Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
SINUSITIS
Disusun Oleh :
Preseptor:
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
0
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
Manusia memiliki 4 pasang sinus paranasal yaitu, sinus maksila, sinus frontal,
sinus etmoid, dan sinus sfenoid. Semua sinus memiliki muara (ostium) ke dalam
mukosa rongga hidung dan mulai berkembang saat usia fetus 3-4 bulan. Sinus ini
1
Sinus maksila merupakan sinus paranasal yang terbesar. Saat lahir sinus
ml saat dewasa.1
Sinus maksila berbentuk piramid. Dinding anteriornya adalah permukaan
superior adalah dasar orbita, dan dinding inferiornya adalah prosesus alveolaris
dan palatum. Ostium sinus maksila berada di superior dinding medial sinus,
empat fetus berasal dari sel-sel resesus frontan atau dari sel-sel infundibuum
etmoid.1
Sinus frontal kanan dan kiri biasanya tidak simetris, satu lebih besar dari
yang lain. Ukuran sinus frontal saat dewasa adalah tinggi 2,8 cm, lebar 2,4 cm,
dan dalamnya 2 cm. Sinus frontal biasanya bersekat dan tepi sinus berlekuk. Tidak
adanya gambaran septum atau lekuk-lekuk saat foto Rontgen menunjukka adanya
infeksi sinus.1
Sinus frontal dipisahkan oleh tulang yang relatif tipis dari orbita dan fosa
serebri anterior, sehingga infeksi sinus frontal mudah menjalar ke daerah ini.
infundibulum etmoid. 1
1.1.3. Sinus Etmoid
Pada orang dewasa sinus etmoid seperti piramid dengan dasarnya di
bagian posterior. Ukuran anterior posterior adalah 4-5 cm, tinggi 2,4 cm, lebar 0,5
2
Sinus etmoid berongga-rongga tediri dari sel-sel yang menyerupai sarang
tawon. Sinus etmoid dibagi menjadi sinus etmoid anterior yang bermuara di
disebut resesus frontal. Sel etmoid terbesar disebut bula etmoid. Di daerah
Sinus sfenoid dibagi 2 dibatas oleh sekat yang disebut septum intersfenoid.
Tingginya 2 cm, dalam 2,3 cm, dan lebar 1,7 cm. Volumenya bervariasi mulai dari
5-7,5 ml.1
1.1.5. Kompleks Osteo-Meatal
Di sepertiga ditengah dinding lateral hidung, yakni di meatus medius,
terdapat muara-muara sinus maksila, frontal, dan sinus etmoid anterior. Daerah
tersebut sempit dan rumit, disebut dengan kompleks osteo meatal, yang terdiri
3
sebabnya pada sinusitis didapati sekret pasca-nasal (post nasal drip), tapi belum
di Amerika Serikat didiagnosis rinosinusitis. Angka ini setara dengan 11,6% dri
seluruh penduduk Amerika Serikat. Dilaporkan bahwa insiden pada wanita lebih
besar dua kali lipat dibanding pria.2 Sinus yang paling sering terkena adalah sinus
virus biasanya terjadi selama infeksi salurn napas atas. Virus yang lazimnya
menyerang hidung dan nasofaring, juga menyerng sinus. Mukosa sinus paranasal
berjalan kontinu dengan mukosa hidung, dan penyakit virus yang menyerang
Faktor Host
1. Kondisi kongenital Fibrosis kistik
Sindrom imotilitas silia
2. Kondisi imun dan alergi HIV
Agen imunosupresif (seperti: kemoterapi)
Transplantasi sum-sum tulang
3. Kelainan anatomi sinus Middle turbinate concha bullosa
4
Obstruksi sel resesus frontal
Deviasi septum nasi yang berat
4. Inflamasi sitemik Granulomatosa Wegener
Sarkoidosis
5. Neoplasma
Faktor Lingkungan
1. Agen infeksius Virus, jamur, bakteri
2. Trauma
3. Agen kimia
4. Iatrogenik
1.5. Patofisiologi
Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan lancarnya
klirens mukosiliar di dalam KOM. Mukus juga mengandung antimikroba dan zat
yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman yang masuk
mukosa yang berhadapan akan saling bertemu sehingga silia tidak dapat bergerak
dan ostium tersumbat. Akibatnya terjadi tekanan negatif di dalam rongga sinus,
lalu tejadi transudasi yang awalnya bersifat serosa. Kondisi ini disebut
pengobatan.1
Bila kondisi ini menetap, sekret yang terkumpul di dalam sinus menjadi
media yang baik untuk kolonisasi bakteri. Sekret menjadi purulen, sehingga
siklus yang terus beputar hingga akhirnya mukosa berubah menjadi kronik dan
5
vaskularisasi, fibrosis dan jaringan nekrosis. Infeksi bakteri ditegakkan jika
pada wajah, sekret purulen, yang sering kali turun ke tenggorok (post nasal drip).
sinusitis akut. Nyeri pipi menandakan sinusitis maksila, nyeri di antara atau di
belakang kedua bola mata menandakan sinusitis etmoid, nyeri di dahi atau seluruh
verteks, oksipital, belakang bola mata dan daerah mastoid. Pada sinusitis maksila
yang ditemukan bisa berupa penyumbatan kronis muara tuba, bronkitis, dan
gastroenteritis.
