Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Toksikologi merupakan suatu cabang ilmu yang membahas seputar efek
merugikan berbagai efek samping yang merugikan dari berbagai agen kimiawi
terhadap semua sistem makhluk hidup. Pada bidang biomedis, ahli toksikologi
akan menangani efek samping yang timbul pada manusia akibat pajanan obat dan
zat kimiawi lainnya, serta pembuktian keamanan atau bahaya potensial yang
terkait (Fitriana, 2015).
Toksikologi lingkungan didefinisikan sebagai study of the fate and effects of
chemicals in the environment. Secara sederhana, yaitu mempelajari proses
degradasi zat kimia perubahan kimia yang dialami oleh toksikan di lingkungan
serta transport zat kimia tersebut dari satu tempat ke tempat lain di alam ini.
Toksikologi lingkungan umumnya dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok
kajian, yaitu toksikologi kesehatan lingkungan dan ekotoksikologi. Toksikologi
kesehatan lingkungan adalah melakukan telaah tentang efek samping zat kimia di
lingkungan terhadap kesehatan manusia. Sedangkan ekotoksikologi memfokuskan
diri pada telaah tentang efek pencemaran lingkungan pada ekosistem dan
konstituennya seperti ikan dan satwa liar (Wirasuta dan Rasmaya, 2007).
Terjadinya pencemaran pada badan-badan air, akan mengganggu kehidupan
normal ikan-ikan yang hidup di dalamnya. Dengan adanya pencemaran air
menyebabkan menurunnya kualitas perairan, sehingga daya dukung perairan
tersebut terhadap organisme akuatik yang hidup di dalamnya akan turun. Masalah
pencemaran air menimbulkan berbagai akibat, baik yang bersifat biologi, fisik
maupun kimia. Akibat biologic yang terlihat jelas di perairan-perairan antara lain
berupa kematian ikan atau sekurang-kurangnya berupa kelainan structural maupun
fungsional ke arah abnormal (Alkassasbeh et al., 2009 dalam Pratiwi, 2010).
Bioindikator adalah organisme atau respons biologis yang menunjukan
masuknya zat tertentu dalam lingkungan. Salah satu cara pemantauan pencemaran
udara adalah dengan menggunakan tumbuhan sebagai bioindikator. Tumbuhan
adalah bioindikator yang baik dan daun adalah bagian tumbuhan yang paling peka
pencemar (Kaka, 2011).
Salah satu organisme yang sering ditemukan pada ekosistem bendungan
adalah Gastropoda. Organisme ini merupakan hewan yang relatif menetap di
dasar perairan dan sering digunakan sebagai petunjuk biologis (indikator)
terhadap kualitas perairan. Suatu lingkungan perairan yang tercemar akan
mempengaruhi kehidupan organisme yang ada didalam perairan tersebut.
Penyebaran Gastropoda erat sekali hubungannya dengan kondisi perairan dimana
organisme ini ditemukan. Beberapa diantaranya adalah faktor fisika, kimia, dan
biologi seperti suhu, tekstur sedimen, temperatur, salinitas, pH, kandungan bahan
organik, dan oksigen (Ruswahyuni, 2008 dalam Wahyuni et al., 2015).
Variasi komposisi Gastropoda dapat disebabkan oleh berbagai macam sebab
antara lain interaksi antara komposisi sampah, umur dari sampah, kondisi
hidrogeologi dari lahan, suhu, iklim, musim, dan air yang melalui timbunan.
Kisaran suhu optimum untuk mendukung kehidupan gastropoda berkisar antara
28C 32C. Perubahan suhu akan mempengaruhi pola kehidupan dan aktivitas
biologi di dalam air termasuk pengaruhya terhadap penyebaran biota menurut
batas kisaran toleransinya (Ayu et al., 2016).
Pengukuran parameter fisika kimia bisa menggambarkan kualitas lingkungan
pada waktu tertentu. Pengukuran indikator biologi dapat memantau secara kontinu
dan merupakan petunjuk yang mudah untuk memantau terjadinya pencemaran.
Dampak adanya pencemaran terhadap organisme perairan adalah menurunnya
keanekaragaman dan kelimpahan hayati pada perairan. Sifat-sifat kimia fisika air
yang umum diuji dan dapat digunakan untuk menentukan tingkat pencemaran air
adalah nilai pH, suhu, oksigen terlarut, karbondioksida, warna dan kekeruhan,
jumlah padatan, nitrat, amoniak, fosfat, daya hantar dan klorida
(Wahyuni et al., 2015).

1.2. Tujuan Kuliah Lapangan


Tujuan Kuliah Lapangan ini adalah untuk mennganalisis air muara dusun
Tuing berdasarkan parameter fisik dan kimia secara umum dan mengetahui
keragaman gastropoda yang berperan sebagai bioindikator.
Dapus:

FORENSIC TOXICOLOGY. Jurnal


Fitriana, A. N. 2015.
Mjority. 4(4):1-9.

Wirasuta, I. M. A. G dan Rasmaya, N. 2007.


Toksikologi Umum. Universitas Udayana.
Bali.

Pratiwi, Y. 2010. Penentuan tingkat


pencemaran limbah industry tekstil
berdasarkan nutrition value coefficient
bioindikator. Jurnal teknologi. 3(2): 129
137.

Kaka, A. W. 2011. PENGGUNAAN TUMBUHAN


SEBAGAI BIOINDIKATOR DALAM PEMANTAUAN
PENCEMARAN UDARA. Skripsi. Institut Teknologi
Surabaya. Surabaya.
Wahyuni, S., et al. 2015. STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA
(MOLUSKA) DI PERAIRAN BENDUNGAN MENAMING KABUPATEN
ROKAN HULU RIAU.

Ayu, D. M., et al. 2016.


Keanekaragaman Gastropoda Sebagai Bioindikator Pencemaran
Lindi TPA Jatibarang di Sungai Kreo Kota Semarang.

Anda mungkin juga menyukai