Anda di halaman 1dari 5

PENDEKATAN KONTEKSTUAL DI BIDANG

PENDIDIKAN
a. Pengertian Pendekatan Kontekstual
Para ahli pendidikan memiliki pandangan yang berbeda dalam mengartikan istilah

pembelajaran kontekstual. Namun perbedaan tersebut masih dalam tahap kewajaran yang justru

menjadi pemahaman tentang pembelajaran kontekstual, berikut ini dikemukakan pendapat

beberapa tokoh yang menjelaskan tentang pengertian pembelajaran kontekstual.


Pembelajaran kontekstual menurut Blanchard ( 2001 : 1 ), Berns dan Erickson ( 2001 : 2 )

adalah merupakan konsep belajar dan mengajar yang membantu guru mengaitkan antara materi

yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata murid dan mendorong murid membuat hubungan

antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai

anggota keluarga, warga negara dan pekerja.

Sementara itu Hulls dan Sounder (1996 : 3 ) menjelaskan:

Hal ini menunjukkan bahwa melalui pendekatan kontekstual, murid


menemukan hubungan penuh makna antara ide-ide abstrak dengan penerapan
praktis didalam konteks dunia nyata. Murid menginternalisasikan konsep
melalaui penemuan, penguatan, dan keterhubungan. Pendekatan kontekstual,
menghendaki kerja dalam sebuah tim, baik di kelas, laboratorium, tempat
bekerja maupun bank. Pendekatan kontekstual menuntut guru mendesain
lingkungan belajar yang merupakan gabungan beberapa bentuk pengalaman
untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Selanjutnya, Nina (2005 : 6) mendefenisikan : Pendekatan Kontekstual adalah

pendekatan yang menekankan pada proses keterlibatan murid secara penuh untuk dapat

menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi dunia nyata, sehingga

mendorong murid untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.


Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Pendekatan kontekstual adalah

pendekatan pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan situasi nyata

murid dalam kehidupan mereka sehari-hari.


b. Karakteristik Pendekatan Kontekstual.
Blanchard (2001: 2-8) mengemukakan beber apa karakteristik pendekatan
kontekstual antara lain:1) bersandar pada memori mengenai ruang, 2)
mengintegrasikan berbagai subjek materi/disiplin, 3) nilai informasi
didasarkan pada kebutuhan murid,4) menghubungkan informasi dengan
pengetahuan awal murid, 5) penilaian sebenarnya melalui aplikasi praktis atau
pemecahan masalah nyata.

c. Kelebihan Pendekatan Kontekstual


Pendekatan kontekstual ini mempunyai kelebihan yaitu pembelajaran menjadi lebih

bermakna bagi murid, karena pembelajaran berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan

murid bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke murid, dan strategi

pembelajaran lebih dipentingkan dari pada hasil (Nurhadi, 2003 : 4). Selain itu, pembelajaran

dengan pendekatan kontekstual akan menambah semangat dan kreatifitas murid, karena masalah

yang dihadapkan murid adalah masalah yang ada dilingkungannya dan akan berguna

dikehidupan murid tersebut.


Dengan melihat kelebihan pendekatan kontekstual diatas dan kendala yang ditemui di

lapangan pada pembelajaran tentang penjumlahan pecahan, maka pendekatan kontekstual sangat

cocok diterapkan. Karena soal-soal tentang pecahan banyak berkaitan dengan kehidupan nyata

murid, sehingga masalah yang timbul adalah masalah kontekstual. Dengan demikian dapat

membantu murid memproses informasi kedalam otaknya dan menyusun kembali

pengetahuannya untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari.


d. Komponen-komponen dalam Pendekatan Kontekstual
Ditjen Dikdasmen ( 2003: 10-19) menyebutkan tujuh komponen utama pendekatan yaitu:

Kontrusktivisme, Bertanya ( Questioning), Menemukan ( Inquary), Masyarakat belajar (Learning

Community), Pemodelan (modeling), Refleksi (reflection), dan Penilaian sebenarnya (authentic

assessment).
Adapun ketujuh komponen pendekatan kontekstual diatas dapat dideskripsikan sebagai

berikut:
1) Konstruktivisme
Menurut Ditjen Dikdasmen (2003: 10-19), filsafat konstruktivisme adalah pengetahuan

dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang

terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta,

konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Kudandar (2007: 306) menyimpulkan

bahwa dalam pandangan konstruktivisme strategi memperoleh pengalaman lebih diutamakan

dibandingkan seberapa banyak murid memperoleh dan mengingat pengetahuan.


Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual merupakan

proses pembelajaran dimana murid didorong untuk mampu mengkonstruksi pengetahuan sendiri

melalui pengalaman nyata.


2) Menemukan
Menemukan adalah proses pembelajaran yang didasarkan kepada pencarian dan

penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil

dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sesdiri. Nina (2003: 43) proses

menemukan dapat dilakukan melalui beberapa langkah yaitu:


a) Merumuskan masalah, b) mengumpulkan data melalui observasi, c)
menganalisis data dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan,
bagan, tabel,dan karya ilmiah, d) mengkomunikasikan atau menyajikan hasil
karya pada pembaca, teman sekelas, atau audiens lainnya.

Berdasakarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menemukan adalah proses

pembelajaran dengan merumuskan masalah, mengumpulkan data melalui observasi,

menganalisis dan menyajikan hasil, dan mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada

guru dan teman sekelasnya.


3) Bertanya
Belajar pada hakekatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat

dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu, sedangkan menjawab pertanyaan

mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir. Bertanya merupakan strategi utama


pembelajaran berbasis konstekstual. Bertanya dalam pembelajaran sebagai kegiatan guru untuk

mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir murid.


Dalam aktivitas belajar, kegiatan bertanya dapat diterapkan antara murid dengan

murid,antara murid dengan guru, dan antara murid dengan orang lain yang didatangkan ke kelas.
4) Masyarakat belajar
Konsep masyarakat belajar dalam pendekatan kontekstual menyarankan agar hasil

pembelajaran diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain. Menurut Kunandar, (2007: 13)

Hasil belajar dapat diperoleh dari hasil sharing antara teman, antar kelompok, dan antara yang

sudah tahu ke yang belum tahu. Dalam kelas kontekstual, penerapan asas masyarakat belajar

dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar. Murid dibagi

dalam kelompok-kelompok yang anggotanya bersifat heterogen, baik dilihat dari kemampuan

dan kecepatan belajarnya, maupun dilihat dari bakat dan minatnya.


5) Pemodelan
Sanjaya (2009: 267) mengemukakan asas modeling adalah proses pembelajaran yang

memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap murid. Pemodelan dapat

berbentuk demonstrasi, pemberian contoh tentang konsep atau aktivitas belajar. Pemodelan

merupakan asas yang cukup penting dalam pembelajaran pendekatan kontekstual, sebab melalui

modeling murid dapat terhindar dari pembelajaran yang teoritis abstrak yang dapat

memungkinkan terjadinya verbalisme.


6) Refleksi
Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan

dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah

dilaluinya. Nurhadi (2003: 51) mengemukakan realisasi dari dalam pembelajaran dapat

berupa:a) pernyataan langsung tentang sesuatu yang diperoleh murid, b) kesan atau pesan murid

tentang pembelajaran yang sudah diterimanya, c) catatan atau jurnal dibuku murid, d) diskusi, e)

hasil karya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa refleksi merupakan bagian penting

dalam proses pembelajaran dimana guru dan murid merenung atau mengingat kembali apa yang

telah dipelajarinya serta murid menafsirkan pengalamannya sendiri


.
7) Penilaian nyata
Assesment adalah pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran

perkembangan belajar murid. Gambaran perkembangan belajar murid perlu diketahui oleh guru

agar bisa memastikan bahwa murid mengalami proses pembelajaran dengan benar.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa komponen utama

pendekatan kontekstual sebagai suatu pendekatan pembelajaran memiliki tujuh komponen yaitu

konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi dan asesmen

atau penilaian nyata, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan secara optimal.

Anda mungkin juga menyukai