Anda di halaman 1dari 15

TM 3202

TEKNIK PEMBORAN II DAN PRAKTIKUM

Modul V

Pengukuran Thickening Time, SBS dan CS Semen Pemboran

Nama : Ery Budiono

NIM : 12213054

Tanggal Praktikum : 8 April 2016

Tanggal Penyerahan : 15 April 2016

Dosen : Dr. Ing. Bonar Tua Halomoan Marbun

Asisten Modul : Arif Somawijaya 12212065


Danni Dwicahyo 12212097

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN


FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2016

1
DAFTAR ISI

Cover...1

Daftar Isi..2

BAB I Pendahuluan.3

BAB II Data Percobaan ...4

BAB III Pengolahan Data ...6

BAB IV Analisis..9

BAB V Simpulan,,,.,,,,,,,,14

Daftar Pustaka.....15

2
BAB I

PENDAHULUAN

Percobaan ini bertujuan sebagai berikut:

1. Membuat slurry semen untuk operasi penyemenan casing


2. Menentukan thickening time slurry semen dengan menggunakan consistometer
3. Mengukur kekuatan semen untuk menahan tekanan formasi
4. Mengukur kekuatan semen dalam menahan gesekan akibat berat casing
5. Memahami prinsip kerja dari peralatan yang digunakan dalam modul ini
6. Mengathu pengaruh penambahan aditif pada slurry terhadap karakteristik semen

3
BAB II

DATA PERCOBAAN

A. Data Pengukuran Densitas

Tipe Semen Densitas


Semen standar + 3 % bentonite 15.4 ppg
Semen standar + 1 % gypsum 15.8 ppg
Tabel 1 Densitas Semen

B. Data Pengukuran Thickening Time

Terdapat dua sampel yang diamati thickening timenya, yakni Semen Standar+3% bentonite
dan Semen Standar+1% Gypsum. Diperoleh data time versus dial reading dalam suhu
tertentu. Diketahui bahwa nilai dial reading adalah sebagai berikut:

1. Semen Standar+3% Bentonite

Menit Dial Reading T (C)


1 5 101
2 4 100
3 3.75 100
4 3.5 100
5 3.25 100
6 3 100
7 3 100
8 3 100
9 3 100
10 2.75 100
Tabel 2 Semen Standadar+3%Bentonite

2. Semen Standar+1% Gypsum

Menit Dial Reading T (C)


1 4 100
2 3.5 100
3 3.25 100
4 3.25 100
5 3 100
6 3 100
7 2.75 100
8 2.75 100
9 2.75 100
10 2.5 100
Tabel 3 Semen Standar+1% Gypsum

4
C. Data Pengukuran Compressive strength dan Shear Bond Strength
1. Data pengukuran Compressive Strength

Block Bearing
Diameter
Pengukuran
(cm)
1 11.95
2 11.98
3 12.00
Tabel 4 Data Block Bearing

Cement + Gypsum (Core Sample)


Sampel t (cm) d (cm) P (psi)
I 3.68 2.415 48
II 3.555 2.545 49
III 3.6 2.38 49
Tabel 5 Data Pengukuran CS

2. Data Pengukuran Shear Bond Strength

Hanya terdapat satu sampel semen yang dapat diukur SBS nya yaitu sampel
Semen+Gypsum+CMCLV. Sampel Semen+Bentonite gagal mengeras di core casing.

Cement + Gypsum + CMCLV (Casing)


Pengukuran t (cm) d (cm) P (psi)
1 5.07 2.47
2 5.07 2.47 210
3 5.07 2.47
Tabel 6 Data pengukuran SBS

Adapun data sekrup pendorong yang digunakan pada Hydraulic Press adalah sebagai
berikut:

d luar 2.155 cm
d dalam 1.075 cm
Tabel 7 Data Dimensi Sekrup Pendorong

Bentuk pendorong sekrup adalah heksagonal bagian luar.

