Anda di halaman 1dari 10

FATHIA ZAHRA

1102014096
TUGAS MANDIRI SKENARIO 1 PILEK PAGI HARI

LI.1 Anatomi saluran pernafasan atas


LO.1.1 Anatomi makro saluran pernafasan atas
Berdasarkan anatomi saluran pernafasan terdiri dari 2 bagian :
1. Saluran nafas bagian atas (Upper Respiratory Tract) : mulai dari
nares anterior (lubang hidung) sampai cartilage cricoid larynx.
2. Saluran nafas bagian bawah (Lower Respiratory Tract) : dari
trachea sampai ductus alveolaris / alveoli paru.

HIDUNG
Organ hidung adalah organ pertama yang berfungsi dalam saluran nafas.

2 buah nares anterior = aperture nasalis anterior (lubang hidung)


Vestibulum nasi : bagian depan rongga hidung, tempat muara nares
anterior. Pada mukosa hidung terdapat cilia yang kasar berfungsi
sebagai saringan udara.
Rangka hidung >> bagain luar dibentuk oleh tulang2 sbb : Os.
Nasal, processus frontalis, dan os. Maxillaris.
Bagian dalam hidung yang berbentuk terowongan disebut dengan
Cavum Nasi >> mulai dari nares anterior sampai nares posterior
(choanae).

CAVUM NASI (rongga hidung) mempunyai : dasar, atap, dinding


lateral dan medial.
Dasar : dibentuk oleh processus palatinus os maxilla dan lamina
horizontal os palatinus.
Atap : bagian bawah atap dibentuk os frontale dan os nasal,
bag.tengah oleh lamina cribrosa os ethmoidalis.
Dinding : bagian lateral oleh tonjolan tulang conchae nasalis 3 buah
superior, media, dan inferior diantaranya ada saluran dinamakan
meatus nasalis.

SEPTUM NASI dibentuk oelh tulang-tulang :


1. Cartilago septi nasi
2. Os vomer
3. Lamina perpendicularis os ethmoidalis

Ada 3 buah Concha Nasalis yaitu :


1. Concha nasalis superior
2. Concha nasalis media
3. Concha nasalis inferior
Ada 3 buah saluran keluar cairan/lender melalui hidung yaitu :
1. Meatus nasalis superior (Antara concha nasalis superior & media)
2. Meatus nasalis media (Antara concha media & inferior)
3. Meatus nasalis inferior (Antara concha nasalis inferior dan dinding atas
maxilla)
Sinus-sinus yang berhubungan dengan cavum nasi dikenal dengan
SINUS PARANASALIS dan namanya sesuai dengan nama tulang rongga
tersebut Antara lain :
1. Sinus sphenoidalis ada 2 buah
2. Sinus frontalis
3. Sinus ethmoidalis
4. Sinus maxillaris

Bagian depan dan atas cavum nasi dipersarafi oleh N. Opthalmicus.


Mucusa hidung dan lainnya dipersarafi oleh ganglion
sphenopalatinum. Nasofaring dan concha nasalis dipersarafi oleh
cabang dari ganglion pterygopalatinum. Sedangkan N. Olfaktorius
untuk penciuman.

FARING

Merupakan struktur seperti tuba yang menghubungkan hidung dan rongga


mulut ke laring. Dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:

o Nasofaring
o Orofaring
o Laringofaringeal
Berfungsi untuk menyediakan saluran pada traktus repiratorius dan
traktus digestivus.

LARING

Daerahnya dimulai dari aditus laringis (pintu laring) sampai batas bawah
cartilago cricoid. Terbentuk oleh tulang dan tulang rawan. Tulangnya
adalah Os. Hyoid. Tulang rawannya:
o Epiglotis: tulang rawan berbentuk sendok. Pada saat ekspirasi
inspirasi biasa, epiglotis terbuka. Pada waktu menelan,
epiglotis menutup aditus laringis agar makanan tidak masuk
ke laring.
o Cartilago tyroid (adams apple): jaringan ikatnya adalah
membrana thyrohyoid.
o Cartilago arytenoid: ada 2. Digunakan dalam gerakan pita
suara dengan cartilago thyroid.
o Cartilago cricoid: adalah batas bawah laring

Dalam cavum laringis terdapat pita suara asli (plica vocalis) dan pita suara
palsu (plica vestibularis).

