Anda di halaman 1dari 13

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anuria merupakan suatu gejala yang di timbulkan akibat adanya kelainan
pada ginjal. Pengertian anuria itu sendiri merupakan keadaan buang air kecil
kurang dari 100 ml/hari bahkan tidak keluar sama sekali. Manifestasi yang
menyertai suatu gejala tersebut bisa nyeri pinggang, demam, serta nyeri ketok.
Gejala anuria dapat ditimbulkan akibat obstruksi saluran kemih, baik saluran
kemih bagian atas maupun bagian bawah. Selain itu ada penyebab lain yaitu
terjadinya sumbatan di ureter maupun di uretra yang disebabkan oleh batu.
Anuria yang ditimbulkan oleh batu ureter maupun batu uretra bisa berupa
anuria total, namun tergantung pada jenis batu serta ukuran batu yang
menyumbat.
Selain itu anuria juga dapat disebabkan karena penyempitan lumen
dinding fibrosa pada uretra yang disebut dengan striktura uretra. Hal ini terjadi
akibat trauma benda tumpul yang mengenai uretra. Anuria yang dapat
ditimbulkan akibat striktura uretra bergantung pada tingkat keparahan
penyempitan lumen dinding fibrosanya, jika striktura berat maka akan
menimbulkan anuria total. Untuk mengetahui patofisiologi, gejala yang timbul
serta penatalaksanaan dari masing masing penyebab tersebut lebih jelasnya
akan dibahas dalam bab selanjutnya.

1.2 Tujuan
2

Untuk mengetahui definisi, etiologi, penyebab, patofisiologi umum,


tanda dan gejala, serta panalaksanaan anuria.

1.3 Manfaat
Manfaat dari pembuatan referat ini secara khusus ialah penyusun
mengerti dan memahami tentang referat yang telah dibuat mengenai anuria,
secara umum sebagai kontribusi untuk mahasiswa dan pembaca lain untuk
memahami tentang gejala anuria.

BAB II
PEMBAHASAN
3

2.1 Definisi Anuria


Anuria adalah berkurangnya produksi urin hingga kurang dari 100 ml
dalam 24 jam, bisa juga urin tidak keluar sama sekali hal ini disebut dengan
anuria total. Anuria merupakan manifestasi dari sumbatan total dari aliran
urin pada sistem saluran kemih bagian atas. Anuria obstruktif atau anuria post
(pasca renal), jika terdapat sumbatan saluran kemih bilateral atau sumbatan
saluran kemih unilateral pada ginjal tunggal. Selain disebabkan karena
adanya sumbatan di saluran kemih, anuria juga bisa disebabkan oleh perfusi
darah ke dalam jaringan ginjal yang berkurang disebut anuria pre renal atau
kerusakan pada jaringan ginjal anuria renal. Anuria akibat adanya kelainan
pada saluran kemih dapat berupa obstruksi saluran kemih atau dikenal dengan
uropati obstruktif. Uropati obstruktif dapat terjadi pada seluruh bagian saluran
kemih, mulai dari kaliks hingga meatus uretra eksterna. Obstruksi sendiri
dapat dibedakan atas obstruksi akut atau kronik, unilateral atau bilateral
( pada saluran kemih atas) dan parsial atau total. (Soebadi, 1994)
Obstruksi dapat menyebabkan dilatasi pelvis renalis maupun kaliks yang
dikenal sebagai hidronefrosis. Pada umumnya obstruksi saluran kemih bagian
bawah yang berkepanjangan akan menyebabkan obstruksi saluran kemih
bagian atas. Jika tidak diterapi obstruksi dapat menyebabkan kegagalan
fungsi dan kerusakan struktur ginjal yang permanen yang dikenal dengan
nefropati obstruktif, namun jika mengalami infeksi saluran kemih dapat
menimbulkan urosepsi. (Basuki, 2011)

2.2 Etiologi
a. Uropati obstruktif
Anuria merupakan suatu gejala akibat dari obstruksi saluran kemih.
Obstruksi saluran kemih bisa disebabkan oleh berbagai sebab, yakni karena
penyakit bawaan (konginetal)/ didapat (acquired), atau penyakit yang ada
didalam lumen/desakan dari lumen saluran kemih. Obstruksi saluran kemih
bagian atas mengakibatkan kerusakan saluran kemih (ureter dan ginjal) pada
4

sisi yang terkena, tetapi obstruksi bagian bawah akan berakibat pada kedua
sistem saluran kemih bagian atas (bilateral).
Tabel 2-1. Berbagai etiologi obstruksi saluran kemih
Konginetal Neoplasma Inflamasi Lain lain
Saluran Ginjal Kista Tumor Tuberkulosis Batu
kemih ginjal ginjal Infeksi Papila