5
BAB III

PENGOLAHAN DATA

A. Komparasi Densitas Hasil Perhitungan dan Hasil Pengukuran

1. Densitas Hasil Perhitungan Semen Standar+3% Bentonite


Komponen Weight (lb) Absolute volume Volume (gal)
(gal/lb)
Semen G 94 0.0382 3.59
Air (44% BWOC) (0.44 x 94)= 41.36 0.1202 4.97
Bentonite (3% (0.03 x 94)= 2.82 0.0454 0.128
BWOC)
Total Weight= Total Vol=
138.18 8.6881
Tabel 8 Perhitungan Densitas Semen Standar+3% Bentonite

Sehingga densitas slurry=

2. Densitas Hasil Perhitungan Semen Standar+1% Gypsum


Komponen Weight (lb) Absolute volume Volume (gal)
(gal/lb)
Semen G 94 0.0382 3.59
Air (44% BWOC) (0.44 x 94)= 41.36 0.1202 4.97
Gypsum(1% BWOC) (0.01 x 94)= 0.94 0.0405 0.0381
Total Weight= Total Vol=
136.3 8.5980
Tabel 9 Perhitungan Densitas Semen Standar+1%Gypsum

Sehingga densitas slurry=

Dari data perhitungan manual dan hasil pengukuran, dapat disarikan sebagai berikut:

Densitas Densitas Galat


Hasil Hasil Pengukuran
Perhitungan Pengukuran dibandingkan
Tipe Semen (ppg) (ppg) Perhitungan
Semen standar + 3 % bentonite 15.9 ppg 15.4 3.1%
Semen standar + 1 % gypsum 15.85 ppg 15.8 0.3%
Tabel 10 Komparasi Densitas Teoritis versus Pengukuran

6
B. Pengolahan Data Thickening Time

1. Plot Waktu versus Dial Reading (dalam UC) Sampel Semen Standar+3% Bentonite

Time versus Dial Reading (UC)


Semen Standar+3% Bentonite
60

50
Time versus Dial Reading (UC)
Unit of Concistency

40

30 y = 0.0019x6 - 0.0723x5 + 1.0678x4 - 7.7995x3 + Poly. (Time versus Dial Reading


29.688x2 - 58.31x + 85.417 (UC))
20

10

0
0 2 4 6 8 10 12
Time (minute)

Gambar 1 Time vs UC Semen Standar+3% Bentonite

2. Plot Waktu versus Dial Reading (dalam UC) Sampel Semen Standar+1% Gypsum

Time versus Dial Reading (UC)


Semen Standar+1% Gypsum
45
40
35 Time versus Dial Reading (UC)
Unit of Concistency

30
y = -0.0009x6 + 0.0229x5 - 0.2036x4 + 0.5585x3 +
25
1.4252x2 - 10.876x + 49.083 Poly. (Time versus Dial Reading
20
(UC))
15
10
5
0
0 2 4 6 8 10 12
Time (minute)

Gambar 2 Time vs UC Semen Standar+1% Gypsum

7
C. Pengolahan Data Compressive Strength dan Shear Bond Strength

1. Compressive Strength Cement+1% Gypsum

Area block bearing hydraulic press (A1) = 17.469 inch2


Area permukaan sample core (A2) dan nilai k untuk masing-masing sampel sebagai
berikut, sehingga diperoleh nilai CS untuk masing-masing sampel dalam tabel di bawah:

Sampel t (cm) d (cm) t/d k A2 (in2) P (psi) CS (psi)


I 3.68 2.415 1.52 0.9616 0.7103 48 1135.20
II 3.555 2.545 1.40 0.9480 0.7888 49 1028.73
III 3.6 2.38 1.51 0.9608 0.6898 49 1192.19
Tabel 11 Pengolahan Data CS

Nilai k diperoleh dengan menggunakan interpolasi linear dengan nilai-nilai yang terdapat
dalam tabel di modul praktikum. Regresi yang digunakan adalah sebgai berikut:

Sehingga Average Compressive Strength untuk semen+1% Gypsum adalah

2. Shear Bond Strength Cement+Gypsum+CMCLV

t Average (inch) daverage (inch) A (in2) P (psi) SBS (psi)


1.9961 0.9724 17.4690 210 601.35

Sehingga,

8
BAB IV
ANALISIS

A. Asumsi Percobaan

Percobaan ini menggunakan asumsi sebagai berikut:

1. Pengukuran Densitas
Digunakan asumsi sebagai berikut:
a. Semen dalam keadaan homogen (proses mixing sempurna)
b. Mud Balance dalam keadaan baik, terutama posisi poros kesetimbangan yang tidak
mengalami pergeseran sebelum dan setelah kalibrasi
c. Tidak ada udara yang terjebak dalam Cup Mud Balance
d. Semen dasar, kadar air, dan semua aditif yang digunakan dalam keadaan murni dan
dengan takaran yang tepat

2. Pengukuran Thickening Time


a. Consistometer dalam keadaan baik (pembacaan dial oleh potensiometer benar)
b. Suhu diset tetap, berkisar pada 100oC
c. Waktu pasca mixing dan pengukuran Thickening Time dengan Consitometer tidak
lebih dari 1 menit
d. Tidak ada kontaminasi semen ketika dimasukkan ke dalam chamber Consistometer
e. Pembacaan dial reading benar (tidak ada kesalahan paralaks)
f. Dial reading dibaca pada suatu waktu, diambil paling stabil
g. Setiap dial reading ekuivalen dengan 10 UC

3. Pengukuran Compressive Strength dan Shear Bond Stress


a. Kondisi sampel semen core maupun semen casing telah mencapai minimum
compressive strength sebesar 500 psi
b. Sampel semen core dan semen casing terbentuk sempura, tidak ada air yang masuk
dari water bath
c. Bentuk semen core dan semen casing silinder sempurna, sehingga gaya tekan yang
diberikan Hydraulic Press isotropik antara permukaan yang saling kontak
d. Diasumsikan vaseline (yang digunakan dalam proses pembuatan sampel semen core
dan semen casing untuk mempermudah pengambilan sampel semen) tidak
memberikan efek pada kekuatan semen
e. Skala yang ditunjukan Hydarulic Press benar, terkalibrasi, dan tanpa kesalahan
paralaks
f. Diambil nilai tekanan saat terjadi keretakan pertama kali pada sampel semen core
dan diambil nilai simpangan tekanan maksimum pertama kali pada sampel semen
casing

9
B. Analisis Hasil Pengukuran Densitas

Mud Balance mengukur densitas semen dengan menggunakan prinsip kesetimbangan.


Sebelum mengukur densitas semen, dilakukan proses kalibrasi. Kalibrasi ini menggunakan
fresh water yang secara umum diketahui memiliki densitas 8.33 ppg.

Hal yang sangat riskan dalam penggunaan Mud Balance untuk mengukur densitas semen
dalam percobaan ini adalah faktor letak titik kesetimbangan pada proses kalibrasi dan faktor
eksistensi udara dalam cup. Pengukuran densitas akan lebih rendah jika masih terdapat udara
yang terjebak dalam cup. Sedangkan, apabila posisi equilibrium pasca kalibrasi bergeser, ini
akan menyebabkan kesalahan penentuan posisi kesetimbangan, pembacaan dapat menjadi
lebih besar maupun lebih kecil.

Gambar 3 Skema sederhana Mud Balance

Selanjutnya, untuk mem-validasi apakah data densitas terukur dengan densitas teoritis
(hasil perhitungan) benar, maka digunakan komparasi nilai densitas perhitungan versus nilai
densitas pengukuran. Asumsi nilai-nilai specific volume dari semen standar, air, dan aditif-
aditif yang digunakan dalam mengitung nilai densitas teoritis dapat dilihat pada BAB III
Pengolahan Data subbab Komparasi Hasil Perhitungan dan Hasil Pengukuran.