LO.1.2 Anatomi mikro saluran pernafasan atas


Sistem pernapasan dimulai dari rongga hidung/mulut hingga ke
alveolus, di mana pada alveolus terjadi pertukaran oksigen dan
karbondioksida dengan pembuluh darah. Sistem pernapasan biasanya
dibagi menjadi 2 daerah utama:
Bagian konduksi: meliputi rongga hidung, nasofaring, laring,
trakea, bronkus, bronkiolus dan bronkiolus terminalis
Bagian respirasi: meliputi bronkiolus respiratorius, duktus
alveolaris dan alveolus.
Sebagian besar bagian konduksi dilapisi epitel respirasi, yaitu epitel
bertingkat silindris bersilia dengan sel goblet. Dengan menggunakan
mikroskop elektron dapat dilihat ada 5 macam sel epitel respirasi yaitu sel
silindris bersilia, sel goblet mukosa, sel sikat (brush cells), sel basal, dan
sel granul kecil.

Rongga hidung

Rongga hidung terdiri atas vestibulum dan fosa nasalis. Pada


vestibulum di sekitar nares terdapat kelenjar sebasea dan vibrisa
(bulu hidung). Epitel di dalam vestibulum merupakan epitel respirasi
sebelum memasuki fosa nasalis. Pada fosa nasalis (cavum nasi) yang
dibagi dua oleh septum nasi pada garis medial, terdapat konka (superior,
media, inferior) pada masing-masing dinding lateralnya. Konka media dan
inferior ditutupi oleh epitel respirasi, sedangkan konka superior ditutupi
oleh epitel olfaktorius yang khusus untuk fungsi menghidu/membaui.
Epitel olfaktorius tersebut terdiri atas sel penyokong/sel sustentakuler, sel
olfaktorius (neuron bipolar dengan dendrit yang melebar di permukaan
epitel olfaktorius dan bersilia, berfungsi sebagai reseptor dan memiliki
akson yang bersinaps dengan neuron olfaktorius otak), sel basal
(berbentuk piramid) dan kelenjar Bowman pada lamina propria. Kelenjar
Bowman menghasilkan sekret yang membersihkan silia sel olfaktorius
sehingga memudahkan akses neuron untuk membaui zat-zat. Adanya
vibrisa, konka dan vaskularisasi yang khas pada rongga hidung membuat
setiap udara yang masuk mengalami pembersihan, pelembapan dan
penghangatan sebelum masuk lebih jauh.

Sinus paranasalis
Terdiri atas sinus frontalis, sinus maksilaris, sinus ethmoidales dan
sinus sphenoid, semuanya berhubungan langsung dengan rongga
hidung. Sinus-sinus tersebut dilapisi oleh epitel respirasi yang lebih
tipis dan mengandung sel goblet yang lebih sedikit serta lamina
propria yang mengandung sedikit kelenjar kecil penghasil mukus
yang menyatu dengan periosteum. Aktivitas silia mendorong mukus
ke rongga hidung.
Faring
Nasofaring dilapisi oleh epitel respirasi pada bagian yang berkontak
dengan palatum mole, sedangkan orofaring dilapisi epitel tipe
skuamosa/gepeng.
Laring
Laring merupakan bagian yang menghubungkan faring dengan
trakea. Pada lamina propria laring terdapat tulang rawan hialin dan
elastin yang berfungsi sebagai katup yang mencegah masuknya
makanan dan sebagai alat penghasil suara pada fungsi fonasi.
Epiglotis merupakan juluran dari tepian laring, meluas ke faring dan
memiliki permukaan lingual dan laringeal. Bagian lingual dan apikal
epiglotis ditutupi oleh epitel gepeng berlapis, sedangkan
permukaan laringeal ditutupi oleh epitel respirasi bertingkat
bersilindris bersilia. Di bawah epitel terdapat kelenjar campuran
mukosa dan serosa.
Di bawah epiglotis, mukosanya membentuk dua lipatan yang
meluas ke dalam lumen laring: pasangan lipatan atas membentuk
pita suara palsu (plika vestibularis) yang terdiri dari epitel respirasi
dan kelenjar serosa, serta di lipatan bawah membentuk pita suara
sejati yang terdiri dari epitel berlapis gepeng, ligamentum vokalis
(serat elastin) dan muskulus vokalis (otot rangka). Otot muskulus
vokalis akan membantu terbentuknya suara dengan frekuensi yang
berbeda-beda.
LI.2 Respon Imun
LO.2.1 Fisiologi pernafasan bagian atas
Respirasi yang terdapat dalam tubuh mengalami 2 proses sebagai
berikut :
1. Respirasi External : Proses pernafasan biasa mulai dari hidung sampai
paru, disini terjadi pertukaran gas (O2 dan CO2) di alveoli organ paru.
2. Respirasi Internal : Proses selanjutnya mulai dari organ paru masuknya
O2 kedalam vena pulmonalis masuk sirkulasi darah melalui jantung dan
distribusikan sampai kedalam seluruh sel dan jaringan.
Secara fisiologis proses pernafasan yang normal terjadi dalam 2 bentuk :
1. Respirasi Costalis, dilakukan oleh M.Intercostalis externus dan internus.
2. Respirasi Diafragmatika, dilakukan oleh gerakan M. Diafragma.