Bagian Kista Miolema Echinococus Trauma

atas pelviks multipel


Striktura
Ureterokel
Ginjal
ektopik
Ureter Ureter Kanker Tuberkulosis Batu
Abses
retrokaval ureter ureter
Prune- Uretrisis Fibrosis
belly sistika Trauma
Urinoma
Saluran Buli Kanker Sistitis Batu buli-
kemih Buli buli-buli buli
bagian Uretra Fimosis BPH Prostatitis Batu
Kanker Stenosis uretra
atas
prostat Striktura
Kanker uretra
uretra
Kanker
penis

b. Striktura Uretra
Striktura Uretra adalah penyempitan lumen uretra karena fibrosis pada
dindingnya. Penyempitan lumen ini disebabkan karena dindingnya
mengalami fibrosis dan pada tingkat yang lebih parah terjadi fibrosis korpus
spongiosum. Stiktura uretra disebabkan karena suatu infeksi, trauma pada
uretra, dan kelainan bawaan. Infeksi yang sering terjadi akibat infeksi
5

kuman gonokokus yang menginfeksi uretra beberapa tahun sebelumnya


hingga terjadi striktura uretra. Jenis trauma yang dapat menyebabkan
stiktura uretra adalah trauma tumpul pada selangkangan (straddle injury),
fraktur tulang pelvis, dan instrumentasi atau tindakan transuretra yang
kurang hati hati. Sebagai contoh tindakan yang kurang hati hati pada
pemasangan kateter dapat menimbulkan salah jalan (false route) yang
menimbulkan kerusakan uretra dan menyisakan striktura dikemudian hari.

c. Retensi Urin
Retensi urin adalah ketidak mampuan seseorang untuk mengeluarkan
urin yang terkumpul di dalam buli buli hingga kapasitas maksimal buli
buli terlampaui, disertai rasa sakit yang hebat didaerah suprapubik dan
hasrat ingin miksi yang hebat. Proses miksi yang terjadi karena adanya
koordinasi harmonik antara otot otot detrusor buli buli sebagai
pemnampung dan pemompa urin dengan uretra yang bertindak sebagai pipa
untuk menyalurkan urin. Retensi urin hampir sama dengan anuria, terjadi
akibat adanya penyumbatan pada uretra, kontraksi buli buli yang tidak
adekuat, atau tidak adanya koordinasi antara buli buli dan uretra.
Gambaran secara klinis pasien mengeluh tertahan kencing atau kencing
keluar sedikit sedikit. Etiologi
Bisa dibagi menurut lokasi yaitu:
a) Supravesikal, berupa kerusakan pada pusat miksi di medula spinalis
S2 S4 setinggi vertebra thorakal 12 hingga vertebra lumbal 1,
kerusakan saraf simpatis dan parasimpatis baik sebagian atau
seluruhnya, misal pada operasi miles dan mesenterasi pelvis, kelainan
medula spinalis misalnya, meningokel, tabes dorsalis, atau spasmus
sfingter yang ditandai dengan rasa sakit yang hebat.
b) Vesikal, berupa kelemahan otot detrusor karena lama teregang, atoni
pada pasien diabetes melitus atau penyakit neurologis.
c) Infravesikal berupa pembesaran prostat , kekakuan leher vesika,
striktur, batu kecil, tumor pada leher vesika, atau fimosis. (Gardjito,
1994)
6

