1918,
arsitektur Indische Empire Stijl pada bangunan perkembangan arsitektur di Indonesia
pelayanan umum. Contohnya adalah bangunan tetap melaju dengan ciri khas langgam
Kweek School di Jalan Merdeka Bandung. Dari sini Eropanya. Namun pada tahun 1920
didapatkan adanya kebebasan berekspresi bangunan muncul gerakan arsitektur bernama Indies
di Indonesia. yang secara khusu mencari bentuk
arsitektur Indo-Eropa yang lebih ideal.
Perjalanan karir beliau mulai tahun 1912-1984 Tujuannya adalah untuk menyesuaikan
menunjukkan pandangannya tentang arsitektur dan bentuk bangunan yang sesuai dengan
keinginannya untuk menampilkan bentukan yang bangsa Indonesia namun tetap
belum pernah dimiliki oleh Indonesia. Hal tersebut menggunakan bentuk kolonial. Contohnya
dikembangkan dari konsepnya, yakni idealism adalah dari Pasar Gambir. Orang yang
arsitektur yang hampir mirip dengan slogan berpengaruh terhadap golongan
simplicity atau less is more yang muncul pada akademis dalam partisipasi perancangan
arsitektur modern dalam kurun waktu 1950-1970. Pasar Gambir adalah Thomas Karsten dan
H. Maclaine Pont.
Munculnya pergolakan politik-ekonomi
pada 1920-1966 memunculkan gerakan
positif dari Presiden Indonesia untuk
membentuk karakter bangsa, yakni Nation
and Character Building melalui
pembangunan karya-karya arsitektur. Hal
ini tidak seimbang antara kebutuhan
bangunan megah dengan jumlah arsitek
kala itu.
.

Kweek School Bandung


Sumber: pikiran-rakyat.com
TELAAH DIAKRONIK DAN SINKRONIK DIAKRONIK KARYA BANGUNAN UMUM SILABAN

KARYA SILABAN Memiliki ciri khas kesederhanaan dan


kejelasan dalam bentuk dan pemanfaatan
teknologi. Terbagi atas beberapa kurun waktu,
yakni:
Pembagian masa perkembangan karya arsitektur
1. Kurun 1951-1960
Silaban juga ditinjau dari segi diakronik dan sinkronik.
Memiliki ciri khas atap limas genteng. Karya
Diakronik atau diakronis secara arti yakni memanjang
arsitektur yang terbangun pada kala ini adalah
dalam waktu dan terbatas dalam ruang, yang
SPMA di Bogor (1951) dan Bank Indonesia di
maksudnya adalah diakronik ini membahas
Jakarta (1958). Latar belakang dari sisi
kronologi/runtutan terjadinya perubahan dari masa
poleksosbud adalah adanya nasionalisasi
ke masa. Sehingga yang dimaksud dengan diakronik
perusahaan asing di Indonesia yang
arsitektur adalah rentetan evolusi/perubahan gaya
menyebabkan lesunya perekonomian.
arsitektur dari masa ke masa. Sedangkan sinkronik
Sedangkan dari segi arsitektur adalah tahap
atau sinkronis secara arti yakni meluas dalam ruang
awal pembentukan arsitek Indonesia.
dan terbatas dalam waktu, yang mana maksudnya
Sehingga dalam rentang waktu ini memiliki
hanya berfokus pada pembahasan tertentu dalam
makna sebagai karya awal para arsitek
waktu tertentu, titik tetap tertentu, atau tidak
Indonesia.
berusaha membuat kesimpulan tentang
perkembangan arsitektur yang terjadi.

TELAAH DIAKRONIK KARYA SILABAN

KARYA YANG TERLAKSANA


1951 : Gedung SPMA
±1951-1953 : Gedung Kantor Perikanan Darat, Bogor
Rumah Dinas Walikota Bogor
1953 : Gerbang Monumen Pahlawan Kalibata
1954-1978 : Masjid Istiqlal
1958 : Bank Indonesia
±1958-1960 : Gedung BLLD
Gedung Flat BLLD
1960 : Bank Negara Indonesia
1962 : Markas Besar TNI Angkatan Udara Bank Indonesia, Jakarta
Gedung Pola Kemerdekaan Sumber: ideruang.blogspot.com
Hotel Banteng
1963 : Monumen Pembebasan Irian Barat 2. Kurun 1960-1978
1968 : Rumah Tinggal di Bogor Memiliki ciri khas atap pelat datar beton.
±1982 : Universitas Nommensen Bangunan yang terlaksana pada era ini adalah
gedung BNI’1946 di Jakarta dan Medan serta
KARYA YANG TAK TERLAKSANA Bank Indonesia di Surabaya (1960), MBAU
1954-1960 : Rencana Tugu Nasional Jakarta (1962), dan Gedung Pola. Sementara ada pula
±1960-1965 : Menara Bung Karno bangunan yang tak terlaksana sebanyak 12.
Yang mendasari era ini dari segi poleksosbud
GEDUNG YANG TAK TERLAKSANA adalah adanya gerakan Nation and Character
.
Instansi Kemeterian Keuangan Building, munculnya orde baru, serta adanya
Gedung Barui Dewan Pengawas Keuangan gerakan Pembangunan Lima Tahun.
Gedung Nasional, Bogor Sedangkan dari segi arsitekturnya sendiri
Hotel Lapangan Banteng adalah proyek Mercu Suar yang juga menjadi
Gedung Teater Nasional makna kurun waktu ini.
KURUN WAKTU 1968-1979

Memiliki ciri khas atap limas. Rumah tinggal


yang terbangun adalah rumah milik Lie
Ahong di Bogor pada tahun 1968. Latar
belakang era ini dari segi poleksosbud adalah
awal Orde Baru dan Pelita I-III, sedangkan dari
segi arsitekturalnya adalah pengembangan
arsitektur rumah tinggal yang didukung oleh
informasi dan material yang lebih memadai.
Hal tersebut sekaligus menjadi makna era ini,
yakni perkembangan berkelanjutan dari
mode rumah tinggal.

