1034
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kawasan Vorvo yang juga merupakan kawasan perumahan, perdagangan dan
perkantoran yang hinggga sampai saat ini masih menjadi wilayah langganan banjir
terutama pada saat musim penghujan. Di wilayah ini telah dibangun kolam retensi
dengan maksud untuk menampung limpasan banjir sementara yang berada pada
kawasan tersebut sebelum masuk menuju ke arah sungai alam. Kolam retensi di
kawasan Vorvo merupakan 2 buah kolam yang saling berhubungan. Keluaran kolam
ini akan masuk menuju kea rah sungai Karang Mumus yang berada di dekat
jembatan Ruhui Rahayu. Kolam ini akan menampung limpasan permukaan di
wilayah Vorvo. Kolam Vorvo ini dilengkapi dengan sistem pemompaan dengan
kapasitas pompa pada kolam utama sebesar 0,70 m3/dt, sedangkan kapasitas pompa
di samping jembatan Ruhui Rahayu sebesar 1,10 m 3/dt, Berdasarkan pengamatan
lapangan disaat terjadi banjir di kawasan ini, kinerja dari kolam retensi ini masih
belum berjalan dengan optimal. Hal ini dapat dilihat dari indikator yang ada. Yaitu,
masih ada terjadinya genangan/banjir di kawasan ini serta waktu dari
genangan/banjir masih cukup lama saat terjadi, demikian pula dengan aliran yang
ada di dalam saluran kurang lancar.
1035
3. Usaha apa yang dilakukan untuk meningkatkan kapasitas saluran yang ada
di Jalan Letnan Jendral Suprapto. apabila, saluran yang ada dilokasi
penelitian sudah tidak dapat memadai lagi ?
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Metode Pengendalian Banjir
Pada prinsipnya ada 2 metode pengendalian banjir yaitu metode struktur dan
metode non-struktur, yaitu (Kodoatie dan Sjarief, 2005) :
1. Metode non-struktur terdiri dari pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS),
pengaturan tataguna lahan, law enforcement, pengendalian erosi di DAS,
serta pengaturan dan pengembangan daerah banjir.
1036
2. Metode struktur dengan bangunan pengendalian banjir yaitu bendungan,
kolam retensi, pembuatan check dam, polder, pompa dan sistem drainase.
Sedangkan metode struktur dengan perbaikan dan pengaturan sistem sungai
meliputi sistem jaringan sungai, pelebaran ataupun pengerukan sungai
(normalisasi), pembangunan tanggul banjir, sudetan (bypass), serta
floodway.
Data curah hujan merupakan data hidrologi yang penting. Data curah hujan ini
diperoleh dari stasiun hujan yang mewakili di sekitar kajian. Data hujan yang
diambil dari berbagai stasiun hujan diuji untuk mengetahui apakah data tersebut
konsisten atau tidak. Uji konsistensi merupakan uji kebenaran data lapangan yang
mengambarkan keadaan sebenarnya. Untuk memperhitungan hujan rancangan
maksimum dipergunakan analisa frekuensi yang sesuai dengan data yang adda
sedangkan untuk mengetahui kebenaran dari analisa frekuensi tersebut diperlukan uji
distribusi frekuensi (Subarkah, 1980).
1037
2.3.1. Curah hujan Rancangan Maksimum Rata-Rata daerah
Curah hujan yang dperlukan untuk penyusunan suatu rancangan pemanfaatan
air dan rancangan pengendalian banjir adalah curah hujan rata-rata diseluruh daerah
yang bersangkutan. Curah hujan ini disebut curah hujan wilayah atau daerah yang
dinyatakan dalam mm. Besarnya curah hujan maksimum rata-rata daerah diperoleh
dengan menggunakan data-data stasiun penakar hujan.
1038
2. Menghitung nilai rata-rata logaritma dengan rumus :
n
Log Xi
i=1__________
Log X = = ....(2-1)
n
1039
- S = Simpangan baku (standar deviasi).
6. Mencari antilog dari Log X untuk mendapatkan curah hujan rancangan dengan
kala ulang tertentu (Suripin, 2004).
.
(2-5)
Oi = _n_
k
Jumlah kelas distribusi dihitung dengan persamaan :
- K = 1 + 3,322 x log n
Dengan : 2h = Parameter Chi Square terhitung.
K = Jumlah sub kelompok.
O1 = Jumlah nilai pengamatan pada sub kelompok i.
Ei = Jumlah nilai teoritis pada sub kelompok i.
1040
n = Banyaknya data.
1041
Waktu Konsentrasi (tc) adalah waktu yang diperlukan untuk mengalirkan air
dari titik yang paling jauh menuju ke titik control yang ditentukan di bagian hilir
saluran. Pada prinsipnya waktu konsentrasi dapat dibagi menjadi :
- Inlet Time (t1) yaitu waktu yang diperlukan untuk mengalir di atas permukaan
tanah menuju saluran.
- Conduit Time (t2) yaitu waktu yang diperlukan air untuk mengalir di sepanjang
saluran menuju titik kontrol yang ditentukan dibagian hilir.
Waktu konsentrasi sangat bervariasi dipengaruhi faktor-faktor sebagai berikut :
- Luas daerah pengaliran.
- Panjang saluran drainase.
- Debit dan kecepatan aliran.
- Kemiringan dasar drainase.
