Indonesia
0 Komentar
Jakarta - Sepanjang 2 tahun terakhir, hukum Indonesia bak kisah sinetron televisi.
Panggung meja hijau menampilkan tangis, ketidakadilan, dan skenario-skenario dari
orang yang tidak tersentuh hukum secara silih berganti.
Kasus bermula pada 15 Februari 2008 IPB memuat di website mereka tentang
adanya susu yang tercemar bakteri itu Enterobacter Sakazakii. Namun,
pemerintah tidak membuka nama-nama merek susu tersebut.
MK menilai pasal 108 ayat (1) UU No 36\/2009 bertentamgan dengan UUD 1945.
Pasal yang tidak mempunyai kekuatan hukum yaitu sepanjang frase harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan
sesuai peraturan perundangan,.
Drama hukum Prita menjadi magnet semua pihak. Bahkan, seluruh calon
presiden 2009 harus menyambangi Prita guna pencitraan kampanye. Pada 29
Desember 2009 silam, Majelis hakim PN Tangerang memutus bebas Prita
Mulyasari dari tuntutan jaksa 6 bulan penjara. Alasan utama membebaskan
Prita karena unsur dakwaan pencemaran nama baik tidak terbukti.
PN Jakpus pada 3 Mei 2010 memvonis bebas Chairul Saleh seorang pemulung
yang dituduh memiliki ganja seberat 1,6 gram. Pria 38 tahun ini dipaksa
mengakui memiliki ganja oleh sejumlah oknum polisi ini.
Orang nomor 1 di tubuh Polri waktu itu, Jenderal Polisi Bambang Hendarso
Danuri pun turun tangan untuk menindaklanjuti kasus dugaan rekayasa ini.
Dia langsung menelpon Kapolda Metro Jaya Irjen Wahyono untuk meminta
kepastian adanya rekayasa tersebut.
Kemudian Aiptu Ahmad Riyanto ditunda kenaikan pangkat selama satu tahun,
serta dimutasi secara demosi. Dan untuk Brigadir Dicky ditempatkan ke
tempat khusus selama 7 hari.
8. Kasus iPad<\/strong>
Dua terdakwa kasus penjualan iPad Randy Lester Samusamu dan Dian Yudha
Negara, divonis bebas PN Jakpus, 25 Oktober lalu. Keduanya didakwa jaksa
menjual iPad tidak berbuku manual bahasa Indonesia dan tidak bersertifikat.
Namun dakwaan jaksa ini ditolak majelis hakim. Namun, jaksa ngotot dan
mengajukan kasasi ke MA.
Kasus serupa masih bergulir di PN Jaksel dengan terdakwa Charlie Sianipar.