Gedung Pola DIAKRONIK KARYA MONUMEN/TUGU/


Sumber: news.detik.com
MENARA

DIAKRONIK KARYA RUMAH TINGGAL Diambil dari tahun 1953 yakni rencana
monumen Pahlawan Kalibata di Jakarta dan
1966 dengan latar belakang politik Mercu
Ciri khas dari karyaDIAKRONIK
TELAAH KARYA
rumah tinggal SILABAN
Silaban adalah
Suar. Monumen Silaban sendiri menggunakan
ditekankannya jiwa tropis pada tiap bangunan rumah
teknologi dengan bahan beton, sementara
tinggalnya. Seperti halnya pada diakronik bangunan,
pintu gerbangnya menggunakan bahan yang
pada rumah tinggal pula terdapat kurun waktunya
umum yakni bata, genteng, dan lain
sendiri, yakni:
sebagainya. Diantara karya-karyanya pasti
terdapat perbedaan yang dapat dilihat dari
KURUN WAKTU 1951-1979 fungsi, tujuan, dan bentuknya, yang mana
mendapatkan pengaruh dinamis yang netral
Melalui wawancara dari keluarga pemilik rumah,
sebagai ungkapan semangat rakyat Indonesia.
didapati waktu pengerjaan rumah tinggal mereka
Adapula bentukan vertikalisme yang
yakni justru sebelum Silaban membangun karya
terbentuk dari bentukan simetris dan ulangan
pertamanya. Walau berada di era peralihan dari orde
segi empat teratur yang mendapatkan
lama ke baru, namun karya rumah tinggal tak
pengaruh dari Rusia.
terpengaruh karena bukan merupakan proyek
pemerintahan.
KURUN 1953-1954 – KURUN PELENGKAP

KURUN WAKTU 1951-1968


Memiliki ciri pokok kesan yang hening dan
Memiliki ciri khas atap pelana. Rumah tinggal yang bentuk seperti candi. Salah satu karya
terbangun yakni kediaman Abdullah Alwahab di jalan monumen yang berdiri adalah Gerbang
Cisadane, Bogor, pada tahun 1958. Latar belakang era Monumen Pahlawan Kalibata (1953). Latar
ini dari segi poleksosbud adalah nasionalisasi belakang dari era ini dari segi politik, ekonomi,
perusahaan asing, sementara dari segi arsitekturalnya sosial, dan budaya adalah adanya nasionalisasi
sendiri adalah rencana pembentukan arsitek generasi dan penghormatan pahlawan kemerdekaan,
. awal di Indonesia, dengan makna kurun waktu ini sedangkan dari segi arsitekturalnya adalah
adalah karya-karya rumah tinggal arsitek asli monumen tradisional berupa candi. Makna
Indonesia. dari proyek ini adalah bangunan pengantar ke
makna hening penghormatan pahlawan.
KURUN 1960-1963 – KURUN WAKTU MONUMEN

Memiliki ciri pokok dinamika bentuk yang


mendapatkan pengaruh dari Rusia dengan 3 karya
alternatif. Latar belakang era ini dari segi poleksosbud
adalah adanya konfrontasi Irian Barat dengan
Belanda dan suasana Nasakom yang memuncak,
sementara dari segi arsitekturnya yaitu Silaban yang
menggunakan bentukan Rusia untuk melambangkan
kekuasaan dan modernitas. Hal ini memunculkan
makna kekokohan dan persatuan bangsa Indonesia.

KURUN 1963-1966 – KURUN WAKTU MONUMEN Gereja Katedral dengan Latar Kubah Masjid
Istiqlal yang Belum Selesai Dibangun
Memiliki ciri pokok bentukan dinamis yang modern Sumber: kompas.com

dengan karya Monumen Pembebasan Irian Barat


(1963) dan Menara Bung Karno di Jakarta (±1963-1966).
Hal ini didasari oleh kemenangan atas kembalinya
Irian Barat ke RIDIAKRONIK
TELAAH dan Kultus KARYA
IndividuSILABAN
terhadap
SINKRONIK KARYA-KARYA SILABAN
Soekarno. Makna era ini adalah kejayaan bangsa
Indonesia
SIMPUL MASA BANGUNAN UMUM

Dari sekian monumen yang telah dirancangnya, 1951-1960 : ciri pokok atap limas
monumen Pahlawan Kalibata merupakan yang 1960-1978 : ciri pokok atap datar plat beton
paling menonjol, karena merupakan satu-satunya 1954-1978 : overlapping ciri atap limas dan
rancangan beliau yang tidak mengindahkan prinsip atap datar plat beton
idealisme arsitekturnya dan digadang-gadang
merupakan titik runtuhnya azas Silaban.
SIMPUL MASA RUMAH TINGGAL

1951-1968 : ciri pokok atap pelana


1968-1978 : ciri pokok atap limas

SIMPUL MASA MONUMEN


1953-1954 : ciri kesan hening dengan bentuk
seperti candi
1954-1960 : adanya dinamika bentuk yang
terwujud dalam bentukan bambu runcing
dan lilin
1960-1963 : adanya dinamika oleh pengaruh
dari Rusia
1963-1966 : adanya dinamika bentuk yang
. menunjukkan modernitas bentukan khas
Indonesia.