Densitas Densitas Galat


Hasil Hasil Pengukuran
Perhitungan Pengukuran dibandingkan
Tipe Semen (ppg) (ppg) Perhitungan
Semen standar + 3 % bentonite 15.9 ppg 15.4 3.1%
Semen standar + 1 % gypsum 15.85 ppg 15.8 0.3%
Tabel 12 Komparasai Hasil Pengukuran dan Perhitungan Densitas

Jika digunakan cut-off galat relatif 1% untuk akurasi dan presisi, maka densitas hasil
pengukuran semen standar+1% Gypsum akan nyaris sama dengan hasil perhitungan.
Sementara itu, Semen Standar+3% Bentonite memiliki galat relatif yang cukup kecil, namun
tidak memenuhi standar minimal galat. Hal ini mengindikasikan ada 3 kemungkinan.
Pertama, permasalahan klasik dai kondisi mud balance seperti kalibrasi dan pembacaan skala
yang tidak dapat sangat akurat. Kedua, asumsi specific volume gypsum pada perhitungan
densitas yang tidak sama dengan specific volume gypsum yang digunakan untuk membuat

10
sampel semen. Ketiga, kemungkinan ada proses-proses kimia yang tidak dapat
diperhitungkan hanya dengan penjumlahan parameter fisik, seperti adanya kemungkinan
reaksi aditif semen dengan air.

Namun, secara umum galat relatif 0.3 hingga 3% relatif baik untuk pengukuran dengan
mud balance ini. Hasilnya, tentu tegantung dari tingkat ketelitian mud balance, yang cukup
direpresentasikan dengan galat relatif di bawah 5 %. Sehingga, hasil pengukuran densitas
pada percobaan ini dapat dikatakan sesuai dengan hasil perhitungan secara teoritis.

Perihal perbandingan nilai densitas dengan aditif 3% BWOC bentonite dan aditif 1%
BWOC gypsum, maka densitas dengan aditif 3% BWOC bentonite secara teoritik akan
memiliki densitas yang sedikit lebih besar. Hal ini dikarenakan antara bentonite dan gypsum
memiliki specific volume yang hampir sama (sekitar 0.04 lb/gal). Karena aditif bentonite
ditambahkan dengan persentase yang lebih banyak (sebesar 3%), maka akan menyebabkan
densitas teoritik semen yang dihasilkan dengan aditif gypsum akan sedikit lebih besar
dibandingkan bentonite.

Faktanya, bentonite memiliki sifat extender, yaitu aditif yang biasa digunakan dalam
semen untuk mengurangi densitas semen. Bentonite dapat mengurangi densitas dikarenakan
sifat bentonite yang mampu menyerap air dan mengembang (extend). Akibatnya, volume
semen akan terisi dengan bentonite yang mengembang di dalam campuran semen. Secara
fisis, densitas akan semakin mengecil dengan semakin membesarnya volume atau semakin
mengecilnya massa yang ditempati dalam wadah tertentu. Itulah sebabnya hal ini juga dapat
menjelaskan mengapa dengan penambahan 3% bentonite, densitas hasil pengukuran akan
berbeda sekitar 0.4 ppg dari densitas hasil pengukuran aditif gypsum 1%. Gypsum lebih
bersifat accelerator yaitu aditif yang biasa digunakan untuk mempercepat proses pengerasan
semen.

C. Analisis Hasil Pengukuran Thickening Time

Terdapat dua sampel yang diukur thickening timenya, yaitu sampel semen standar + 3%
bentonite dan sampel semen standar +1% gypsum.

