Anda di halaman 1dari 3

PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI DASAR

PREEKLAMPSIA - EKLAMPSIA

Dalam suatu studi multisenter, multinasional untuk membandingkan berbagai cara


pengobatan, telah dibuktikan bahwa Magnesium sulfat merupakan obat yang paling efektif untuk
mengatasi kejang pada eklampsia dibandingkan dengan obat lain misalnya diazepam. Untuk itu
direkomendasikan menjadi obat terpilih dalam pengobatan eklampsia (The Eclampsia
Collaborative Trial Group, 1995, Neilson, 1995, Lucas, Levano and Cunningham, 1995).

Dalam Cochrane Eclampsia Review, Dudley dan Henderson-Smart (1995), Attallah (1997)
menyatakan bahwa Magnesium sulfat dapat digunakan dengan mudah di negara berkembang,
karena obat ini tidak mahal dan tidak memerlukan teknologi tinggi dalam penerapannya.
Magnesium sulfat hendaknya digunakan sebagai standar pembanding bagi obat lain untuk
mengatasi kejang pada eklampsia.
Dapat disimpulkan bahwa penelitian mutakhir sangat mendukung penggunaan Magnesium sulfat
untuk mengendalikan kejang eklampsia dan harus direkomendasikan sebagai obat terpilih.

PENANGANAN UMUM

1. Segera rawat
2. Lakukan penilaian klinik terhadap keadaan umum, sambil mencari riwayat penyakit sekarang
dan terdahulu dari pasien atau keluarganya
3. Jika pasien tidak bernafas:
a. Bebaskan jalan nafas
b. Berikan O2 dengan sungkup
c. Lakukan intubasi jika diperlukan
4. Jika pasien kehilangan kesadaran / koma:
a. Bebaskan jalan nafas
b. Baringkan pada satu sisi
c. Ukur suhu
d. Periksa apakah ada kaku kuduk
5. Jika pasien syok
6. Lihat Penanganan Syok
7. Jika terdapat perdarahan
8. Lihat Penanganan Perdarahan

Jika pasien kejang (Eklampsia)


a. Baringkan pada satu sisi, tempat tidur arah kepala ditinggikan sedikit untuk mengurangi
kemungkinan aspirasi sekret, muntahan atau darah
b. Bebaskan jalan nafas
c. Pasang spatel lidah untuk menghindari tergigitnya lidah
d. Fiksasi untuk menghindari pasien jatuh dari tempat tidur

GEJALA DAN TANDA

1. Tekanan darah diastolik merupakan indikator dalam penanganan hipertensi dalam kehamilan,
oleh karena tekanan diastolik mengukur tahanan perifer dan tidak tergantung pada keadaan
emosional pasien
2. Diagnosis hipertensi dibuat jika tekanan darah diastolik 90 mmHg pada 2 pengukuran
berjarak 1 jam atau lebih
3. Hipertensi dalam kehamilan dapat dibagi dalam:

a. Hipertensi karena kehamilan, jika hipertensi terjadi pertama kali sesudah kehamilan 20
minggu, selama persalinan dan/atau dalam 48 jam post partum
b. Hipertensi kronik, jika hipertensi terjadi sebelum kehamilan 20 minggu

HIPERTENSI KARENA KEHAMILAN

1. Lebih sering terjadi pada primigravida. Keadaan patologis telah terjadi sejak implantasi,
sehingga timbul iskemia plasenta yang kemudian diikuti dengan sindroma inflamasi.

2. Risiko meningkat pada:


a. Masa plasenta besar (gemelli, penyakit trofoblast)
b. Hidramnion
c. Diabetes melitus
d. Isoimunisasi rhesus
e. Faktor herediter
f. Autoimun: SLE

3. Hipertensi karena kehamilan:


a. Hipertensi tanpa proteinuria atau edema
b. Preeklampsia ringan
c. Preeklampsia berat
d. Eklampsia

4. Hipertensi dalam kehamilan dan preeklampsia ringan sering ditemukan tanpa gejala, kecuali
peningkatan tekanan darah. Prognosis menjadi lebih buruk dengan terdapatnya proteinuria.
Edema tidak lagi menjadi suatu tanda yang sahih untuk preeklampsia.

5. Preeklampsia berat didiagnosis pada kasus dengan salah satu gejala berikut:
a. Tekanan darah diastolik > 110 mmHg
b. Proteinuria 2+
c. Oliguria < 400 ml per 24 jam
d. Edema paru: nafas pendek, sianosis dan adanya ronkhi
e. Nyeri daerah epigastrium atau kuadran atas kanan perut
f. Gangguan penglihatan: skotoma atau penglihatan yang berkabut
g. Nyeri kepala hebat yang tidak berkurang dengan pemberian analgetika biasa
h. Hiperrefleksia
i. Mata: spasme arteriolar, edema, ablasio retina
j. Koagulasi: koagulasi intravaskuler disseminata, sindrom HELLP
k. Pertumbuhan janin terhambat
l. Otak: edema serebri
m. Jantung: gagal jantung
6. Eklampsia ditandai oleh gejala preeklampsia berat dan kejang
a. Kejang dapat terjadi dengan tidak tergantung pada beratnya hipertensi
b. Kejang bersifat tonik-klonik, menyerupai kejang pada epilepsy grand mal
c. Koma terjadi setelah kejang dan dapat berlangsung lama (beberapa jam)

Anda mungkin juga menyukai