Monumen Pahlawan Kalibata


Sumber: mapio.net
MENELAAH KARYA ARSITEKTUR SILABAN MENURUT
FUNGSIONALITAS ARSITEKTUR

Nilai-nilai fungsionalitas arsitektur yaitu ungkapan FUNGSIONAL GEOMETRIS (FORM PRECEDES


makna arsitektur melalui pendekatan fungsional
FUNCTION)
dalam pengertian luas dan sistemik. Banyak tokoh-
tokoh yang mengungkapkan pandangan mereka Kesederhaan sangat penting, dimana
terhadap fungsionalitas arsitektur. Keberagaman bangunan bebas akan ornamen (miskin
pandangan tersebut dapat disimpulkan menjadi : ornamen) sehingga keindahan telah bersatu
dengan bentuk bangunan.

FUNGSIONAL KEGUNAAN (FORM FOLLOWS Kaidah-kaidah geometris mendominasi


FUNCTION) rancangan.

 Dalam perancangan arsitekturnya harus mengikuti Fungsi maupun kepuasan estetika muncul
maksud kegunaan bangunan yang dirancang. dari bentuk geometris.

Deferensiasi bagian bangunan harus sesuai dengan


tujuan manfaat. FUNGSIONAL ORGANIK (FORM AND FUNCTION
IDENTICAL)
Adaptasi struktur terhadap kegunaan
TELAAH DIAKRONIK KARYA SILABAN.
Penggunaan sumber daya alam dan tidak
 Akomodasi persyaratan pemakai. melawan alam.

Bentuk menjadi relatif dibanding dengan kegunaan. Belajar dari kenyataan fenomena alam.

Bentuk berasal dari bentuk yang terjadi dalam


 FUNGSIONAL KONSTRUKTIVISME (FORM alam.
FOLLOWS STRUCTURAL FUNCTIONING)
Bentuk memberikan fungsi bagi keseluruhan.
 Keadaan dan bahan yang digunakan mempengaruhi
bentuk yang terjadi.
FUNGSIONAL BERDAYA ALAM
Kejelasan dan kejujuran penggunaan struktur dan
bahan. Pendekatan dalam aspek ekonomi untuk
mencapai hasil yang tepat guna.
Bangunan menampilkan kekokohan dan
menunjukkan kekuatan unsur-unsurnya. Memakai metode rasional dalam setiap
pemecahan masalah.

 FUNGSIONAL EKSPRESIF Logika kebutuhan perancangan lebih


menitikberatkan kepada optimasi aktivitas.
  Pengekspresian bangunan untuk apa yang
ditunjukkan pada penampilan bangunan

. Bangunan selayaknya memberikan illustrasi


mengenai fungsinya secara simbolik.

Pengeksposan struktur, bahan dan perlengkapan


mekanikal untuk ekspresi kejelasan fungsi.
F. Silaban merupakan seorang arsitek yang selalu
berkeinginan untuk berperan serta dalam setiap
kesempatan. Silaban merancang bangunan
monumen yang dimaksudkan sebagai simbolisasi
sosial politik. Dimana dalam perancangannya
diperlukan pemahaman tentang nilai-nilai
fungsionalitas arsitektur bangunan simbolis dan
juga dilandasi oleh kepekaan pada prinsip estetika.
Tidak semua bangunan hasil rancangan Silaban
direalisasikan pembangunannya.

Monumen Jenderal Sudirman TMP


Kalibata

BANGUNAN MONUMEN KARYA Karya Silaban cenderung mengungkapkan


fungsi simbiolisasi dari kondisi sosial budaya
SILABAN pada masa itu dengan slogan "politik adalah
panglima" dan sebagian besar menggunakan
bentuk geometris sederhana yang miskin
ornamen. Hanya terdapat satu rancangan
bangunan monumen yang tidak
TELAAH DIAKRONIK KARYA SILABAN menggunakan bentuk geometris tanpa
ornamen dan menjadi satu-satunya bangunan
yang menimbulkan keraguan terhadap
konsistensi konsepsi dan pandangan silaban
terhadap fungsi geometris pada rancangan
sebelumnya. Bangunan tersebut adalah
Bangunan Gerbang TMP Kalibata, dimana
pada kolom, dinding maupun atap dihiasi
dengan ornamen mirip relief pada candi
sehingga menekankan aspek formal daripada
aspek fungsinya yang menyebabkan fungsi
Bangunan dasar Monumen simbolisasi tentang kepahlawanan tidak
Lapangan Banteng
terungkap jelas.

Selain merancang bangunan monumen, F.


Silaban juga merancang bangunan umum
yang terdiri dari bangunan tempat ibadah
(masjid), kantor, pendidikan, ekshebisi
(pameran). Pada bangunan umum karya
Silaban ini menekankan pada pengungkapan
fungsi penunjuk setting lokasi dan lingkungan,
serta fungsi fisik yang meliputi bentuk,
aktivitas, perlindungan dan keamanan.