Skematis Jalan Nafas

Inspirasi >> Udara masuk hidung melalui lubang hidung atau nares
anterior (aperture nasalis anterior) >> Vestibulum nasi >> Cavum
nasi, terbagi dua oleh sekat hidung yaitu septum nasi
Udara dari cavum nasi masuk ke nares posterior (Choanae) dan
berhubungan dengan >> Nasopharynx >> Oropharynx
Pada oropharynx epiglottis yang berfungsi membuka dan menutup
aditus larynges (pintu laring). Bila aditus terbuka udara masuk
daerah cavum larynx sampai disini termasuk saluran nafas bagian
atas. Tapi bila menelan epiglottis menutup aditus laringis dan
makanan masuk laryngopharynx (kerongkongan) >> esophagus.
Udara masuk saluran nafas bagian bawah >> Trachea >> Bronchus
Primer >> Bronchus Sekunder >> Bronchiolus Segmentalis
(Tersier) >> Bronchiolus terminalis >> Organ Paru melalui
bronchioles respiratorius >> ductus alveolaris >> alveoli paru
>> terjadi difusi pertukeran O2 dan CO2.

Fungsi Nonrespiratorik Sistem Pernapasan


Rute untuk mengeluarkan air dan panas. Udara atmosfer yang
dihirup (diinspirasi) dilembabkan dan dihangatkan oleh saluran
napas sebelum dihembuskan (diekspirasikan). Pelembaban udara
yang masuk merupakan hal esensial untuk mencegah dinding
alveolus mongering. Oksigen dan CO2 tidak dapat berdifusi
menembus membrane yang kering.
Meningkatkan aliran balik vena.
Membantu mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan
mengubah jumlah CO2 penghasil H+ yang dikeluarkan.
Memungkinkan kita berbicara, menyanyi, dan vokalisasi lain.
Merupakan system pertahanan terhadap benda asing yang terhirup.
Mengeluarkan, memodifikasi, mengaktifkan, atau menginaktifkan
berbagai bahan yang mengalir melewati sirkulasi paru. Contoh
prostaglandin dapat masuk ke dalam darah tapi diinaktifkan ketika
mengalir melewati paru sehingga tidak menimbulkan efek sistemik.
Sebaliknya paru mengaktifkan angiotensin II, suatu hormon yang
berperan penting dalam mengatur konsentrasi Na+ di CES.
Hidung berfungsi sebagai organ penciuman

Terdapat 3 tekanan yang berperan penting dalam ventilasi :


1. Tekanan atmosfer (barometric) adalah tekanan yang ditimbulkan oleh
berat udara di atmosfer pada benda dipermukaan bumi. Pada ketinggian
permukaan laut tekanan ini sama dengan 760 mm Hg. Tekanan atmosfer
berkurang seiring dengan penambahan ketinggian di atas permukaan laut
karena lapisan-lapisan udara diatas permukaan bumi juga semakin
menipis.
2. Tekanan intra-alveolus dikenal juga sebagai tekanan intraparu adalah
tekanan didalam alveolus.
3. Tekanan intrapleura adalah tekanan didalam kantung pleura. Tekanan
ini dikenal juga sebagai tekanan intrathoraks yaitu tekanan yang
ditimbulkan diluar paru didalam rongga thoraks.

