Histologi PDF
Histologi PDF
TINJAUAN PUSTAKA
Ada berbagai mekanisme untuk melindungi permukaan okuler dari hal-hal yang
berbahaya seperti refleks dan alis mata serta struktur mata sendiri yaitu bulu mata,
kelopak mata (palpebra), film prekorneal atau film air mata dan epitel pada
permukaan mata. Berikut adalah penjelasan dari palpebra dan film prekorneal
yang berhubungan dengan penelitian ini (Encyclopdia Britannica, 2007).
2.1. Palpebra
2.1.1. Anatomi
A. Struktur
Struktur mata yang berfungsi sebagai proteksi lini pertama adalah
palpebra. Fungsinya adalah mencegah benda asing masuk, dan juga membantu
proses lubrikasi permukaan kornea. Pembukaan dan penutupan palpebra
diperantarai oleh muskulus orbikularis okuli dan muskulus levator palpebra.
Muskulus orbikularis okuli pada kelopak mata atas dan bawah mampu
mempertemukan kedua kelopak mata secara tepat pada saat menutup mata. Pada
saat membuka mata, terjadi relaksasi dari muskulus orbikularis okuli dan
kontraksi dari muskulus levator palpebra di palpebra superior. Otot polos pada
palpebra superior atau muskulus palpebra superior (Mller muscle) juga berfungsi
dalam memperlebar pembukaan dari kelopak tersebut. Sedangkan, palpebra
inferior tidak memiliki muskulus levator sehingga muskulus yang ada hanya
berfungsi secara aktif ketika memandang kebawah (Encyclopdia Britannica,
2007)
Selanjutnya adalah lapisan superfisial dari palpebra yang terdiri dari kulit,
kelenjar Moll dan Zeis, muskulus orbikularis okuli dan levator palpebra. Lapisan
dalam terdiri dari lapisan tarsal, muskulus tarsalis, konjungtiva palpebralis dan
kelenjar meibom (Wagner, 2006).
B. Inervasi
Serabut otot muskulus orbikularis okuli pada kedua palpebra dipersarafi
cabang zigomatikum dari nervus fasialis sedangkan muskulus levator palpebra
dan beberapa muskulus ekstraokuli dipersarafi oleh nervus okulomotoris. Otot
polos pada palpebra dan okuler diaktivasi oleh saraf simpatis. Oleh sebab itu,
sekresi adrenalin akibat rangsangan simpatis dapat menyebabkan kontraksi otot
polos tersebut (Encyclopdia Britannica, 2007).
Air mata akan disekresikan secara refleks sebagai respon dari berbagai
stimuli. Stimulus tersebut dapat berupa stimuli iritatif pada kornea, konjungtiva,
mukosa hidung, stimulus pedas yang diberikan pada mulut atau lidah, dan cahaya
terang. Selain itu, air mata juga akan keluar sebagai akibat dari muntah, batuk dan
menguap. Sekresi juga dapat terjadi karena kesedihan emosional. Kerusakan pada
nervus trigeminus akan menyebabkan refleks sekresi air mata menghilang. Hal ini
dapat dibuktikan dengan pemberian kokain pada permukaan mata menyebabkan
Aliran darah konjungtiva berasal dari arteri siliaris anterior dan arteri
palpebralis. Kedua arteri ini beranastomosis bebas dan bersama dengan banyak
vena konjungtiva yang umumnya mengikuti pola arterinya membentuk jaring-
jaring vaskuler konjungtiva yang banyak sekali. Pembuluh limfe konjungtiva
tersusun dalam lapisan superfisial dan lapisan profundus dan bersambung dengan
pembuluh limfe palpebra hingga membentuk pleksus limfatikus yang banyak.
Konjungtiva menerima persarafan dari percabangan pertama (oftalmik) nervus
trigeminus. Saraf ini hanya relatif sedikit mempunyai serat nyeri. (Riordan-Eva,
2000).
Fungsi dari konjungtiva adalah memproduksi air mata, menyediakan
kebutuhan oksigen ke kornea ketika mata sedang terbuka dan melindungi mata
dengan mekanisme pertahanan nonspesifik yang berupa barier epitel, aktivitas
lakrimasi, dan menyuplai darah. Selain itu, terdapat pertahanan spesifik berupa
2.4.2. Kornea
Kornea merupakan membran pelindung dan jendela yang dilalui berkas
cahaya menuju retina. Kornea meliputi seperenam dari permukaan anterior bola
mata. Kelengkungannya lebih besar dibandingkan permukaan mata lainnya.
Perbatasan antara kornea dan sklera disebut sebagai limbus (ditandai dengan
adanya sulkus yang dangkal sulkus sklera). Kornea terdiri dari 3 lapisan yaitu
epitel, substansi propria atau stroma dan endotel. Diantara epitel dan stroma
terdapat lapisan atau membran Bowman dan diantara stroma dan endotel terdapat
membran descemet.
Kornea yang sehat adalah avaskular dan tidak memiliki saluran limfatik.
Nutrisi sel kornea didapat melalui difusi dari cairan akueus, kapiler pada limbus,
dan oksigen yang terlarut dalam film prekorneal. Metabolisme kornea cenderung
aerobik dan mampu berfungsi baik secara anaerobik selama enam sampai tujuh
jam. Sel yang bermetabolisme secara aktif adalah endotel, epitel dan sel keratosit
stroma. Oksigen yang menyuplai kornea kebanyakan berasal dari film prekorneal
dengan kontribusi sedikit dari kapiler di limbus dan gradien oksigen. Suplai
glukosa pada kornea 90% berasal dari cairan akueus dan 10% dari kapiler limbus.
Persarafan kornea berasal dari divisi oftalmik nervus trigeminus.
Percabangan nervus ini berasal dari ruang perikoroidal, menembus sklera dan
membentuk pleksus. Pleksus ini akan menyebar secara radier dan kemudian
masuk ke stroma kornea. Serat saraf ini akan kehilangan selaput mielin dan
bergabung membentuk pleksus subepitel kornea. Cabang terminal nervus ini akan
menembus lapisan Bowman, menyebar dan membentuk pleksus intraepitel. Saraf
ujung bebas inilah yang responsif terhadap nyeri dan suhu. Akibat dari banyaknya
persarafan, hal ini menyebabkan kornea sangat sensitif terhadap berbagai stimuli.
Gambar 2.8. Siklus Inflamasi Akibat Paparan Zat Iritan Secara Kronik