Bangunan Tugu Nasional (sekarang


Monumen Nasional)
BANGUNAN UMUM YANG DIRANCANG
F. SILABAN CENDERUNG MENGUNGKAPKAN
 1. Fungsional konstruktivisme
2. Fungsional geometris
3. Fungsional berdaya guna

Adapun bangunan karya Silaban yang tidak hanya


memiliki ketiga sistem fungsional tersebut, yaitu
pada bangunan SPMA di Bogor. Pada bangunan
tersebut terdapat sistem fungsional tambahan
yaitu fungsional organik yaitu penggunaan bahan
alam dan memperhatikan kondisi alam di
lingkungan sekitar

Namun bangunan umum karya Silaban banyak


yang telah beralih fungsi meskipun bentuknya
tetap. Salah satu contohnya yaitu gedung pola Masjid Istiqlal Karya Silaban
Sumber: idntimes.com
yang memiliki fungsi awal sebagai bangunan
pameran telah berganti fungsi menjadi bangunan
perkantoran. Hal tersebut menunjukkan sistem
SilabanDIAKRONIK
fungsionalTELAAH KARYAkegunaan
bukan fungsional SILABAN
(form follows function) dan juga bukan pula
fungsional ekspresi (kegunaan bangunan).

F. Silaban juga merancang rumah tinggal


yang menekankan fungsi fisik (bentuk-
aktivitas-tipologi), fungsi perlindungan dan
fungsi keamanan. Dari segi tata ruang, rumah
tinggal Silaban memiliki susunan organisasi
ruang yang sederhana namun dapat
mendukung fungsi lainnya. Hal tersebut dapat
dilihat dalam tata letak masing-masing ruang.
Dalam hal fungsi kontrol fisik bangunan
rumah tinggal, pada karya Silaban ini terlihat
dalam bentuk atap bangunan dan penataan
bukaan-bukaan pada dinding. Silaban juga
memperhatikan setiap hal hingga yang
terkecil dalam rancangan detailnya. Silaban
juga mengungkapkan fungsional sebagai
kegunaan (form follows function) yaitu
rancangan mengikuti maksud kegunaan
bangunan. Fungsional ekspresi juga
terungkap, hal ini ditunjukkan dalam
. penampilan bangunan yang dapat
Gedung BNI Karya Silaban mengekspresikan kegunaan serta aktivitas
Sumber: kompasiana.com yang terjadi dan untuk mengekspresikan
kejelasan fungsi dapat dilihat dari struktur,
elemen-elemen dan bahan bangunan yang
diekspos.
TEKNOLOGI DAN BAHAN
KARYA F.SILABAN
RUMAH TINGGAL TN. LING A HON, BOGOR
Karya-karya yang paling representatif dari F. Silaban
banyak ditemui dari karyanya pada rentang waktu Podium: Pondasi batu kali
1950-1970an. Karya-karya tersebut terdiri dari
berbagai macam typologi bangunan, yaitu: Rumah Frame: Kolom balok bertulang dengan ukuran
tinggal, bangunan umum dan monumen yang di lebih besar dari biasanya dana atap kayu
dijadikan objek telaah menurut teknologi versi menunjukan fungsi agar awet
Turner.
Envelope: Tembok bata plester, daun pintu panil
RUMAH TINGGAL ABDULLAH kayu dan daun jendela krepyak kayu horizontal

ALBAWAHAB, BOGOR Infill: Dinding batu bata lapis plester


JALAN TJISADANE NO.19, BOGOR
Silaban menunujukan pemilihan bahan-bahan
Podium: terdiri dari dua lantai pondasi yang pada yang awet, berorientasi iklim dengan bentuk
umumnya terdapat pada rumah bertingkat struktur yang sederhana.

TELAAH DIAKRONIK KARYA SILABAN


-Frame:  Pada atap terdapat kombinasi tembok
bata, kayu jati, dan ring Benton tanpa kuda-kuda,
Pada badan menggunakan struktur kolom balok
beton bertulang
.
Envelope: Tembok bata di finishing oleh lempeng
batu kali hias, panil kayu jati untuk daun-daun
pintu dan daun jendela menggunakan krepyak
miring
.
Infill: Dinding dalam menggunakan finishing
plester. Gambar Kerja Rumah Tinggal
Tn. Ling A Hon

Gambar Kerja Rumah Tinggal Gambar Kerja Rumah Tinggal


Abdullah Albawahab Tn. Ling A Hon
MASJID ISTIQLAL
Terdapat kolom beton kubah kecil diatas ring dan
baja polyhedron untuk kubah termasuk komponen
teknologi yang belum pernah ada di Indonesia.
Pengunaan bahan beton, marmer atau beton yang
dilapisi marmer menunjukan bahan yang
berorientasi pada iklim tropis (rooster) dan kesan
bahan-bahan yang awet dan mahal.
Bank Indonesia

MONUMEN PAHLAWAN KALIBATA

Podium yang terlihat adalah lantai dari marmer,


Frame beton balok bertulang, Envelope banyak
menampilkan hiasan-hiasan dari candi-candi di
Jawa.