VOLUME & KAPASITAS PARU


Volume alun napas ( tidal volume ). Volum udara yang masuk atau
keluar paru selama satu kali bernapas. Nilai rerata pada kondisi
istirahat = 500ml.
Volume cadangan inspirasi (inspiratory reserve volume, IRV).
Volum udara tambahan yang dapat secara maksimal dihirup di atas
volume alun napas istirahat. IRV dicapai oleh kontraksi maksimal
diafragma, otot intercostal eksternal, dan otot inspirasi tambahan. Nilai
rerata = 3000 ml.
Kapasitas inspirasi (inspiratory capacity, IC). Volume udara
maksimal yang dapat dihirup pada akhir ekspirasi tenang normal (IC =
IRV + TV). Nilai rerata = 3500 ml.
Volume cadangan ekspirasi (expiratory reserve volume, ERV) .
Volum udara tambahan yang dapat secara aktif dikeluarkan dengan
mengontraksikan secara maksimal otot-otot ekspirasi melebihi udara
yang secara normal dihembuskan secara pasif pada akhir volum alun
napas istirahat. Nilai rerata = 1000 ml.
Volume Residual (residual volume, RV). Volume udara minimal
yang tertinggal di paru bahkan setelah ekspirasi maksimal. Nilai
rerata=1200 ml. Volume residual tidak dapat diukur secara langsung
dengan spirometer, karena volume udara ini tidak keluar dan masuk
paru. Namun, volume ini dapat ditentukan secara tidak langsung
melalui teknik pengenceran gas yang melibatkan inspirasi sejumlah
tertentu gas penjejak tak berbahaya misalnya helium.
Kapasitas residual fungsional (FRC). Volume udara di paru pada
akhir ekspirasi pasif normal (FRC = ERV +RV). Nilai rerata = 2200 ml.
Kapasitas vital (VC). Volum udara maksimal yang dapat dikeluarkan
dalam satu kali bernapas setelah inspirasi maksimal. (VC = IRV + TV +
ERV). VC mencerminkan perubahan volume maksimal yang dapat
terjadi di paru. Nilai rerata = 4500 ml
Kapasitas paru total (TLC) . Volum udara maksimal yang dapat
ditampung oleh paru (TLC = VC + RV). Nilai rerata = 5700 ml.
Volum ekspirasi paksa dalam satu detik (FEV). Volum udara yang
dapat dihembuskan selama detik pertama ekspirasi dalam suatu
penentuan VC. Pengukuran ini menunjukan laju aliran udara paru
maksimal yang dapat dicapai.

LO.2.2 Mekanisme pertahanan saluran pernafasan bagian atas


Ada dua sistem pertahanan tubuh manusia, yaitu sistem pertahanan
tubuh bawaan atau non-spesifik dan sistem pertahanan tubuh adaptif atau
spesifik.
Sistem kekebalan tubuh bawaan atau non-spesifik adalah pertahanan
pertama dalam melawan invasi organisme sedangkan system kekebalan adaptif
atau spesifik bertindak sebagai pertahanan kedua terhadap paparan ulang dari
pathogen yang sama.

LI.3 Rhinitis Alergi


LO.3.1 Definisi
Rhinitis adalah suatu inflamasi dari lapisan hidung yang ditandai
dengan gejala rhinorrhea pada nasal bagian anterior dan posterior, bersin,
hidung gatal dan tersumbat. Gejala tersebut terjadi selama lebih dari satu jam
selama 2 hari atau lebih.
Rhinitis alergi adalah penyakit tidak menular yang paling umum
terjadi. Penyakit ini dimediasi oleh IgE sebagai respon imun terhadap allergen.
Mukosa nasal bersambung dengan sinus paranasal, dapat
terjadi kongesti ostia yang menyebabkan sinusitis. Hal tersebut tidak akan
terjadi bila tidak diawali dengan rhinitis. Kata Rhinosinusitis diganti menjadi
Sinusitis
LO.3.2 Klasifikasi
LO.3.3 Etiologi
LO.3.4 Patofisiologi
LO.3.5 Manifestasi Klinis
LO.3.6 Pemeriksaan
LO.3.7 Diagnosis dan Diagnosis Banding
LO.3.8 Penatalaksanaan
LO.3.9 Pencegahan
LO.3.10 Prognosis
LI.4 Wudhu

Anda mungkin juga menyukai