Anda di halaman 1dari 14

MASA NIFAS

A. Definisi
Masa puerperium normal adalah waktu yang diperlukan agar organ

genitalia interna ibu kembali menjadi normal secara anatomis dan

fungsional yaitu sekitar 6 minggu (Manuaba,dkk,2007;h.368). Periode

pascapartum adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin

(menandakan akhir periode intrapartum) hingga kembalinya traktus

reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil (Varney,dkk,2008;h.958).


B. Tahapan Masa Nifas
Masa nifas merupakan rangkaian setelah proses persalinan dilalui oleh

seorang wanita, beberapa tahapan masa nifas yaitu :


1. Puerperium dini
Pemulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-

jalan.
2. Puerperium intermedial
Pemulihan menyeluruh alat-alat genital yang lamanya 6-8 minggu.
3. Remote puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat terutama bila selama

hamil atau bersalin memiliki komplikasi (Rukiyah,dkk,2011;h.5).


C. Perubahan Fisiologis Ibu Nifas
Perubahan-perubahan anatomi dan fisiologis dalam masa nifas ini

meliputi :

1. Uterus
a. Proses Involusi
Involusi uterus disebabkan oleh penurunan kadar estrogen

sehingga terjadi stimulus ke hipertropi dan hiperplasia uterus,

kemudian terjadi iskemia menyebabkan atrofi pada serat-serat

otot dan otolisis miometrium karena penurunan estrogen setelah

persalinan ysng menstimulasi enzim proteolitik dan makrofag


untuk menurunkan dan mencerna kelebihan protein dan

sitoplasma intrasel, mengakibatkan pengurangan ukuran sel

secara menyeluruh (Varney,dkk,2008;h.959 ).


Tabel.2.2 Tinggi Fundus Uteri dan Berat Uterus Menurut Masa

Involusi

Waktu Berat
No Tinggi Fundus Uteri
Involusi uterus

1. Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram

2. Plasenta lahir Dua jari bawah pusat 750 gram

3. 1 Minggu Pertengahan pusat-simfisis 500 gram

4. 2 minggu Tidak teraba diatas simfisis 350 gram

5. 6 minggu Bertambah kecil 50 gram

6. 8 minggu Sebesar normal 30 gram

(Rukiyah,dkk,2011;h.57)

2. Serviks
Setelah melahirkan serviks sangat lunak, kendur dan terkulai.

Serviks menjadi terbuka sehingga mudah dimasukki dua sampai

tiga jari. Serviks kembali ke bentuk semula pada hari pertama dan

mulai berkurang kelunakannya (Varney,dkk,2008;h.960).


3. Endometrium
Pada hari pertama endometrium kira-kira tebalnya 2-5 mm

mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan

selaput janin. Setelah 3 hari, permukaannya mulai rata akibat

lepasnya sel-sel dari bagian yang mengalami degenerasi.

Regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desisua basalis,

yang memakan waktu 2-3 minggu (Wiknjosastro,2006;238-239).


4. Ligamen-ligamen
Ligamen, diafragma pelvis dan fasia yang meregang sewaktu

hamil dan bersalin akan kembali seperti semula. Ligamentum

rotundum menjadi kendor sehingga uterus jatuh ke belakang

(Wiknjosastro,2006;h.238-239).
5. Vagina, Vulva dan Perineum
Vulva dan vagina mengalami peregangan dan penekanan

sehingga keduanya menjadi kendur. Setelah minggu ketiga rugae

dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali dan

labia menjadi lebih menonjol.


Segera setelah melahirkan perineum menjadi kendur karena

sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi selama kemajuan

persalinan. Robekan perineum dapat terjadi spontan atau karena

episiotomy dengan indikasi tertentu (Rukiyah,dkk,2011;h.62-63).


Berkurangnya sirkulasi progesteron membantu pemulihan otot

panggul, perineum, vagina, dan vulva kearah elastisitas dari

ligamentum otot rahim. Merupakan proses yang bertahap akan

berguna jika ibu melakukan ambulasi dini, dan senam nifas.