Thickening time adalah waktu hingga semen tidak dapat dipompakan lagi, yaitu pada
keadaan 100 UC. Secara teori, penambahan aditif gypsum akan memberikan efek akselerasi
yaitu mempercepat semen mencapai 100 UC. Gypsum merupakan mineral sulfat halus yang
tersusun atas kalsium sulfat dihidrat dengan CaSO. 4 2H2O. Sifat gypsum inilah yang
menyebabkan akselerasi pengerasan semen.

Hasil percobaan menujukan hasil yang anomali. Selama 10 menit pengamatan dengan
consistometer, didapatkan trend waktu versus UC yang cenderung turun atau semakin mudah
mengalir. Hasil ini terjadi untuk kedua jenis sampel baik menggunakan aditif bentonite
maupun aditif gypsum.

11
Hal ini disinyalir terdapat kesalahan penunjukan skala dial pada alat consistometer.
Diamati bahwa skala dial tidak stabil dan menunjukan ke angka yang sama pada suatu waktu
tertentu.

Terlepas dari kesalahan pembacaan dial, dapat diamati dari plot UC versus time
(minutes) bahwa trend UC selama 10 menit mengalami penurunan. Pada menit ke-10, UC
dengan penambahan 3% Bentonite sekitar 28 UC, sedangkan pada menit yang sama dengan
penambahan gypsum mencapai UC yang lebih rendah, sekitar 25 UC.

Plot UC versus time akan menghasilkan aproksimasi persamaan polinom dengan


persamaan sebagai berikut:

Semen Standar+3% Bentonite

y = 0.0019x6 - 0.0723x5 + 1.0678x4 - 7.7995x3 + 29.688x2 - 58.31x + 85.417

Semen Standar+1% Gypsum

y = -0.0009x6 + 0.0229x5 - 0.2036x4 + 0.5585x3 + 1.4252x2 - 10.876x + 49.083

di mana y dalam UC dan x dalam time (minutes).

Untuk membuktikan bahwa apakah memang benar bahwa dial penunjuk dalam kondisi
tidak baik, maka dapat digunakan persamaan aproksimasi di atas untuk forecasting nilai UC
pada waktu lebih dari 10 menit.

Kenyataannya, pengkuran UC dapat dilakukan lebih dari 10 menit sehingga trend yang
anomali ini ada kemungkinan kurangnya waktu pengkuran. Ekstrapolasi atau mirip dengan
Forecasting waktu pengukuran ini, selanjutnya ditentukan hingga 12 jam, 24 jam, dan
seterusnya.

Aproksimasi Forecasting/Ekstrapolasi
15000000
50, 12863952.42
10000000

5000000 Forecasting Semen


UC

standar+3%Bentonite
0 10,
11,
12,
13,
14,
15, 20,
18,
19,
19.617
16,
10.7589
17,
7.9498
33.04659486.417
3268.897
5720.1045
128.145
364.0045
849.8394
1744.4793 Forecasting Semen
0 10 20 30 40 50 60 Standar+1% Gypsum

-5000000

-10000000
T minutes

Gambar 4 Forecasting dari hasil Aproksimasi Polinom

Ternyata hasil aproksmasi polinom juga menghasilkan anomali pada data ekstrapolasi.
Sehingga, terbukti bahwa faktor pembacaan dial tidak begitu akurat.

12
D. Analisis Hasil Pengukuran Compressive Strength dan Shear Bond Stress

Compressive Strength (CS) merupakan kemampuan semen menahan tekanan dari


formasi. Prinsip pengukuran compressive strength adalah memberikan tekanan secara tegak
lurus atau searah tinggi core sample. Selanjutnya, diukur nilai tekanan yang ditunjukkan oleh
Hydraulic Press saat terjadi retakan pertama kali.

Percobaan ini hanya mengukur satu jenis sampel semen core saja, yaitu sampel semen
standar+1% Gypsum. Berdasarkan hasil perhitungan dari data-data dimensi dan tekanan
(pertama kali terjadi keretakan pada sampel semen core), diperoleh nilai compressive strength
adalah sekitar 1118.71 Psi. Nilai ini relatif rendah dikarenakan kondisi semen yang diletakkan
dalam water bath hanya selama 24 jam. Nilai ini melebihi batas minimal compressive
strength yang diharapkan yaitu sebesar 500 psi. Semakin besar compressive strength, maka
semakin bagus semen dalam menahan tekanan formasi.