Masjid DIAKRONIK
TELAAH Istiqlal KARYA SILABAN

Kubah Masjid Istiqlal


Monumen Pahlawan Kalibata

TUGU NASIONAL (RENCANA)


BANK INDONESIA
Menggunakan bahan beton. Pada masa-masa itu
perjuangan dan pemberontakan masih terasa
Frame bangunan menggunakan beton
sehingga menggunakan bentuk vocabulary
bertulang, Envelope rooster sebagai
bamboo runcing dan lilin.
penerangan untuk hall tangga dan pemecah
berorientasi iklim, Pemecah pojok pada Dari tinjauan teknologi dan bahan dari karya-karya
bangunan ini bertentangan dengan ciri F.Silaban dapat di simpulkan bahwa Bahan-bahan
arsitektur modern sehingga tidak Nampak yang dipilih Silaban adalah bahan-bahan yang
. pengaruh dari arsitek beraliran modern awet dan tahan lama sehingga terkesan mahal.
Beton bertulang dan lantai marmer sering
Dari bahan-bahan yang digunakan untuk digunakan dalam karya-karyanya.
bangunan umum tergolong bahan yang Ke khasan karya-karya silaban menggunakan
awet, mahal dan berorientasi pada iklim rooster dengan penataan yang khas dan
tropis. penggunaan atap limasan berasal dari atap-atap
rumah Belanda yang juga tanggap terhadap iklim.
EKSPRESI EKSPRESI TAMPAK
Arsitektur selalu melibatkan manusia sehingga Ekspresi pada rancangan tampak bangunan
bangunan tak lepas dari Manusia, karya dengan Silaban adalah “brise-soleil” atau penggunaan sun
penciptanya, tentu saja pikiran dan gagasannya shading karena hamper seluruh karya beliau
akan terekspresikan dari bangunannya. Namun menggunakan sun shading pada tamapak
pengamat tidak selalu memiliki pemikiran atau bangunan.
gagasan yang sama maka dibutuhkan ide untuk
mengintrepretasikan citra pada karya yang Pada saat itu penggunaan sun shading sangat
dapat ditangkap oleh kepekaan manusia. populer dan yang membedakannya dengan
Ekspresi makna yang dapat ditangkap oleh sebagian yang lain adalah penggunaannya hanya
manusia pada benda berwujud termasuk sebagai elemen sekunder dengan menonjolkan
arsitektur dan karyanya. Ekspresi menjadi bagian irama kolom.
dari komposisi Bahasa dan isyarat dalam
bangunan. Menurut F. Silaban arsitektur tropis merupakan
Fungsi pada bangunan tidak memiliki efek permainan gelap dan terang yang harmonis. Jika
langsung dalam ekspresi bangunan karena bangunan tidak dapat cahaya matahari secara
dalam bentuk wujud bangunan sesuai fungsinya langsung tropislah bangunan itu.
lebih kepada kesepakatan bersama. Kualitas Dari tinjauan ekspresi dari karya-karya F.Silaban
termasuk dalam salah satu aspek ekspresi, dapat di simpulkan bahwa Karya-karyanya banyak
pemilihan bahan yang berkualitas memberikan terpengaruhi oleh arsitektur modern karya Le
kesan yang baik, tahanDIAKRONIK
TELAAH lama, awet,KARYA SILABAN
aman dan Corbu dari tempatya dahulu bekerja di belanda.
lain-lain tetapi kualitas bahan yang kurang baik Salah satu yang terlihat adalah penggunaan sun
juga menimbulkan kesan yang buruk. shading (brise-soleil) yang menjadi ciri dari F.
Silaban. Bahkan dalam gedung dengan fungsi yang
berbeda tetapi memiliki tampak yang sama karena
penekanan beliau pada penyelesaian sun

EKSPRESI PADA KARYA


shadingnya.

SILABAN
Dalam karya-karya F. Silaban yang terbangun
atau yang masih berupa rencana, secara garis
besar menunjukan ekspresi pada struktur,
bahan, tampak dan detail.

EKSPRESI STRUKTUR
Pemilihan bentuk yang digunakan F. Silaban
cenderung sederhana dan geometris tetapi
sangat menonjolkan modul dan dimensi kolom
dari strukturnya dan sistem strukturnya yaitu,
rangka dan irama.
F. Silaban yang memakai bentuk sederhana
. tidak menggunakan bentuk-bentuk baru pada
rancangan bangunannya karena menurutnya
bentuk yang aneh dan dicari-cari tidak panjang
umurnya karena tantangan zaman yang Gambar Kerja Silaban
berubah ubah. Justru bentuk sederhana tersebut
disukai oleh masyarakat luas.
.
HASIL AKHIR PEMBENTUKAN PROPORSI
PROPORSI DITENTUKAN OLEH :
Menurut Vitruvius dalam arsitektur Yunani BAHAN DAN SISTIM STRUKTUR
kuno terdapat hubungan antara besaran
bagian terkecil dengan besaran keseluruhan.  Elemen struktur menciptakan hubungan tertentu
Hal ini menunjukkan adanya sistim modul membentuk proporsi. Bahan dan sistim struktur
yang mengendalikan bangunan kuil pada menentukan bentuk proporsi
jaman Yunani kuno Konstruksi bata dan kayu. Panjang balok yang
tersedia, kuat untuk memikul beban sehingga
Menurut Francois Blondel (abad 17) namun arah memanjang menjadi sangat terbatas.
keindahan berasal dari proporsi angka dan Konstruksi baja atau beton bertulang untuk
absolut struktur, memperoleh bentang lebih lebar.
Menurut Julien Guadet (akhir abad 19) Keadaan yang menyebabkan proporsi baru lebih
proporsi adalah suatu hal yang rasional bebas dalam arsitektur modern. Dengan pasangan
bukan hanya berupa naluri bata membentuk ciri khas proporsi meninggi dan
sempit, dengan bahan struktur beton bertulang
Menurut Devinisi Matematis Proporsi atau rangka baja menghasilkan kesan yang
terbentuk dari dua ratio yang cenderung bebas, meninggi, melebar atau
diperbandingkan kemiringan.
Dapat disimpulkan bahwa proporsi pada
awalnya merupakan DIAKRONIK
TELAAHunsur KARYAdan
yang terukur SILABAN
FUNGSI
absolut diantara dua unsur yang mampu
diamati dengan pasti bukan sekedar naluri Besaran ruangan tergantung penggunaannya,
Unsur proporsi harus hal yang nyata. Maka contoh proporsi bukaan jendela tergantung
unsur yang dapat diwakilkan yaitu : Panjang, kegunaan bangunan tersebut, atau fungsi dalam
Lebar, dan Tinggi. Proporsi dapat terbentuk orientasi dan mengatasi masalah iklim.
apabila ratio terdapat dalam semua dimensi
utama bangunan dan bagian-bagiannya.