Involusi cerviks terjadi bersamaan dengan uterus kira-kira 2-3

minggu, cervik menjadi seperti celah. Ostium eksternum dapat

dilalui oleh 2 jari, pingirannya tidak rata, tetapi retak-retak karena


robekan dalam persalinan. Pada akhir minggu pertama dilalui oleh

satu jari. Karena hyperplasia dan retraksi dari serviks, robekan

serviks menjadi sembuh.


Pada awal masa nifas, vagina dan muara vagina membentuk

suatu lorong luas berdinding licin yang berangsur-angsur mengecil

ukurannya tapi jarang kembali ke bentuk nulipara. Rugae mulai

tampak pada minggu ketiga. Himen muncul kembali sebagai

kepingan-kepingan kecil jaringan, yang setelah mengalami

sikatrisasi akan berubah menjadi caruncule mirtiformis. Estrogen

pascapartum yang munurun berperan dalam penipisan mukosa

vagina dan hilangnya rugae.


Mukosa vagina tetap atrofi pada wanita yang menyusui

sekurang-kurangnya sampai menstruasi dimulai kembali.

Penebalan mukosa vagina terjadi seiring pemulihan fungsi

ovarium. Kekurangan estrogen menyebabkan penurunan jumlah

pelumas vagina dan penipisan mukosa vagina. Kekeringan lokal

dan rasa tidak nyaman saat koitus (dispareunia) menetap sampai

fungsi ovarium kembali normal dan menstruasi dimulai lagi.

Mukosa vagina memakan waktu 2-3 minggu untuk sembuh tetapi

pemulihan luka sub-mukosa lebih lama yaitu 4-6 minngu. Beberapa

laserasi superficial yang dapat terjadi akan sembuh relatif lebih

cepat. Laserasi perineum sembuh pada hari ke-7 dan otot perineum

akan pulih pada hari ke5-6.


Pada anus umumnya terlihat hemoroid (varises anus), dengan

ditambah gejala seperti rasa gatal, tidak nyaman, dan perdarahan


berwarna merah terang pada waktu defekasi. Ukuran hemoroid

biasanya mengecil beberapa minggu postpartum.


6. Pengeluaran Lochea
Pertumbuhan endometrium membuat pembuluh darah yang

mengalami pembekuan pada tempat perlekatan menjadi rapuh

sehingga meluruh dan keluar dalam bentuk lokhea. Pengeluaran

lokhea dibagi dalam beberapa jenis, yaitu :


a. Lokia Rubra (cruenta)
Berisi darah segar dan sisa-siasa selaput ketuban, sel-sel

desidua, verniks caseosa, lanugo, dan mekonium, selama 2 hari

pascapersalinan.
b. Lokia Sanguinolenta
Berwarna merah kuning, berisi darah dan lendir, hari ke 3-7

pascapersalinan.
c. Lokia Serosa
Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14

pascapersalinan.
d. Lokia Alba
Cairan putih, setelah 2 minggu (Sofian,2012;h.87).
7. Pengeluaran ASI (Laktasi)
Sejak kehamilan muda, sudah terdapat persiapanpersiapan pada

kelenjar mammae untuk menghadapi masa laktasi ini. Perubahan-

perubahan yang terdapat pada kelenjar mammae :


a. Proliferasi jaringan terutama kelenjarkelenjar dan alveolus

mammae dan lemak


b. Pada ductus laktiferus muncul kolostrum pada hari-hari pertama

pasca bersalin.
c. Hipervaskularisasi pada permukaan maupun bagianbagian

dalam mammae. Pembuluhpembuluh vena berdilatasi dan

tampak dengan jelas.


d. Setelah persalinan timbul pengaruh hormone lactogenic

hormone (LH) atau hormone prolaktin yang akan merangsang

keluarnya air susu. Prolaktin akan banyak setelah 23 hari pasca

bersalin. Dengan menyusui kadar prolactin akan meningkatkan

produksi Air Susu Ibu (Winkjosastro,2006;h.239-240).


