PERKEMBANGANNYA
→ Akar-akar budaya (sumber-sumber) Arsitektur Modern di Dunia Barat terjadi pada tahun 1750 – 1939.
→ Transformasi Kultural
- Dari telaah Neo Klasik (1750 – 1900), pembaharuan atas hubungan manusia dengan alam menjadi penguasaan manusia atas
alam.
- Munculnya humanism akibat perubahan kesadaran manusia (turunnya pamor bangsawan dan naiknya pamor borjuis)
→ Kemajuan teknologi yang menawarkan bahan-bahan bangunan baru yang Para modernis merasa dapat memecahkan masalah
arsitektur modern dan perkotaan (Besi, baja, dan beton bertulang)
→ Meningkatnya jumlah kaum kapitalis pada abad 19, muncul golongan menengah, barang-barang pabrik tidak lagi mahal
sehingga muncul gaya ikut-ikutan yang berlebihan, yang disebut golongan menengah sebagai selera mereka.
SEJARAH SOSIOLOGI ARSITEKTUR DAN
PERKEMBANGANNYA di INDONESIA
→ Politik etis pemerintah Hindia Belanda (1870) → Tanam Paksa, penanaman modal swasta di sektor perkebunan →
Perkembangan Arsitektur dan Kota di Indonesia → Jalur kereta api Batavia – Bandung. Lewat Bogor dan Cianjur
(1884).
→ Pada abad ke 18, sosial masyarakat di negara Barat mengalami perubahan besar-besaran akibat revolusi Industri.
Di Indonesia, masyarakat kita masih terjajah.
→ Perkembangan Arsitektur di Barat masih berlansung langgam Neo Klasik , dan beberapa bangunan material baru.
Di Indonesia berkembang langgam “Indische Empire Stijl’.
→ Dari perkembangan arsitektur yang ada maka dapat disimak adanya sedikit kebebasan ekspresi bangunan di
Indonesia pada masa-masa itu.
→ Pada abad 1908 muncul faham nasiolisme, orang biasa yang tampil ke depan untuk memajukan bangsanya.
→ Masa perang dunia (1914-1918), angkatan seniman melalui karya tulisannya menyurakan semangat kebangsaan
→ Perkembangan Arsitektur pada masa itu masih melaju, bangunan kolonial dengan penyesuaian iklim Indonesia
(Indies style). Mencari gaya Indo-Eropa yang ideal.
SEJARAH SOSIOLOGI ARSITEKTUR DAN
PERKEMBANGANNYA di INDONESIA
→ 1921 perancangan Pasar Gambir memberikan kesempatan bagi arsitek dan seniman untuk berkarya. Indo Eropa
juga ditunjukan dalam karya Thomas Kharsten dan Ir. Antonisse dalam ajang eksperimen mewujudkan gaya
arsitektur Indo Eropa.
→ Setelah proklamasi Indonesia, Presiden Indonesia berupaya membentuk pribadi dan karakter bangsa Indonesia,
yang dikenal dengan Nation and Character Building → untuk meningkatkan harga diri bangsa Indonesia (yang
pernah jadi negara yang dijajah)
→ Disaat kebutuhan akan hadirnya arsitektur yang megah, jumlah arsitek pada saat itu masih sedikit, diantaranya F.
Silaban, Suhamir, Sudarsono, Susilo, R. Abikusno.
F. SILABAN
Perjalanan Pendidikan F. Silaban
“Beliau (Pak Silaban) orang yang punya kemampuan untuk mengangkat diri,
mempelajari sendiri lebih dari yang didapatkannya di sekolah. Dari pendirian-
pendirian beliau terlihat bacaannya cukup banyak.
……
Rencana-rencana beliau adalah rencana-rencana yang cukup mempunyai kekuatan
yang berasal dari keyakinan.”
Perjalanan Pekerjaan F. Silaban
- 1931 (Mei – Juli) : Bouwkundig Tekenaar Stadsgemeente Jakarta (Juru Gambar
Bangunan Kotapraja Jakarta.
- 1931 – 1937 : Opzichter Geniedienst Jakarta (Pengawas Bagian Teknik
Kotapraja Jakarta)
- 1937 – 1939 : Geniechef Pontianak (Kepala Teknik Pontianak) untuk daerah
Kalimantan Barat
- 1939 – 1942 : Opzichter – Terkenaar Stadsgementee Bogor Pengawas
Bagian Teknik Kotapraja Jakarta)
- 1942 – 1947 : Direktur Burgerlijk Openbare Werken (BOW) Bogor (Kepala
DPU Bogor).
- 1947 – 1949 : Direktur BOW Kota Bogor (Kepala DPU Bogor)
- 1949 (akhir) : ----Cuti di Netherland----
- 1950 (akhir) – Mei 1965 : Kepela DPU Kota Bogor, sambil ± 5 tahun menjadi Ketua
Panitia Keindahan Kota DKI Jakarta.
- 1959 – 1962 : Anggota Dewan Perancang Nasional (DEPERNAS)
- 1965 (Mei) : Pensiun Kotamadya Bogor
- 1967 – 1984 : Wakil Kepala Proyek Masjid Istiqlal Jakarta
- 1972 – 1976 : Dosen Luar Biasa mata kuliah Kode Etik dan Tata Laku Profesi
pada Fakultas Teknik Universitas Indonesia Jakarta.