Pada saat perkembangan terdapat


pertentangan pemahaman proporsi. Hal
yang terlalu pasti mendapat sanggahan dari
beberapa aliran. Penganut Simetri Dinamis
menyatakan ratio keindahan dapat diperoleh
melalui grafis. Arsitektur kontemporer
mengganggap keselurahan merupakan hasil
pokok, sehingga proporsi merupakan hal
yang penting, tidak menyangkut detail
seperti pada periode klasik.
.

Monumen Jenderal Sudirman


FAKTOR PENGARUH KONDISI BIDANG
ARSITEKTUR
PEMBENTUK PROPORSI
Tahun 1949-1975 merupakan era arsitektur modern
dari High Modernism (setelah perang dunia I) dan
SEGI BIOGRAFIS
Late Modernism (setelah perang dunia II). Nilai
 F.Silaban adalah pribadi yang sangat teguh
kemanusiaan, idealism, ekspresionisme menarik
memegang prinsip yang telah diyakininya.
perhatian F.Silaban. Di Indonesia, arsitektur saat itu
Apabila ide desain yang beliau usulkan tidak
baru terpengaruh arsitektur modern yang ditandai
diterima, lebih baik tidak digunakan sama
dengan bangunan menjulang tinggi arah vertikal.
sekali. Perjalanan Pendidikan yang dialami
Keadaan yang menumbuhkan ide F.Silaban untuk
memungkinkan luasnya pemikiran, wawasan
memanfaatkan hadirnya arsitektur modern dengan
dan hubungan. Beliau juga memiliki
tujuan memajukan dunia Arsitektur Indonesia.
perhatian terhadap bangunan dan
lingkungannya. Lingkungan yang dijalani
sebagian besar didominasi kolonial belanda KONDISI TEKNOLOGI KONSTRUKSI
seperti disiplin pada tata cara dan gaya. DAN BAHAN BANGUNAN
Unsur biografis yang mempengaruhi adalah
Tumbuhnya arsitektur modern diawali adanya
lawatannya keluar negeri, ke negara yang
revolusi dalam bidang industri dan teknologi. Pada
bidang arsitekturnya sudah maju
awalnya bentuk bangunan dibatasi kemampuan
TELAAH DIAKRONIK KARYA SILABAN bahan dan konstruksi, setelah revolusi bentuk
menjadi tidak terbatas.
KONDISI SETTING
Pengaruh kondisi setting terhadap proporsi
karya F.silaban adalah keadaan lingkup (fisik,
non fisik) pada saat karya F.Silaban muncul.
Seperti kondisi social politik, konstruksi
bangunan, Arsitektural dan Tekonologi
TINJAUAN PROPORSI BANGUNAN
bahan. KARYA F.SILABAN

KONDISI SOSIAL POLITIK Karya F.Silaban bertolak belakang dengan paham


 Ide F. Silaban muncul tahun 1950-1960 yang dasar proporsi dikarenakan adanya pengaruh
pada saat itu kondisi social politik dalam pembentuk proporsi. Bangunan yang akan ditinjau
keadaan kurang stabil. Kondisi politik luar mengenai pembentuk proporsi dikelompokkan
negeri dalam taraf pembenahan, sedangkan menjadi tiga.
kondisi politik dalam negeri dalam tahap
revolusi.
1. MONUMEN/TUGU/MENARA

Sebagian besar Ide F.Silaban dipengaruhi oleh


suasana politik seperti kecenderungan faham sosial
komunis. Pada saat Negara sosial komunis sedang
dalam kekuasaan yang absolut, akibat yang
muncul yaitu mendukung pengkultusan secara
. berlebihan. Bangunan tertentu digunakan sebagai
wujud penghormatan kepada seseorang atau suatu
kejadian yang mampu memberi semangat
kebangsaan, bangunan tersebut diharuskan
menjadi “Point of Interest” dalam skala kota.