8. Perubahan Sistem Tubuh Lainnya
a. Tanda Vital
1)Tekanan darah
Tekanan darah setelah melahirkan akan meningkat

sementara dan akan kembali spontan seperti sebelum hamil

(Varney,dkk,2008;h.961).
2)Denyut Nadi
Nadi akan meningkat selama persalinan dan kembali normal

setelah beberapa jam postpartum. Bila nadi melebihi 100

kali per menit hal ini menunjukkan adanya infeksi atau

perdarahan (Varney,dkk,2008;h.961).
3)Suhu Badan
Pasca melahirkan suhu tubuh dapat naik 0,5 deajat celcius

dari keadaan normal tidak melebihi 38C dan akan kembali

normal setelah 12 jam (Winkjosastro,2006;h.240).


4)Respirasi
Pernafasan kembali normal pada jam pertama pascapartum

(Varney,dkk,2008;h.961).
b. Sistem Gastrointestinal
Ibu bersalin mungkin kelaparan dan mulai makan satu atau

dua jam setelah melahirkan. Konstipasi menjadi masalah pada

puerperium awal karena kurangnya makanan padat selama

persalinan dan karena wanita menahan defekasi

(Varney,dkk,2008;h.961).
Sistem gastrointestinal selama kehamilan dipengaruhi oleh

beberapa hal, diantaranya tingginya kadar progesteron yang

dapat mengganggu keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan

kolestrol darah, dan melambatkan kontraksi otot-otot polos.

Pasca melahirkan, kadar progesteron juga mulai menurun.

Namun demikian, faal usus memerlukan waktu 3-4 hari untuk

kembali normal.
Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan pada sistem

pencernaan, antara lain:


1) Nafsu Makan
Pasca melahirkan, biasanya ibu merasa lapar sehingga

diperbolehkan untuk mengkonsumsi makanan. Pemulihan

nafsu makan diperlukan waktu 34 hari sebelum faal usus

kembali normal. Meskipun kadar progesteron menurun

setelah melahirkan, asupan makanan juga mengalami

penurunan selama satu atau dua hari.


2) Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot

traktus cerna menetap selama waktu yang singkat setelah

bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anastesia bisa

memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke

keadaan normal.
3) Pengosongan Usus
Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi.

Hal ini disebabkan tonus otot usus menurun selama proses

persalinan dan awal masa pascapartum, diare sebelum

persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang makan,


dehidrasi, hemoroid ataupun laserasi jalan lahir. Sistem

pencernaan pada masa nifas membutuhkan waktu untuk

kembali normal.
Beberapa cara agar ibu dapat buang air besar kembali

teratur, antara lain:


a) Pemberian diet / makanan yang mengandung serat.
b) Pemberian cairan yang cukup.
c) Pengetahuan tentang pola eliminasi pasca melahirkan.
d) Pengetahuan tentang perawatan luka jalan lahir.
e) Bila usaha di atas tidak berhasil dapat dilakukan

pemberian huknah atau obat yang lain.


c. Sistem Urinaria
Segera setelah pascapartum kandung kemih, edema,

mengalami kongesti dan hipotonik menyebabkan overdistensi,

pengosongan yang tidak lengkap dan residu urine yang

berlebihan kecuali perawatan diberikan untuk memastikan

berkemih secara periodik. Diuresis muncul setelah melahirkan

sampai hari kelima pascapartum untuk mengeluarkan cairan

interstisial dan kelebihan volume darah

(Varney,dkk,2008;h.961).
Pasca persalianan ada suatu peningkatan kapasitas kandung

kemih, pembengkakan dan trauma jaringan sekitar uretra yang

terjadi selama proses melahirkan. Ini terjadi akibat kelahiran

dan efek konduksi anestesi yang menghambat fungsi neural

pada kandung kemih.Distensi yang berlebihan pada kandung

kemih dapat mengakibatkan perdarahan dan kerusakan lebih

lanjut. Pengosongan kandung kemih harus diperhatikan.