1042
perencanaan suatu system jaringan drainase diperhitungkan dari debit air hujan dan
debit buangan penduduk denganperiode ulang T (tahun).
Qpeak = P x Qm x Pn ...(2-16)
1043
Perhitungan dimensi saluran digunakan rumus kontinuitas dan rumus
Manning, sebagai berikut (Edisono, 1997) :
Q = V.A ....(2-17)
V = 1R2/3.S1/2 .(2-18)
Dengan : Q = Debit pengaliran (m3/dtk)
V = Kecepatan rata (m/dtk)
A = Luas penampang basah saluran (m2)
n = Koefisien kekasaran Manning
R = Jari-jari hidraulis (m)
S = Kemiringan dasar saluran
1044
Tinggi jagaan untuk saluran terbuka dengan permukaan diperkeras ditentukan
berdasarkan pertimbangan; ukuran saluran, kecepatan aliran, arah belokan saluran
dan debit banjir. Tinggi jagaan biasanya diambil antara 15 sampai 60 cm. Tabel 2.10.
memperlihatkan hubungan antara tinggi jagaan dan debit aliran yang merupakan
standar Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air.
1 Trapesium Untuk menyalurkan limbah air hujan dengan debit Pada daerah yang
besar yang sifat alirannya terus menerus dengan masih cukup lahan
fluktuasi kecil
2 Persegi Untuk menyalurkan limbah air hujan dengan debit Pada daerah tidak /
besar yang sifat alirannya terus menerus dengan kurang tersedia lahan
fluktuasi kecil
3 Setengah lingkaran Untuk menyalurkan limbah air hujan dengan debit
kecil
4 Segitiga Sama dengan nomor 3, tetapi dengan debit sangat
kecil sampai titik nol dan banyak bahan endapan
5 Bulat lingkaran Berfungsi baik untuk menyalurkan limbah air Pada tempat-tempat
hujan maupun limbah air bekas atau keduanya keramaian/kesibukan
(pertokoan, pasar)
( Sumber : SNI 1994 )
1045
T
h
y
1
b
Gambar 2.1. Bentuk Penampang Saluran ( Suripin 2004 )
Notasi :
T = Lebar atas saluran.
h = Tinggi saluran.
b = Lebar bawah saluran.
w = Tinggi jagaan.
y = Tinggi muka air.
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.3. Metode Pengumpulan Data
1046
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini
adalah dengan cara :
1. Pengumpulan Data Primer terdiri dari :
Melakukan survey kondisi di daerah studi.
Observasi yaitu meninjau langsung di daerah lokasi penelitian yang sering
terjadi luapan air ketika hujan turun.
2. Pengumpulan Data Sekunder terdiri dari :
Data curah hujan Kota Samarinda dari Badan Meterologi Bandara
Temindung Kota Samarinda.
Peta Kota Samarinda.
Data Kota Samarinda dalam angka.
Data-data Pendukung Lain.
1047
No Curah Hujan
Tahun Harian Maksimum
. (mm)
1 2003 87,7
2 2004 118,2
3 2005 108
4 2006 132,1
5 2007 94,4
6 2008 73
7 2009 60,2
8 2010 86,5
9 2011 105,5
10 2012 98,9
(Sumber : BMKG Samarinda, 2013)
1048
Kolam
Saluran Kanan A.1 507 Trapesium 1,75 2 2
Retensi A
Kolam
Saluran Kiri A.2 512 Trapesium 1,75 2 2
Retensi B
( Sumber : Survey Lapangan )
Gambar 3.4.
Gambar Existing Saluran Drainase Jalan Letnan Jendral Suprapto
1049
pengolahan data curah hujan ini digunakan curah hujan harian makssimum (mm) tiap
tahunnya.
Curah Hujan
No. Tahun Harian Maksimum
(mm)
1 2003 87,7
2 2004 118,2
3 2005 108
4 2006 132,1
5 2007 94,4
6 2008 73
7 2009 60,2
8 2010 86,5
9 2011 105,5
10 2012 98,9
(Sumber : BMKG Samarinda, 2013)
1050
= 19,743 / 10 = 1,974
0,5
[ ]
n
s= (log Xlog X) 2
= (0,090083/(101))0,5 = 0,101 mm
i=1
n1
n
3
n (log X log X )
s= i =1 (-0,0044042)/(9.8.(0,101 3 ) = -0,05937
( n1 ) (n2) s 3
mm
2. Menentukan faktor frekuensi dengan Tabel 2.8 nilai K untuk distribusi log
pearson III berdasarkan hubungan antara koefisien kemencengan dan tahun
periode ulang.
3. Menghitung logaritma hujan atau banjir dengan periode ulang T dengan
rumus : Log X T = Log X + K . s
= 99,312 mm
= 114,815 mm
Untuk kala ulang 10 tahun
Log X 2 X 10 = 1,974 + 1,131 . 0,101
Log X 2 X 10 = 2,088
X 10 = anti-Log 2,088
1051
= 122,462 mm
= 129,620 mm
= 133,573 mm
= 136,615 mm
1 2 99,312
2 5 114,815
1052
3 10 122,462
4 25 129,620
5 50 133,573
6 100 136,615
1053
Gambar 4.1 Catchment Area
Luas Area = A1 = 38097 m2 = 0,038 km2
A2 = 42460 m2 = 0,042 km2
1054