6
Gejala klinis yng sering ditemukan diantaranya obstruksi nasal, sekret,
purulen, post nasal drip, nyeri tekan pada wajah, gangguan penghidu, batuk,
1. Anamnesis
Berdasarkan anamnesis, American Academy of Otolaryngology (AAO)
sinusitis didapatkan bila ditemukan satu kriteria mayor atau dua kriteria minor.
Namun The European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps
posterior)
b. Nyeri tekan pada wajah
c. Penurunan / hilangnya fungsi penciuman yang dirasakan lebih dari 12
minggu.
7
Selain itu, pada pemeriksaan THT termasuk nasoendoskopi ditemukan salah
satu dari :
a. Polip, dan atau
b. Sekret mukopurulen dari meatus medius, dan/ atau
c. Edema/ obstruksi mukosa di meatus medius.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan di setiap sinus.
1) Sinusitis maksila akut
Pemeriksaan rongga hidung akan tampak ingus kental yang
maksila yang normal gambar bulan sabit di bawah mata. Pada kelainan
sinus maksila gambar bulan sabit itu kurang terang atau tidak tampak.
(bilateral).5,6,8,9
2) Sinusitis etmoid akut
Pemeriksaan rongga hidung, terdapat ingus kental, mukosa
disinus etmoid.5,6
3) Sinusitis frontal akut
Pemeriksaan rongga hidung, ingus di meatus medius. Pada
bagian dalam,akan tampak bentuk sinus frontal di dahi yang terang pada
8
orang normal,dan kurang terang atau gelap pada sinusitis akut atau
rontgen. 5,6
3. Pemeriksaan Penunjang.
a. Rinoskopi anterior; tampak mukosa konka hiperemis, kavum nasi sempit,
sinusitis ethmoid posterior dan sinusitis sfenoid nanah tampak keluar dari
transiluminasi bermakna bila salah satu sisi sinus yang sakit, sehingga tampak
mukosa atau batas cairan udara (air fluid level) pada sinus yang sakit. Posisi
Posisi posteroanterior untuk menilai sinus frontal dan posisi lateral untuk
sifat dan sumber masalah pada sinusitis dengan komplikasi. CT-Scan pada
9
sinusitis akan tampak : penebalan mukosa, air fluid level, perselubungan
homogen atau tidak homogen pada satu atau lebih sinus paranasal, penebalan
1.8. Penatalaksanaan
secara alami.5
tetes hidung dekongestan, nasal spray, atau memasukan kapas basah dengan tetes
hidung ke meatus media. Pada kasus berat disertai demam, dan malaise, antibiotic
dapat diberikan. Terapi panas (electric light bath) dan chamomile inhalasi atau
jenis sefalosporin generasi ke-2. Pada sinusitis antibiotik diberikan selama 10-14
akut. Amoksisilin merupakan pilihan tepat untuk kuman gram positif dan negatif.
10
Pilihan terapi lini pertama yang lain adalah kombinasi eritromicin dan
menembus sawar darah otak. Ceftriakson merupakan pilihan yang baik karena
alergi. Analgetik dapat diberikan. Kompres hangat dapat juga dilakukan untuk
mengurangi nyeri.9
11
Onset tiba-tiba dari 2 atau lebih gejala, salah sa Keadaan yang harus segera di rujuk/ dirawat
12
1.8.2. Penatalaksanaan Sinusitis Kronis
2 atau lebih gejala, salah satunya berupa hidung Pikirkan diagnosis lain :
tersumbat/ obstruksi/ kongesti atau pilek; sekret
hidung anterior/ posterior; nyeri/ rasa tertekan Gejala unilateral
di wajah; Perdarahan
Krusta
Penghidu terganggu/ hilang Gangguan penciuman
Gejala Orbita
Pemeriksaan: Rinoskopi Anterior Edema Periorbita
Pendorongan letak bola mata
Foto Polos SPN/ Tomografi Komputer tidak
Penglihatan ganda
direkomendasikan
Oftalmoplegi
Nyeri kepala bagian frontal yang berat
Bengkak daerah frontal
Tanda meningitis atau tanda fokal
Tersedia neurologis fokal
Endoskopi
Rujuk Dokter
Spesialis THT jika
Operasi Steroid topikal
Gambar 4. Dipertimbangkan
Cuci hidung
Pada sinusitis kronik diberikan antibiotik yang sesuai untuk kuman negatif
gram dan anaerob. Selain dekongestan oral dan topikal, terapi lain dapat
Lanjutkan terapi Rujuk spesialis
THT
13
diberikan seperti analgetik,mukolitik, steroid oral/topikal, pencucian rongga
hidung dengan NaCl atau pemanasan (diatermi). Alergi berat sebaiknya diberikan
terkini untuk sinusitis kronik yang membutuhkan operasi. Tindakan ini hamper
hasil yang lebih memuaskan dan tindakannya lebih ringan dan tidak radikal.