Kandung kemih biasanya akan pulih dalam waktu 5-7 hari


pascamelahirkan sedangkan saluran kemih normal dalam waktu

2-8 minggu tergantung pada keadaan/ status sebelum

persalinan, lamanya kala II yang dilalui, besarnyatekanan

kepala janin saat la


Dinding kandung kencing memperlihatkan oedem dan

hyperemia. Kadang-kadang oedema trigonum, menimbulkan

abstraksi dari uretra sehingga terjadi retensio urine. Kandung

kencing dalam puerperium kurang sensitif dan kapasitasnya

bertambah, sehingga kandung kencing penuh atau sesudah

kencing masih tertinggal urine residual (normal + 15 cc). Sisa

urine dan trauma pada kandung kencing waktu persalinan

memudahkan terjadinya infeksi.


Dilatasi ureter dan pyolum normal dalam waktu 2 minggu.

Urine biasanya berlebihan (poliurie) antara hari kedua dan

kelima, hal ini disebabkan karena kelebihan cairan sebagai

akibat retensi air dalam kehamilan dan sekarang dikeluarkan.

Kadang-kadang hematuri akibat proses katalitik involusi.

Acetonurie terutama setelah partus yang sulit dan lama yang

disebabkan pemecahan karbohidrat yang banyak, karena

kegiatan otot-otot rahim dan karena kelaparan. Proteinurine

akibat dari autolisis sel-sel otot.


Pada masa hamil, perubahan hormonal yaitu kadar steroid

tinggi yang berperan meningkatkan fungsi ginjal. Begitu

sebaliknya, pada pasca melahirkan kadar steroid menurun

sehingga menyebabkan penurunan fungsi ginjal. Fungsi ginjal


kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita

melahirkan. Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan

dalam waktu 12 36 jam sesudah melahirkan.


(1) Buang air kecil sering sulit selama 24 jam

pertama.kemungkinan terdapat spasine sfingter dan

edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami

kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama

persalinan.
(2) Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam

waktu 12 36 jam sesidah melahirkan. Setelah plasenta

dilahirkan, kadar hormon estrogen yang bersifat

menahan air akan memgalami penurunan yang

mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis. Ureter

yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6

minggu.
Hal yang berkaitan dengan fungsi sistem perkemihan, antara

lain:
1) Hemostatis internal
Tubuh, terdiri dari air dan unsur-unsur yang larut di

dalamnya, dan 70% dari cairan tubuh terletak di dalam sel-

sel, yang disebut dengan cairan intraselular. Cairan

ekstraselular terbagi dalam plasma darah, dan langsung

diberikan untuk sel-sel yang disebut cairan interstisial.

Beberapa hal yang berkaitan dengan cairan tubuh antara

lain edema dan dehidrasi. Edema adalah tertimbunnya

cairan dalam jaringan akibat gangguan keseimbangan


cairan dalam tubuh. Dehidrasi adalah kekurangan cairan

atau volume air yang terjadi pada tubuh karena

pengeluaran berlebihan dan tidak diganti.


2) Keseimbangan asam basa tubuh
Keasaman dalam tubuh disebut PH. Batas normal PH

cairan tubuh adalah 7,35-7,40. Bila PH >7,4 disebut

alkalosis dan jika PH < 7,35 disebut asidosis.


3) Pengeluaran sisa metabolisma
Zat toksin ginjal mengekskresi hasil akhir dari

metabolisme protein yang mengandung nitrogen terutama

urea, asam urat dan kreatinin.


Ibu post partum dianjurkan segera buang air kecil, agar tidak

mengganggu proses involusi uteri dan ibu merasa nyaman.