Universitas Nommensen
Contoh alternative desain tugu nasional,
desain tersebut memiliki proporsi awal yaitu
susunan segi empat yang dikomposisi
hingga membentuk massa dengan arah
vertikal. Karakter bangunan tersebut banyak
ditemukan di Eropa Timur BIOGRAFIS
SEGIataupun Asia
Tengah. Sebagian pernah dikunjungi oleh
Frederich Silaban. Frederich Silaban dalam
merancang, menerapkan pengolahaan
proporsi yang mengarah pada kebebasan.
.
Sketsa Tampak Gedung Bank
Indonesia Cabang Medan

3. BANGUNAN RUMAH TINGGAL

Karya F.Silaban memiliki kekhasan jumlah lantai


yang sama. Faktor yang mempengaruhi yaitu
fungsi, teknologi, dan memanfaatkan kondisi
alamiah dalam pertimbangan membentuk
TELAAH DIAKRONIK KARYA SILABAN proporsi bangunan. Akibatnya bentuk bangunan
menjadi sederhana dan tidak asing dengan
KONDISI SETTING
lingkungan sekitar. Desain rumah berlantai dua
dari segi fungsi sebagai wadah melakukan kegiatan
sehari-hari namun ada pemisah yang jelas.
Sehingga terbentuknya denah yang sederhana,
tegas, dan didominasi persegi panjang.
Sketsa Tampak Alternatif Tugu Nasional Konstruksi dan bahan berguna untuk memperjelas
ungkapan proporsi. Pertimbangan pemanfaatan
kondisi alamiah menimbulkan bukaan.
2. FASILITAS UMUM
KONDISI SOSIAL POLITIK Penempatan dan volume merupaman unsur
pembentuk proporsi. Kunci permainan proporsi
Yang ditinjau bangunan dengan lantai terletak pada bagian bangunan berlantai dua,
banyak yang di realisasikan maupun yang sedangkan bagian lain merupakan
tidak. Proporso mencerminkan sistim, modu pengembangan.
segi empat beraturan, unit terkecil seperti Desain bangunan rumah tinggal karya Frederich
jendela/pintu. Persegi merupakan perpaduan Silaban berbeda dengan hasil desain bangunan
antara vertikal dan horizontal dari balok, berlantai banyak karyanya. Pada bangunan rumah
kolom, atau finishing tampak. Pembatasan tinggal, Silaban meletakkan bukaan dengan posisi
proporsi seperti elemen atap, penyelesaian yang bebas atau tidak beraturan.
sudut atau garis lantai dasar.
Contoh tampak bangunan Bank Indonesia
cabang Medan. Proporsi terbentuk dari
perpaduan antara bentuk segi empat pada
. bangunan dan bentukan segitiga pada atap.
Komposisi tersebut menggambarkan
perpaduan antara gaya arsitektur modern
dengan arsitektur Indonesia.
.
KOMPOSISI
Telaah komposisi karya Silaban dilakukan
dengan langkah-langkah, langkah pertama
metode kritik normatif, atau menganalisa
dengan teori estetika arsitektur yang
berhubungan dengan komposisi. Langkah
kedua dengan metode kritik deskriptif.

Untuk kritik dilakukan dari sudut pandang


Silaban sendiri, pendapat dari teman,
pejabat, dan pengguna. Telaah kedua ini
akurasinya kurang dikarenakan adanya
hambatan berdiskusi langsung dengan
Frederich Silaban. Tetapi dapat dianalisa
melalui karyanya, pendapat pengamat
karyanya, metode wawancara dengan teman
sebaya, keluarga, ahli, kenalan, atau teman Deretan Kolom pada Masjid Istiqlal
Membentuk Kesatuan Bentuk Geometris
seprofesi pada karya Silaban yang
diselenggarakan di Bandung tahun 1991
Dikarenakan jeda waktu yang panjang antara
bulan Juni tanggal 22. Sedangkan pengguna
penulisan kritik dengan proses desain
TELAAH
bangunan, karena DIAKRONIK
keterbatasan KARYA
waktu SILABAN
hanya
mengakibatkan perbedaan visi tentang apa yang
dapat diambil dengan jumlah yang sangat
ingin di ungkapkan Frederich Silaban dalam
terbatas, sehingga lebih mengarah pada
karyanya. Menggali hal-hal yang ingin diungkapkan
analisis penafsiran dan ungkapan pendapat
sangat sulit saat ini  Khususnya komposisi.
dibandingkan telaah kritis terukur
Komposisi adalah ilmu yang sebagian termasuk
ilmu ilmiah, lalu sebagian termasuk metafisik
Keputusan akhir dari suatu desain
dengan landasan ekspresi keindahan. Faktor
merupakan misteri, sangat sulit memahami
keindahan tergantung yang diekspresikan, bentuk
kembali benarkah ada tautan dasar estetika
dapat dikatakan indah sejauh bentuk itu ekspresif.
dengan produk rancangan ataukah muncul
secara naluriah.
Karena keterbatasan data, maka telaah komposisi
Pendidikan formal Silaban adalah bangunan
lebih diungkapkan atas dasar telaah ilmiah terukur.
Gedung, lebih menekankan kepada detail
Untuk dapat mengungkapkan dan menempatkan
bangunannya daripada keindahannya. Lebih
kaidah komposisi secara obyektif dengan
kepada skill untuk mengerjakan
menelaah melalui teori-teori komposisi.
dibandingkan merancang. Penyelesaian dan
bahan bangunan merupakan ciri khas
Telaah komposisi karya Silaban mencakup :
keahlian Silaban.
a) Komposisi antara fungsi bangunan, konstruksi
dan bentuk bangunan,
Tidak sedikit orang yang mencari
b) komposisi dalam estetika tampak bangunan,
pengetahuan dengan cara autodidact akibat
c) komposisi antar massa bangunan dengan site.
keterbatasan sarana Pendidikan pada saat
Menurut Pengertian E.Raskin dalam Architecturally
itu. Namun, yang berhasil dalam
Speaking, Komposisi dating dari kata Bersama-
pengetahuan tersebut dapat dihitung
sama dan meletakkan berdasarkan suatu rencana,
. sebelah tangan.
sehingga mencapai hasil yang optimal.
.
.
KOMPOSISI ANTARA FUNGSI
BANGUNAN, KONSTRUKSI DAN
BENTUK BANGUNAN

Karya arsitektur memancarkan misteri


Bentuk kolom persegi Panjang agar terkesan lebih
kekaguman apabila memiliki kesatuan
plastis dan ramping, memperoleh estetika namun
antara bentuk, fungsi dan struktur. Komposisi
tidak memenuhi ketahanan terhadap gempa.
antara fungsi, bentuk dan struktur
Arsitektur yang baik adalah arsitektur yang tidak
menciptakan suatu Kesatuan.
mengada-ada.