Indikasinya berupa: sinusitis kronik yang tidak membaik setelah terapi adekuat;
gsinusitis kronis disertai kista atau kelainan yang irreversible; polip ekstensif,
mortalitas jauh menurun. Disisi lain, apabila infeksi sinus tidak diterapi atau terapi
14
Komplikasi sinusitis yang melibatkan mata sering terjadi, terutama pada
langkah berikut.4,5
Selulitisperiorbital (preseptal edema),
Selulitis orbital,
Absessubperiosteal,
Abses orbital atauflegmon, dan
cavernous sinus thrombosis
(ekstraokuler) mata. Selulitis peri orbital atau orbital bisa terjadi langsung atau
perluasan infeksi sinus melalui vascular. Manifestasi awal berupa udem dan
eritem pada medial kelopak mata. Jika perluasan infeksi dari sinus maxilla dan
mata.4
adalah bilateral lid drop (ptosis), exophthalmos, neuralgia syaraf oftalmik, sakit
15
berhubungan dengan demam dan pengaruh kelemahan.4,5 Dasar diagnosis adalah
morbiditas sekitar 60% pada populasi dewasa. Tidak ada data yang tersedia untuk
sampai 20%. Penggunaan antikoagulan pada pasien ini masih kontroversial tetapi
perdarahan intraserebral.4
cerebritis, dan thrombosis sinus cavernosa..4,5 Gejala klinis semua komplikasi ini
tidak spesifik, demam tinggi, migrain frontal atau retro-orbital, tanda umum iritasi
intrakranial relatifa simtomatik, afektif halus dan perubahan perilaku sering terjadi
frontal rinosinusitis. Infeksi dapat berlanjut dari yang rongga paranasal ke struktur
endocranial dengan dua cara berbeda : patogen, mulai dari sinus frontal yang
paling umum atau sinus ethmoid, dapat melewati diploic vena untuk mencapai
otak ; cara lain, patogen dapat mencapai struktur intrakranial dengan mengikis
tulang sinus.4
16
Semua komplikasi endocranial mulai sebagai cerebritis, tetapi karena
jika dicurigai meningitis, pungsi lumbal dapat berguna, setelah abses dikeluarkan /
dieksklusi. Terapi jangka panjang antibiotik intravena dosis tinggi diikuti dengan
yang paling sering adalah karena sinusitis frontal, infeksi sinus lainnya juga dapat
osteomielitis dari osseous maxillary (biasanya pada masa bayi) atau tulang
frontal.4,5
osteomyelitis pada dinding posterior dan anterior sinus frontal. Pada dinding
anterior tampilan klinis "Pucat/doughy" edema kulit di atas tulang frontal seperti
massa (Potts puffy tumor) sedangkan dari dinding posterior penyebaran terjadi
17
secara langsung atau melalui thrombophlebitis dari valveless diploic vena yang
Dalam konteks ini, Gallagher meninjau data dari 125 pasien dengan
dari kasus. Pada data Ogunleye ditemukan dinding sinus telah terkena dampak
pada 32% pasien. Lang pada tahun 2001 mencatat 10 kasus empiema subdural
karena infeksi sinus frontal pada dewasa dan anak-anak: 4 di antaranya dengan
Potts tumor dan 1 dengan abses periorbital. Tanda dan gejala keterlibatan
tinggi, berat sakit kepala, iritasi meningeal, mual dan muntah, diplopia, fotofobia,
dan dapat menentukan tingkat peradangan. Pungsi lumbal dapat berguna, tetapi
BAB II
PENUTUP
18
2.1. Kesimpulan
2009, sekitar 29,3 juta orang dewasa di Amerika Serikat didiagnosis rinosinusitis
Agen penyebab sinusitis dapat berupa virus, bakteri, dan jamur. Keluhan utama
rinosinusitis akut adalah hidung tersumbat disertai nyeri tekan pada wajah, sekret
purulen, yang sering kali turun ke tenggorok (post nasal drip). Kadang disertai
gejala sistemik seperti demam dan lesu. Keluhan nyeri tekan di daerah sinus yang
terkena merupakan ciri khas sinusitis akut. Gejala lain adalah sakit kepala,
hiposmia, halitosis, PND yang menyebabkan batuk dan sesak pada anak.5.,6,7
secara alami.5
DAFTAR PUSTAKA
19
1) Soetjipto D & Mangunkusumo E. Sinus Paranasal. Dalam: Buku Ajar Ilmu
2) Leung RM, Walsh WE, & Kern RC. Chapter 23; Sinonasal Anatomy and
Physiology. Dalam: Baily BJ, Johnson JT, Rosen CA, editor. Head and Neck
2014.
3) Hilger PA. Bab 10; Hidung; Anatomi dan Fisiologi. Dalam; Effendi H &
6) Cora Z. Kolerasi Tes Kulit Cukit dengan Kejadian Sinusitis Maksila Kronis di
rinosinusitis-akut-pada-anak-dengan-komplikasi-abses-periorbita.html tanggal
30 agustus 2016
20
8) Budiman BJ, Asyari A. Diagnosis dan Penatalaksanaan Rhinosinusitis dengan
2016
21