Namun demikian, pasca melahirkan ibu merasa sulit buang air

kecil.
Hal yang menyebabkan kesulitan buang air kecil pada ibu post

partum, antara lain:


(1) Adanya odema trigonium yang menimbulkan obstruksi

sehingga terjadi retensi urin.


(2) Diaforesis yaitu mekanisme tubuh untuk mengurangi

cairan yang teretansi dalam tubuh, terjadi selama 2 hari

setelah melahirkan.
(3) Depresi dari sfingter uretra oleh karena penekanan

kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulus sfingter

ani selama persalinan, sehingga menyebabkan miksi.


Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen akan

menurun, hilangnya peningkatan tekanan vena pada tingkat

bawah, dan hilangnya peningkatan volume darah akibat


kehamilan, hal ini merupakan mekanisme tubuh untuk

mengatasi kelebihan cairan. Keadaan ini disebut dengan

diuresis pasca partum. Ureter yang berdilatasi akan kembali

normal dalam tempo 6 minggu.


Kehilangan cairan melalui keringat dan peningkatan jumlah

urin menyebabkan penurunan berat badan sekitar 2,5 kg selama

masa pasca partum. Pengeluaran kelebihan cairan yang

tertimbun selama hamil kadang-kadang disebut kebalikan

metabolisme air pada masa hamil (reversal of the water

metabolisme of pregnancy).
Bila wanita pasca persalinan tidak dapat berkemih dalam

waktu 4 jam pasca persalinan mungkin ada masalah dan

sebaiknya segera dipasang dower kateter selama 24 jam. Bila

kemudian keluhan tak dapat berkemih dalam waktu 4 jam,

lakukan kateterisasi dan bila jumlah residu > 200 ml maka

kemungkinan ada gangguan proses urinasinya. Maka kateter

tetap terpasang dan dibuka 4 jam kemudian , bila volume urine

< 200 ml, kateter dibuka dan pasien diharapkan dapat berkemih

seperti biasa.
d. Sistem Hematologi
Leukositosis, dengan peningkatan hitung sel darah putih

hingga 15.000 atau lebih selama persalinan, dilanjutkan dengan

penigkatan sel darah putih selama 2 hari pertama pascapartum.

Hemoglobin, hematokrit dan eritrosit sangat bervariasi dalam

puerperium awal sebagai akibat fluktuasi volume darah, volume


plasma, dan kadar volume sel darah merah

(Varney,dkk,2008;h.962).
e. Sistem Endokrin
Kadar HCG dan HPL secara berangsur turun dan normal

kembali setelah 7 hari postpartum. HCG tidak terdapat dalam

urine ibu setelah 2 hari postpartum. HPL tidak lagi terdapat

dalam plasma (Bahiyatun,2009;h.61).


f. Penurunan Berat Badan
Wanita mengalami penurunan berat badan rata-rata 12 pon

(4,5 kg) pada waktu melahirkan. Wanita dapat kembali

mengalami penurunan berat badan sebanyak 5 pon selama

minggu pertama pascapartum karena kehilangan cairan.

(Varney,dkk,2008;h.961).
g. Dinding Abdomen

Striae abdomen tidak dapat dihilangkan secara sempurna.

Dinding abdomen lunak setelah persalinan karena

meregangnya dinding abdomen selama hamil. Semua wanita

postpartum mengalami diastasis rekti abdominis. Faktor yang

mempengaruhi ukuran regangan dinding abdomen ini antara

lain kondisi tonus otot, paritas ibu, jarak kehamilan, pengaruh

kehamilan ibu sendiri seperti kehamilan kembar. Jika tidak

dilakukan latihan untuk mengembalikan ukurannya maka

ruang antara otot rektus akan terisi peritoneum, fasia dan

lemak yang dapat menimbulkan pendulus pada abdomen yang

bisa menimbulkan nyeri punggung dan kesulitan masuknya


presentasi ke panggul pada kehamilan dan persalinan

berikutnya (Varney,dkk,2008;h.961).

Anda mungkin juga menyukai