Karya yang menjanjikan kekuatan lebih


Tahun lima puluhan, arsitektur lebih mengarah
bermanfaat dibandingkan yang indah
pada memperlihatkan struktur bangunan.
namun menimbulkan rasa kecemasan.
Diungkapkan Gropius arsitektur modern sangat
Konstruksi mampu mempengaruhi
erat dengan perkembangan teknologi, maka
keindahan. Struktur bangunan merupakan
lahirlah doktrin seni dan teknologi sebagai
komponen penting untuk melindungi suatu
kesatuan baru. Memberikan penekanan fungsi
ruangan. Namun, karya tanpa makna
menduduki tempat utama.
bukanlah karya arsitektur. Bangunan Karya
Silaban dikelompokkan dalam tiga tipologi
TELAAH DIAKRONIK KARYA SILABAN
bangunan, yaitu rumah tinggal, monument,
Pernyataan Niemeyer, tidak seimbangnya
komposisi dikarenakan mementingkan bentuk
fasilitas umum. Gagalnya pembangunan
daripada fungsi. Karya Silaban faktor bentuk harus
karya Silaban dikarenakan lebih
seimbang dengan faktor-faktor lainnya.
menekankan kebutuhan batiniah dan tidak
Pandangannya tentang kesederhaan tersebut
memperhitukan faktor ekonomis dari
memperkuat dugaan aliran fungsionalist banyak
bangunan.
dalam karyanya walaupun tidak secara murni.
Dominasi kokoh seharusnya diimbangi ungkapan
Pada abad 18 dan 19 bangunan monumental
fungsi. Struktur merupakan dasar terbentuknya
dan bangunan umum memiliki sebutan
suatu bangunan, dominasi struktur tanpa
Estetis. Kesan monumental dihadirkan
keseimmbangan bentuk, merubah persepsi fungsi
karena adanya komposisi ruang-ruang serta
bangunan. Keseimbangan bentuk lahir dari
komposisi dominasi yang memberikan kesan
kebutuhan organisasi ruang pada denah atau dari
unity namun mengaburkan fungsi
keseimbangan visual. Keseimbangan yang halus
bangunan.
dari garis dan bidang horizontal dan vertikal
dengan Menara sebagai tumpuan.
Fungsi bangunan karya Silaban tetap
bertahan hingga saat ini, tetap digunakan
Fungsi rumah tinggal tidak membutuhkan denah
sebagai fungsi semula walaupun tidak
ruang simetris, komposisi keseimbangan dilahirkan
dibangun sesuai rancangannya. Prinsip Form
dari komposisi antara atap dan elemen bangunan
Follow Function tidak berlaku dalam karya
lainnya.
asli Silaban. Bentuk serupa namun fungsi
berbeda, bentuk ini dihasilkan dari struktur
Pada pemandian umum karya dudok,
rangka.
keseimbangan disebabkan kebutuhan akan ruang
. yang simetri. Tahapan keseimbangan diarahkan
.
melalui tahapan ketinggian bangunan.
KOMPOSISI DALAM ESTETIKA
TAMPAK BANGUNAN
Keberhasilan seorang arsitek adalah
menciptakan suatu kualitas estetika tanpa
menyampingkan fungsi bangunan itu
sendiri. Saat segi estetika lebih diutamakan
maka strukturnya tersembunyi. Telaah
komposisi melalui prinsip-prinsip estetika
yaitu kesatuan, skala, irama, urutan, proporsi,
keseimbangan dan klimaks. Kesatuan yang
dimaksud adalah kesatuan komposisi
arsitektur dengan persyaratan adanya
dominasi, pengulangan, dan
kesinambungan. Karya silaban menunjukkan
komposisi dominasi atap, demikian dominasi
vertikal dari garis vertikal yang terbentuk dari
struktur rangka. Komposisi terang dan gelap.

a. Telaah Karya bangunan Monuman


TELAAH DIAKRONIK KARYA SILABAN
b. Telaah Karya bangunan Fasilitas Umum
c. Telaah Karya bangunan Rumah Tinggal

KOMPOSISI ANTAR MASA


BANGUNAN DENGAN SITE
Peletakkan bangunan mempertimbangkan
komposisi yang
mengurangi/menghilangkan faktor yang
merugikan, dan memanfaatkan faktor yang
menguntungkan sesuai dengan kondisi
alam.

.
DAFTAR PUSTAKA

Ardhiati, Yuke. 2005. Bung Karno Sang Arsitek. Depok: Komunitas Bambu

Odang, Astuti S.A (et al). 1992. F. Silaban dalam Konsep dan Karya. Bandung: Nova

TELAAH DIAKRONIK KARYA SILABAN

Anda mungkin juga menyukai