Shear Bond Strength (SBS) merupakan kemampuan semen menahan gesekan akibat
berat casing. Prinsip pengukuran SBS ini adalah dengan memberikan dorongan sampel semen
casing hingga terjadi pergeseran semen di dalam casing untuk pertama kalinya.

Percobaan ini hanya dapat mengukur nilai SBS satu sampel semen casing saja, yaitu
sampel Semen+Gypsum+CMCLV. Sampel Semen+Bentonite gagal mengeras di semen
casing dikarenakan masuknya air ke dalam cetakan selama dimasukkan ke dalam water bath.

Berdasarkan perhitungan, diperoleh nilai Shear Bond Strength sampel


Semen+Gypsum+CMCLV sebesar 601.35 psi. Nilai ini relatif kecil atau equivalen dengan
panjang besi pejal dengan massa per unit length 65.4 lbm/ft dengan panjang hanya sekitar 9.2
ft. Nilai yang kecil ini disebabkan sampel semen casing yang diuji dipersiapkan hanya selama
24 jam atau saat kondisi minimal. Kondisi ini adalah standar minimum untuk
memperhitungkan kemungkinan terburuk yang dapat terjadi.

13
BAB V

SIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hal-hal sebagi berikut:

1. Proses pembuatan slurry semen dapat dilakuakan dengan cara air dan aditif cair dimasukkan
terlebih dahulu ke dalam mixer, baru semen dan aditif padat dimasukkan. Sifat semen dapat
dipengaruhi aditif yang diberikan. Hasil pengukuran densitas semen adalah 15.4 ppg untuk
Semen Standar+3%Bentonite dan 15.8 ppg untuk Semen Standar+1% Gypsum. Secara
umum, hasil ini cukup dekat dengan hasil perhitungan secara teoritis semen dengan galat
relatif dibawah 5%.
2. Tidak dapat ditentukan thickening time dari percobaan ini. Aproksimasi polinom yang
dihasilkan menghasilkan hasil yang anomali.
3. Compressive strength semen standar+1%Gypsum adalah 1118.71 Psi. Nilai ini sesuai kondisi
pengujian yang diharapkan, yaitu melebihi 500 psi (kondisi minimal).
4. Shear Bond Strength Semen+Gypsum+CMCLV adalah sekitar 601.35 psi. Shear Bond
Strength semen+bentonite gagal diukur dikarenakan masuknya air saat sampel semen casing
dimasukkan ke dalam water bath.
5. Prinsip alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut:
a. Mixer: Pengadukan, pemerataan komponen dengan gaya sentrifugal
b. Mud Balance: Mengukur densitas dengan prinsip kestimbangan
c. Consistometer: Mengukur konsistensi semen, tingkat pengerasan semen yang diputar
d. Hydarulic Press: Memberikan tekanan secara vertikal ke sampel semen core dan semen
casing.
6. Pengaruh penambahan aditif pada slurry terhadap karakteristik semen:
a. Gypsum: akselerator, mempercepat thickening time
b. Bentonite: extender, mengurangi densitas
c. CMCLV: fluid loss control, mengurangi fluid loss ke formasi

14
DAFTAR PUSTAKA

Bourgoyne AT.et.al.. 1986. Applied Drilling Engineering. First Printing society of Petroleum
Engineers, Richardson TX

H. Rabia. 1985. Oil Well Drilling Engineering Principles and Practice. University of New Castle
Upon Tyne, Graham Troutman

Modul Praktikum Teknik Operasi Pemboran II. 2016. Bandung: Penerbit ITB

15

Anda mungkin juga menyukai