F. SILABAN
→ Salah satu yang mempengaruhi beliau adalah Antonisse, seorang Arsitek Belanda yang memberikan banyak
masukan-masukan arsitektural.
→ F. Silaban juga merupakan salah satu perancang Pasar Gambir tahun 1930.
→ 1920 → Dunia sedang dilanda International Style sebagai awal periode Ars. Modern, yang akhirnya
mempengaruhi Silaban dalam berkarya.
→ Silaban dalam rancangannya mengutamakan unsur atap, dengan pertimbangan atap merupakan ciri yang
ditunjukan dalam arsitektur tropis → Solar shadowgraph → Arsitektur tropis merupakan permainan antara terang
dan gelap yang berimbang dan harmonis.
“International Style bukan menyangkal adanya keindahan
dalam Arsitektur tetapi menganggap bahwa keindahan
tersebut merupakan hasil dari rancangan fungsi dan
struktur yang baik.”
F. SILABAN
→ Silaban tidak menerima mentah-mentah International style, namun disesuaikan dengan kondisi di Indonesia.
→ Silaban dipengaruhi oleh Karya W.M Dudok (Arsitek Belanda) → seni dan pertukangan atas Arsitektur
→ Rumah atau gedung menurut beliau adalah perabot hidup manusia, perabot untuk melindungi manusia
terhadap hujan, panas matahari, angin kencang di negeri-negeri tropis.
→ Karena angin kencang di Indonesia jarang terjadi, maka yang paling esensial dalam rumah atau gedung di
Indonesia adalah atap.
→ Dinding lebih untuk privacy, privacy yang mutlak adalah kamar mandi/WC saja.
→ Mengupayakan terbentuknya volume udara yang sebesar mungkin di dalam rumah, seperti rumah-rumah
Belanda di Indonesia yang tinggi plafonnya, beremper muka dan emper belakang yang cukup besar.
EMPER TERBUKA
→ Emper terbuka besar merupakan ciri khas Arsitektur Tropis sesungguhnya.
→ Emper terbuka menyenangkan untuk duduk-duduk, ngobrol dan melepas lelah, sebagai gambaran rumah
terbuka.
→ Sinar matahari tidak mencapai lantai, tidak dengan menghalanginya dengan dinding, tetapi menahannya
dengan atap yang melebar keluar garis dinding, sehingga dindingnya membuat “Solar Shadowgraph” (gambar
pembayangan matahari). Solar Shadowgraph berlainan untuk tiap-tiap tempat.
→ Permainan antara gelap dan terang yang berimbang dan harmonis.
ARSITEKTUR YANG BAIK
→ Arsitektur yang baik adalah arsitektur yang sesederhana mungkin dan sejelas mungkin.
→ Semua hal-hal yang tak mutlak dalam sebuah gedung jangan diadakan, agar gedung bisa berfungsi sebaik-
baiknya demi kesederhanaan dan kejelasan.
→ Jika perhiasan (ornamen) tidak dapat dihindarkan, maka perhiasan itu sebaiknya menggaris bawahi fungsi
gedung yang bersangkutan.
→ Penggunaan terlalu banyak elemen pada suatu gedung akan mengurangi kejelasan gedung tersebut.
PENUTUP ATAP
→ Atap harus mutlak bebas dari segala kebocoran, juga bebas dari bentuk yang berliku-liku (dapat mengundang
kebocoran).
→ Kualitas penutup atap dan konstruksinya harus terjaga, agar tidak bocor/awet dalam waktu yang lama.
→ Atap beton dengan pelaksanaan dan pengawetan yang baik akan tahan lama, namun mahal. Untuk genteng,
penggunaan kualitas genteng tinggi akan ratusan tahun; kualitas genteng yang baik dibuat dari tanah liat tanpa
campur semen.
→ Ketahanan/keawetan, menurut Silaban penting sekali agar biaya permilaharaan dapat ditekan seminimal
mungkin.
BENTUK-BENTUK ARSITEKTUR
→ Menurut Silaban, bentuk Arsitektur Indonesia tidak perlu dicari-cari, sebab manusia Indonesia sendiri masih
dalam proses pembentukan, yang jelas Arsitektur Indonesia harus modern dan tropis.
→ Harus modern karena kita hidup dalam jaman modern dan karena tiap-tiap jaman berhak mengekspresikan
dirinya dalam kebudayaan jamannya.
→ Tentang sikap kita terhadap arsitektur tradisional, kita sebaiknya jangan mengambil bentuknya, tapi jiwanya.
AIR CONDITIONING
→ Menurut Silaban, AC tidak mutlak diperlukan untuk gedung-gedung Indonesia.
→ AC tidak mutlak diperlukan pada bangunan dengan pengoperasionalan/pemakaian sehari-hari rata-rata hingga
jam 14.00 (rata-rata Gedung Pemerintah pada saat itu).
→ AC diperlukan contohnya di Perpustakaan yang perlu melindungi buku-bukunya.
Rumah Pribadi Silaban dan Jiwa Tropisnya
Teritis
Lebar
Emper
terbuka
Gedung Pola/Perintis Kemerdakaan
Emper atas/selasar
disekeliling gedung.
Teritis Emperan
Lebar Terbuka.