d. Batu ginjal dan Batu ureter


Batu ginjal terbentuk pada tubuli ginjal kemudian berada di kaliks,
infundibulum, pelvis ginjal, dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh
kaliks ginjal. Batu yang mengisi pielum dan lebih dari dua kaliks ginjal
memberikan gambaran menyerupai tanduk rusa sehingga disebut batu
staghorn. Kelainan atau obstruksi pada sistem pelvikalises ginjal
(penyempitan infundibulum dan stenosis ureteropelvik) mempermudah
timbulnya batu saluran kemih.
Batu yang tidak terlalu besar didorong oleh peristaltik otot-otot sistem
pelvikalises dan turun ke ureter menjadi batu ureter. Tenaga peristaltik ureter
mencoba untuk mengeluarkan batu hingga turun ke buli-buli. Batu yang
ukurannya kecil (<5mm) pada umumnya dapat keluar spontan sedangkan
yang lebih besar seringkali tetap berada di ureter dan menyebabkan reaksi
radang (periureteritis) serta menimbulkan obstruksi kronis berupa
hidroureter atau hidronefrosis. Batu yang terletak pada ureter maupun
sistem pelvikalises mampu menimbulkan obstruksi saluran kemih dan
menimbulkan kelainan struktur saluran kemih sebelah atas. Obstruksi di
ureter menimbulkan hidroureter dan hidronefrosis, batu di pielum dapat
menimbulkan hidronefrosis, dan batu di kaliks mayor dapat menimbulkan
kaliekstatis pada kaliks yang bersangkutan. Jika disertai dengan infeksi
sekunder dapat menimbulkan pionefrosis, urosepsis, abses ginjal, abses
perinefrik, abses paranefrik, ataupun pielonefritis. Pada keadaan yang lanjut
dapat terjadi kerusakan ginjal, dan jika mengenai kedua sisi mengakibatkan
gagal ginjal permanen.
e. Batu uretra
Batu uretra biasanya berasal dari batu ginjal/ureter yang turun ke buli
buli, kemudian masuk ke uretra. Batu uretra yang merupakan batu primer
terbentuk di uretra sangat jarang, kecuali jika terbentuk di dalam divertikel
uretra. Angka kejadian batu uretra tidak lebih dari 1% dari seluruh batu
saluran kemih. (De jong, 2004)
7

2.3 Patofisiologi
A. Uropati obstruktif
Obstruksi saluran kemih akan menyebabkan kerusakan ginjal, baik
struktur maupun fungsinya. Kerusakan tersebut tergantung pada lama
obstruksi, derajat obstruksi, unilateral atau bilateral, atau ada infeksi yang
menyertai. Perubahan yang terjadi pada berbagai variabel pada saat
obtruksi berlangsung dibagi kedalam tiga fase kritis, yang dikenal sebagai
trifase obstruktif. Ketiga fase tersebut adalah fase I atau akut (0 90
menit), fase II atau pertengahan (2 5 jam), dan fase III atau fase lanjut
(24 jam). Gambaran klinis pada waktu ananmesis pasien mengeluh tidak
kencing atau kencing hanya sedikit, yang kadang kala didahului oleh
keluhan obstruksi yang lain, yaitu nyeri pada daerah pinggang atau kolik
dan tidak jarang diikuti dengan demam. Jika didapatkan adanya riwayat
kehilahgan cairan, karena asupan cairan yang berkurang. Perlu ditanyakan
kemungkinan penggunaan obat-obatan nefrotoksik, pemakaian bahan
kontras untuk foto radiologi, setelah menjalani radiasi didaerah perut
sebelah atas, riwayat transfusi hemolitik, atau riwayat penyakit ginjal
sebelumnya. Kesemuanya untuk menyingkirkan kemungkinan penyebab
intra renal. Diperiksa keadaan hidrasi pasien dengan cara mengukur
tekanan darah, nadi, dan perfusinya. Lebih baik jika dapat dipasang
manometer tekanan vena central CVP (central venous pressure) sehingaga
dapat diketahui keadaan hidrasi pasien dengan tepat dan mudah. Tidak
jarang dijumpai pasien datang dengan tanda tanda uremia yaitu
pernapasan asidosis, demam karena urosepsis atau dehidrasi, serta tanda
tanda ileus.
Palpasi bimanual dan perkusi didaerah pinggang bertujuan untuk
mengetahui adanya nyeri atau massa pada pinggang akibat hidro atau
pionefrosis. Pada colok dubur atau colok vagina mungkin teraba adanya
karsioma buli buli, karsioma prostat, atau karsioma serviks stadium
lanjut yang membantu kedua muara ureter. Pemeriksaan laboratorium
sedimen urin menunjukan leukosituria atau hematuria. Pemeriksaan darah
rutin diketemukan leukositosis, terdapat gangguan faal ginjal, tanda
8

asidosis, atau hiperkalemia. Foto polos abdomen ditunjukan untuk mencari


adanya batu opak pada saluran kemih, atau bayangan perbesaran ginjal.
Pemeriksaan USG abdomen sangat penting karena dapat mengetahui
adanya hidronfrosis atau pionefrosis, dan dengan tuntunan USG dapat
dilakukan pemasangan kateter nefrostomi secara perkutan.
B. Striktura uretra
Namun patofisiologi pada yang terjadi pada stiktura uretra akan
menimbulkan proses peradangan akibat trauma atau infeksi pada uretra
akan menyebabkan terbentuknya jaringan sikatrik pada uretra. Jaringan
sikatrik pada lumen uretra menimbulkan hambatan aliran urin hingga
retensi urin atau anuria.

