Toksikologi merupakan suatu cabang ilmu yang membahas seputar efek merugikan berbagai efek samping yang merugikan dari berbagai agen kimiawi terhadap semua sistem makhluk hidup. Pada bidang biomedis, ahli toksikologi akan menangani efek samping yang timbul pada manusia akibat pajanan obat dan zat kimiawi lainnya, serta pembuktian keamanan atau bahaya potensial yang terkait (Fitriana, 2015). Toksikologi lingkungan didefinisikan sebagai study of the fate and effects of chemicals in the environment. Secara sederhana, yaitu mempelajari proses degradasi zat kimia perubahan kimia yang dialami oleh toksikan di lingkungan serta transport zat kimia tersebut dari satu tempat ke tempat lain di alam ini. Toksikologi lingkungan umumnya dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok kajian, yaitu toksikologi kesehatan lingkungan dan ekotoksikologi. Toksikologi kesehatan lingkungan adalah melakukan telaah tentang efek samping zat kimia di lingkungan terhadap kesehatan manusia. Sedangkan ekotoksikologi memfokuskan diri pada telaah tentang efek pencemaran lingkungan pada ekosistem dan konstituennya seperti ikan dan satwa liar (Wirasuta dan Rasmaya, 2007). Terjadinya pencemaran pada badan-badan air, akan mengganggu kehidupan normal ikan-ikan yang hidup di dalamnya. Dengan adanya pencemaran air menyebabkan menurunnya kualitas perairan, sehingga daya dukung perairan tersebut terhadap organisme akuatik yang hidup di dalamnya akan turun. Masalah pencemaran air menimbulkan berbagai akibat, baik yang bersifat biologi, fisik maupun kimia. Akibat biologic yang terlihat jelas di perairan-perairan antara lain berupa kematian ikan atau sekurang-kurangnya berupa kelainan structural maupun fungsional ke arah abnormal (Alkassasbeh et al., 2009 dalam Pratiwi, 2010). Bioindikator adalah organisme atau respons biologis yang menunjukan masuknya zat tertentu dalam lingkungan. Salah satu cara pemantauan pencemaran udara adalah dengan menggunakan tumbuhan sebagai bioindikator. Tumbuhan adalah bioindikator yang baik dan daun adalah bagian tumbuhan yang paling peka pencemar (Kaka, 2011). Salah satu organisme yang sering ditemukan pada ekosistem bendungan adalah Gastropoda. Organisme ini merupakan hewan yang relatif menetap di dasar perairan dan sering digunakan sebagai petunjuk biologis (indikator) terhadap kualitas perairan. Suatu lingkungan perairan yang tercemar akan mempengaruhi kehidupan organisme yang ada didalam perairan tersebut. Penyebaran Gastropoda erat sekali hubungannya dengan kondisi perairan dimana organisme ini ditemukan. Beberapa diantaranya adalah faktor fisika, kimia, dan biologi seperti suhu, tekstur sedimen, temperatur, salinitas, pH, kandungan bahan organik, dan oksigen (Ruswahyuni, 2008 dalam Wahyuni et al., 2015). Variasi komposisi Gastropoda dapat disebabkan oleh berbagai macam sebab antara lain interaksi antara komposisi sampah, umur dari sampah, kondisi hidrogeologi dari lahan, suhu, iklim, musim, dan air yang melalui timbunan. Kisaran suhu optimum untuk mendukung kehidupan gastropoda berkisar antara 28C 32C. Perubahan suhu akan mempengaruhi pola kehidupan dan aktivitas biologi di dalam air termasuk pengaruhya terhadap penyebaran biota menurut batas kisaran toleransinya (Ayu et al., 2016). Pengukuran parameter fisika kimia bisa menggambarkan kualitas lingkungan pada waktu tertentu. Pengukuran indikator biologi dapat memantau secara kontinu dan merupakan petunjuk yang mudah untuk memantau terjadinya pencemaran. Dampak adanya pencemaran terhadap organisme perairan adalah menurunnya keanekaragaman dan kelimpahan hayati pada perairan. Sifat-sifat kimia fisika air yang umum diuji dan dapat digunakan untuk menentukan tingkat pencemaran air adalah nilai pH, suhu, oksigen terlarut, karbondioksida, warna dan kekeruhan, jumlah padatan, nitrat, amoniak, fosfat, daya hantar dan klorida (Wahyuni et al., 2015).
1.2. Tujuan Kuliah Lapangan
Tujuan Kuliah Lapangan ini adalah untuk mennganalisis air muara dusun Tuing berdasarkan parameter fisik dan kimia secara umum dan mengetahui keragaman gastropoda yang berperan sebagai bioindikator. Dapus:
FORENSIC TOXICOLOGY. Jurnal
Fitriana, A. N. 2015. Mjority. 4(4):1-9.
Wirasuta, I. M. A. G dan Rasmaya, N. 2007.
Toksikologi Umum. Universitas Udayana. Bali.
Pratiwi, Y. 2010. Penentuan tingkat
pencemaran limbah industry tekstil berdasarkan nutrition value coefficient bioindikator. Jurnal teknologi. 3(2): 129 137.
Kaka, A. W. 2011. PENGGUNAAN TUMBUHAN
SEBAGAI BIOINDIKATOR DALAM PEMANTAUAN PENCEMARAN UDARA. Skripsi. Institut Teknologi Surabaya. Surabaya. Wahyuni, S., et al. 2015. STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA (MOLUSKA) DI PERAIRAN BENDUNGAN MENAMING KABUPATEN ROKAN HULU RIAU.
Ayu, D. M., et al. 2016.
Keanekaragaman Gastropoda Sebagai Bioindikator Pencemaran Lindi TPA Jatibarang di Sungai Kreo Kota Semarang.