2.4 Tanda dan Gejala


A. Batu ginjal dan batu ureter
Gambaran klinis pada keluhan yang disampaikan oleh pasien
tergantung pada: posisi atau letak batu, besar batu, dan penyulit yang telah
terjadi. Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien adalah nyeri pada
pinggang. Nyeri ini mungkin bisa berupa nyeri kolik ataupun bukan kolik.
Nyeri kolik terjadi karena aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises
ataupun ureter meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu dari
saluran kemih. Peningkatan peristaltik itu menyebabkan tekanan
intraluminalnya meningkat sehingga terjadi peregangan dari terminal saraf
yang memberikan sensasi nyeri. Nyeri non kolik terjadi akibat peregangan
kapsul ginjal karena terjadi hidronefrosis atau infeksi pada ginjal.
Batu yang terletak di sebelah distal ureter dirasakan oleh pasien
sebagai nyeri pada saat kencing atau sering kencing. Batu dengan ukuran
kecil mungkin dapat keluar spontan setelah melalui hambatan pada
perbatasan uretero-pelvik, saat ureter menyilang vasa iliaka, dan saat
ureter masuk ke dalam buli-buli. Hematuria seringkali dikeluhkan oleh
pasien akibat trauma pada mukosa saluran kemih yang disebabkan oleh
batu. Kadang-kadang hematuria didapatkan dari pemeriksaan urinalisis
berupa hematuria mikroskopik. Jika didapatkan demam harus dicurigai
suatu urosepsis dan ini merupakan kedaruratan di bidang urologi. Dalam
9

hal ini harus secepatnya ditentukan letak kelainan anatomik pada saluran
kemih yang mendasari timbulnya urosepsis dan segera dilakukan terapi
berupa drainase dan pemberian antibiotika. (Basuki, 2011)

B. Batu uretra
Gejala dan tanda akibat batu uretra keluhan yang disampaikan pasien
adalah miksi tiba tiba berhenti hingga terjadi retensi urin atau anuria,
yang didahului dengan nyeri pinggang. Jika batu berasal dari ureter yang
turun ke buli buli kemudian ke uretra, biasanya pasien mengeluh nyeri
pinggang sebelum mengeluh kesulitan miksi. Batu yang berada di uretra
anterior sering kali dapat di raba oleh pasien berupa benjolan keras di
uretra pars bulbosa maupun pendularis, atau kadang kadang tampak di
meatus uretra eksterna. Nyeri dirasakan pada glan penis atau pada tempat
batu berada. Batu yang berada di uretra posterior, nyeri dirasakan di
perineum atau rektum. (Basuki, 2011)

2.5 Penatalaksanaan
a) Uropati obstruktif
Jika tidak segera diatasi, uropati obstruktif akan menimbulkan penyulit
berupa uremia, infeksi, dan terjadi SIRS yang berakhir dengan kematian.
Oleh karena itu sambil memperbaiki keadaan pasien, secepatnya dilakukan
diversi/pengeluaran urine. Pengeluaran urin dapat dilakukan dengan
pemasangan kateter nefrostomi atau bila mungkin pemasangan kateter
double (DJ kateter).
b) Retensi urin
Jika pasien datang karena retensi urin atau anuria, secepatnya dilakukan
sistostomi suprapubik untuk mengeluarkan urin. Jika dijumpai abses
dilakukan insisi dan pemberian antibiotika.
10

Tindakan khusus yang dilakukan terhadap striktura uretra adalah :


1) Businasi (dilatasi) dengan busi logam yang dilakukan secara hati
hati. Tindakan yang kasar akan tambah merusak uretra sehingga
menimbulkan luka baru yang pada akhirnya menimbulkan striktura
yang lebih berat.
2) Uretrotomi interna : yaitu memotong jaringan sikatriks uretra
dengan pisau otis atau dengan pisau Sachse. Otis di kerjakan jika
belum terjadi striktura total, sedangkan pada striktura yang lebih
berat, pemotongan striktura dikerjakan secara visual dengan
memakai pisau Sachse.
3) Uretromi eksterna adalah tindakan operasi terbuka berupa
pemotongan jaringan fibrosis, kemudian dilakukan anastomosis di
antara jaringan uretra yang masih sehat.
4) Pada striktura yang panjang dan buntu total, seringkali
diperlakukan beberapa tahap operasi , yakni tahap pertama dengan
membelah uretra dan membiarkan untuk epitelisasi (johanson I)
dan dilanjutkan pada tahap II dengan membuat neouretra (johanson
II). (Basuki, 2011)

c. Batu uretra
Penatalaksanaan pada batu uretra, tindakan untuk mengeluarkan batu
tergantung pada posisi, ukuran dan bentuk batu. Seringkali batu yang
ukurannya tidak terlalu besar dapat keluar spontan asalkan tidak ada
kelainan atau penyempitan pada uretra. Batu pada meatus uretra eksternum
atau fossa navikularis dapat diambil dengan forsep setelah terlebih dahulu
dilakukan pelebaran meatus uretra (meatotomi), sedangkan batu kecil di
uretra anterior dapat di coba di keluarkan dengan melakukan lubrikasi
terlebih dahulu dengan memasukan campuran jelly lidokain 2% intrauretra
dengan harapan batu dapat keluar spontan. Batu yang cukup besar dan
berada di uretra posterior, didorong terlebih dahulu hingga masuk ke buli
buli dan selanjutnya baru dilakuikan litotripsi. Untuk batu yang besar dan
menempel pada uretra sehingga sulit berpindah tempat meskipun telah
dicoba untuk didorong ke arah proksimal (dilubrikasi), perlu dilakukan
11

uretrolitotomi atau dihancurkan dengan pemecah batu transuretra. (Basuki,


2011)

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Anuria merupakan suatu gejala akibat dari obstruksi saluran kemih dan
sumbatan saluran kemih. Obstruksi saluran kemih bisa disebabkan oleh
berbagai sebab, yakni karena penyakit bawaan (konginetal)/ didapat
(acquired), atau penyakit yang ada didalam lumen/desakan dari lumen
saluran kemih. Obstruksi saluran kemih bagian atas mengakibatkan
kerusakan saluran kemih (ureter dan ginjal) pada sisi yang terkena, tetapi
obstruksi bagian bawah akan berakibat pada kedua sistem saluran kemih
bagian atas (bilateral). Penyebab lainnya, akibat penyempitan lumen yang
disebabkan oleh dinding yang mengalami fibrosis dan pada tingkat yang
12

lebih parah terjadi fibrosis korpus spongiosum pada pasien sttiktura uretra
disebabkan karena suatu infeksi, trauma pada uretra, dan kelainan bawaan.
Gambaran klinis pada pasien yang mengalami anuria, adanya keluhan tiba
tiba miksi berhenti bahkan sangat susah miksi dan nyeri pada pinggang
sebelum miksi, kebanyakan keluhan tersebut berasal dari batu ureter. Untuk
penatalaksanaan pada kasus anuria tergantung pada penyakit yang
menyebabkanya, pada obstruksi salurah kemih terlebih dahulu dengan cara
diversi/pengeluaran urine. Pengeluaran urin dapat dilakukan dengan
pemasangan kateter nefrostomi atau bila mungkin pemasangan kateter
double (DJ kateter). Kemudian pada batu uretra penatalaksanaan pada batu
uretra, tindakan untuk mengeluarkan batu tergantung pada posisi, ukuran
dan bentuk batu.

3.2 Saran
Jagalah gaya hidup dan terapkanlah pola hidup yang sehat guna
menimimalisir timbulya penyakit pada ginjal misalnya olahraga teratur dan
biasakan mengkonsumsi air putih 2 liter/hari. Karena ginjal merupakan organ
yang sangat penting yang mempunyai fungsi luar biasa.
13

DAFTAR PUSTAKA

Garjito W. Retensi Urin: Permasalahan dan Penatalaksanaan. Juri 1994; 4:


18 26
Purnomo Basuki B. Dasar dasar Urologi edisi 3. Jakarta: Sagung Seto.
2011
Shamsuhidajat R dan Jong WD. Buku Ajar Ilmu Bedah edisi . Jakarta. EGC.
2004
Soebadi DM. Uropati Obstruktif. Pedoman penatalaksanaan. Juri 1994; 4:
60 69

Anda mungkin juga menyukai